BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil MTs Negeri Sumbang a. Keadaan secara umum - PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENUMBUHKAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK UNTUK MEMATUHI TATA TERTIB SEKOLAH DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SUMBA

  oleh kendaraan bermotor maupun kendaraan umum lainnya. MTs Negeri Sumbang didirikan pada tanggal 17 Maret 1997 No. DP.

  2

  0035528. Sekolah ini berdiri di atas tanah seluas 6.001 m dan

  2

  bangunan 1.222 m tanah sekolah ini mempunyai status kepemilikan atau hak milik oleh Kementrian Agama. Dengan luas tanah sekian MTs Negeri Sumbang mempunyai 32 ruang yang terdiri dari 16 ruangan kelas, 1 ruangan Kepala Madrasah, 1 ruangan kantor, 1 ruangan kantor guru, 1 mushola, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS dan 10 ruang kamar mandi/wc dan terdapat 1 lapangan yang terletak ditengah-tengah sekolah.

  Visi sekolah merupakan harapan atau impian yang ingin dicapai oleh warga sekolah. Visi sekolah dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan

  53 pada masa yang akan datang, mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan. Sedangkan misi sekolah merupakan upaya/tindakan yang dilakukan oleh warga sekolah untuk mewujudkan visi sekolah.Begitu juga dengan MTS Negri Sumbang memiliki visi yaitu “kokoh dalam iman,berakhlak mulia dan berilmu amaliah”.Untuk mewujudkan visi MTs Negeri Sumbang tersebut maka dilakukannya beberapa misi diantaranya sebagai berikut : 1) Melaksanakan pembelajaran dan pembimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal.

  2) Memperkokoh keimanan sebagai sumber pijakan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. 3) Mewujudkan pribadi siswa yang jujur, disiplin, berani,tanggung jawab, percaya diri, hormat pada orang tua, guru serta menyayangi sesama. 4) Mendorong dan memotivasi siswa untuk menuntut ilmu serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  5) Menerapkan managemen partisipatif dan melibatkan seluruh komponen madrasah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan madrasah (Stake Holder)

  Tabel 4.1 Daftar nama Guru MTs Negeri Sumbang

  IPS

  17 Wulan Cahyani, S.Pd Guru

  IPA

  18 Hesti Pamuji, S.Pd Guru B.Inggris

  19 Sri Wahyuningsih, S.Ag Guru B.Arab

  20 Ali Supangat, S.Ag Waka Kesiswaan

  SKI

  21 Amir Hidayat, S.E Guru

  22 Diyah Rakhawati, S.Ag Guru Akidah Akhlak

  15 Nur Kholik, S.Pd Waka Sarpras PKn

  23 Atik Kurniati, S.Pd Guru B.Inggris

  24 Nurul Hikmah, S.Pd Guru

  IPA

  25 Riyadul Maki Aji M, S.Pd Guru B.Inggris

  26 Latifatul Azizah, S.Pd.I Guru Al Qur'an Hadist

  27 Sultoni, M.Pd.I Guru

  B. Arab

  16 Siti Fatimah, S.Pd Guru B.Indonesia

  14 Ery kusnanto, S.Pd Waka Humas BK

  No .

  Guru Matematika

  Nama Guru Jabatan Mapel Utama

  1 H. Akhmad Taukhid, M.Pd Kepala Madrasah

  2 Dra. Maria Aisah Guru

  IPA Biologi

  3 Drs. Nur Hidayat Guru Akidah Akhlak

  4 A.Badrun Alhamidi, S.Ag Guru Fiqih

  5 Dra.Mei Retno Wiyarti, M.M

  6 Umul Fatimah, Dra. Hj Guru Matematika

  13 Arina Kustiyanti, S. Psi Guru BK

  7 Rahyanti Yudiati, S.Pd Guru

  IPS

  8 Shoimah, S.Ag Guru Al Qur'an Hadist

  9 Sri Yuswarti, S.Pd.Mat Guru Matematika

  10 Khudaefah, S.Pd Guru B.Indonesia

  11 Maizun Lukman, S.Pd Waka Kurikulum

  IPA

  12 Siti Nilawati, Dra Guru B.Indonesia

  28 Mulyani, S.Pd Guru PKn (Sumber: Data TU MTs Negeri Sumbang)

  Tabel 4.2 Struktur Organisasi MTs Negeri Sumbang

  No Nama Jabatan

  1 Tupono Komite Sekolah

  2 H. Akhmad Taukhid, M.Pd Kepala Madrasah

  3 Maizun Lukman, S.Pd Waka Kurikulum

  4 Ali Supangat, S.Pd Waka Kesiswaan

  5 Nur Kholik, S.Pd Waka Sarpras

  6 Ery Kusnanto, S.Pd Waka Humas

  7 Nurudin, M.Pd. I Kepala Tata Usaha (Sumber: Data TU MTs Negeri Sumbang) e.

Data Peserta Didik MTs Negeri Sumbang

  Tabel 4.3 Data Peserta Didik MTs Negeri Sumbang Tahun Pelajaran 2015/2016

  No Kelas Jumlah Laki- Perempuan Jumlah Rombel laki Seluruhnya 1.

  VII

  5

  93 67 160 2.

  VIII

  5

  88 82 170 3.

  IX

  6

  88 72 160 Jumlah 16 269 221 490

  (Sumber : Data TU MTs Negeri Sumbang) 2.

