4.4 Teknik Pengumpulan Data
Waktu pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari dari jam 10.00-12.00 WIB. Selanjutnya di laboratorium mikrobiologi dilakukan identifikasi gambarn
kuman dan dilakukan uji kepekaan terhadap antibiotik. 1. Pertama, peneliti membawa kapas lidi steril dan media transport BHI Brain Heart
Infusion. 2. Kedua, usapan dilakukan di beberapa tempat di toilet yaitu gagang pintu,
wastafel, tombol urinoir, dan dudukan WC. 3. Lalu kapas lidi steril dimasukkan ke dalam BHI dan dibawa ke laboratorium
untuk diinkubasi selama 24 jam di incubator pada suhu 37
o
C. 4. Setelah 24 jam dilakukan penanaman pada media agar darah dan McConkey dan
diinkubasi selama 24 jam. 5. Kemudian proses pewarnaan gram yang diambil dari koloni media agar darah dan
McConkey. 6. Dari hasil yang didapat, untuk bakteri gram negatif dilakukan kembali penanaman
pada media EMB sementara untuk bakteri gram positif penenaman dilakukan pada media MSA. Setelah dari EMB koloni ditanam pada media reaksi biokimia
untuk mengetahui jenis bakteri. Terakhir dilakukan uji kepekaan antibiotik.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian akan diperiksa dengan cara mengultur hasil usapan untuk mengetahui gambaran bakteri yang ada di masing-
masing toilet serta selanjutnya akan dilakukan uji sensitivitas terhadap antibiotik. Hasil dari pengolahan data ini akan dimasukkan ke dalam program SPSS dan
kemudian akan diolah sehingga menghasilkan data numerik untuk gambaran bakteri dan data kategori untuk hasil uji sensitivitas.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Dekripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di dua lokasi, yaitu di Plaza Milenium dan Plaza Medan Fair. Jumlah lokasi swab yang dilakukan di Plaza Milenium adalah sebayak 4 toilet
yang terdiri dari 2 toilet laki-laki dan 2 toilet perempuan. Sedangkan di Plaza Medan Fair dilakukan swab sebanyak 8 toilet yang terdiri dari 4 toilet laki-laki dan 4 toilet
perempuan. Total sebanyak 12 toilet. Sampel yang diuji dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 sampel sesuai dengan jumlah maksimum yang diperbolehkan oleh
departemen Mikrobiologi FK USU. Distribusi sampel yaitu di Plaza Milenium sebanyak 13 titik, dengan
persebaran sampel 7 titik diambil dari toilet laki-laki dan 6 titik dari toilet perempuan. Sedangkan di Plaza Medan Fair sebanyak 27 titik dengan persebaran sampel 15 titik
di toilet laki-laki dan 12 titik di toilet perempuan.
5.1.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk melihat jenis bakteri yang ditemukan pada lokasi pengambilan sampel. Identifikasi bakteri dilakukan dengan
melihat morfologi koloni di medium agar darah dan McConkey, lalu dengan pewarnaan gram, reaksi biokimia, dan penanaman pada media selektif. Dari hasil
penilaian terhadap sampel, didapati sebanyak 820 isolat merupakan bakteri gram positif dan 3280 merupakan gram negatif dari total 40100 isolat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Hasil Pewarnaan Gram
Lokasi Jumlah Isolat
Gram + Gram - G.pintu
11 2
9 Wastafel
11 1
10 T.urinoir
6 1
5 WC
12 4
8 Total
40 820
3280
Setelah mengetahui jenis gram pada bakteri, untuk bakteri batang gram negatif selanjutnya dilakukan penanaman ke agar EMBEosin Methylene Blue yang
kemudian dilakukan reaksi biokimia. Sementara itu untuk bakteri kokus gram positif dilakukan penanaman di MSAMannitol Salt Agar. Media disimpan di inkubator
dengan suhu 37
o
C selama 24 jam. Hasil yang didapat dari kultur bakteri gram negatif adalah E. coli, K.pneumoniae, K.oxytoca, Proteus spp., dan Pseudomonas spp.
