MANAJEMEN KINERJA MADRASAH (Studi tentang Kontribusi Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah, Budaya Organisasi, dan Komitmen Kerja Guru terhadap Kinerja Madrasah Ibtidaiyahdi Kabupaten Way Kanan) - Raden Intan Repository

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual

1. Manajemen Kinerja

a. Hakikat Manajemen dalam Pendidikan

  Terdapat beberapa komponen yang sangat penting untuk mendukung peningkatan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dan salah satunya yang pokok tersebut adalah penyelenggaraan manajemen pendidikan yang dalam lingkup mikro disebut juga manajemen sekolah. Tanpa adanya manajemen pendidikan atau admnistrasi sekolah yang baik maka kemungkinan sekali segala upaya peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan akan gagal sama sekali.

  Bidang ataupun aspek apapun yang akan dibenahi akhirnya kembali kepada adanya prasyarat utama yaitu terselenggaranya manajemen pendidikan yang handal. Jadi masalah manajemen pendidikan adalah masalah yang sangat berperan dalam proses penyelenggaraan pendidikan baik sebagai sarana maupun alat penataan bagi komponen pendidikan lainnya.

  Adapun pengertian manajemen secara umum adalah menurut Harold Koontz dan C.O. Donnel yang dimaksud dengan manajemen adalah “suatu usaha pencapaian tujuan yang diinginkan dengan membangun suatu lingkungan yang “favorable” terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok

  1

  terorganisir.” Sedangkan menurut Hadi Satyagraha manajemen adalah proses

1 Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,

  (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 15 koordinasi berbagai sumberdaya organisasi (men, ma-terials, machines) dalam

  2 upaya mencapai sasaran organisasi.

  Pendapat lain menyebutkan bahwa istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu “segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara

  3

  optimal.” Hal tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan Formen dan Ryan bahwa antara administrasi dan manajemen tidak memiliki perbedaan yang

  4 berarti, sehingga istilah tersebut dapat saja disejajarkan penggunaannya.

  Selanjutnya Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah “proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan

  5

  yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.” Apabila dihubungkan dengan pendidikan, maka yang dimaksud dengan manajemen pendidikan adalah “sebagai seluruh proses kegiatan bersama dan dalam bidang pendidikan dengan memanfaatkan semua fasilitas yang ada, baik

  6

  personal, material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan.” Sedangkan Suryosubroto menerjemahkan pengertian manajemen pendidikan dapat diberi makna dari beberapa sudut pandang, yaitu :

  1) Manajemen pendidikan sebagai kerja sama untuk mencapai tujuan 2 pendidikan.

  Hadi Satyagraha, Beberapa Isu dalam Manajemen Pendidikan, http: // www. Manajemen Pendidikan, net. (20 Juni 2017) 3 4 http: // www. ditplb. or. id (20 Juni 2017) 5 Sufyarma M., Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 189 6 Ibid.

  ., h. 190

  2) Manajemen pendidikan sebagai proses untuk mencapai tujuan pendidikan. 3) Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem. 4) Manajemen pendidikan sebagai upaya pendayagunaan sumber-sumber untuk mencapai tujuan pendidikan.

  5) Manajemen pendidikan sebagai kepemimpinan manajemen. 6) Manajemen pendidikan sebagai proses pengambilan keputusan. 7) Manajemen pendidikan sebagai aktivitas komunikasi. 8) Manajemen pendidikan dalam pengertian yang sempit sebagai kegiatan

  7 ketatausahaan di sekolah.

  Pendapat lain mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan adalah: Sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

  8 keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

  Menurut pendapat Purwanto dan Djojopranoto bahwa: manajemen pendidikan adalah proses keseluruhan kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan dan pembiayaan, dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personil, materiil, maupun spirituil

  9

  untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. M. Ngalim Purwanto, mendefinisikan manajemen pendidikan adalah segenap proses

  7 8 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 15 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 5 9 Ibid .

  pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu baik personal, spiritual, dan

  10 material yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan.

  Adapun pendapat lainnya mendefinisikan manajemen pendidikan adalah suatu proses mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan

  11

  pendidikan secara efektif dan efisien. Pendapat senada dikemukakan Mujamil Qomar, yang mendefinsikan manajemen pendidikan adalah ”suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan secara lebih

  12

  efektif dan efisien.” Walter S. Monreo, dalam bukunya ”Encyclopedia of

  

Educational Research ”, mengartikan manajemen pendidikan adalah adalah

  pengarahan, pengawasan, pengelolaan segala hal yang berkaitan dengan sekolah,

  13 termasuk administrasi pembiayaan untuk mencapai tujuan.