Deskripsi Hasil Penelitian a. Disiplin dalam hal kehadiran (terlambat hadir ke sekolah, tidak mengikuti kegiatan ektrakurikuler, tidak masuk sekolah tanpa alasan atau meninggalkan sekolah tanpa izin)

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa kedisiplinan di MTs Negeri Sumbang pada dasarnya masih cukup rendah dan perlu penanganan khusus. Hal ini ditandai dengan banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik di MTs Negeri Sumbang dengan contoh misalnya datang terlambat ke sekolah. Kehadiran merupakan hal pokok dalam menunjang kegiatan pembelajaran peserta didik di sekolah. Karena apabila peserta didik sering terlambat ke sekolah tentunya peserta didik juga akan dirugikan karena tertinggal materi yang disampaikan oleh guru. Lebih parah lagi apabila peserta didik tidak hadir tanpa alasan yang jelas, itu tentu akan merugikan diri sendiri. Dari hasil wawancara kepada guru PKn pak Nur Kholik mengatakan perannya sebagai guru PKn dan mengungkapkan kedala dan upaya yang dilakukannya dalam menumbuhkan kedisiplinan peserta didik dalam hal kehadiran, beliau mengatakan bahwa:

  Ya kalau saya selalu menegur dan menasehatinya mba untuk tidak telat lagi. Kalau kendala memang dari anak itu yang malas bangun pagi lalu berangkatnya jadi siang mba itu alasan yang sering diungkapkan oleh anak-anak mba. Solusinya ya kalau dia terlambat pada saat jam pelajaran saya, pasti saya berikantugas untuk mengerjakannya, agar anak juga jera dan sambil belajar juga dengan mengerjakan tugas itu. (Wawancara, 26 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103).

  Dalam hal ini bu Mulyani selaku guru PKn juga mengungkapkan perannya untuk mendisiplinkan peserta didik serta kendala dan upayanya, beliau mengatakan bahwa:

  Kalau saya selalu menegur dan menasehati kalau mereka datang terlambat, ditanya kenapa terlambat, kalau alasannya bisa diterima ya saya izinkan masuk tanpa hukuman, tapi kalau alasannya itu-itu saja ya saya kasih dia hukuman mba. Kalau kendala memang anaknya yang susah ya mba, mungkin tidak terbiasa bangun pagi mungkin jadi sering terlambat. Upayanya ya dengan saya memberi hukuman berupa mengerjakan soal-soal yang ada di LKS maupun buku paket atau maju mengahaflkan UUD 1945. (Wawancara, 26 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Pernyataan dari guru PKn juga di perkuat peran dari guru BK pak Ery Kusnanto yang mengungkapkan perannya sebagai guru BK, kedala yang dihadapi dan upaya yang dilakukan dari guru BK untuk mendisiplinkan peserta didik, berikut pernyataan beliau bahwa:

  Ya kalau saya selaku guru BK pasti yang pertama menegur lalu menasehati biar tidak sering terlambat ke sekolah. Saya tanya kenapa, lalu saya kasih arahan biar tidak diulangi lagi. Kendalanya ya karena memang anak berbeda-beda wataknya jadi ada yang rajin ada yang malas, jadi saya paati nasehati dulu mba. Solusinya ya dengan memberikan hukuman untuk hormat bendera selama 10 menit atau membersihkan ruangan tertentu di jam istirahat dengan pantauan saya tentunya. (Wawancara, 27 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103).

  Peran dari kesiswaan juga sangat penting untuk mendisiplinkan peserta didik, pak Ali Supangat mengungkapkan perannya sebagai kesiswaan dan mengungkapkan kendala dan upaya yang dilakukannya sebagai kesiswaan unutk mendisiplinkan peserta didik, beliau menyatakan bahwa:

  Sebagai kesiswaan disini ya pastinya saya selalu menegur dan menasehatinya terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan mba, ditanya kenapa terlambat. Memang anak disini kan dari berabagai latar belakang keluarga ya mba jadi ada yang datang ke sekolah diantar, ada yang naik angkot, ada yang bawa sepeda dan aja juga yang jalan kaki, jadi kendalanya memang datang dari anak itu sendiri yang bangun kesiangan jadi terlambat ke sekolah. Solusinya ya dengan memberikan sanksi apa itu di suruh mengerjakan tugas pada jam pertama pelajaran atau terkadang kita kenakan denda uang kalau dia sudah terlambat dan memakai sepatu yang tidak sesuai atau warnanya tidak sesuai, lalu uang ini dibayarkan ke bendahara kelas untuk nantinya menjadi uang kas kelas, seperti itu mba. (Wawancara, 15 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Tetapi dari peserta didik yang berhasil peneliti wawancarai memang mengakui kalau mereka melakukan pelanggaran ketidakdisiplinan dalam hal terlambat ke sekolah maupun tidak berangkat ekstrakurikuler bahkan meninggalkan sekolah tanpa izin untuk pulang ke rumah atau pergi untuk bermain. Seperti salah satu pernyataan dari Zakaria peserta didik kelas IX yang mengatakan bahwa dirinya terkadang berangkat terlambat ke sekolah dan meninggalkan sekolah tanpa izin, berikut adalah pernyataan dari Zakaria bahwa:

  Datang ke sekolah terlambat, baju dikeluarkan, minggat mba. Kalau baju disuruh masukkan, kalau terlambat ditegur terus dinasehatin, kalau minggat pasti besoknya dipanggil mba ke BK, terus suruh bersihin perpustakaan apa UKS seperti itu mba (Wawancara, 14 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Selanjutnya Dimas peserta didik kelas VII juga menyatakan bahwa dirinya juga melanggar tata tertib sekolah dengan tidak berangkat eskul pramuka, berikut pernyataan Dimas bahwa:

  Tidak berangkat pramukaan, bermain di kelas, terus bermain pada saat jam pelajaran, juga kadang-kadang baju di keluarkan dan nggak pake dasi. Kalau nggak berangkat pramuka paling besoknya dihukum mba tapi sama kaka dewan, kalau baju suruh dimasukkan mba (Wawancara, 13 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Tidak hadir dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah yang sering dilakukan oleh peserta didik dan kebanyakan hal tersebut dilakukan oleh kelas VII. Hal lainnya juga diungkapkan dan diakui oleh Burhanudin bahwa:

  Terlambat ke sekolah, suka ribut sendiri di kelas, kadang abju di keluarkan mba, ya masih banyak lagi mba. Kalau telat paling ditegur mba dinasehatin, suruh bersihin UKS atau perpus, kadang suruh ngerjain tugas mba (Wawancara,

