MODIFIKASI PENILAIAN KINERJA PELAYANAN JARINGAN IRIGASI - ITS Repository
TESIS – RC 142501
MODIFIKASI PENILAIAN KINERJA PELAYANAN
JARINGAN IRIGASI PUGUH BUDI LASWONO NRP. 3114207807 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. Edijatno DEA Ir. Theresia Sri Sidharti, MT PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2016
THESIS – RC142501
MODIFICATION OF ASSESMENT ON THE
IRRIGATION NETWORK SERVICE PERFORMANCE PUGUH BUDI LASWONO NRP. 3114207807 SUPERVISOR Dr. Ir. Edijatno DEA Ir. Theresia Sri Sidharti, MT MAGISTER PROGRAM
INFRASTRUCTURE ASSET MANAGEMENT SPECIALITY DEPARTMENT OF CIVIL ENGINEERING FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNINGP SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY SURABAYA 2016
abstrak
MODIFIKASI PENILAIAN KINERJA PELAYANAN JARINGAN IRIGASI
Nama Mahasiswa : Puguh Budi LaswonoNRP : 311 207 807 Pembimbing : Dr. Ir. Edijatno DEA Co-Pembimbing : Ir. Theresia Sri Sidharti, MT
ABSTRAK
Pelayanan Jaringan Irigasi di Kabupaten Lumajang guna menunjang
pembangunan di sektor pertanian untuk mendukung program Kedaulatan Pangan
masih belum optimal dan masih muncul permasalahan dalam pelaksanaan operasi
dan pemeliharaannya. Untuk meningkatkan kinerja dalam memenuhi kebutuhan
pelayanan jaringan irigasi, diperlukan alat untuk menilai kinerja pelayanan
jaringan irigasi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
dalam menilai kinerja pelayanan jaringan irigasi dengan tiga model, yaitu: model
direct , model indirect dan model all indirect. Acuan yang digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi
ini berbeda dengan standar yang dikeluarkan Kementrian Pekerjaan Umum
sebagai acuan untuk menilai indeks Kinerja Jaringan Irigasi. Karena acuan
kementrian Pekerjaan Umum masih bersifat menilai keberadaan aset yang ada di
dalam jaringan irigasi belum menilai keberfungsian aset jaringan irigasi. Kinerja
pelayanan jaringan irigasi ini memodifikasi acuan pada penilaian irigasi modern
dan Bench marking Irrigation and Drainage dari Food and Agriculture
(FAO), irigasi modern dan Permen PU Nomor 12/PRT/M/2015 dan Organizationdisusun melalui survei yang diperoleh dari responden sebanyak 50 orang yang
terdiri dari Balai Besar Brantas sebanyak 9 orang, Dinas PU Provinsi Jawa Timur
sebanyak 20 orang dan Dinas PU Kabupaten Lumajang sebanyak 21 orang.Aspek penilaian kinerja ini berupa faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja pelayanan jaringan irigasi. Faktor-faktor tersebut antara lain ketersediaan
air, kondisi prasarana fisik, manajemen, kelembagaan dan sumber daya manusia.
Pengujian kecocokan pengukuran model dengan Structural Equation Modelling
(SEM) menggunakan Partial Least Square (PLS) terhadap variabel dan sub
variabel untuk mengukur variabel dan subvariabel Kinerja Pelayanan Jaringan
Irigasi mendapatkan faktor dan indikator yang mempengaruhi secara tepat dan
konsisten mempunyai bobot pengaruh lebih dari 0.5 direkomendasikan menjadi
faktor seluruh variabel dan indikator sebanyak 24 dari 27 indikator. Kemudian
disusun ulang pemodelan dengan subvariabel yang berpengaruh untuk mengetahui
pembobotannya dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan hasil
yaitu : aspek ketersediaan air (X ) sebesar 5.6%, aspek infrastruktur (X ) sebesar
1
2
43.8%, aspek manajemen (X ) sebesar 21.2%, aspek kelembagaan (X ) sebesar
3 4 17.7% dan aspek sumberdaya manusia (X ) sebesar 11.7%.
5 Hasil Pembobotan diimplementasikan ke tiga Daerah Irigasi di Kabupaten
Lumajang dengan hasil Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi yakni JI Bondoyudo
sebesar 71.27%, JI Tekung sebesar 82.59% dan JI Gubug Domas sebesar
69.44%.Kata Kunci : evaluasi kinerja pelayanan jaringan irigasi, Structural Equation
Modelling dengan Partial Least Square (PLS) ,.