  Engkoswara mengatakan, manajemen pendidikan adalah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya manusia meliputi kurikulum dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan penciptaan suasana yang

  14

  baik bagi manusia dalam mencapai tujuan pendidikan. Stephen G. Kenzevich, menyatakan manajemen pendidikan adalah suatu proses yang berurusan dengan penciptaan, pemeliharaan, stimulasi dna penyatuan tenaga-tenaga dalam suatu lembaga pendidikan dalam usaha merealisasikan tujuan-tujuan yang telah

  10 Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan untuk Fakultas Trabiyah Komponen MKDK , (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 13 11 12 Muhaimin, dkk., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 5 13 Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 10 Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz

  Media, 2008), h. 51 14 Yusak Burhanuddin, Op. Cit., h. 12

  15

  ditentukan sebelumnya. Pendapat lainnya mendefinisikan manajemne pendidikan adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengoirdinasian, pengawasan, pembiayaan dan pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personel, material, maupun spiritual

  16 untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dilihat betapa manajemen pendidikan merupakan faktor utama dalam penyelenggaraan pendidikan. Karena manajemen pendidikan merupakan suatu usaha bersama yang dilakukan untuk mendayagunakan semua sumber daya baik manusia, uang, bahan dan peralatan serta metode untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Jadi dalam manajemen pendidikan terkandung unsur-unsur (1) tujuan yang akan dicapai (2) adanya proses kegiatan bersama (3) adanya pemanfaatan sumber daya (4) adanya kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan terhadap sumber daya yang ada.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan adalah suatu proses dalam menggerakkan dan mendayagunakan semua unsur dalam pendidikan untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan pendidikan. Jadi dengan lebih memperhatikan aspek manajemen pendidikan maka diharapkan tujuan pendidikan atau target program pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Atau dengan kata lain manajemen

  15 16 Mulyono, Op. Cit., h. 52 ., h. 53 pendidikan sangat diperlukan untuk menjamin supaya seluruh kegiatan pendidikan dapat terlaksana dengan optimal.

  Menurut Mulyono, tujuan manajemen pendidikan adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan kegiatan operasional

  17

  kependidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.. Adapun menurut Sergiovanni dan Carver, ada empat tujuan manajemen pendidikan, yaitu: efektifitas produksi, efisiensi, kemampuan menyesuaikan diri dan kepuasan kerja. Keempat tujuan tersebut dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan keberhasilan

  18

  penyelenggaraan sekolah. Pendapat senada dikemukakan Shrode Dan Voich,

  19 bahwa tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan.

  Secara lebih rinci Husaini Usman, menjelaskan tujuan dari manajemen pendidikan adalah: 1) Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang Aktif,

  Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) 2) Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  3) Terpenuhinya salah satu dari 4 kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan (tertunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidik dan tenaga kependidikan sebagai manajer). 4) Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. 5) Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas adminstrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan).

  20 6) Teratasinya masalah mutu pendidikan.

  17 18 Mulyono, Op. Cit., h. 54 19 Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 17 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 15 20 Husaini Usman, Op. Cit., h. 8

  Sedangkan menurut Hadari Nawawi, tujuan manajemen pendidikan adalah “meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan kegiatan opreasional

  21

  kependidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.” Khumaidi Tohar bahkan berpendapat bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya

  22 pendidikan.

  Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa tujuan dari manajemen pendidikan yaitu agar segala usaha kerjasama dalam mendayagunakan berbagai sumber (manusia dan nonmanusia) dapat berjalan secara teratur, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.Dengan demikian dapat dipahami bahwa manajemen pendidikan sangat diperlukan dalam meningkatkan mutu pendidikan baik kualitas maupun kuantitas. Dengan adanya manajemen yang baik dalam suatu pendidikan, maka pendidikan akan berjalan dengan terencana, terkoordinir, teratur, terawasi, terkendali, sehingga kendala-kendala yang dapat menghambat pencapaian tujuan dapat terdeteksi dan diatasi dengan baik, dan selanjutnya semua hal tersebut berguna dalam pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri agar lebih efektif dan efisien. Jadi masalah manajemen pendidikan adalah masalah yang sangat berperan dalam proses penyelenggaraan pendidikan baik sebagai sarana maupun alat penataan bagi komponen pendidikan lainnya.