  13 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Untuk lebih meyakinkan peneliti mencoba hadir lebih awal di lokasi penelitian untuk melihat dan mengamati apakah ada peserta didik yang terlambat hadir ke sekolah, dan setelah pukul 07:00 yang menandakan waktu masuk jam sekolah peneliti menjumpai masih ada beberapa peserta didik yang terlambat ke sekolah lebih dari jam 07:00. Peserta didik yang datang terlambat terlebih dahulu ke depan ruang guru bertemu dengan guru yang piket, peserta didik akan dicatat oleh guru piket yang bertugas dan ditanya apa alasannya terlambat, setelah di catat, di tanya mengapa terlambat kemudian peserta didik diperbolehkan masuk ke kelas mereka masing-masing, tentunya dengan terlebih dahulu diperiksa kelengkapan atribut yang harus di pakai pada hari tersebut. Apabila kelengkapan atributnya kurang maka akan dikenakan sanksi atau hukuman berupa denda uang yang dibayarkan kepada bendahara kelas maupun membersihkan ruangan tertentu di jam istirahat dengan pantauan guru piket atau guru yang lainnya, tetapi berbeda ketika peserta didik terlambat pada saat upacara, peserta didik akan diberikan hukuman berupa hormat bendera selama 10 menit setelah waktu upacara berakhir. Tentunya tidak disiplin dalam hal kehadiran menjadi masalah yang perlu segera ditangani oleh guru agar pelanggaran tersebut bisa teratasi dan dapat diminimalisir.

  b.

Disiplin dalam hal pakaian (berpakaian seragam tidak lengkap, tidak mengenakan atribut, berpakaian tidak semestinya)

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa kedisiplinan dalam hal berpakaian memamng masih sangat rendah.

  Karena dibuktikan dengan masih banyaknya peserta didik yang melanggar peraturan tersebut. Hal ini juga di kemukakan oleh guru PKn pak Nur Kholik yang mengungkapkan perannya untuk mendisiplinkan peserta didik dalam hal pakaian serta kendala dan upaya yang belaiau lakukan, beliau mengatakan bahwa:

  Kalau pakaian saya mulai dari diri saya terlebih dahulu mba, dengan saya berpakaian rapih sehingga anak melihat dan meniru, itu harapannya mba. Tapi memang kendalanya adalah anak-anak kalau sudah dikasih tahu memang nurut tapi ya itu diulangi lagi pelanggaran itu mba, jadi masih susah anaknya mba terutama anak laki-lakinya. Solusinya ya dengan saya menegur anak itu masih ngeyel ya saya tarik bajunya untuk segera dimasukkan jadi anak kan langsung memasukkan bajunya mba. (Wawancara, 26 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103).

  Hal tersebut juga diungkapkan oleh guru PKn bu Mulyani bagaimana beliau berperan untuk mendisiplinkan peserta didik dan mengungkakan kendala dan upaya yang dilakukan oleh beliau, biliau mengatakan bahwa: Kalau pakaian saya tampil dengan baju yang sopan dan sesuai dengan aturan, agar anak-anak terutama siswa perempuan meniru biar disiplin seperti memakai kerudung MTs. Kendalanya ya itu mba anak anak kalau habis dibilangin nurut tapi nanti ya diulangi lagi bajunya keluar lagi, memang masih rendah kesadarannya untuk disiplin. Solusinya ya kalau saya mencoret baju bagian bawah itu dengan spidol biar anak itu jera dan memasukkannya mba. (Wawancara 26 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Pernyataan dari guru PKn juga diperkuat dengan pernyataan dari guru BK yang mengungkapkan perannya untuk mendisiplinkan peserta didik dalam hal pakaian dan memberikan pernyataan tentang kendala dan upaya yang dilakukan oleh guru BK, pak Ery mengatakan bahwa:

  Kalau pakaian memang yang paling mendominasi mba disini, jadi kalau ada anak yang bajunya dikeluarkan pasti saya tegur langsung dan saya akan membandingkan dengan anak-anak yang rajin jadi anak pasti akan malu dan memasukkan bajunya. Kendalanya ya anak-anak disini masih terpengaruh satu sama lain mba, jadi saling tiru meniru. Solusinya ya dengan selalu saya menegur karena sebagai guru BK saya memposisikan diri saya untuk menjadi teman bagi mereka mba. (Wawancara, 27 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103).

  Pernyataan dari guru PKn dan BK juga diperkuat dengan pernyataan dari Waka Kesiswaan pak Ali Supangat yang mengatakan perannya sebagai kesiswaan dan mengungkapkan kendala dan upaya yang dilakukannya selaku kesiswaan untuk mendisiplinkan peserta didik dalam hal pakaian, berikut pernyataan dari belaiau bahwa:

  Untuk pakaian memang disini banyak ya mba, ya selalu saya tegur kan pasti anak nurut untuk dimasukkan. Tapi ya memang kendalanya anak itu masih saja mengulangi setelah ditegur, masih bandel lah mba anaknya, jadi kesadarannya untuk disiplin masih kurang. Solusinya atau uapayanya ya dengan saya takut-takuti suruh dilepas bajunya sekalian kalau tidak mau dimasukkan, jadi anak kan takut terus dimasukkan, seperti itu mba. (Wawancara,

  15 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Pernyataan dari guru BK, guru PKn dan Waka Kesiswaan itu sendiri juga diakui sendiri oleh para peserta didik yang berhasil di wawancarai oleh peneliti, diantaranya adalah pengakuan dari Veliana salah satu peserta didik yang pernah melanggar tata tertib kedisiplinan berpakaian yang mengatakan bahwa:

  Saya pernah melanggar peraturan mba, baju saya di keluarkan mba, nggak pake kerudung MTs juga pernah mba, lalu tidak memakai hasduk kalau pas pake baju pramuka. Kalau baju tidak dimasukkan pasti ditegur mba suruh dimasukkan, lalu kalau nggak pake kerudung MTs suruh bayar denda ke bendahara kelas mba. (Wawancara,

