DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DAN DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 SKRIPSI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL
DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DAN
DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L)
TERHADAP Staphylococcus epidermidis ATCC 12228

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Putu Eny Guna Pramita
NIM : 098114078


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Persetujuan Pembimbing

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL
DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DAN
DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L)

TERHADAP Staphylococcus epidermidis ATCC 12228

Skripsi yang diajukan oleh:
Putu Eny Guna Pramita
NIM : 098114078

telah disetujui oleh

Pembimbing Utama

C. M. Ratna Rini Nastiti M.Pharm., Apt

Tanggal 12 Juni 2013

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.


Yogyakarta, 12 Juni 2013
Penulis

Putu Eny Guna Pramita

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama

: Putu Eny Guna Pramita


Nomor Mahasiswa : 098114078

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL
DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) DAN
DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L)
TERHADAP Staphylococcus epidermidis ATCC 12228

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 12 Juni 2013
Yang menyatakan

Putu Eny Guna Pramita
v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Gatir bharta prabhuh saksi nivasah
saranam suhrt, prabhavah pralayah,
stahanam nidhanam bijam avyayam”
“Aku adalah tujuan, pengemban, penguasa, saksi, tempat


kediaman, perlindungan, dan kawan. Aku adalah asal mula dan
pelebur dasar, tempat bersandar dan benih abadi”

(Bhagawadgita, IX. 18)

Karya ini kupersembahkan untuk :
˘Orang tuaku˘
˘Kedua adikku˘
˘Tri Suputra˘
˘Almamaterku˘
˘Diriku sendiri˘

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
anugerah dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi berjudul “Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas
(Pluchea indica Less) Dan Daun Kemangi (Ocimum basilicum L) Terhadap
Staphylococcus epidermidis ATCC 12228”.
Berbagai kesulitan yang dihadapi penulis dalam proses penyelesaian
skripsi tidak akan dapat terlewati tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, kritik dan
saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan
ungkapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt selaku Dosen
Pembimbing dan dosen penguji yang telah banyak memberikan
bimbingan, saran dan evaluasi sejak penyusunan proposal ini hingga
terselesainya penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt selaku Dosen Penguji yang
telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan penjelasannya.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si selaku Dosen Penguji yang juga
telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan penjelasannya.

4. Ibu Maria Dwi Jumpowati, S.Si yang telah banyak memberikan
pengarahan, penjelasan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Teman-teman angkatan 2009 yang telah sangat membantu dan
memberi semangat dan doa.
7. Laboran Laboratorium Mikrobiologi dan Farmakognosi Fitokimia
atas segala bantuan yang diberikan.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, atas segala
bantuan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna
mengingat keterbatasan wawasan dan kemampuan penulis. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga tulisan ini berguna
bagi pembaca.

Penulis

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
PRAKATA ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
INTISARI .............................................................................................. xviii
ABSTRACT .............................................................................................. xix
BAB I PENGANTAR ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1. Permasalahan ................................................................................ 2
2. Keaslian penelitian ........................................................................ 3
3. Manfaat penelitian ......................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ......................................................... 6

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

A. Beluntas (Pluchea indica Less) ............................................................ 6
1. Keterangan botani ......................................................................... 6
2. Deskripsi daun beluntas ................................................................. 7
3. Kandungan kimia daun beluntas .................................................... 7
4. Khasiat dan kegunaan .................................................................... 7
B. Kemangi (Ocimum basilicum L)........................................................... 8
1. Keterangan botani ......................................................................... 8
2. Deskripsi daun kemangi ................................................................ 9
3. Kandungan kimia daun kemangi.................................................... 9
4. Khasiat dan kegunaan .................................................................. 10
C. Maserasi............................................................................................. 10
D. Staphylococcus epidermidis ............................................................... 12
E. Antimikrobia ...................................................................................... 13
F. Pengujian Aktivitas Antimikrobia ...................................................... 14
G. Landasan Teori .................................................................................. 16
H. Hipotesis ............................................................................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 18
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 18
B. Variabel dan Definisi Operasional ...................................................... 18
1. Variabel ...................................................................................... 18
2. Definisi operasional..................................................................... 19
C. Bahan Penelitian ................................................................................ 20
D. Alat Penelitian ................................................................................... 20

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

E. Tata Cara Penelitian ........................................................................... 20
1. Determinasi daun beluntas dan daun kemangi ............................. 20
2. Pengumpulan, pengeringan dan pembuatan serbuk bahan ............ 21
3. Pembuatan ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi
dengan metode maserasi .............................................................. 21
4. Pembuatan seri konsentrasi.......................................................... 21
5. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dan daun
kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis ............................ 22
F. Analisis Data...................................................................................... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 27
A. Determinasi Tanaman ........................................................................ 27
B. Pengumpulan, Pengeringan Dan Pembuatan Serbuk Bahan ................ 27
C. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Beluntas Dan Daun Kemangi
Dengan Metode Maserasi ................................................................... 28
D. Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas Dan Daun
Kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis .................................. 30
1. Uji daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dan daun
kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis dengan difusi
sumuran ...................................................................................... 30
2. Penentuan KHM dan KBM ekstrak etanol daun beluntas dan
daun kemangi dengan dilusi padat ............................................... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 47
A. Kesimpulan ........................................................................................ 47

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

B. Saran.................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 49
LAMPIRAN ............................................................................................ 52
BIOGRAFI PENYUSUN....................................................................... 108

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel I.

Hasil orientasi jumlah rendemen yang dihasilkan oleh
masing-masing volume pelarut ekstrak etanol daun
beluntas dan daun kemangi................................................. 29

Tabel II.