MODIFICATION OF ASSESMENT ON THE IRRIGATION NETWORK
SERVICE PERFORMANCE
By : Puguh Budi Laswono Student Identity Number : 311 207 807 Supervisor : Dr. Ir. Edijatno DEA Co-Supervisor : Ir. Theresia Sri Sidharti, MT
ABSTRACT
Services Irrigation in Lumajang to support development in the agriculturalsector to support the Food Sovereignty program is still not optimal and still appear
the problems in the implementation of operations and maintenance. To improve
performance in meeting the service needs of the irrigation network, the necessary
tools to assess service performance of irrigation network.This study aims to determine the factors that influence the service
performance of irrigation network with three models, namely: a model of direct,
indirect models and models of all indirect. Benchmark used to determine the
factors that affect performance Irrigation Network Services is different from the
standards issued by the Ministry of Public Works as a reference for assessing the
performance index of Irrigation. Because the reference Ministry of Public Works
is still assessing the presence of existing assets in the irrigation network assets not
yet assess the functioning of the irrigation network. Service performance of
irrigation network is to modify the reference to the assessment of modern
irrigation and Bench marking Irrigation and Drainage of the Food and Agriculture
Organization (FAO), modern irrigation and Candy Works No. 12 / PRT / M /
2015 and compiled through surveys obtained from the respondents as many as 50
people which consists of the Great Hall of the Brantas as many as nine people,
East Java Province Department of Public Works of 20 people and the Department
of Public Works Lumajang many as 21 people.Aspects of this performance appraisal form factors that affect the
performance of irrigation network services. These factors include the availability
of water, the condition of the physical infrastructure, management, institutional
and human resources. Testing suitability of measurement models with Structural
Equation Modelling (SEM) using Partial Least Square (PLS) to variables and sub-
variables to measure variables and subvariable Service Performance Irrigation
gain factors and indicators affecting correctly and consistently has a weight of
more influence than 0.5 recommended be factor all variables and indicators as
many as 24 out of 27 indicators. Then rearranged modeling with subvariable
influential to determine the weighting by using Partial Least Square (PLS) with
the result that: aspects of water supply (X1) of 5.6%, infrastructure aspects (X2)
amounted to 43.8%, the management aspect (X3) amounted to 21.2% ,
institutional aspects (X4) amounted to 17.7% and aspects of human resources
(X5) amounted to 11.7%.Weighting results implemented into three irrigation area in Lumajang with
the results of the Irrigation Network Service Performance JI Bondoyudo by
71.27%, amounting to 82.59% Tekung JI and JI Gubug Domas by 69.44%.Keywords: irrigation network service performance assesment, Structural Equation
Modelling with Partial Least Square (PLS)KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Modifikasi Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi”. Tesis ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelas magister teknik, Bidang
keahlian Manajemen Aset Infrastruktur, Jurusan Teknik Sipil, Fakutas Teknik
Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Almarhumah Ibu Roro Limaran yang kuhormati dan kusayangi yang selalu memanjatkan doa kepada Allah selama hidup untuk keberhasilan dan kesuksesanku. Dan juga Bapak mertua Rifai yang selalu membantu dan mendoakan selama proses belajar yang tiada henti berkorban dan sabar memberikan dukungan dengan ikhlas. Terima kasih buat kedua orangtuaku atas segala cinta, doa dan perhatian selama ini smoga Allah membalas segala kebaikanmu.
2. Istriku tercinta Elok Rahmawati yang memberikan ijin dan memberikan semangat serta selalu sabar dan berkorban dengan tulus ikhlas untuk keberhasilan dan kesuksesan tugas belajar ini. Dan juga buat anak-anaku Alesha Ayudia Inara dan Afiqah Zahira Faiha yang merelakan perhatian dan kasih sayang dari ayah guna mengikuti tugas belajar ini.
3. Bapak Dr. Ir. Edijatno, DEA dan Ibu Ir. Theresia Sri Sidharti, MT, selaku dosen pembimbing yang penuh kesungguhan dan dedikasi bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan arahan dan petunjuk selama penyusunan tesis.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, M.Sc, Bapak Dr. Ir. Wasis Wardoyo, M.Sc dan Bapak Dr.techn. Umboro Lasminto, ST, M.Sc, selaku dosen
penguji atas masukan dan koreksinya untuk kesempurnaan tesis ini.
5. Seluruh jajaran Badan Pengembangan Sumder Daya Manusia (BPSDM) Kementrian Pekerjan Umum dan Perumahan Rakyat yang telah memberikan beasiswa dan dukungan administrasi untuk mengikuti pendidkan program magister bidang keahlian Manajeman Aset Infrastruktur, Jurusan Teknik Sipil, FTPS ITS.