  13 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Pernyataan lainnya yang peneliti dapatkan dari peserta didik yaitu pengakuan dari Olifia yang menyatakan bahwa:

  Bajunya nggak di masukkan, nggak pake kerudung MTs mba, kaos kakinya nggak item putih, terus tali sepatunya warna warni kadang juga sepatunya nggak polos item mba. Kalau bajunya kelauar pasti suruh dimasukkan mba, nggak pake kerudung MTs dama pake sepatu yang ada warnanya suruh bayar denda ke bendahara kelas mba. (Wawancara,

  11 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Pernyataan lainnya juga diungkapkan oleh Frisca yang mengatakan bahwa:

  Bajunya nggak dimasukkan sama nggak pake hasduk kadang nggak pake ringnya mba. Pasti sama bu Mul langsung ditegur mba suruh dimasukkan bajunya sama diingatkan juga buat pake hasduk sama ringnya. (Wawancara, 11 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Beberapa peserta didik lain yang peneliti wawancarai juga mengakui bahwa dalam hal pakaian mereka masih banyak yang tidak sesuai dengan aturan. Peneliti memperkuatnya dengan mengamati langsung terhadap peserta didik secara keseluruhan pada jam istirahat, memang dalam hal berpakaian peserta didik belum sepenuhnya sesuai dengan aturan tata tertib kedisiplinan yang ada. Seperti beberapa peserta didik tidak memakai dasi, atribut tidak lengkap, sepatu berwarna, serta potongan model pakaian yang tidak sesuai dengan aturan. Hal ini menunjukan bahwa kedisiplian dalam hal berpakaian masih kurang dan harus ada penanganan dari guru agar tindak indisipliner dapat diminimalisir.

  c.

Disiplin dalam hal penampilan (putra dengan rambut panjang, potongan tidak sesuai, memakai aksesoris berlebihan)

  Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, pelanggaran yang mendominasi di MTs Negeri Sumbang yang terakhir adalah tentang penampilan dari para peserta didik. Seperti halnya pakaian, penampilan juga mencerminkan sisi dan kepribadian dari peseta didik. Sebagai orang yang terdidik, peserta didik hendaknya dapat menjaga penampilannya dan dapat berpenampilan sesuai dengan apa yang diatur dalam tata tertib kedisiplinan agar mencerminkan pribadi yang baik. Akan tetapi karena pengaruh dari luar dan perkembangan penampilan yang pesat pada zaman sekarang ini tidak jarang kita jumpai peserta didik yang berpenampilan dengan mengikuti trend yang cenderung tidak sesuai dengan apa yang menjadi tata tertib kedisiplinan yang ada di sekolah. Kedisiplinan dalam hal penampilan yang peneliti jumpai adalah potongan rambut yang tidak sesuai dan gondrong, memakai aksesoris seperti gelang dan kalung pada peserta didik laki-laki. Padahal, didalam tata tertib sekolah dalam hal berpenampilan peserta didik tidak diperkenankan untuk berpenampilan seperti itu. Pernyataan ini diungkapkan oleh guru PKn pak Nur Kholik yang menyatakan perannya sebagai guru PKn untuk mendisiplinkan peserta didiknya dalam hal penampilan dan mengungkapkan pula kedala dan upaya yang dilakukannya, beliau mengatakan bahwa:

  Kalau soal penampilan pasti itu berhubungan sama rambut, jadi saya harus berpenampilan bagus dulu dengan potongan rambut yang sesuai aturan, jadi saya ketika menegur siswa tidak jarkoni mba wani ngomongi tapi ora nglakoni. Kendalanya ya itu mba anak ngeyel jadi rambut gondrongpun biar keren atau buat gaya dan ikut-ikutan teman. Kalau solusinya saya akan membawa ke BK untuk segera di potong rambutnya jadi anak akan jera kalau rambutnya dipotong si sekolah, paling seperti itu mba. (Wawancara 26 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Hal ini juga dikatakan oleh bu Mulyani selaku guru PKn yang mengungkapkan perannya dalam mendisiplinkan peserta didik dalam hal penampilan dan juga mengungkapkan kendala dan upaya yang beliau lakukan, berikut pernyataan beliau bahwa: Penampilan itu penting ya untuk dilihat, jadi saya selalu berpenampilan yang rapih dan sopan agar anak-anak meniru mba karna itu harapan saya, biar semuanya disiplin. Tetapi memang anak-anak disini masih kurang kesadarannya dalam berdisplin, jadi ya itu rambut gondrong terutama anak laki-laki mereka anggap itu keren dan gaul seperti itu mba. Kalau saya solusinya dengan saya memotong langsung rambut anak itu mba, sering ko saya jadi tukang cukur dadakan disini, dengan harapan ya itu anak akan jera. (Wawancara 26 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Peran yang dilakukan oleh guru PKn juga dilakukan oleh guru BK pak Ery Kusnanto, beliau mengungkapkan perannya sebagai guru BK dan mengungkapkan pula tentang kendala yang diahadapinya dan upaya yang dilakukannya sebagai guru BK untuk mendisiplinkan peserta didik dalam hal penampilan, berikut adalah pernyataan beliau:

  Dalam hal penampilan kalau saya sebagai bapak guru ya mulai dari diri saya dengan berpenampilan baik dan potongan rambut yang sesuai, sehingga dengan berpenampilan baik memberikan contoh yang baik untuk anak-anak. Kendalanya ya itu mba anak-anak suka meniru teman yang lain sama ikut-ikutan artis di tv jadi mereka beranggapan keren dan gaul. Solusinya ya kalau anak itu sudah diperingatkan tapi masih saja seperti itu pasti saya lakukan tindakan dengan memotong rambut anak itu biar jera dan malu sama teman-temannya, jadi anak tidak mengulanginya lagi begitu harapannya mba. (Wawancara