  Hal-hal yang harus diimplementasikan dalam manajemen pendidikan, adalah mengimplementasikan berbagai kegiatan dari manajemen pendidikan itu sendiri yang meliputi: 21 22 Hadari Nawawi, Op. Cit., h. 12 Khumaidir Tohar, Manajemen Peserta Didik dalam Menghadapi Kreatifitas Anak,

  http://www . Manajemen pendidikan, net (10 Juni 2017)

  1) Kegiatan merencanakan (planning), yaitu menentukan apa yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2) Kegiatan mengorganisasikan (organizing), yaitu membagikan dan menetapkan tugas-tugas kepada anggota kelompok, mendelegasikan kekuasaan dan menetapkan hubungan-hubungan antara kelompok kerja yang satu dengan yang lain. 3) Kegiatan menggerakan (actuating), yaitu kegiatan pemimpin dalam menggerakan kelompok secara efektif dan efisien ke arah pencapaian tujuan. 4) Kegiatan pengawasan (controlling) yaitu pengawasan dan pengendalian agar organisasi dapat berjalan sesuai dengan rencana, dan tidak menyimpang dari arah semula.

23 Menurut pendapat Engkoswara dalam mengimplementasikan manajemen

  pendidikan, hal-hal yang harus dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) merencanakan, 2) mengorganisasikan, 3) memimpin, dan 4) mengendalikan.

24 Dari rangkai kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa proses

  manajemen meliputi: 1) merencanakan, 2) mengorganisasikan, 3) memimpin, 4) mengendalikan.

1) Planning (Perencanaan)

  Perencanaan adalah ”penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan.”

  25 Prayudi Atmosudirjo mengemukakan rumusan perencanaan adalah ”menentukan

  dan merumuskan segala apa yang dituntut oleh situasi dan kondisi pada badan usaha atau unit organisasi yang kita pimpin.”

  

26

Pendapat lain memperinci pengertian

  perencanaan adalah ”pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan 23 Ibid . 24 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011),

  h. 94 25 Jawahir Tanthowi, Unsur-Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al Quran, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983),h. 65 26 Prayudi Atmosudirjo, Dasar-Dasar Administrasi dan Office Management, (Jakarta, 1976), h. 110

27 Sedangkan menurut Husaini Usman perencanaan adalah ”proses

  tersebut.”

  pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya yang dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.”

  28 Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang disebut

  perencanaan ialah kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan. Dari definisi ini perencanaan mengandung unsur-unsur: 1) sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, 2) adanya proses, 3) hasil yang ingin dicapai, dan 4) menyangkut masa depan dalam waktu tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka tujuan dari implementasi kegiatan perencanaan dalam manajemen pendidikan adalah untuk: a) Standar pengawasan yaitu mencocokan pelaksanaan dengan perencanaannya.

  b) Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.

  c) Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik kualifikasinya maupun kuantitasnya.

  d) Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.

  e) Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan waktu.

  f) Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.

  g) Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan.

  h) Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui. i) Mengarahkan pada pencapaian tujuan.

  29 Adapun manfaat perencanaan adalah sebagai berikut:

  a) Standar pelaksanaan dan pengawasan

  b) Pemilihan berbagai alternatif terbaik

  c) Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan 27 Suryosubroto, Op. Cit., h. 22 28 Husaini Usman, Op. Cit., h. 49 29 ., h. 47-48

  d) Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi

  e) Membantu manager menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan

  f) Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait

  30 g) Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

  Lingkup implementasi manajamen pendidikan pada kegiatan perencanaan adalah: a) perencanaan kurikulum, b) perencanaan kepeserta didikan, c) perencanaan keuangan, d) perencanaan prasarana dan sarana, e) perencanaan kepegawaian, f) perencanaan layanan khusus, g) perencanaan hubungan masyarakat, h) perencanaan

  31 proses pembelajaran dan fasilitasnya, i) perencanaan ketatausahaan sekolah.