Data diameter zona hambat kontrol pelarut (etanol 70%),
kontrol positif (Mediklin®), ekstrak etanol daun beluntas
dan daun kemangi ....................................................................... 32

Tabel III.

Normalitas distribusi data diameter zona hambat ekstrak
etanol daun beluntas dan daun kemangi .............................. 38

Tabel IV.

Hasil analisis Wilcoxon ekstrak etanol daun beluntas
dengan kontrol pelarut (etanol 70%) dan kontrol positif
(Mediklin®) ........................................................................ 39

Tabel V.

Hasil analisis Wilcoxon ekstrak etanol daun kemangi
dengan kontrol pelarut (etanol 70%) dan kontrol positif
(Mediklin®) ........................................................................ 40

Tabel VI.

Hasil uji daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas
dan daun kemangi dengan metode dilusi padat ................... 41

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.

Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun beluntas
konsentrasi 10, 15, 20, 25% terhadap Staphylococcus
epidermidis ........................................................................ 31

Gambar 2.

Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun kemangi
konsentrasi 10, 15, 20, 25% terhadap Staphylococcus
epidermidis ........................................................................ 31

Gambar 3.

Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun beluntas
konsentrasi 30, 35, 40, 45, 50% terhadap Staphylococcus
epidermidis ........................................................................ 32

Gambar 4.

Hasil uji difusi sumuran ekstrak etanol daun kemangi
konsentrasi 30, 35, 40, 45, 50% terhadap Staphylococcus
epidermidis ........................................................................ 33

Gambar 5.

Histogram mean data diameter zona hambat ekstrak
etanol daun beluntas dan daun kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis ............................................... 33

Gambar 6.

Hasil uji difusi sumuran kontrol media ............................... 34

Gambar 7.

Hasil uji difusi sumuran kontrol pertumbuhan bakteri uji ... 35

Gambar 8.

Hasil uji difusi sumuran kontrol pelarut (etanol 70%) ......... 36

Gambar 9.

Hasil uji difusi sumuran kontrol positif (Medikin ®) tanpa
diencerkan .......................................................................... 37

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 10.

Hasil uji difusi sumuran kontrol positif (Medikin ®)
konsentrasi 2% ................................................................... 37

Gambar 11.

Hasil uji dilusi padat kontrol media .................................... 42

Gambar 12.

Hasil uji dilusi padat kontrol pertumbuhan bakteri uji ......... 42

Gambar 13.

Hasil uji dilusi padat kontrol pelarut (etanol 70%) .............. 43

Gambar 14.

Hasil streak ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi
17,5%................................................................................. 45

Gambar 15.

Hasil streak ekstrak etanol daun beluntas konsentrasi 20,
25, 30% .............................................................................. 45

Gambar 16.

Hasil streak ekstrak etanol daun kemangi konsentrasi
17,5%................................................................................. 46

Gambar 17.

Hasil streak ekstrak etanol daun kemangi konsentrasi 20,
25, 30% .............................................................................. 46

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1.

Kunci hasil determinasi daun beluntas dan daun kemangi ... 53

Lampiran 2.

Surat pengesahan determinasi daun beluntas ...................... 54

Lampiran 3.

Surat pengesahan determinasi daun kemangi ...................... 55

Lampiran 4.

Sertifikat hasil uji bakteri Staphylococcus epidermidis ....... 56

Lampiran 5.

Foto beluntas dan kemangi ................................................. 57

Lampiran 6.

Volume sisa pelarut setelah pemekatan ekstrak etanol
daun beluntas dan daun kemangi ........................................ 57

Lampiran 7.

Beberapa hasil perhitungan bobot ekstrak kental daun
beluntas dan daun kemangi................................................. 58

Lampiran 8.

Hasil pengamatan uji difusi sumuran ekstrak etanol daun
beluntas dan daun kemangi................................................. 58

Lampiran 9.

Hasil pengamatan uji dilusi padat ekstrak etanol daun
beluntas dan daun kemangi................................................. 60

Lampiran 10. Hasil streak penentuan KHM dan KBM ekstrak etanol
daun beluntas dan daun kemangi ........................................ 62
Lampiran 11. Uji normalitas diameter zona hambat ekstrak etanol daun
beluntas

terhadap

Staphylococcus

epidermidis

menggunakan Shapiro-Wilk ............................................... 63

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 12. Uji normalitas diameter zona hambat ekstrak etanol daun
kemangi

terhadap

Staphylococcus

epidermidis

menggunakan Shapiro-Wilk ............................................... 65
Lampiran 13. Uji Kruskal-Wallis ekstrak etanol daun beluntas seluruh
konsentrasi ......................................................................... 67
Lampiran 14. Uji Kruskal-Wallis ekstrak etanol daun kemangi seluruh
konsentrasi ......................................................................... 67
Lampiran 15. Uji Wilcoxon antar konsentrasi ekstrak etanol daun
kemangi ............................................................................. 68
Lampiran 16. Uji Wilcoxon antar konsentrasi ekstrak etanol daun
beluntas .............................................................................. 80
Lampiran 17. Uji Wilcoxon kontrol pelarut (etanol 70%) dengan
kontrol positif (Mediklin®) ................................................. 93
Lampiran 18. Uji Wilcoxon kontrol pelarut (etanol 70%) dengan
ekstrak etanol daun beluntas seluruh konsentrasi ................ 93
Lampiran 19. Uji Wilcoxon kontrol pelarut (etanol 70%) dengan
ekstrak etanol daun kemangi seluruh konsentrasi ................ 97
Lampiran 20. Uji Wilcoxon kontrol positif (Mediklin®) dengan ekstrak
etanol daun beluntas seluruh konsentrasi .......................... 100
Lampiran 21. Uji Wilcoxon kontrol positif (Mediklin®) dengan ekstrak
etanol daun kemangi seluruh konsentrasi .......................... 104