  27 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Peran dari Kesiswaan juga sangat berperan untuk membantu guru PKn dan guru BK dalam mendisiplinkan peserta didik dalam hal penampilan, pak Ali Supangat mengungkapkan perannya serta kendala dan upaya yang beliau lakukan, berikut pernyataan beliau: Dalam hal penampilan pasti saya memberi contoh dulu mba biar saya sendiripun tidak jarkoni, jadi sama anak tidak akan eyel-eyelan wong gurunya saja sudah memberikan contoh yang baik. Kendalanya memang dalam hal rambut dan aksesoris itu kadang anaknya susah mba, sudah ditegur masih saja belum potong rambut, sudah disitapun iru aksesoris masih ada lagi atau anak beli lagi, ya begitulah anak mba. Solusinya ya dengan saya memotong rambut siswa itu langsung dan menyita aksesoris yang mereka pakai, jadi anak diharapkan itu jera mba dan tidak mengulanginya lagi. (Wawancara, 15 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Hilman adalah salah satu peserta didik yang mengaku berpenampilan dengan rambut gondrong dan pernah di potong rambutnya oleh guru BK, dia juga pernah memakai gelang untuk bergaya-gaya menunjang penampilannya agar terlihat lebih gaul. Walaupun Hilman sudah diberikan peringatan oleh guru dan pernah dipotong rambutnya oleh guru akan tetapi dia tetap mengulangi perbuatannya dan aksesoris yang Hilamn kenakan ujarnya hanya dipakai pada saat jam istirahat saja agar tidak diketahui oleh guru. Berikut adalah pernyataan dari Hilman bahwa:

  Banyak mba. Seperti berkelahi, minggat, rambut gondrong juga pake gelang gitu mba biar gaul. Kalau rambut gondrong pasti di potong mba sama guru BK, terus kalau minggat ya besoknya dipanggil terus dikasih hukuman sama sebelumnya dinasehatin mba, aksesoris ya disita mba otomatis sama guru. (Wawancara, 14 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Peserta didik yang berpenampilan tidak sesuai aturan lainnya yaitu Refan yang pernah di potong rambutnya karena gondrong, berikut pernyataan dari Refan, bahwa:

  Ya contohnya saya melanggar seperti baju dikeluarkan, duduk di meja, rambutnya di potong karena gondrong mba sama guru BK, nanti pulangnya suruh dirapihkan ke salon, gitu mba. (Wawancara, 14 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103).

  Selain Hilman dan Refan ada juga Bagus yang berpenampilan tidak sesuai aturan dalam hal rambut, berikut pernyataan Bagus bahwa: Ya seperti rambutnya gondrong, bajunya dikeluarkan sama minggat mba. Kalau rambutnya gondrong kan biasanya diperingatkan dulu mba, kalau belum di potong pasti nanti di potong disini mba, terus suruh dirapihkan ke salon, terus dinasehatin mba biar nggak diulangin lagi. (Wawancara, 14 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Sebenarnya pencegahan sudah dilakukan oleg guru untuk mendisiplinkan peserta didik dalam hal penampilan, guru berupaya untuk mendisiplinkan peserta didik yaitu dengan mengontrol peserta didik dan berkoordinasi dengan guru lainnya. Tetapi karena kendala dari peserta didik yang terkadang belum bisa kondusif menjadikan upaya yang dilakukan oleh guru belum dapat maksimal.

  Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti terhadap peserta didik pada saat istirahat maupun didalam kelas memang peneliti menjumpai masih banyak peserta didik yang potongan rambutnya tidak sesuai dengan aturan yang ada. Walaupun memang dari pihak guru sudah memperingatkan peserta didik untuk memotongnya tetapi peserta didik terkadang tidak mematuhi atau menghiraukan himbauan dan teguran itu. Melakukan pemotongan rambut di sekolah sering dilakukan oleh guru, contohnya pada saat sehari sebelum peneliti melakukan penelitian terjadi pemotongan rambut oleh salah satu guru kepada beberapa peserta didik karena rambutnya yang gondrong hal ini masih terlihat dengan adanya bekas dan sisa potongan rambut di depan ruang BK pada saat peneliti melakukan penelitian. Hal ini menandakan bahwa upaya potong rambut yang dilakukan oleh guru merupakan upaya untuk mendisiplinkan peserta didik agar merasa jera dan mematuhi tata tertib sekolah.

  d.

Peran guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam mendisiplinkan pserta didik

  Salah satu bentuk penanganan khusus yang perlu dilakukan adalah dengan memeranaktifkan mata pelajaran PKn serta mengoptimalkannya, sebab PKn juga erat kaitannya dengan kedisiplinan. Kaitannya mata pelajaran PKn dengan kedisiplinan diantaranya seprti adanya tata aturan yang diajarkan dalam mata pelajaran PKn dengan kedisiplinan peserta didik. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh guru PKn Pak Nur Kholik sebagai berikut:

  Iya mba antara kedisiplinan dengan mata pelajaran PKn sangat berkaitan, karena materi PKn itu memang mencakup dan menumbuhkan kedisiplinan dan kesadaran dari segala aspek kehidupan baik di Madrasah dan kehidupan sehari- hari baik di lingkungan rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Kalau di dalam materi secara langsung mungkin untuk kelas 7 dan 8 kan berkaitan dengan materi norma, paling dengan materi itu dikaitkan dengan kehidupan dan praktekkan langsung terhadap anak di dalam kehidupan sahari-hari. (Wawancara 26 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103).

  Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa PKn sangat berhubungan dengan kedisiplinan dikarenakan dalam mata pelajaran PKn sering dikaitkan dengan tata tertib sekolah dalam hal kedisiplinan baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Di MTs Negeri Sumbang nilai-nilai kedisiplinan sering diselipkan dalam pembelajaran PKn oleh gurunya. Sehingga guru PKn dalam pembelajaran PKn selalu berupaya untuk senantiasa menerapkan prinsip kedisiplinan. Seperti sebelum memulai pelajaran, guru PKn di MTs Negeri Sumbang biasanya mengecek kondisi peserta didiknya, baik dari kerapihan, mengecek pakaian dan atribut yang dikenakan peserta didik, kebersihan kelas, kesiapan tugas dan menasehati apabila ada peserta didik yang melanggar tata tertib kedisiplinan. Selain itu memotivasi juga memberikan kepada peserta didik yang kaitannya dengan kedisiplinan dalam prestasi belajar juga diberikan. Seperti halnya yang peneliti jumpai pada observasi kelas guru PKn memotivasi peserta didiknya agar selalu giat dalam belajar agar kehidupannya bisa lebih baik lagi, serta memotivasi peserta didik karena pendidikan itu sangatlah penting bagi masa depan peserta didik.