2) Organizing (Pengorganisasian)

  Pengorganisasian adalah menyusun hubungan perilaku yang efektif antar personalia, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh keputusan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas dalam situasin lingkungan yang

  32

  ada guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Pendapat lain mendefinisikan pengorganisasian adalah ”keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang- orang serta mengalokasikan prasarana dan sarana untuk menunjang tugas orang-

  

33

  orang itu dalam rangka mencapai tujuan.” Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa pengorganisasian adalah tindakan penyatuan yang terpadu, utuh dan kuat di dalam suatu wadah kelompok atau organisasi. Hal ini dilakukan sesuai dengan pembagian tugas, yang berbeda-beda akan tetapi menuju dalam satu titik arah, tindakan ini dilakukan agar anggota atau personel dapat bekerja dengan baik dan memiliki rasa kebersamaan serta tanggung jawab. 30 31 Ibid ., h. 48 32 Suryosubroto, Op. Cit., h. 23 33 Mulyono, Op. Cit., h. 27 Suryosubroto, Op. Cit., h. 24

  Wujud dari implementasi kegiatan pengorganisasi ini adalah tampaknya kesatuan yang utuh, kekompokan, kesetiakawanan dan terciptanya mekanisme yang sehat, sehingga kegiatan lancar, stabil dan mudah mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan dan manfaat implementasi kegiatan pengorganisasian dalam manajemen pendidikan adalah untuk:

  1) mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan dan sumber daya yang dimilikinya dalam mencapai tujuannya, 2) mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakan bersama-sama, 3) wadah memanfaatkan sumber daya dan teknologi bersama-saman, 4) wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki seseorang, 5) wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja, 6) wadah mengelola lingkungan bersama- sama, 7) wadah mencari keuntungan bersama-sama, 8) wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan, 9) wadah mendapatkan penghargaan, 10) wadah memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks, 11)

  34 wadah menambah pergaulan, dan 12) wadah memanfaatkan waktu luang.

  Mengimplementasikan kegiatan pengorganisasian dalam manajemen pendidikan ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: a) Organisasi itu mempunyai tujuan yang jelas

  b) Tujuan organisasi dipahami oleh setiap anggota organisasi

  c) Tujuan organisasi harus dapat diterima oleh setiap orang dalam organisasi, Adanya kesatuan arah dari berbagai bagian organisasi

  d) Adanya kesatuan perintah

  e) Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugasnya f) Adanya pembagia tugas yang jelas

  g) Struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin

  h) Pola dasar organisasi harus relatif permanen i) Adanya jaminan terhadap jabatan-jabatan dalam organisasi j) Adanya balas jasa yang setimpal yang diberikan kepada setiap anggota organisasi k) Penempatan orang yang bekerja dalam organisasi itu sesuai dengan

  35 kemampuannya.

  34 35 Husaini Usman, Op. Cit., h. 127 Suryosubroto, Op. Cit., h. 25

3) Actuating (Menggerakkan)

  Actuating adalah ”kegiatan memelihara, menjaga dan memajukan

  organisasi melalui setiap personal, baik secara struktural maupun fungsional, agar

  36

  setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha mencapai tujuan.” Pendapat lain mendefiniskan actuating adalah ”suatu fungsi pembimbing dan pemberian

  37

  pimpinan serta penggerakkan orang agar kelompok itu suka dan mau bekerja.” Suharsimi Arikunto memberikan pengertian actuating adalah: ”penjelasan, petunjuk serta pertimbangan dan bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan

  38

  dengan lancar.” Sedangkan syekh Mahmud Hawari menyebut actuating dengan

  

direction , beliau merumuskan sebagai berikut: At Taujih atau direction adalah:

  pimpinan selalu memberikan jalan petunjuk atau ilmu pengetahuan, serta memperingatkan, terhadap anggota, buruh atau karyawan guna mencapai tujuan

  39

  yang sebenarnya.” Berdasarkan beberapa pengertian tersebut kegiatan actuating dapat berbentuk sebagai berikut: a) Memberikan dan menjelaskan perintah

  b) Memberikan petunjuk melaksanakan suatu kegiatan

  c) Memberikan kesempatan meningkatkan pengetahuan, keterampilan/ kecakapan dan keahlian agar lebih efektif dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi.

  d) Memberikan kesempatan ikut serta meyumbangkan tenaga dan pikiran untuk memajukan organisasi berdasarkan inisiatif dan kreativitas masing- masing.