Sementara dari kultur bakteri yang dilakukan pada media MSA didapatkan S. aureus dan S. epidermidis. Untuk 3 isolat gram positif lainnya selain yang dikultur pada
media MSA, pada pemeriksaan mikroskopik serta pengamatan koloni didapati gambaran khas bakteri Bacillus subtilis dan tidak dilakukan identifikasi selanjutnya.
Persentase masing-masing jumlah bakteri secara keseluruhan dapat dilihat dilihat di tabel 5.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 5.2 Persentase Jumlah Bakteri dari 40 isolat.
Dari seluruh bakteri yang ditemukan terdapat keberagaman bakteri yang terdapat di beberapa lokasi. Jenis-jenis bakteri berdasarkan lokasi tempat pengambilan isolate
ditampilkan dalam tabel 5.3
Tabel. 5.3. Persentase Bakteri Berdasarkan Lokasi di Toilet
No. Bakteri
Lokasi G. pintu
Wastafel T. urinoir
WC 1
E. coli 2 18,2
2 18,2 0 0
1 8,3 2
K. pneumonia 3 27,3
6 54,5 2 33,3
3 25 3
K. oxytoca 3 27,3
2 18,2 1 16,7
2 16,7 4
Proteus spp. 1 9,1
0 0 2 33,3
1 8,3 5
Pseudomonas spp. 0 0 0 0
0 0 1 8,3
6 S. aureus
0 0 0 0
1 16,7 1 8,3
7 S. epidermidis
1 9,1 1 9,1
0 0 1 8,3
8 B. subtilis
1 9,1 0 0
0 0 2 16,7
Jumlah 11 100
11 100 6 100
12 100 No.
Bakteri Jumlah
1 K. pneumoniae
14 35 2
K. oxytoca 8 20
3 Eschericia coli
5 12,5 4
Proteus spp. 4 10
5 B. subtilis
3 7,5 6
S. epidermidis 3 7,5
7 S. aureus
2 5 8
Pseudmomonas spp. 1 2,5
Total 40100
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas diketahui persentase bakteri dari masing-masing lokasi di toilet tidak ada yang dominan kecuali K. pneumoniae yang paling banyak di temukan di
wastafel dan WC, masing-masing 61154,5 dan 31225. Selain mengidentifikasi gambaran bakteri yang didapat, juga dilakukan uji
sensitivitas. Uji sensitivitas yang dilakukan adalah mewakili dari jenis bakteri masing-masing sehingga total bakteri yang dilakukan uji sensitivitas adalah sebanyak
7 bakteri. Pemilihan strain bakteri yang diambil dilakukan secara acak random.B. subtilis tidak dilakukan uji sensitivitas karena bakteri tersebut merupakan bakteri
lingkungan yang kurang patogen pada manusia. Antibiotik yang digunakan dalam uji sensitivitas disesuaikan dengan jenis bakteri yang dijumpai. Antibiotik yang
digunakan untuk bakteri gram negatif adalah amikasin, tetrasiklin, amoksisilin-asam klavulanat, cefuroksim, ampisilin, seftazidim, kloramfenikol, sefepim, piperasilin-
tazobactam, kanamisin, meropenem, piperasilin, kotrimoksazol, seftriakson. Sementara untuk bakteri gram positif digunakan antibiotik kotrimoksazol, imipenem,
siprofloksasin, cefepim, klindamisin, kloramfenikol, gentamisin, ofloksasin, oksasilin, ampisilin, eritromisin, seftriakson, tetrasiklin, amoksisilin-asam klavulanat.
Hasil uji sensitivitas bakteri ditampilkan dalam tabel 5.4. dan 5.5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Hasil Uji Sensitivitas Bakteri Gram Negatif
Antibiotik Bakteri
E.coli n=1
K.pneumoniae n=1
K.oxytoca n=1
Pseudomonas spp.
n=1 Proteus
spp. n=1
Amikasin S
S S
S S
Tetrasiklin S
R S
S S
Amoksisilin- asam klavulanat
S R
I R
S Cefuroksim
S R
S R
S Ampisilin
S R
S S
S Ceftazidim
S S
S S
S Kloramfenikol
S R
S S
S Cefepim
S S
S S
S Piperasilin-
tazobactam S
S S
S S
Kanamisin S
R S
S S
Meropenem R
R R
R R
Piperasilin S
S S
I S
Kotrimoksazol S
R S
S S
Seftriakson S
R S
R S
S, sensitif; R, resisten; I, intermediet Tabel 5.4menunjukkan hasil uji sensitivitas yang dilakukan pada masing-
masing satu strain bakteri gram negatif. Dari tabel tersebut diketahui bahwa E.coli dan Proteus spp.paling sensitif yaitu13 dari 14 antibiotik atau sekitar 92,9.