  Guru PKn di MTs Negeri Sumbang tidak hanya mendisiplinkan peserta didiknya di awal kegiatan pembelajaran, tetapi ketika kegiatan diskusi kelompok sedang berlangsung pemantauan terhadap kedisiplinan peserta didik juga tetap dilakukan, seperti yang pernah dijumpai pada saat pelajaran PKn di kelas VIIID sedang berlangsung diskusi kelompok, peneliti menjumpai guru memperingatkan kepada beberapa peserta didik yang tidak tertib mengikuti kegiatan diskusi kelompok dan menegur dilanjutkan dengan menasehati kepada peserta didik yang tidak rapih dalam masalah berpakaian, ini menunjukkan bahwa guru PKn di MTs Negeri Sumbang menjalankan fungsi guru sebagai pemberi inspirasi. Tidak hanya dalam kegiatan pembelajaran, duluar KBM pun apabila dijumpai peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah dalam hal kedisiplinan guru PKn segera menasehatinya.

  Peran guru PKn di MTs Negeri Sumbang sangatlah penting dalam menumbuhkan kedisiplinan peserta didik. Guru harus mempunyai kepribadian yang baik dan berperilaku yang baik di lingkungan sekolah agar bisa memberi inspirasi yang baik bagi peserta didik dalam hal kedisiplinan untuk mematuhi tata tertib sekolah. Tidak hanya menjadi pribadi yang baik, guru sebagai agen pembelajaran harus dapat dan mampu menjadi fasilitator, motivator, pamacu dan pemberi inspirasi bagi peserta didiknya.

  1)

Peran Guru PKn sebagai Fasilitator dalam menumbuhkan

kedisiplinan peserta didik

  Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didiknya agar mereka dapat belajar dalam keadaan yang menyenangkan dan semangat mengikuti pembelajaran. Peran ini dilakukan selama proses pembelajaran yaitu dengan cara bersikap sabar terhadap peserta didik baik yang tertib maupun yang tidak tertib ketika pembelajaran berlangsung. Peran guru PKn sebagai fasilitator di MTs Negeri Sumbang dapat dilihat dari kegiatan belajar mengajar yang disetiap pembelajaran guru PKn selalu mengingatkan tata tertib sekolah. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh pak Nur Kholik guru PKn MTs Negeri Sumbang, yang menyatakan bahwa:

  Ya sebagai fasilitator didalam setiap pembelajaran saya selalu mengingatkan tata tertib yang ada di sekolah terus berkaitan dengan KBM juga memfasilitasi anak didalam tata tertibnya. (Wawancara, 12 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103).

  Guru PKn sebagai fasilitator di MTs Negeri Sumbang juga berperan dalam memfasilitasi peserta didik untuk menciptakan budaya tertib yaitu membiasakan diri untuk hidup tertib. Agar selalu disiplin untuk mematuhi tata tertib sekolah. Selain itu peran guru PKn juga terjun langsung ketika ada peserta didik yang melanggar kedisiplinan untuk selalu menegur dan menasehati peserta didiknya, seperti yang dikatakan oleh bu Mulyani selaku guru PKn di MTs Negeri Sumbang bahwa:

  Sebagai fasilitator ya saya kalau ada anak yang tidak disiplin saya turun tangan sendiri saya yang motong rambut anak itu sendiri, merapihkan baju anak agar mereka itu displin. (Wawancara, 13 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103).

  Hal ini di perkuat dengan pernyataan salah satu peserta didik kelas

  VIII bernama Dina bahwa dirinya selalu mendapat teguran dari guru PKn kalau tidak mematuhi tata tertib sekolah, berikut pernyataannya:

  Bu Mulyani marah mba ketika kita melanggar peraturan, tetapi selalu menasehati supaya selalu menaati peraturan, supaya pakai baju yang rapih suruh dimasukkan. (Wawancara, 11 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Berdasarkan dari hasil observasi peneliti mengamati langsung di dalam proses pembelajaran guru PKn di MTs Negeri Sumbang sudah melaksanakan perannya atau tugasnya sebagai fasilitator dimana selalu memperingtakan peserta didik untuk selalu mematuhi tata tertib sekolah, baik itu di dalam proses pembelajaran maupun di luar proses pembelajaran.

  2)

Peran Guru PKn sebagai Motivator dalam menumbuhkan kedisiplinan peserta didik

  Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Oleh karena itu guru harus bisa membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Peran guru PKn di MTs Negeri Sumbang sebagai motivator juga dilaksanakan didalam proses pembelajaran di dalam kelas. Peran ini dimulai dari kegiatan awal pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak menegangkan, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh guru PKn MTs Negeri Sumbang pak Nur Kholik bahwa:

  Sebagai motivator ya selalu memotivasi siswa agar siap dalam pembelajaran di setiap KBM dalam semua mapel maupun memotivasi anak dalam mematuhi tata tertib sekolah yang ada, sehingga nanti anak terbiasa menaati tata tertib dan kalau bisa bukan hanya karena selalu diingatkan atau diperintah tetapi memang untuk mengkondisikan biar anak itu secara kesadaran dirinya sendiri disiplin dalam hal menaati tata tertib itu sendiri maupun di dalam KBM. (Wawancara, 12 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Dengan momotivasi peserta didik setiap hari didalam pembelajaran diharapkan peserta didik akan terbiasa mematuhi tata tertib kedisiplinan yang ada di sekolah tanpa harus diingatkan atau diperintah oleh gurunya tetapi karena adanya kesadaran dari dirinya sendiri. Selain itu juga guru senantiasa tidak lelah untuk memotivasi siswanya agar disiplin, seperti yang dikemukakan oleh bu Mulyani selaku guru PKn di MTs Negeri Sumbang bahwa:

  Kalau sebagai motivator ya saya ngga lelah-lelah ngga pernah berhenti ketika saya masuk kelas saya cek atributnya saya perhatikan satu persatu-satu pada saat pembelajaran berlangsung biar tetap disiplin. (Wawancara,

  13 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Hal ini juga dinyatakan oleh salah satu peserta didik bernama Fitri kelas VIII bahwa “Ya di bilangin mba, supaya bajunya di masukkan sama yang laki- laki potongan rambutnya di rapihkan” (Wawancara, 11 Januari 2016). Selain itu juga dari peserta didik diperoleh pernyataan bahwa guru PKn selalu memotivasi mereka pada saat proses pembelajaran maupun di luar pembeljaran, berikut pernyataan dari Dina peserta didik kelas VIII bahwa:

  Ya bu mulyani selalu bilang kalau kita harus selalu rajin berangkat ke sekolah karena biar pintar dan harus disiplin mematuhi tata tertib sekolah, bajunya harus selalu rapih sama dimasukkan. (Wawancara, 11 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103).

  Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, guru PKn MTs Negeri Sumbang sudah menjadi motivator yang baik kepada seluruh peserta didiknya. Baik itu didalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung maupun di luar proses belajar mengajar. Dengan selalu memotivasi para peserta didik agar rajin untuk mengukuti semua pembelajaran dan selalu mengingatkan tentang adanya peraturan tata tertib sekolah agar selalu di taati. Guru PKn juga tidak berhenti mendisiplinkan peserta didik dengan selalu mengecek kelengkapan atribut peserta didik maupun kerapihannya setiap akan memulai pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa guru PKn selalu berusaha mendisiplinkan peserta didik untuk selalu mematuhi tata tertib sekolah tanpa harus diperingatkan lagi oleh guru tetapi karena terbiasa disiplin.

  3)

Peran Guru PKn sebagai Pemacu dalam menumbuhkan kedisiplinan peserta didik

  Sebagai pemacu belajar seorang guru harus mampu melipatgandakan potensi peserta didik dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa yang akan datang. Peran guru PKn sebagai pemacu di MTs Negeri Sumbang adalah selalu meberikan semangat dalam belajar dan selalu mengingatkan bahwa kedisiplinan penting terutama untuk mematuhi tat tertib sekolah, hal ini dikatakan oleh pak Nur Kholik guru PKn MTs Negeri Sumbang bahwa:

  Sebagai pemacunya dalam hal KBM, ya didalam menyemangati anak agar selalu rajin dan semangat itu memang anak disini harus diingatkan tidak hanya satu atau dua kali saja diingatkan tetapi harus setiap saat diingatkan dalam hal kedisiplinan, kerapihan dan semuanya yang berkaitan dengan tata tertib, karena kalau tidak seperti itu anak akan lupa atau melanggarnya lagi, jadi ya harus selalu diingatkan. (Wawancara,

  12 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Semua itu menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya dengan peserta didik yang masih memutuhkan acuan atau patokan dalam berperilaku disiplin. Selain itu dengan memberikan pujian pada peserta didik yang disiplin ketika mendengarkan dan mematuhi aturan yang ada, hal ini juga dikemukakan oleh guru PKn MTs Negeri Sumbang bu Mulyani bahwa: Sebagai pamacu, ya paling begitu saya memberi pujian ketika anak itu nurut seperti abis di potong rambut kan akan terlihat ganteng dan rapih, ketika baju di masukkan akan terlihat anak sekolah bukan anak yang mau main. Paling seperti itu dengan memberikan pujian melalui kata-kata agar selalu disiplin. (Wawancara, 12 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103).

  Melalui pujian itulah diharapkan peserta didik akan lebih disiplin dalam semua hal yang berkaitan dengan tata tertib kedisiplinan yang berlaku di sekolah dan dapat mengurangi angka pelanggaran kedisiplinan di sekolah, sehingga peserta didik akan lebih terpacu lagi dalam berdisiplin. Hal ini juga dinyatakan oleh seorang peserta didik Aditya kelas VII yang menyatakan bahwa “Ya bu mul memotivasi mba, terus kasih pujian kalau kita rapih dan nggak rame, selalu kasih semangat buat kita biar rajin sekolah mba” (Wawancara, 13 Januari 2016).

  Guru sebagai pemacu memang dituntut untuk selalu memberikan dorongan dan semangat kepada semua peserta didik agar selalu giat belajar maupun selalu menaati tata tertib sekolah. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti guru PKn di MTs Negeri Sumbang di dalam proses pembelajaran guru selalu memberi semangat agar selalu giat belajar dan selalu memberikan peringatan dan himbauan apabila peserta didik itu melakukan pelanggaran. Selalu memberikan pujian kepada setiap peserta didik yang mematuhi tata tertib sekolah, dengan harapan setelah menerima pujian dan semangat peserta didik akan lebih berdisiplin lagi baik didalam proses pembelajaran maupun dalam hal mematuhi tata tertib sekolah.