  36 37 Hadari Nawawi, Op. Cit., h. 36 38 Soekarno, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Telaga Bening, tt), h. 92 39 Hadari Nawawi, Op. Cit., h. 25 Jawahir Tanthowi, Op. Cit., h. 75 e) Memberikan koreksi agar setiap personal melakukan tugas-tugasnya secara efisien.

40 Berdasarkan pengertian dan bentuk kegiatan actuating, maka dapat

  dipahami bahwa yang melaksanakan kegiatan actuating biasanya adalah pimpinan organisasi. Untuk itu pimpinan organisasi harus memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan actuating.

4) Controlling (Mengawasi dan Mengendalikan)

  Controlling adalah ”kegiatan mengukur tingkat efektifitas kerja personal

  dan tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan.”

41 Pendapat lain mendefinisikan controlling adalah ”proses pemantauan,

  penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.

  42 Pendapat lain

  mengartikan controllingadalah ”kegiatan atau proses untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan untuk diperbaiki dan kemudian dan mencegah terulangnya kembali kesalahan itu begitu pula mencegah sehingga pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang ditetapkan.”

  43 Tujuan dan manfaat controlling adalah:

  a) Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan, dan ketidakadilan.

  b) Mencegah terulangnya kembali kesalahan, peyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidakadilan.

  c) Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik.

  d) Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akkuntabilitas organisasi. 40 Hadari Nawawi, Op. Cit., h. 43 41 Ibid ., h. 40 42 Husaini Usman, Op. Cit., h. 400 43 Arifin Abdurrahman, Kerangka Pokok-Pokok Managemen Umum,(Jakarta: Ihktiar Baru, 1986), h. 99 e) Meningkatkan kelancaran operasi organisasi.

  f) Meningkatkan kinerja organisasi.

  g) Memberikan opini atas kinerja organisasi.

  h) Mengarahkan manajemen untuk melaksanakan koreksi atas masalah- masalah pencapaian kinerja yang ada.

  44 i) Menciptakan terwujudnya pemerintah yang bersih.

  Ruang lingkup controlling adalah: 1) pemantauan, 2) penilaian, dan 3)

  45

  pelaporan. Adapun langkah-langkah dalam implementasi kegiatan pengendalian adalah: pemeriksaan, penyampaian pertangungan jawab, pengecekan dan pengumpulan informasi untuk diolah dan diinterpretasikan berdasarkan perbandingan dengan tujuan yang hendak dicapai sebagai standar ukur

  46

  keberhasilan. Pemantauan yang dimaksud adalah memantau kegiatan yang dilakukan personal, metode, peralatan, aspek perencanaan, pengorganisasian, pemberian bimbingan dan pengarahan, koordinasi, komunikasi dan pada kegiatan

  47

  pengendalian itu sendiri. Sedangkan penilaian yang dimaksud adalah mengadakan penilaian terhadap kompetensi personal, keterampilan dan menggunakan metode, penggunaan peralatan yang disediakan, sikap pribadi personal yang melaksanakan beban kerja, hasil kerja, dan penilaian terhadap

  48

  seluruh aspek atau proses manajemen. Pelaporan yang dimaksud adalah memberikan laporan baik secara tertulis maupun lisan tentang apa-apa yang telah dipantau dan hasil penilaian yang kemudian hasil laporan tersebut ditindaklajuti, sehingga dapat meningkatkan hasil kerja organisasi.

  44 45 Husaini Usman, Op. Cit., h. 400-401 46 Ibid ., h. 407 47 Hadari Nawawi, Op. Cit., h. 45 48 Ibid ., h. 43 ., h. 45

  Controlling merupakan proses terakhir yang ditempuh dalam kegiatan

  manajerial, setelah planning, organization, dan actuating. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa controlling merupakan proses pengamatan atau memonitor dan mengendalikan kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan berjalan sesuai rencana untuk mencapai tujuan.