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI
Kelenjar apokrin pada kulit manusia mensekresikan keringat yang
mengandung lemak, protein dan karbohidrat. Bakteri di permukaan kulit, salah
satunya Staphylococcus epidermidis akan menguraikan keringat dari kelenjar
tersebut menjadi asam isovalerik yang menyebabkan bau tidak sedap. Daun
beluntas (Pluchea indica Less) dan daun kemangi (Ocimum basilicum L)
merupakan salah satu tanaman yang berguna sebagai antibakteri. Kandungan yang
diduga sebagai antibakteri adalah fenol hidrokuinon, tanin, alkaloid, flavonoid,
minyak atsiri.
Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ekstrak etanol daun beluntas
dan daun kemangi memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococcus
epidermidis, mengetahui besar KHM dan KBM dan mengetahui ekstrak manakah
yang berpotensi lebih besar terhadap Staphylococcus epidermidis.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni rancangan
acak lengkap pola searah dan hasil dianalisis menggunakan program R 2.14.1
dengan uji Shapiro-Wilk, Kruskal-Wallis dan Wilcoxon.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu ekstrak etanol daun beluntas dan
daun kemangi memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis.
Daun beluntas memiliki KHM dan KBM berturut-turut sebesar 17,5% dan 20%.
Daun kemangi memiliki KHM dan KBM berturut-turut sebesar 17,5% dan 20%.
Kata kunci : Daun beluntas (Pluchea indica Less), Daun kemangi (Ocimum
basilicum L), Kadar Hambat Minimal (KHM), Kadar Bunuh
Minimal (KBM), Staphylococcus epidermidis

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Apocrine glands in human skin secrete sweat that contains fat, protein and
carbohydrates. Staphylococcus epidermidis, one of the bacteria on the surface of
the skin, will outline sweat from these glands become isovaleric acids that cause
odor. Beluntas leaves (Pluchea indica Less) and basil (Ocimum basilicum L) is
one of the plants that are useful as antibacterial. The content that is suspected as
antibacterial are phenol hydroquinone, tannins, alkaloids, flavonoids, and essential
oils.
This study aims to determine whether the ethanol extract of beluntas and
basil leaves have an antibacterial against Staphylococcus epidermidis, to know the
MIC and MBC, and to find out which one has the potential to extract greater
against Staphylococcus epidermidis.
This research is included in the pure experimental research with one way
model of completely randomized design and the results are analyzed with R
2.14.1 program with Shapiro-Wilk, Kruskal-Wallis and Wilcoxon test.
The results of the research are the ethanol extract of beluntas and basil
leaves has an antibacterial against Staphylococcus epidermidis. Beluntas leaves
have MIC and MBC, respectively for 17.5% and 20%. Basil leaves have a MIC
and MBC, respectively for 17.5% and 20%.
Keywords: Beluntas leaf (Pluchea indica Less), Basil leaf (Ocimum basilicum L),
Minimal Inhibitory Concentration (MIC), Minimum Bactericidal
Concentration (MBC), Staphylococcus epidermidis

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENGANTAR

A. Latar belakang
Kulit merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia dan memiliki luas
permukaan sekitar 1,8 m2 dengan berat 10 kg. Fungsi kulit adalah sebagai barier
terhadap masuknya bahan berbahaya dan dampak fisik lingkungan serta
melindungi dari infeksi oleh patogen, parasit, jamur, bakteri dan virus. Beberapa
jenis bakteri yang membentuk flora normal pada kulit antara lain : Micrococci
dengan Staphylococci koagulase negatif, Peptococcus spp, Micrococcus spp,
Diphtheroids dengan Corynebacteria dan Brevibacterium spp, Propionibacteria
dan gram negatif bentuk batang (Elsner, 2006).
Bakteri di permukaan kulit menguraikan keringat dari kelenjar apokrin
menjadi asam yang mudah menguap dan melepaskan bau tidak sedap. Salah satu
asam yang menyebabkan bau tidak sedap adalah asam isovalerik yang dihasilkan
dari Staphylococcus epidermidis (Majalah Kesehatan, 2010).
Bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri diantaranya
daun beluntas dan daun kemangi. Daun beluntas (Pluchea indica Less) yang
sebelumnya hanya merupakan tanaman pagar tidak berguna dan biasanya
dikonsumsi sebagai sayur pecel atau untuk urap, bahkan lalapan kini sudah
banyak dimanfaatkan dan salah satunya sebagai antibakteri. Begitu juga kemangi
(Ocimum basilicum L) yang dulunya hanya dikonsumsi sebagai lalapan mentah

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

atau sebagai sayuran pun saat ini banyak digunakan sebagai antibakteri menurut
Peter (cit., Hendrawati, 2009) dan Meyer et al (cit., Hendrawati, 2009).
Kandungan daun kemangi yang bersifat sebagai antibakteri adalah
minyak atsiri (Maryati, Fauzia dan Rahayu, 2007) dan berdasarkan Purnomo
(2001), flavonoid pada daun kemangi bersifat sebagai antibakteri. Penelitian
Ardiansyah, Nuraida dan Andarwulan tahun 2003 menduga kandungan yang
bersifat sebagai antibakteri dari daun beluntas antara lain fenol hdrokuinon, tanin
dan alkaloid. Sulistiyaningsih (2009) mengatakan bahwa ekstrak etanol daun
beluntas (Pluchea indica Less) memiliki daya antibakteri terhadap Pseudomonas
aeruginosa Multi Resistant dan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus dan
ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum) yang pernah diteliti oleh Khalil
(2013) menunjukkan adanya daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
Suatu penelitian untuk ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica
Less) dan daun kemangi (Ocimum basilicum L) terhadap Staphylococcus
epidermidis diperlukan terkait dengan adanya penelitian terdahulu yang telah
menguji kedua ekstrak daun ini terhadap bakteri yang berbeda.