Sementara ituK. pneumoniaehanya sensitif terhadap 5 dari 14 antibiotik atau sekitar 35,7 dari seluruh antibiotik. Hasil intermedie didapatkan pada K. oxytoca terhadap
amoksisilin-asam klavulanat dan Pseudomonas spp. terhadap piperasilin.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Hasil Uji Sensitivitas Gram Positif
Pada tabel 5.5 menunjukkan hasil sensitivitas yang dilakukan pada masing- masing satu strainS aureus dan S. epidermidis. Dari 14 antibiotik S. aureus sensitif
terhadap 11 antibiotik atau sekitar 78,6, sedangkan S. epidermidis sensitif terhadap 7 dari 14 antibiotik atau 50. Sementara hasil intermediet didapati pada bakteri S.
aureus terhadap antibiotik seftriakson dan S. epidermidis terhadap antibiotik tetrasiklin.
Antibiotik Bakteri
S. aureus n=1 S. epidermidisn=1
Kotrimoksazol S
S Imipenem
S S
Oksasilin S
R Ampisilin
R R
Eritromisin S
R Seftriakson
I S
Tetrasiklin S
I Amoksisilin-asam klavulanat
R R
Siprofloksasin S
S Cefepim
S S
Klindamisin S
R Kloramfenikol
S I
Gentamisin S
S Ofloksasin
S S
S, sensitif; R, resisten; I, intermediet
Universitas Sumatera Utara
Gbr 5.1 Penanaman pada agar McConkey Gbr 5.2 Penanaman pada agar darah
Gbr 5.3 Hasil Pewarnaan gram Gbr 5.4 Reaksi biokimia RBK
Gambar 5.5 Hasil Penanaman RBK Gbr 5.6 Reaksi gula-gula negatif
padaPseudomonas spp.
Gbr 5.7 Koloni S.aureuskuning Gambar 5.8 Tes sensitivitas pada media MHA
dan S.epidermidispink pada MSA
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pembahasan Dari seluruh isolat yang didapat hasilnya menunjukkan bahwa terdapat lebih
banyak bakteri gram negatif dibandingkan dengan gram positif, berurutan 324080 banding 84020. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya dimana terdapat lebih banyak gram positif75,4 dibandingkan dengan gram negatif 68,9 pada toilet perempuan Sabra, S. M. M., 2013. Meskipun
penelitan ini dilakukan pada toilet laki-laki dan perempuan, namun dari data hasil penelitan ini juga menunjukkan dominansi bakteri gram negatif pada toilet wanita,
yaitu sebanyak 1418 77. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa bakteri gram negatif yang lebih dominan bisa hidup di luar tubuh manusia seperti di lingkungan
toilet atau sebaliknya. Hal ini terjadi karena bakteri gram negatif memiliki kemampuan bertahan hidup yang baik terhadap lingkungan.