  Controlling menjadi sangat strategis sekali apabila setiap orang dalam

  organisasi harus menyadari pentingnya pengawasan dan pengendalian agar tidak terjadi penyimpangan. Namun perlu digarisbawahi bahwa nilai-nilai Islam mengajarkan secara mendasar mengenai pengawasan tertinggi atau perbuatan dan usaha manusia baik secara individual maupun secara organisator adalah Allah SWT. Pengawasan dari Allah SWT adalah terletak pada sifat Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Allah menegaskan dalam surat an-Nisa’ ayat 135:

  





 

  Artinya: ” Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar- benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata- kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha

  49

  mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (An-Nisa’: 135)

  Controlling yang pertama dan utama ialah Allah. Maka jika ada kesadaran

  moral yang tinggi dari setiap orang yang tentang kehadiran Allah dalam setiap 49 Depag RI., Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 2007), h. 131 waktu dan kesempatan serta pada setiap tempat di manusia beraktivitas, maka penyimpangan akan dapat dihindari. Apa yang direncanakan akan dijalankan dengan benar sesuai hasil musyawarah, mendayagunakan sumber daya material sesuai kebutuhan untuk mencapai tujuan organisasi.

  Keempat kegiatan dalam manajemen pendidikan tersebut, memiliki hubungan saling keterkaitan satu sama lain menjadi satu kesatuan yang utuh dalam mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien serta optimal. Berikut gambaran proses manajemen dalam lingkup planning, organizing, actuating, dan

  controlling .

  

MERENCANAKAN

Manajer menggunakan

logika dan metode untuk

memikirkan sasaran dan

tindakan

MENGENDALIKAN MENGORGANISASIKAN

  

Manajer memastikan bahwa Manajer mengatur dan

organisasi bergerak mencapai mengalokasikan pekerjaan,

tujuan organisasi wewenang dan sumber daya untuk mencapai sasaran organisasi

  

MEMIMPIN

Manajer mengarahkan,

mempengaruhi, dan

memotivasi karyawan

untuk melaksanakan tugas

yang penting

  50 Gambar 2.1 Proses Manajemen

50 Engkoswara dan Aan Komariah, Op. Cit., h. 94

b. Kinerja Organisasi

  Kata kinerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikansebagai

  51

  sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Dan

  52

  dalam istilah ilmu manajemen, pengertian kinerja hampir sama. Menurut Rivai, pengertian kinerjayaitu: 1) melakukan, menjalankan dan melaksanakan; 2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar, 3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab, dan 4) melakukan sesuatu yang

  53 diharapkan oleh seseorang atau mesin.

  Menurut E. Mulyasa, pengertian kinerja adalah “segala upaya yang

  54

  dilakukan dalam mencapai tujuan.” Kirkpatrick dan Nixon mengartikan kinerja sebagai ukuran kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

  55

  (direncanakan) sebelumnya. Harris, Meintyre, Littleton dan Long mengatakan bahwa kinerja adalah: perilaku yang menunjukkan kompetensi yang relevan dengan tugas yang realistis dan gambaran perilaku difokuskan kepada konteks pekerjaan yaitu perilaku diwujudkan untuk memperjelas deskripsi-deskripsi kerja

  56 menentukan kinerja yang akan memenuhi kebutuhan organisasi yang diiginkan.

  Menurut Uhar Suharsaputra, kinerja adalah hasil kerja yang dicapai dan dapat

  51 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 503 52 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 179 53 Rivai, Performance Apraisal: Sistem yang tepat untuk menilai kinerja karyawan dan meningkatkan daya saing perusahaan , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 14 54 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h.

  126 55 56 Syaiful Sagala, Op. Cit., h. 179 , h. 180 diperlihatkan melalui kualitas hasil kerja, ketepatan waktu, inisiatif, kecakapan,

  57 dan komunikasi yang baik.

  Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kinerja merupakan sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

  Adapun pengertian organisasi menurut Armosudiro adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang /

  58

  sekelompok orang yang disebut dengan bawahan. Dengan demikian pengertian kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi tercapainya tujuan organisasi berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang

  59

  didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Menurut Baban Sobandi, kinerja organisasi merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome,

  60 benefit, maupun impact.

  57 58 Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 147 ArmosudiroPradjudi, Konsep Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 12 59 Surjadi, Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik,(Bandung: Refika Aditama, 2009),

  h. 7 60 Baban Sobandi, dkk.,Desentralisasi dan Tuntutan Penataan KelembagaanDaerah, (Bandung: tp, 2006), h. 176

  Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dipahami bahwa yang dimaksud dengan kinerja organisasi adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh suatu organisasi dalam melakukan suatu pekerjaan dapat dievaluasi tingkat kinerjanya. Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam organisasi tergantung bagaimana proses kinerja itu dilaksanakan. Jadi, kinerja organisasi adalah hasil kerja yang didapatkan di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dengan demikian kinerja organisasi merupakan seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dalam rangka pencapaian tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan program/kebijakan/visi dan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.