  4)

Peran Guru PKn sebagai Pemberi Inspirasi dalam menumbuhkan kedisiplinan peserta didik

  Guru sebagai pemberi inspirasi belajar harus mampu memerankan dirinya dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru. Peran guru PKn di MTs Negeri Sumbang sebagai pemberi inspirasi dalam berdisiplin yaitu dengan cara memberikan contoh yang baik dalam berperilaku dan berpakaian. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh guru PKn MTs Negeri Sumbang pak Nur Kholik bahwa:

  Untuk memberi inspirasi ya bagaimana anak bisa mengawali dari dirinya sendiri agar disiplin untuk mengawali semua kegiatan misalnya mengawali kegiatan dari rumah apa yang ada dari rumah diawali dengan disiplin sehingga dibawa ke Madrasah ini bisa memberi inspirasi kepada teman yang lain agar disiplin bukannya malah terbawa pergaulan teman yang tidak disiplin. Sebagai contoh atau sebagai panutan yang saya berusaha untuk tampil yang terbaik untuk siswa saya, memberikan contoh yang terlihat seperti berpakaian rapih dan bertingkahlaku yang baik agar siswa saya mencontoh yang baik dari saya. (Wawancara, 12 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Dengan memberikan contoh yang baik diharapkan peserta didik akan mencontoh perilaku dan cara berpakaian guru agar peserta didiknya meniru untuk berdisiplin dalam menaati tata tertib kedisiplinan di sekolah. Hal ini juga dikemukakan oleh guru PKn lainnya di MTs Negeri Sumbang bu Mulyani bahwa:

  Sebagai pemberi inspirasi ya dengan dimulai dengan saya sendiri memakai baju rapih dan bertingkahlaku baik agar anak didik saya juga seperti itu dan selalu disiplin untuk mematuhi tata tertib yang ada tanpa harus diingatkan lagi, tapi karena kesdaran akan pentingnya berdisiplin. (Wawancara, 13 Januari 2016. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa peserta didik juga berpendapat kalau guru PKn mereka sudah memberikan inspirasi dalam mereka berperilaku dan berpakaian yang rapih, karena dari guru PKn sudah memberikan contoh yang baik. Hal ini dinyatakan oleh peserta didik Burhanudin kelas VII, bahwa “Bu Mul sudah baik perilakunya juga sudah disiplin”. (Wawancara, 13 Januari 2016).

  Pendapat dari peserta didik ini juga diperkuat dengan pendapat peserta didik yang lainnya yaitu Zakaria kelas IX bahwa “Pak Kholik sudah disiplin dan baik mba penampilannya, karena beliau kan pembina karate mba sudah pasti disiplin mba” (Wawancara, 14 Januari 2016).

  Guru sebagai pemberi inspirasi bagi para peserta didiknya merupakan hal yang paling utama agar peserta didik meniru atau mencontoh perilaku yang baik dari diri guru itu sendiri. Dari hasil pengamatan peneliti guru PKn di MTs Negeri Sumbang sudah memberikan contoh perilaku dan berpakaian yang baik serta rapih sesuai dengan aturan yang ada. Ini menunjukkan bahwa sebagai pemberi inspirasi dan pemberi contoh yang baik bagi peserta didiknya guru PKn terlebih dahulu memulainya dari dirinya sendiri. Tentunya dengan berpenampilan dan berperilaku baik diharapkan peserta didik akan meniru dan mencotohnya, dengan hal ini diharapkan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik dapat diminimalisir.

  e.

Kendala yang dihadapi guru PKn dalam menumbuhkan kedisiplinan peserta didik di MTs Negeri Sumbang

  Kendala-kendala yang dijumpai dalam mendisiplinkan peserta didik di MTs Negeri Sumbang adalah memang masih banyaknya peserta didik yang masih kurang pemahamannya bahwa kedisiplinan itu penting, peserta didik di MTs Negeri Sumbang masih banyak yang ngeyel ketika di disiplinkan oleh guru, hal ini di kemukan oleh Bu Mulyani selaku guru PKn bahwa:

  Kendalanya ya itu siswanya itu sering ngeyel dan semaunya sendiri kalau dikasih tahu, mungkin masih terbawa sifat dari SD-nya, biasa diemong dan biasa dibiarkan dari SD, kurang kontrol dari rumah juga termasuk mempengaruhi. (Wawancara, 26 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Selain itu kendala yang dihadapi oleh guru adalah dari latar belakang peserta didik itu sendiri yang masih kurang dalam berdisiplin, hal ini di kemukakan oleh Bapak Eri Kusnanto bahwa:

  Faktor dari latar belakang siswa juga sangat mempengaruhi mba, karena latar belakang siswa itu kan berbeda, memang disini SDM-nya masih kurang ya mba, wong angka melanjutkan saja masih sekitar 40-70% mba pertahunnya. (Wawancara, 27 November 2015. Bukti dokumentasi berupa foto tentang wawancara dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 103). Pendapat tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari Waka Kesiswaan Bapak Ali Supangat yang mengungkapkan bahwa:

Dokumen yang terkait

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian 1. Temuan Umum a. Profil MAS Nurul Iman Sukaramai Kecamatan Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu - EFEKTIVITAS KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBERDAYAKAN GURU UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI KERJA GURU DI M

0 0 38

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian 1. Lokasi SD Negeri 2 Margomulyo sebagai berikut: a. Nama Sekolah - POLA INTERAKSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PESERTA DIDIK SEBAGAI PROSES PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH DASAR

0 0 37

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Objek Penelitian 1. Profil Sekolah SMP Negeri 3 Kalisat - PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 KALISAT TAHUN AJARAN 2016/2017 - Digilib IAIN Jember

0 0 32

KOMPETENSI SOSIAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI MODEL MAKASSAR

0 2 190

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian - POLA PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA MADRASAH DI MADRASAH TSANAWIYAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2016 - STAIN Kudus Repository

0 0 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Sekolah a. Profil SMA NU HasyimAsy’ari Kudus - PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS XII IPA DI SMA NU HASYI

0 0 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum MTs. Negeri 1 Kudus a. Tinjauan sejarah - ANALISIS MANAJEMEN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU AKIDAH AKHLAK MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI

0 2 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Profil MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara 1. Kajian Historis MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara - PERAN WAKIL KEPALA MADRASAH BIDANG KURIKULUM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI GURU PELAJARAN AGAMA DI MTS

0 2 51

KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PERANNYA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI KOTA BANJARMASIN TESIS

0 0 22

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI TATA TERTIB SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL ISLAM 1 SURAKARTA - UNS Institutional Repository

0 0 21