HI-Hakikat dan Dasar Berlaku

HAKIKAT DAN
DASAR BERLAKUNYA
HUKUM INTERNASIONAL
5 September 2006

PENDAHULUAN





“Walaupun pelanggaran terhadap hukum internasional
biasanya lebih menarik perhatian, dalam kenyataan hidup
sehari-hari negara dan subjek lainnya dapat dikatakan
menuruti kaidah-kaidah hukum internasional tersebut”
(Mochtar Kusumaatmadja, 2003)
Apa yang menjadikan hk int’l mengikat?
Kelemahan struktur lembaga hk int’l:





Austin: Hk int’l bukan hukum dalam arti sebenarnya

Berbagai teori






Teori hukum alam
Teori kehendak
Mazhab Wina
Fakta kemasyarakatan
Teori kontemporer
10/26/17

(c)2006 Ahmad Gusman S
iswandi


2

DISKUSI


Bagaimana hk int’l mengikat subjeknya
berdasarkan pandangan:








Teori hk alam
Teori kehendak negara
Teori kehendak bersama
Mazhab Wina
Fakta kemasyarakatan


Bagaimana pendapat kelompok anda
tentang masing-masing pandangan



Kekuatan – kelemahan
Relevansinya dengan kondisi saat ini
10/26/17

(c)2006 Ahmad Gusman S
iswandi

3

TEORI HUKUM ALAM







Hk int’l mengikat karena merupakan hukum alam
yang diterapkan pada kehidupan antar bangsa
Mis.: Vattel  “…it is necessary because nations
are absolutely bound to observe it …”
Kekuatan:




Idealisme tinggi; meletakkan dasar moral & etika dalam
hk int’l

Kelemahan:


Sangat subjektif; tergantung pada kebudayaan & sistem
nilai yang berbeda antar bangsa


10/26/17

(c)2006 Ahmad Gusman S
iswandi

4

TEORI KEHENDAK
NEGARA

Hk int’l mengikat karena negara, atas
keinginannya sendiri, bersedia tunduk
pada hk int’l
 Mis.: Jellineck, Zorn
 Beberapa kelemahan:









Bagaimana kalau suatu negara secara sepihak
membatalkan niatnya untuk terikat pada hk
int’l?
Bagaimana halnya dengan hukum kebiasaan?

Dicoba diatasi dengan teori kehendak
bersama
10/26/17

(c)2006 Ahmad Gusman S
iswandi

5

TEORI KEHENDAK
BERSAMA





Hk int’l mengikat karena adanya suatu kehendak
bersama yang lebih tinggi dari kehendak masingmasing negara untuk tunduk pada hk int’l
Mis.: Triepel





Kelemahan:




Berkaitan dengan sifat mengikat hukum kebiasaan
(customary law) dan hukum perjanjian antar negara
Masih tergantung pada kehendak negara namun tidak
mungkin negara tersebut menarik diri secara sepihak

dari suatu ikatan
Kekuatan mengikat berdasarkan kehendak subjek
hukum sulit untuk diterima

Perlu ada sesuatu yang terlepas dari kehendak
negara  aliran objektivis
10/26/17

(c)2006 Ahmad Gusman S
iswandi

6

MAZHAB WINA
Hk int’l mengikat berdasarkan suatu
kaidah yang sifatnya paling mendasar
(grundnorm) dan tidak dapat diterangkan
secara hukum (meta-juridis)
 Mis.: Kelsen  pacta sunt servanda
 Kelemahan:







Tidak dapat menerangkan mengapa kaidah
mendasar itu sendiri mengikat

Kembali lagi pada teori hukum alam
10/26/17

(c)2006 Ahmad Gusman S
iswandi

7

FAKTA KEMASYARAKATAN
Hk int’l mengikat karena manusia sebagai
mahluk sosial selalu memiliki keinginan

untuk berinteraksi satu sama lain
 Mis.: Fauchile, Scelle, Duguit  Mazhab
Prancis
 Berusaha untuk menawarkan konsep yang
realistis  menghubungkannya dengan
kenyataan hidup manusia


10/26/17

(c)2006 Ahmad Gusman S
iswandi

8

TEORI-TEORI
KONTEMPORER


Teori New Haven







Hukum tidak lebih sebagai proses pembentukan
keputusan yang merupakan salah satu elemen yang
memberi kontribusi terhadap penyelesaian persoalan
internasional
Adanya nilai-nilai bersama umat manusia dan aspirasi
universal yang menunjukkan keinginan membentuk
hukum sesuai dengan nilai-nilai tersebut

Teori Marxisme-Leninisme


Elemen-elemen utama (Tunkin):




Penekanan pada kedaulatan negara
Pengakuan terhadap sistem sosial yang berbeda
Prinsip hidup berdampingan secara damai (peaceful
coexistence)
10/26/17

(c)2006 Ahmad Gusman S
iswandi

9

TEORI-TEORI
KONTEMPORER


Teori Restrukturisasi





Menempatkan individu sebagai fokus utama dalam
perkembangan hk int’l
Allot: “…we make human world, including human
institutions, through the power of the human mind. What
we have made by thinking we can make new by new
thinking”

Teori Feminisme



Merupakan reaksi terhadap nilai-nilai patriarkal dalam
perkembangan hk int’l
Charlesworth, et.al.: “A feminist perspective … could
illuminate many areas of international law, for example,
state responsibility, refugee law, the use of force and the
humanitarian law of war, human rights, population
control and international environmental law”
10/26/17

(c)2006 Ahmad Gusman S
iswandi

10