  Pengertian kinerja organisasi ini merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.Untuk itu, diperlukan beberapa informasi tentang kinerja organisasi. Informasi tersebut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini, sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Untuk mengukur kinerja organisasi cukuplah sulit karena bersifat multidimensional yang dikarenakan stakeholder memiliki kepentingan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Oleh karena itu menurut Agus Dwiyanto, indikator kinerja organisasi publik adalah sebagai berikut:

  1) Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output. 2) Kualitas layanan

  Kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat sering kali tersedia secara mudah dan murah yang dapat diperoleh dari media massa dan diskusi publik. 3) Responsivitas

  Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukan sebagai salah satu indikator kinerja organisasi publik karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. 4) Responsibilitas

  Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. 5) Akuntabilitas

  Akuntabilitas publik menunjukkan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat, asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih rakyat, dengan sendirinya akan selalu

  61 mempresentasikan kepentingan rakyat.

  Berdasarkan pendapat tersebut, maka untuk mengukur kinerja organiasi terdiri dari produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Produktivitas dari suatu organisasi dapat dilihat dari rasio input dan output, kualitas layanan dapat dilihat dari sumber daya manusia dan kepuasan masyarakat, responsivitas dapat dilihat dari prosedur dan keinginan masyarakat, responsibilitas dapat dilihat dari tanggung jawab dan adminsitrasi pelayanan sedangkan akuntabilitas dapat dilihat dari ukuran target yang dicapai. 61 Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governanace Melalui Pelayanan Publik.

  (Yogyakarta Gajah Mada: University Perss, 2008), h. 50 – 51

c. Kinerja Madrasah

  Apabila dihubungkan dengan madrasah, maka yang dimaksud dengan kinerja madrasah adalah kesediaan para personal madrasah untuk melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dan

  62

  sesuai pula dengan hasil yang diharapkan. Pendapat lainnya menjelaskan pengertian kinerja madrasah adalah sesuatu atau prestasi yang dicapai madrasah atau prestasi yang diperlihatkan madrasah. Dengan kata lain kinerja madrasah

  

63

merupakan kemampuan kerja madrasah.

  Menurut Budi Suhardiman, kinerja madrasah adalah prestasi yang telah dicapai madrasah yang bersangkutan. Prestasi tersebut meliputi prestasi di bidang akademik dan non akademik. Prestasi tersebut sebagai hasil kerja kepala madrasah, guru, staf, penjaga, komite sekolah, dan unsur lain yang ada di

  64

  sekolah. Pendapat lainnya mendefinisikan kinerja madrasah adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seluruh warga madrasah di lembaga dengan wewenang

  65

  dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan kelembagaan (madrasah). Pendapat lainnya mendefinisikan kinerja madrasah adalah hasil kerja keras madrasah dalam mewujudkan tujuan strategik yang ditetapkan organisasi, kepuasan pelanggan

  66 serta kontribusinya terhadap perkembangan masyarakat.

  62 63 Syaiful Sagala, Op. Cit., h. 183 Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 149 64 65 Ibid.

  Departemen Pendidikan Nasional, Kinerja Sekolah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan MenengahDirektorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2005), h. 4 66 Akdon, Strategic Management for Educational Management (Manajemen Strategik

(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 166 Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kinerja madrasah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil prestasi atau hasil kerja yang dicapai madrasah yang dapat diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif, serta menggambarkan sejauh mana madrasah telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Selain itu, kinerja juga menujukkan seberapa baik pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seluruh personal madrasah dalam upaya menciptakan tujuan madrasah.

  Sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Quran bahwa kinerja yang baik akan mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan kinerja yang dilakukannya:

  

  Artinya: “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang

  67 telah diusahakannya”. (QS. An-Najm: 39).

  

  Artinya: “dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka

  68 kerjakan”. (QS. Al-An’am: 132).