1.

Permasalahan
a. Apakah ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi memiliki daya
antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis?
b. Jika kedua ekstrak tersebut memiliki daya antibakteri terhadap
Staphylococcus epidermidis, maka berapa Konsentrasi Hambat Minimal

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

(KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) ekstrak etanol daun
beluntas dan daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis?
c. Bagaimana daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas jika
dibandingkan

dengan

ekstrak

etanol

daun

kemangi

terhadap

Staphylococcus epidermidis?
2.

Keaslian penelitian
Penelitian sebelumnya yang terkait dengan daya antibakteri terhadap

Staphylococcus epidermidis dari senyawa atau tanaman beluntas dan kemangi
antara lain penelitian daun beluntas (Pluchea indica Less) terhadap Pseudomonas
aeruginosa Multi Resistant dan Methicillin Resistant Staphylococcus aureus oleh
Sulistiyaningsih (2009) dengan hasil, aktivitas antibakteri terhadap MRSA
ditunjukkan mulai konsentrasi 25-75% sedangkan terhadap PAMR ditunjukkan
mulai konsentrasi 50-75%. Penelitian

Ardiansyah, Nuraida dan Andarwulan

(2003) mengenai daun beluntas (Pluchea indica Less) yang menunjukkan nilai
KHM

berkisar

antara

2,26-3,19%

terhadap

bakteri Salmonella

typhii,

Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas fluorescens, Bacillus
subtilis, Bacillus cereus. Penelitian daun Ocimum basilicum yang menghasilkan
diameter zona hambat 21 mm pada konsentrasi 200 mg/ml terhadap Escherichia
coli dan 16 mm pada konsentrasi 200 mg/ml terhadap Staphylococcus aureus
(Khalil, 2013). Penelitian oleh Patil, Mhaske and Wadhawa (2011) yang
menunjukkan bahwa ekstrak metanol akar Ocimum basilicum mempunyai
penghambatan yang baik terhadap bakteri Gram-positif (Staphylococcus
epidermidis, Staphylococcus aureus, Bacillus paludis, Bacillus subtilis) dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

Gram-negatif (Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Shigella flaxinely,
Enterobacter aerogenes) (KHM antara 10-80 µg/ml). Penelitian mengenai ekstrak
daun Ocimum basilicum yang menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi
minimal (50, 100 dan 200 mg) terhadap Propionibacterium acnes (Raja,
Sathyanathan, Sekhar, Roosewelt, 2012).
Sejauh pengamatan penulis, penelitian berjudul “Daya Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica Less) dan Daun Kemangi
(Ocimum basilicum L) terhadap Staphylococcus epidermidis” belum pernah
dilakukan.
3.

Manfaat penelitian
a. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah terkait daya
antibakteri

dari

daun

beluntas

dan

daun

kemangi

terhadap

Staphylococcus epidermidis.
b. Manfaat praktis
Dengan penelitian ini, diharapkan para formulator dan industri farmasi
dapat memperoleh informasi awal sebagai dasar pertimbangan formulasi
sediaan dari ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi sebagai
antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis.

B. Tujuan
1.

Mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi
terhadap Staphylococcus epidermidis.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.

5

Mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal
(KBM) ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis.

3.

Membandingkan daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dan daun
kemangi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Beluntas (Pluchea indica Less)
1.

Keterangan botani
Beluntas (Pluchea indica Less) termasuk dalam keluarga Asteraceae

(Plantamor, 2012). Di berbagai daerah di Indonesia, beluntas dikenal dengan
nama beluntas (Sumatera), barunas (Sunda), luntas (Jawa Tengah), baluntas
(Madura), lamutasa (Makassar). Di luar Indonesia beluntas juga dikenal dengan
nama lenabou (Timor), beluntas (Malaysia), beluntas (Singapura) dan khlu
(Thailand) (Heyne (cit., Sulistiyaningsih, 2009)). Klasifikasi beluntas adalah :
Kingdom

: Plantae

Super divisi: Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub kelas : Asteridae
Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Pluchea

Spesies

: Pluchea indica Less
(Plantamor, 2012).

6

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.

7

Deskripsi daun beluntas
Daun beluntas berbentuk taji atau berbentuk telur, ujungnya tumpul atau

tajam, panjang sampai 5 cm, bergerigi atau rata, wangi seperti cengkeh, pahit.
(Sastroamidjojo, 2001). Daun tunggal, pangkal tumpul, berbulu halus, panjang
3,8-6,4 cm, lebar 2-4 cm, pertulangan menyirip, warna hijau muda hingga hijau
(Syamsuhidayat dan Hutapea (cit., Sulistiyaningsih, 2009)).
3.

Kandungan kimia daun beluntas
Daun beluntas mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, minyak atsiri,

asam khlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium dan fosfor,
sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tanin (Susetyarini, 2007).
4.