Berdasarkan hasil identifikasi, bakteri paling banyak ditemukan adalah K. pneumonia 35. Hal ini kemungkinan terjadi karena K. pneumoniae merupakan
bakteri oportunistik dan juga sekaligus sebagai flora menetap dalam saluran cerna Bagley, ST., 1985. Selain itu bakteri ini juga ditemukan diberbagai tempat di luar
tubuh manusia seperti di permukaan benda yang berair, tanah, sayuran, dan lokasi industri Bagley, ST., 1985. Dari hasil penelitian juga didapatkan adanya bakteri
Pseudomonas spp. yang hanya terdapat di WC perempuan. Hal ini tidak diketahui mengapa hanya terdapat di lokasi tersebut, namun bakteri ini memang biasanya
terdapat di area yang berair, tanah, dan lingkungan sama seperti K. pneumoniae dan kebanyakan bakteri lainnya. Selain itu Pseudomonas spp. juga bisa ditemukan di
makanan Franzetti, L. and Scarpellini, M., 2007. Dari penelitian sebelumnya dikatakan bahwa terdapat hanya sedikit jumlah S. aureus dan Pseudomonas spp. di
dudukan toilet Sabra, S. M. M., 2013, dan memang sesuai dengan hasil yang didapatkan dari penelitian ini bahwa hanya terdapat masing-masing 1 isolat dari 12
isolat atau hanya 8,3. Hal ini didukung berdasarkan teori yang menyatakan bahwa terdapat hanya sedikit S. aureus di saluran cerna dan hanya sekitar 1-4 bakteri
Universitas Sumatera Utara
fakultatif aerob yang salah satunya adalah pseudomonas yang terdapat kolon manusia Brooks, et al., 2010.
Di dalam tubuh manusia terdapat berbagai macam mikroba normal yang membantu manusia dalam menjaga kualitas tubuhnya. Bakteri flora normal tubuh
manusia bermacam-macam ada yang gram positif dan ada yang gram negatif. Contohnya di kulit ada golongan staphylococcus, streptococcus yang bisa pindah dari
kulit manusia ke permukaan gagang pintu, wastafel, dll yang digunakan. Di saluran cerna terdapat beberapa bakteri salah satunya kelompok enterobacteriaceae seperti
E.coli, Klebsiella, Proteus, dan terdapat juga Pseudomonas dalam jumlah yg sedikit. Beberapa bakteri enterobacteriaceae ini juga terdapat dalam jumlah yang sedikit di
saluran pernafasan dan genitalia Brooks, et al., 2010. Semua hal di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa terjadinya kontak antara tubuh manusia dengan benda
disekitarnya ataupun ketika seseorang membuang ekskreta tubuh seperti air seni yang berasal dari saluran genitalia, tinja dari seluran cerna, dan mukus dapat
memindahkan sebagian bakteri yang ada di tubuh orang tersebut kemanapun khususnya ke permukaan gagang pintu, wastafel, toilet dll yang banyak digunakan
orang untuk membuang ekskreta tubuh seperti air seni, tinja, saliva, dll. Berdasarkan hasil,5 strain bakteri gram negatif yang diujikanrata-rata sensitif
terhadap 74,3 dari seluruh antibiotik. Namun pada penelitian ini ada antibiotik yang resisten terhadap semua bakteri yang diujikan, yaitu meropenem. CDC dalam
laporannya pada bulan Juni tahun 2014 dikatakan bahwa terdapat bakteri yang disebut ESBL. Contohnya adalah golonganenterobacteriaceae, misalnya Klebsiella
spp. dan E. coli yang merupakan flora normal saluran cerna manusia bisa menjadi resisten terhadap karabapanem. Hal ini tentunya dapat mendukung hasil yang didapat
dari penelitian ini yang mendapatkan hasil bahwa meropenem yang merupakan salah satu antibiotik golongan karbapanem mengalami resisten terhadap kelima strain
batang gram negatif yang diujikan.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian didapati ada dua bakteri yaitu K. pneumonia dan Pseudomonas spp. yaitu resisten terhadap sefuroksim dan seftriakson. Hal ini diduga
bahwa kedua bakteri tersebut merupakan bakeri penghasil ESBL yang harus diwaspadai karena dengan hasil yang demikian berarti semakin sedikit pilihan
antibiotik yang dapat digunakan dalam terapi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi kedua organisme tersebut.Bakteri enterobacteriaceae memang telah
banyak yang mempunyai enzim beta laktamase. ESBL Extended Spectrum Beta Laktamse adalah enzim yang menyebabkan terjadinya resistensi terhadap oksiimino-
sefalosporin seperti seftazidim dan seftriakson dll. ESBL terbentuk akibat terjadinya beberapa kali mutasi pada enzim yang pertama kali disbut dengan SHV-1 ini. ESBL
berbeda dengan beta laktamse klasik –enzim beta laktamase pada bakteri pertama kali- yaitu enzim ini dapat secara fleksibel mengubah active site-nya agar lebih
mudah untuk menangkap substrat berupa beta laktam pada antibiotik, sedangkan beta laktamase pertama memiliki active site yang kaku dan hanya bebarapa angstrom
ukurannya. Dengan begitu bakteri ini akan lebih rentan terjadi resistensi akibat tidak efektifnya antibiotik beta laktam yang dipakai Rao, S., 2012.