  Kinerja madrasah dalam laporan Joint Legislative Audit and Review yang berjudul Review of Factor and Practices Associated with

  Commission

School Performance in Virginia , dirujuk sebagai academic achievement atau

  69

  prestasi akademis. Prestasi akademis disimpulkannya sebagai a strong predictor untuk kinerja sekolah. Sebagaimana yang dikemukakan Berry pada tabel berikut:

  67 68 Departemen Agama RI., Op. Cit., 421 69 Ibid.,

  h. 115 Joint Legislative Audit and Review Commission, Review of Factor and Practices , 2004, h. 5

  Tabel 2.1

  70 Performance Measures for school environments Focus Educational Performance Measures Students Absenteeism Chronic Schedule Changes

  

Disciplinary Classroom Behavior

Health and Accident Reports Health Behaviors Risk Behaviors Academic Achievement (Long Term Study) Attitudes Perception of the School Environment Experience of Violence/Theft/haraament

  Teachers and other Absenteeism staff Reports of Disruptive Classroom Behavior Health and accident reports Health Behaviors Attitudes Perception of the school environment

  School School Climate Organizations Organizational Health Inventory School Health Questionnaire PTA Budget Parent Perceptions of the school Environment Parent Reports of Violent/Disruptive behavior

  Pada tabel tersebut, dapat dipahami bahwa ukuran kinerja untuk lingkungan sekolah dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek yaitu peserta didik, guru dan pegawai, dan organisasi sekolah. Pertama, pada aspek peserta didik pengukuran kinerja sekolah dilihat dari kehadiran/keaktifan, ketekunan/konsisten terhadap jadwal, kedisiplinan, laporan kesehatan, prestasi akademik, sikap belajar, prilaku, persepsi terhadap lingkungan sekolah, dan pengalaman terhadap keadaan yang terjadi dalam proses belajar. Kedua, aspek guru dan pegawai, kinerja sekolah dapat diukur berdasarkan kehadiran, laporan pelaksanaan pembelajaran di kelas, 70 Michael A. Berry, Educational Performance, Environmental Management, and

  2001, h. 4 laporan kesehatan, sikap, persepsi terhadap lingkungan sekolah, dan pengalaman terhadap keadaan yang terjadi pada proses pembelajaran. Ketiga, aspek organisasi sekolah, kinerja pendidikan dapat diukur berdasarkan iklim sekolah, laporan kemajuan sekolah, anggaran, persepsi orangtua terhadap lingkungan sekolah, dan laporan orangtua terhadap kejadian/peristiwa kekerasan di sekolah.

1) Peserta Didik

  Pengukuran kinerja sekolah pada aspek peserta didik dilihat dari kehadiran/keaktifan, ketekunan/konsisten terhadap jadwal, kedisiplinan, laporan kesehatan, prestasi akademik, sikap belajar, prilaku, persepsi terhadap lingkungan sekolah, dan pengalaman terhadap keadaan yang terjadi dalam proses belajar.

a) Keaktifan

  71 Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat bekerja, berusaha.

Dokumen yang terkait

Studi Komparasi Peran Manajerial Kepala Madrasah terhadap Kepuasan Kerja Guru dan Reputasi Madrasah di Kabupaten Sidoarjo

0 0 12

Keterampilan Human Relation Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di MTs Negeri 2 Bandar Lampung - Raden Intan Repository

0 0 13

Keterampilan Human Relation Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di MTs Negeri 2 Bandar Lampung - Raden Intan Repository

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah, Iklim Kerja, Motivasi Kerja dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 43

BAB II LANDASAN TEORI A. Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja - Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah, Iklim Kerja, Motivasi Kerja dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repositor

0 0 87

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian - Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah, Iklim Kerja, Motivasi Kerja dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 24

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah, Iklim Kerja, Motivasi Kerja dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan - Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah, Iklim Kerja, Motivasi Kerja dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

0 0 20

MANAJEMEN KINERJA MADRASAH (Studi tentang Kontribusi Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah, Budaya Organisasi, dan Komitmen Kerja Guru terhadap Kinerja Madrasah Ibtidaiyahdi Kabupaten Way Kanan) - Raden Intan Repository

0 0 26

MANAJEMEN KINERJA MADRASAH (Studi tentang Kontribusi Keterampilan Manajerial Kepala Madrasah, Budaya Organisasi, dan Komitmen Kerja Guru terhadap Kinerja Madrasah Ibtidaiyahdi Kabupaten Way Kanan) - Raden Intan Repository

0 0 17