Khasiat dan kegunaan
Menurut Purnomo (2001), flavonoid dalam daun beluntas memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus sp, Propionibacterium sp dan
Corynebacterium sp. Flavonoid mengandung suatu senyawa fenol yang
merupakan suatu alkohol yang bersifat asam sehingga disebut juga asam karbolat.
Tanaman beluntas berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan, membantu
pencernaan, peluruh keringat, pereda demam dan penyegar. Akar beluntas
berkhasiat sebagai peluruh keringat dan penyejuk (Susetyarini, 2007). Beluntas
biasanya berguna sebagai tanaman pagar, secara tradisional daunnya dapat
digunakan sebagai penghilang bau badan, penurun panas, pereda batuk dan
antidiare. Rebusan daun beluntas juga sering digunakan untuk mengobati penyakit
kulit (Winarno dan Sundari (cit., Sulistiyaningsih, 2009)). Daun beluntas juga

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

dapat digunakan sebagai pereda nyeri pada rheumatik dan sakit pinggang
(Wijayakusuma (cit., Sulistiyaningsih, 2009)).

B. Kemangi (Ocimum basilicum L)
1.

Keterangan botani
Kemangi merupakan salah satu tanaman berkhasiat yang tidak hanya

tumbuh di Indonesia, tetapi juga di India, Taiwan, Cina dan Asia Tenggara.
Kemangi seringkali disebut tulsi, tulasi, holy basil, sacred basil. (Hendrawati,
2009). Kemangi (Ocimum basilicum L) merupakan anggota dari keluarga
Lamiaceae yang berarti kelompok tanaman dengan bunga berbibir. Genus
kemangi yaitu Ocimum berarti tanaman beraroma dan aroma tersebut dihasilkan
dari daunnya (Siemonsma dan Piluek, 1994). Klasifikasi kemangi adalah :
Kingdom

: Plantae

Super divisi: Spermatophyta
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub kelas : Asteridae
Ordo

: Lamiales

Famili

: Lamiaceae

Genus

: Ocimum

Spesies

: Ocimum basilicum L
(Plantamor, 2012).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.

9

Deskripsi daun kemangi
Daun kemangi tunggal, berhadapan, tangkai daun berukuran 0,25-3 cm,

berbentuk bulat telur sampai elips memanjang dengan ujung meruncing atau
tumpul, kedua permukaan berambut halus, tepi daun bergerigi lemah dan
bergelombang sampai rata. (Sudarsono, Gunawan, Wahyuono, Donatus (cit.,
Hendrawati, 2009)). Pangkal daun pasak sampai membulat, kedua permukaan

berambut halus dan berbintik-bintik kelenjar rapat 0,75-7,5 x 0,5-2,75 cm
(Hendrawati, 2009).
3.

Kandungan kimia daun kemangi
Daun kemangi mengandung tanin (4,6%), flavonoid, steroid atau

triterpenoid, minyak atsiri (2%), asam heksauronat, pentosa, xilosa, asam metil
homoanisat, molludistin dan asam ursolat (Peter (cit., Hendrawati, 2009)). Menurut
Sudarsono dkk (cit., Sulistiyaningsih, 2009) dan Depkes RI, 1995), kandungan
flavonoid terdiri dari flavonepigenin, luteolin, flavon-O-glikosida apigenin 7-Oglukoronida, luteolin 7-oglukoronida, flavon C-glukosida orientin, vicenin,
cirsilineol, cirsimaritin, isothymusin dan isothymonin. Komponen minyak
atsirinya terdiri eugenol (62%), α-pinen, β-pinen, sabinen, mirsen, limonen,
1,8 sineol, Z-β-osimen, E-β-osimen, E-sabinenhidrat, E-α-bergamoten, βkariofilen, E-β-farnesen, α-humulen, metilkavikol, α-terpineol, germakaran-D, βbisabolen, α-bisabolen, metileugenol, α-bisabolol, eukaliptol, estragol, borneol,
osimen, geraniol, anetol, 10-kadinol, β-karofilen, α-terpinol, kamfora, 3-oktanon,
safrol, seskuitujen, linalool (Hendrawati, 2009).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.

10

Khasiat dan kegunaan
Ekstrak etanol daun kemangi mampu menghambat pertumbuhan bakteri

seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Proteus vulgaris, Pseudomonas
aeruginosa, Bacillus cereus, Pseudomonas fluorescens, Streptococcus alfa,
Bacillus subtilis, Mycobacterium tuberculosa, Klebsiella, Proteus, Salmonella
typhi, Shigella, Vibrio cholera, Neisseria gonorrhea dan fungi seperti Aspergillus
flavus, Candida albicans, Rhizopus stolinifera dan Penicillium digitatum
(Hendrawati, 2009). Kegunaan kemangi diantaranya menghilangkan bau badan
dan bau mulut, anestesi, membantu mengatasi ejakulasi prematur, merangsang
aktivitas saraf pusat, melebarkan pembuluh darah, melancarkan sirkulasi dan
mencegah pengeroposan tulang. Kemangi juga dapat mencegah kemandulan dan
menurunkan gula darah (Ebit, 2010). Selain itu, berdasarkan penelitian-penelitian
yang telah dilakukan, didapatkan bahwa kemangi berkhasiat sebagai analgesik,
anthelmentik, antibakterial, anti katarak, anti inflamasi, antitusif, anti ulkus,
imunomodulator, radioprotektif dan anti kanker (Hendrawati, 2009).

C. Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan
simplisia yang digunakan dihaluskan sesuai dengan persyaratan dalam Farmakope
(biasanya terpotong-potong atau berupa serbuk halus) dan disatukan dengan
bahan pengekstraksi. Rendaman selanjutnya disimpan terlindung dari cahaya
langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalisis oleh cahaya atau perubahan
warna dan dikocok kembali. Lamanya waktu maserasi

berbeda-beda,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

masing-masing Farmakope mencantumkan 4-10 hari, kira-kira 5 hari menurut
pengalaman sudah memadai, diperas dengan kain pemeras (Voigt, 1994).
Proses yang mendasari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan
simplisia dari sel yang rusak saat penghalusan, ekstraksi bahan kandungan dari sel
yang masih utuh. Setelah selesai maserasi artinya keseimbangan antara bahan
yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan yang masuk ke dalam cairan telah
tercapai, maka proses ekstraksi berakhir. Rendaman harus diaduk berulang-ulang
(kira-kira 3 kali sehari) (Voigt, 1994). Maserasi banyak digunakan untuk menyari
simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari dan
tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari (Depkes
RI, 1986).
Proses pemilihan cairan penyari harus dipertimbangkan dan sesuai
dengan zat aktif yang berkhasiat yang artinya dapat memisahkan zat aktif tersebut
dari senyawa lainnya dalam bahan, sehingga ekstrak yang dihasilkan mengandung
sebagian besar senyawa aktif berkhasiat tersebut (Depkes RI, 2000).
Cairan penyari harus memenuhi kriteria murah, mudah diperoleh, stabil
secara fisika dan kimia, tidak toksik, netral, tidak mudah terbakar dan selektif
yang artinya dapat menarik zat berkhasiat yang dikehendaki (Depkes RI, 1986)
Etanol dipertimbangkan sebagai cairan penyari yang baik karena selektif,
relatif tidak beracun, netral, dapat bercampur dengan air dalam segala
perbandingan, dapat diabsorpsi dengan baik, memerlukan sedikit panas untuk
memekatkan dan pada konsentrasi di atas 20% dapat menghambat mikrobia.
Selain itu, etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

kurkumin, kumarin, antrakuinon, flavonoid, steroid, sedangkan lemak, malam,
tannin dan saponin hanya sedikit larut sehingga pengganggu dapat dibatasi
(Depkes RI, 1986). Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel,
memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut. Umumnya berlaku sebagai cairan
ekstraksi adalah campuran bahan pelarut yang berlainan, terutama campuran
etanol-air (Voigt, 1994).

D. Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus biasanya hidup pada hidung dan kulit, serta merupakan
bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit saat imunitas menurun.
Kebanyakan mikroba yang menetap dikulit merupakan basil difteroid aerob dan
anaerob

(seperti

Corynebacterium,

Propionibacterium);

Stapylococcus

nonhemolitik aerob dan anaerob (Staphylococcus epidermidis,

terkadang

Staphylococcus aureus dan spesies Peptostreptococcus); bakteri Gram-positif,
aerob, pembentuk spora yang banyak terdapat di udara, air, dan tanah;
Streptococcus

alfa-hemolitik

(Streptococcusviridans)

dan

Enterococcus

(Enterococcusfaecalis); serta bakteri koliform Gram-negatif dan Acinetobacter
(Jawetz, Melnick dan Adeberg, 1996).
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri Gram-positif, koloni
berwarna putih atau kuning dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini tidak
mempunyai lapisan protein A pada dinding sel, dapat meragi laktosa, tidak meragi
manitol dan bersifat koagulase negatif (Radji, 2011). Staphylocooccus epidermidis

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

yang bersentuhan dengan keringat yang dihasilkan akan menghasilkan bau yang
tidak sedap yang disebabkan oleh asam isovalerik (Majalah Kesehatan, 2010).

E. Antimikrobia
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, sifat antimikrobia ada yang dapat
menghambat pertumbuhan mikrobia, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan
ada yang bersifat membunuh mikrobia, dikenal sebagai aktivitas bakterisida.
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikrobia atau
membunuhnya masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM)
dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Aktivitas antimikrobia tertentu dapat
meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid apabila kadar antimikrobianya
ditingkatkan melebihi KBM (Ganiswara, 1995).
Agen antimikrobia penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat
toksisitas selektif setinggi mungkin, artinya obat harus bersifat sangat toksis untuk
mikrobia, tetapi relatif tidak toksis untuk hospes (Setiabudy dan Gan, 1995).
Menurut Ganiswara (1995), mekanisme kerjanya antimikrobia dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu:
1) Antimikrobia yang menghambat sintesis dinding sel mikroba,
2) antimikrobia yang mengganggu metabolisme sel mikroba,
3) antimikrobia yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba,
4) antimikrobia yang mengganggu sintesis protein sel mikroba, dan
5) antimikrobia yang mengganggu sintesis asam nukleat.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

Agen antimikrobia yang dapat berguna terhadap penyakit infeksi harus
memenuhi kriteria diantaranya :
1) Obat harus rendah dalam toksisitas bagi sel inang untuk memusnahkan
atau menghambat agen penyakit, yang artinya obat harus bisa
menunjukkan toksisitas selektif bagi agen penyakit,
2) inang harus tidak menjadi alergi (sangat peka) terhadap obat,
3) organisme tidak boleh dengan mudah menjadi resisten terhadap obat,
4) inang harus tidak merusak, menetralkan atau mengeluarkan obat, dan
5) obat harus mencapai tempat infeksi (Volk and Wheeler, 1988).