Sama dengan uji sensitivitas pada bakteri gram negatif, bakteri gram positif juga dilakukan terhadapsatu strain, yaitu satu strain S. aureus dan satu strain S.
epidermidis.S. epidermidis memiliki tingkat resisten yang lebih tinggi dibandingkan dengan S. aureus. Dalam penelitian ini S. epiermidis hanya sensitif terhadap 7
antibiotik dari 14 antibiotik yang digunakan atau 50. Dalam satu penelitian menunjukkan hasil yang mirip yaitu S. epidermidis mengalami resisten terhadap
antibiotik yang digunakan yaitu ampisilin, eritromisin, klindamisin, dan kloramfenikol Michelim L et al, 2005. Dalam penelitian tersebut juga disebutkan
bahwa resistensi khusus terjadi pada antibiotik golongan makrolida yaitu eritromisin dan klindamisin karena berhubungan dengan fenotip macrolid-
lincosamidstreptograminB Von Eiff et all, 2000 dalam Michelim L et al, 2005. Sementara itu Staphylococcus aureus dari hasil penelitian menunjukkan sensitivitas
Universitas Sumatera Utara
yang lebih baik dibandingkan dengan Staphylococcus epidermidis, yaitu 11 dari 14 antibiotik yang digunakan atau sekitar 78,6. Bakteri ini mengalami resisten
terhadap antibiotik ampisilin, dan amoksisilin-asam klavulanat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zafar Ahmed dkk. Dalam studi itu mereka
mendapatkan hasil 90 isolat S. aureus mengalami resisten terhadap ampisilin dan amoksisilin.
Hasil penelitian mendapatkan strainS. epidermidisyang diujikanresisten terhadap antibiotik oksasilin, ampisilin, eritromisin, dan klindamisin. Berdasarkan
penelitian sebelumnya bakteri Methicillin Resistant Coagulase Negative
Staphylococcus MRCoNS menunjukkan hasil yang resisten juga terhadap ke empat antibiotik tersebut Srikanth, et al., 2013. Walaupun hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut menunjukkan persentase yang kurang dari 50 namun hasil ini dapat diduga bahwa terdapat S. epidermidisyang kemungkinan merupakan golongan
Methicillin Resistant Coagulase Negative Staphylococcus MRCoNS karena salah satu spesies dari MRCoNS ini adalah S. epidermidis Srikanth, et al., 2013. Sama
halnya seperti bakteri MRSA yang menjadi permasalahan bagi dunia kesehatan saat ini, MRCoNS juga menjadi masalah karena resistensi banyak jenis obat yang
membuat tenaga kesehatan sulit untuk memberikan terapi yang terbaik bagi pasien. Dari beberapa penelitian hanya menampilkan hasil penyebab resistensi bakteri
yang terdapat di klinis seperti di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Namun untuk identifikasi penyebab pola resistensi bakteri yang terdapat di
tempat-tempat umum yang bukan termasuk pelayanan kesehatan masih sangat sedikit atau bahkan mungkin tidak pernah dilakukan penelitian seperti ini. Oleh karena itu
bagi peneliti sedikit sulit untuk membandingkan penyebab terjadinya resistensi pada bakteri yang ada di tempat umum seperti di toilet umum dengan temuan bakteri dari
tempat pelayanan kesehatan atau rumah sakit. Walaupun begitu dalam penelitian terhadap bakteri K. pneumoniae mengatakan bahwa faktor gen yang menyebabkan
cepatnya bakteri tersebut berkembang menjadi resistensi Cao, X. et al., 2014. Selain
Universitas Sumatera Utara
itu penggunaan antibiotik dalam dalam jangka waktu yang lama atau terputus-putus juga bisa menyebabkan adaptasi oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur untuk
memodifikasi struktur selnya sehingga tahan terhadap bahan aktif antibiotik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan