Kesimpulan Karakteristik Penderita Retinoblastoma di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011 – Desember 2013

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Angka kejadian pasien retinoblastoma di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011-Desember 2013 sebanyak 46 kasus. Insidensi pasien retinoblastoma pada tahun 2011 dengan jumlah sebanyak 14 kasus 30,43, tahun 2012 dengan jumlah sebanyak 11 kasus 23,91, dan pada tahun 2013 sebanyak 21 kasus 45,65. 2. Karakteristik klinis dan faktor-faktor sosiodemografi pasien retinoblastoma di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011- Desember 2013 yaitu: a Sosiodemografi orang tua dilihat dari status sosial yaitu terbesar pada kelompok menengah sebanyak 31 orang 67,4, menengah bawah sebanyak 15 orang 32,6, dan tidak orang tua dengan status sosial menengah atas. b Sosiodemografi anak dengan faktor umur 3 tahun berjumlah 14 orang 30,43, umur 3-5 tahun 22 orang 47,82 menempati frekuensi tertinggi, sedangkan umur 5 tahun berjumlah 10 orang 21,73 menempati frekuensi terendah. Jenis kelamin laki-laki 52,2 lebih banyak menderita Retinoblastoma daripada perempuan 47,8. c Status gizi kurang sebanyak 34 orang 73,9, status gizi normal sebanyak 12 orang 26, 1, dan tidak ada anak dengan status gizi lebih. Universitas Sumatera Utara d Klasifikasi retinoblastoma dari segi bentuk mutasi tidak dapat dinilai karena belum adanya alat screening genetika RB di Indonesia. Klasifikasi Retinoblastoma dari segi lateralisasi terlihat bahwa kasus unilateral sejumlah 41 kasus 89,1 lebih banyak ditemukan dibandingkan bilateral sejumlah 5 kasus 10,9. Klasifikasi Retinoblastoma dari segi arah perkembangan terlihat bahwa frekuensi tertinggi pada kelas ekstraokular sejumlah 38 kasus 82,6, sedangkan intraokular dan campuran memiliki frekuensi yang sama yaitu sejumlah masing-masing 4 kasus 8,7. e Tingkat keparahan memiliki frekuensi tertinggi pada stadium IV dengan jumlah 41 kasus 89,1, sedangkan stadium I sejumlah 4 kasus 8,7, stadium III sejumlah 1 kasus 2,2, dan stadium II tidak ada kasus. f Gejala klinis utama mata menonjol sejumlah 40 kasus 87, sedangkan gejala klinis utama lainnya seperti cat eye sejumlah 3 kasus 6,4, mata bengkak, mata tidak bisa melihat, dan proptosis bulbi masing-masing sejumlah 1 kasus 2,2. Gejala klinis tambahan lainnya yaitu, proptosis bulbi, perdarahan, bhlepharospasm, leukokorea, edema, hifema, katarak, kemosis, keratitis, mata bengkak, mata merah, dan nanah. g Onset memiliki frekuensi tertinggi pada onset 1 tahun sejumlah 4 kasus 8,7, onset 1 – 2 tahun sebanyak 27 kasus 58,7, onset 2 – 3 tahun sejumlah 13 kasus 28,3, dan onset 3 tahun sejumlah 2 kasus 4,3. h Penatalaksanaan utama dengan metode kemoterapi VCR, EPO, CPA sejumlah 26 kasus 56,5, sedangkan tata laksana utama lainnya seperti enukleasi sejumlah 11 kasus 23,8, kemoterapi CPA, EPO sejumlah 4 kasus 8,7, serta eksenterasi, kemoterapi CPA, Universitas Sumatera Utara kemoterapi MTX, kemoterapi VCR, CPA masing-masing sejumlah 1 kasus 2,2. 3. Outcome pasien retinoblastoma di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011-Desember 2013, yaitu frekuensi tertinggi pada outcome hidup sejumlah 45 kasus 97,8, sedangkan outcome meninggal sejumlah 1 kasus 2,2.

6.2. Saran