F. Pengujian Aktivitas Antimikrobia
Pengujian aktivitas bahan antimikrobia dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu metode difusi agar dan dilusi (pengenceran). Prinsip metode difusi adalah
potensi antimikrobia berdasarkan luasnya daerah hambat pertumbuhan bakteri
akibat berdifusinya senyawa uji dari titik awal pemberian ke daerah difusi.
Mikrobia ditanam pada media yang sesuai dan di atasnya diletakkan kertas
cakram yang mengandung senyawa uji atau dibuat sumuran dengan diameter
tertentu yang diisi senyawa uji. Ada beberapa metode difusi, yaitu :
1.

Cara Kirby Bouwer
Cara ini dilakukan dengan memulaskan suspensi bakteri konsentrasi tertentu

pada permukaan media agar hingga rata. Kertas disk yang mengandung
antimikrobia diletakkan di atas media dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 1824 jam kemudian dibaca hasilnya. Potensi antimikrobia diukur dengan mengukur

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

diameter zona hambat yang terbentuk. Pada zona hambat akan terlihat adanya
pertumbuhan kurang subur atau lebih jarang jika dibandingkan dengan daerah di
luar pengaruh senyawa uji tersebut. Melalui cara ini, dikenal dua zona yaitu :
a. Zona radikal, yaitu suatu daerah di sekitar disk yang sama sekali tidak
ditemukan adanya pertumbuhan mikrobia.
b. Zona iradikal, yaitu suatu daerah di sekitar disk yang menunjukkan
pertumbuhan mikrobia yang dihambat oleh antimikrobia tertentu tetapi
tidak mematikan (Hugo and Russel, 1987).
2.

Cara Tuang (pour plate)
Mula-mula 1 ml suspensi bakteri dicampur dengan 4 ml agar base 1,5% pada

temperatur 50oC hingga homogen kemudian dituang dalam media Mueller Hinton
Agar (MHA), dibiarkan membeku. Disk antimikrobia diletakkan di atasnya
kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca seperti
cara Kirby Bouwer (Trihendrokesowo, 1986).
3.

Cara Sumuran
Penyiapan dilakukan seperti cara Kirby Bouwer. Setelah siap, dibuat sumuran

dengan diameter tertentu dan tegak lurus terhadap permukaan media. Senyawa uji
diinokulasikan ke dalam sumuran dan diinkubasi pada suhu 37 oC selama 18-24
jam. Hasilnya dibaca seperti cara Kirby Bouwer (Trihendrokesowo, 1986).
Metode dilusi digunakan untuk menentukan Kadar Hambat Minimal
(KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari bahan antimikrobia (Tortora,
2001). Prinsip metode dilusi (pengenceran) adalah senyawa uji diencerkan hingga
diperoleh berbagai macam konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

konsentrasi senyawa uji ditambahkan dengan suspensi bakteri uji dalam media
cair. Perlakuan diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Senyawa uji agen
antimikrobia pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan
bakteri uji ditetapkan sebagai KHM. Senyawa yang ditetapkan sebagai KHM
tersebut diuji kembali pada media cair tanpa penambahan bakteri uji ataupun agen
antimikrobia dan media tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
Konsentrasi senyawa dalam media cair yang tetap terlihat jernih (jika
dibandingkan dengan kontrol media dan kontrol pertumbuhan bakteri) setelah
diinkubasi ditetapkan sebagai KBM. Pada dilusi padat, tiap konsentrasi tersebut
dicampur dengan suspensi bakteri uji dan media padat kemudian dituang pada
petri untuk diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Konsentrasi yang
menunjukkan hasil jernih kemudian di-streak pada media agar padat. Setelah
inkubasi, konsentrasi terkecil yang tetap menunjukkan adanya pertumbuhan
bakteri uji ditetapkan sebagai KHM sedangkan konsentrasi terkecil yang sudah
tidak menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri uji (jernih) ditetapkan sebagai
KBM (Pratiwi, 2008).

G. Landasan Teori
Kulit memiliki beberapa jenis bakteri sebagai flora normal seperti
Micrococci

dengan

Staphylococci

koagulase

negatif,

Peptococcus

spp,

Micrococcus spp, Diphtheroids dengan Corynebacteria dan Brevibacterium spp,
Propionibacteria dan gram negatif bentuk batang (Elsner, 2006). Bakteri di
permukaan kulit yaitu Staphylococcus epidermidis akan menguraikan keringat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

dari kelenjar apokrin menjadi asam mudah menguap yaitu asam isovalerik dan
menimbulkan bau tidak sedap (Majalah Kesehatan, 2010).
Banyaknya jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai antimikrobia
merupakan alternatif sebagai pengobatan herbal. Contoh tanaman yang dapat
digunakan yaitu beluntas dan kemangi. Beluntas sebelumnya hanya tanaman
pagar dan dimanfaatkan sebagai urap atau lalapan sedangkan kemangi biasanya
dikonsumsi sebagai lalapan mentah menurut Peter (cit., Hendrawati, 2009) dan
Meyer et al, (cit., Hendrawati, 2009).
Pada penelitian sebelumnya, kedua tanaman ini sudah pernah digunakan
sebagai antibakteri karena adanya kandungan zat aktif masing-masing.
Kandungan dari daun beluntas yang diduga bersifat sebagai antibakteri, yaitu
fenol hidrokuinon, tanin dan alkaloid (Ardiansyah dkk, 2003). Berdasarkan
penelitian Maryati, dkk (2007), kandungan daun kemangi yang bersifat sebagai
antibakteri adalah minyak atsiri dan menurut Purnomo (2001), flavonoid pada
daun kemangi yang bersifat sebagai antibakteri. Pada penelitian ini akan dilihat
daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis.

H. Hipotesis
1.

Ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica Less) memiliki daya antibakteri
terhadap Staphylococcus epidermidis.

2.

Ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum basilicum L) memiliki daya
antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan penelitian acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional
1.

Variabel
a. Variabel bebas : seri konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas dan daun
kemangi (10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50%).
b. Variabel

tergantung

:

diameter

zona

hambat

pertumbuhan

Staphylococcus epidermidis (mm).
c. Variabel pengacau terkendali : media penanaman bakteri (Mueller
Hinton Agar), suhu inkubasi (37oC), lama inkubasi (18-24 jam), diameter
sumuran (6 mm), kepadatan suspensi bakteri uji yang setara dengan
larutan standar 0,5 Mac Farland (1,5.108 CFU/ml), asal simplisia daun
beluntas (Merapi Farma Medika) dan daun kemangi (pasar Beringharjo),
pelarut ekstrak (etanol 70%).
d. Variabel pengacau tak terkendali : umur tanaman dan kondisi lingkungan
tempat tumbuh tanaman beluntas dan kemangi.

18

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.

19

Definisi operasional
a. Maserasi adalah maserasi yang dilakukan secara mekanis dengan
pengadukan secara terus-menerus dengan orbital shaker selama ± 72
jam.
b. Ekstrak etanol daun beluntas adalah sediaan kental yang dibuat dengan
mengekstraksi secara maserasi serbuk daun beluntas dengan etanol 70%
pada suhu ruangan.
c. Ekstrak etanol daun kemangi adalah sediaan kental yang dibuat dengan
mengekstraksi secara maserasi serbuk daun kemangi dengan etanol 70%
pada suhu ruangan.
d. Daya antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol daun beluntas atau
daun kemangi untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh
Staphylococcus epidermidis yang ditunjukkan dengan adanya zona
hambat.
e. Zona hambat adalah daerah diameter area hambatan yang terlihat jernih
dari ekstrak etanol daun beluntas atau daun kemangi terhadap
pertumbuhan Staphylococcus epidermidis yang terdapat di sekitar
sumuran.
f. Kontrol positif adalah antibiotika yang telah beredar di pasaran dengan
nama dagang Mediklin® (Klindamisin fosfat 1,2%).
g. KHM adalah kadar minimal ekstrak etanol daun beluntas dan daun
kemangi untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

h. KBM adalah kadar minimal ekstrak etanol daun beluntas dan daun
kemangi untuk membunuh pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.

C. Bahan Penelitian
Daun beluntas kering diperoleh dari Merapi Farma Herbal, daun kemangi
segar diperoleh dari pasar Beringharjo, pelarut ekstrak (etanol 70%), kultur murni
Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 diperoleh dari Balai Laboratorium
Kesehatan Yogyakarta, media MHA (Mueller Hinton Agar), NaCl diperoleh dari
Laboratorium Balai Kesehatan Yogyakarta, aquadest, Mediklin ® (Klindamisin
fosfat 1,2%) sebagai kontrol positif, etanol 70% sebagai kontrol pelarut.

D. Alat Penelitian
Oven, vaccum rotary evaporator, vakum, autoklaf, inkubator, vortex,
alat-alat gelas, ose, neraca analitik, mikropipet, pelubang sumuran, densicheck,
seperangkat alat maserasi, kompor listrik, blender, pengayak, penggaris satuan
mm, lampu spiritus.

E. Tata Cara Penelitian
1.

Determinasi daun beluntas dan daun kemangi
Determinasi dilakukan dengan menggunakan kunci determinasi
dengan mengacu pada Buku Acuan Flora untuk Sekolah di Indonesia.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.

21

Pengumpulan, pengeringan dan pembuatan serbuk bahan
Dua kilogram daun beluntas kering diperoleh dari Merapi Farma
Herbal. Dua puluh lima kilogram kemangi segar diperoleh dari Pasar
Beringharjo. Daun kemangi dipisah dengan batang dan bunganya untuk
selanjutnya dicuci dengan air bersih dan dikeringkan.
Pengeringan daun kemangi dilakukan di dalam oven pada suhu
40-50oC selama ± 24 jam. Kedua daun yang sudah kering kemudian
diserbuk dengan cara diblender dan diayak dengan ayakan tepung.

3.

Pembuatan ekstrak etanol daun beluntas dan daun kemangi dengan
metode maserasi
Tiga puluh gram serbuk kering simplisia daun beluntas ditambah
dengan 160 ml etanol 70% kemudian dimaserasi. Tiga puluh gram serbuk
simplisia daun kemangi ditambah dengan 180 ml etanol 70% dan
dimaserasi. Maserat daun beluntas disaring dengan bantuan

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TANNIN DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

0 4 1

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BATANG DAN DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.)

2 7 66

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

0 4 18

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI ( UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli.

0 2 16

PENDAHULUAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli.

0 2 25

STANDARDISASI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica (L.) Less.).

0 1 7

Daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica Less) dan daun kemangi (Ocimum basilicum L.) terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 12228.

7 25 129

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA TEKI (Cyperus rotundus L).

1 1 1

View of KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM EKSTRAK ETHANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea indicha) DAN DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) SERTA CAMPURAN DAUN BELUNTAS DAN DAUN KEMANGI TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI (Escherichia coli, Staphylococcus aureus) PADA PENDERITA PROS

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beluntas (Pluchea indica Less) 2.1.1 Klasifikasi - UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) TERHADAP PERTUMBUHAN Aeromonas hydrophila - repository perpustakaan

0 1 12