6. Bapak Bupati Lumajang H. As’at Malik M.Ag dan Bapak kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lumajang Ir. Nugroho Dwi Atmoko yang memberikan ijin untuk mengikuti tugas belajar beasiswa avokasi kementrian PU Pera tahun angkatan 2015.
7. Seluruh dosen dan pengelola program pasca sarjana Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya yang telah memberikan banyak ilmu dan bantuan administrasi selama penyelesaian tugas belajar ini.
8. Rekan-rekan Dinas Pekerjaan umum Kabupaten Lumajang atas segala motivasi dan dukungannya .
9. Saudaraku karyasiswa program magister bidang keahlian manajemen aset infrastruktur angkatan 2015, jurusan teknik sipil FTSP ITS atas segala kebersamaan, persaudaraan, kekompakan dan dukungannya
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini jauh dari sempurna, untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan tesis ini, akhirnya penulis berharap semoga
penelitian ini dapat bermanfaat.Surabaya, Maret 2017 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN TESIS .......................................................................... i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Fungsi Irigasi.......................................................................................... 5Tabel 2.2 Kategori Realisasi Pembagian Air ........................................................ 14Tabel 2.3 Jenis Pemeliharaan Jaringan Irigasi ...................................................... 17Tabel 2.4 Skoring Pengukuran .............................................................................. 34Tabel 2.5 Kriteria Penilian Model Partial Least Square ....................................... 38 Tabel 3.1
Tabel 4.2 Variabel laten dan terukur kinerja pelayanan jaringan irigasi ........... 69Tabel 4.3 Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin .................................... 69Tabel 4.4 Jumlah responden berdasarkan jenis tingkat pendidikan ................... 69Tabel 4.5 Jumlah responden berdasarkan usia ................................................... 69Tabel 4.6 Analisis Uji Composite Reliability .................................................... 69Tabel 4.7 Analisis Nilai R Square ...................................................................... 72 Tabel 4.8
Tabel 4.23 Perbandiangan Penilaian Kinerja pelayanan model penelitian dengan Permen PU ........................................................................................ 92
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar Jalur Model Kinerja Pelayanan jaringan irigasi ................. 52 Gambar 3.2
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sesuai dengan program Pemerintah Republik Indonesia di bawah
pimpinan Presiden Jokowi Widodo, Pemerintah mempunyai arah pembangunan
sesuai dengan Nawa Cita. Adapun salah satu isi dari Nawa Cita adalah tentang
Kedaulatan Pangan. Kedaulatan Pangan adalah konsep pemenuhan pangan
melalui produksi lokal yang berkualitas gizi baik dan sesuai secara budaya,
diproduksi dengan sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kedaulatan pangan adalah salah satu upaya rakyat untuk memproduksi pangan
secara mandiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian, peternakan, dan
perikanan tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional.Peran sektor pertanian dalam perekonomian sangat strategis dan kegiatan
pertanian tidak lepas dari pemanfaatan air. Dalam rangka meningkatkan dan
mempertahankan produksi pertanian tanaman pangan, pemerintah Indonesia
sampai sekarang telah membangun sarana dan prasarana irigasi baik
pembangunan irigasi baru ataupun rehabilitasi dalam rangka menunjang program
ketahanan pangan yang telah dicanangkan.Dalam PP Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang irigasi disebutkan bahwa keberlanjutan sistem irigasi sangat ditentukan oleh: a. Keandalan air irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan membangun waduk, waduk lapangan, bendungan, bendung, pompa, dan jaringan pembuang yang memadai, mengendalikan
mutu air, serta memanfaatkan kembali air pembuang; b. Keandalan prasarana irigasi yang diwujudkan melalui kegiatan peningkatan, dan pengelolaan jaringan irigasi yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi; c. Peningkatan pendapatan masyarakat petani dari usaha tani yang diwujudkan melalui kegiatan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang mendorong keterpaduan dengan kegiatan diversifikasi dan modernisasi usaha. Salah satu pendekatan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor
20 tahun 2006 adalah penerapan irigasi modern. Dalam konsep Pelayanan
Kinerjayang disepakati oleh Food and Agriculture Organization (FAO) adalah
bukan pada modernisasi secara teknis (fisik) tetapi lebih kepada pelayanan irigasi
kepada pengguna air. FAO memiliki konsep manajemen yang berorientasi pada
pelayanan (Service Oriented Management) (SOM). Ada tiga hal dalam konsep
pendekatan SOM yang harus dipertimbangkan, yaitu : air, infrastruktur dan
sumber daya manusia (Prabowo, 2010). Sedangkan Renault, D (2010),
berpendapat bahwa SOM adalah proses pendekatan manajemen yang fokus pada
pengaturan dan pengawasan pelayanan pemberian air, dari pelayanan penyedia ke
pelayanan pemakai yang dalam bidang irigasi dikenal dengan pelayanan pemakai
air (a service receiver).Kabupaten Lumajang mempunyai Daerah Irigasi yang menjadi
kewenangan Kementrian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai
Brantas, kewenangan Pemerintah Provinsi melalui Dinas PU Pengairan Provinsi
Jawa Timur dan kewenangan Kabupaten melalui Dinas PU Kabupaten Lumajang.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14 tahun 2015 kriteria
dan penetapan status daerah irigasi, maka di kabupaten Lumajang Daerah irigasi
yang menjadi kewenangan Pusat adalah DI Bondoyudo dengan luasan hanya
sebagian saja sebesar 887 Ha, yang kewenangan Pemerintah Provinsi terdapat 5
Daerah Irigasi dengan total luasan 7231 Ha, dan kewenangan Pemerintah
Kabupaten Lumajang terdapat 329 Daerah Irigasi dengan total luasnya sebesar
27.579 Hektar.Pelayanan irigasi di Kabupaten Lumajang masih memerlukan perbaikan
sesuai dengan hasil kajian pengelolaan sistem irigasi berbasis pelayanan di DI
bondoyudo ada beberapa kelemahan atau permasalahan di DI Bondoyudo pada
kelembagaan pengelola irigasi, infrastruktur irigasi dan pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan. Pengelolaan sistem irigasi yang masih ada permasalahan ini
memerlukan evaluasi kinerja pelayanan jaringan irigasi.Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan irigasi modern sudah sesuai
pelaksanaan diperlukan penilaian kinerja yang berupa standar penilaian pada
jaringan irigasi. Saat ini indikator kinerja irigasi modern yang dikeluarkan oleh
Pemerintah melalui Kemmentrian PU hanya berupa penilaian fisik masih belum
mengarah pada kinerja yang bersifat pelayanan. Untuk itu diperlukan indikator
kinerja irigasi yang berorientasi pelayanaan kepada pengguna air, sebagai evaluasi
dan monitoring pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di
Indonesia. Guna mengevaluasi kinerja pelayanan tersebut maka, dilakukan
penelitian tentang “Modifikasi Penilaian Kinerja Pelayanan Jaringan Irigasi”.
Penelitian ini untuk mencari atau menyusun indikator yang tepat untuk mengukur
kinerja pelayanan jaringan irigasi.1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang dapat di ambil dan selanjutnya akan dibahas yaitu:
1. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja pelayanan Jaringan Irigasi ?
2. Apa saja parameter atau indikator kinerja pelayanan Jaringan Irigasi dan bobot masing-masing indikator kinerja tersebut?
3. Bagaimana penilaian kinerja DI di Kabupaten Lumajang dengan menggunakan penilaian yang baru?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pelayanan Jaringan Irigasi
2. Menentukan indikator kinerja pelayanan dan bobot masing-masing indikator kinerja pelayanan Jaringan Irigasi
3. Menilai atau mengukur kinerja pelayanan Jaringan Irigasi di Kabupaten Lumajang dengan alat ukur/parameter yang baru
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui parameter atau indikator kinerja apa saja yang berpengaruh dalam melakukan evaluasi kinerja pelayanan Jaringan Irigasi.
2. Mendapatkan alat ukur penilaian kinerja pelayanan Jaringan Irigasi.
3. Menguji cobakan alat ukur yang baru di Kabupaten Lumajang
1.5. Batasan masalah Untuk menghindari penelitian yang terlalu luas serta dapat memberikan
arah yang baik maka perlu dilakukan pembatasan penelitian. Batasan penelitian
ini adalah :1. Obyek penelitian adalah di Jaringan Irigasi Bondoyudo yang mewakili kewenangan Kementrian PU, Jaringan Irigasi Tekung yang mewakili kewenangan Dinas PU Pengairan Provinsi dan Jaringan Irigasi Gubug Domas yang mewakili kewenangan Dinas PU Kabupaten.
2. Penelitian ini meliputi ketersediaan air, infrastruktur irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelola irigasi,dan sumber daya manusia.
3. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari data yang telah tersedia di instansi terkait dan data primer yang diperoleh dari pengamatan langsung serta hasil kuisioner di lapangan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Sistem Irigasi Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi
rawa, irigasi air bawah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Sistem irigasi diartikan
sebagai suatu kesatuan elemen-elemen fisik social yang digunakan untuk
mendapatkan air dari sumber terkonsentrasi alami dan memfasilitasi
mengendalikan gerakan air dari suatu sumber ke lahan atau lahan lain yang
diusahakan untuk poduksi pertanian dan tanaman lainnya, dan menyebar ke zona
perakaran lahan yang diairi (Vida, 2004).Sistem irigasi meliputi : prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumberdaya manusia (Permen PU No.
30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi). Sistem
Irigasi bersigat multi fungsi, mempunyai berbagai fungsi yang dapat memenuhi
kebutuhan pengguna air, mewujudkan sistem irigasi yang harmonis dan
berkelanjutan. Adapun fungsi-fungsi irigasi secara jelas dapat diuraikan Sesuai
Tabel 2.1. sebagai berikut :Tabel 2.1. Fungsi IrigasiNo Fungsi Uraian
1 Fungsi Sosial dan Budaya Meningkatkan pendapatan masyarakat Meningkatkan persediaan pangan Mengurangi pengangguran Meningkatkan solidaritas komunitas Mengurangi kemungkinan konflik sosial
2 Fungsi Konservasi Konservasi sumberdaya (tanah dan air) Lingkungan Efisiensi sumberdaya tanah dan air Meningkatkan kualitas lingkungan
No Fungsi Uraian
3 Fungsi Ekonomi Membuka lapangan pekerjaan Meningkatkan penghasilan masyarakat Mengurangi kemiskinan Meningkatkan jumlah wiraswasta Meningkatkan produktivitas lingkungan kota
4 Fungsi Politik Mewujudkan program pemerintah ketahanan
pangan dan kedaulatan pangan Sumber : Permen PUDaerah Irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapatkan air dari satu Jaringan
Irigasi. Berdasarkan kewenangannya maka daerah irigasi dapat dibagi menjadi 3
(tiga), yakni :1. Daerah Irigasi dengan luasan 3.000 ha atau lebih, pengelolaannya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
2. Daerah Irigasi dengan luasan 1.000 ha
- – 3.000 ha, pengelolaannya menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi.
3. Daerah Irigasi dengan luasan dibawah 1.000 ha, pengelolaannya menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota.
2.1.1. Jaringan irigasi Jaringan irigasi adalah seluruh bangunan dan saluran yang berfungsi
menyalurkan air irigasi dari sumber air lahan pertanian dan membuang kelebihan
air pada lahan pertanian. Selain menyalurkan air irigasi dan membuang kelebihan
air di petak, eksploitasi jaringan diharapkan dapat memanfaatkan air yang tersedia
secara efektif dan efisien, dibagi secara adil dan merata, diberikan ke petak-petak
lahan tersier dengan tepat cara, waktu dan jumlah, sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan tanaman dan dapat menghindari akibat negatif yang timbul oleh air
berlebihan. (Widjiharti, E., et.al, 1997) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang irigasi, jaringan irigasi dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:1. Jaringan irigasi primer, yaitu bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, dan bangunan pelengkapnya
2. Jaringan irigasi sekunder, yaitu bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya
3. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter serta bangunan pelengkapnya. Satu kesatuan untuk mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi disebut Daerah Irigasi. Jaringan irigasi dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Jaringan irigasi sederhana, jaringan ini diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut pemakai air yang berlatar belakang sosial sama. Kelemahan dari jaringan ini antara lain, (a) terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang, (b) air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan dibawahnya yang lebih subur, dan (c) bangunan penyadap bersifat sementara sehingga tidak bertahan lama.
2. Jaringan irigasi semi teknis, memiliki bangunan sadap permanen maupun semi permanen yang sudah memiliki bangunan pengambil dan pengukur.
Sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur sehingga pengorganisasiannya lebih rumit.
3. Jaringan irigasi teknis, mempunyai bangunan sadap yang permanen.
Bangunan sadap maupun bangunan pembagi sudah mampu mengatur dan mengukur. Terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengkuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Berdasarkan tujuan pemberian air irigasi, maka bangunan yang
direncanakan dalam jaringan irigasi harus mampu mengatur dan mengukur debit
yang mengalir. Secara fungsional jaringan irigasi dibedakan empat komponen
utama yaitu: bangunan, saluran pembawa, saluran pembuang dan petak yang
diairi. (Widjiharti, E., et.al, 1997)2.1.2. Prasarana Irigasi Prasarana Irigasi meliputi jaringan irigasi yang dimulai dari pengambilan
air, dapat berupa waduk, bending, pompa atau pengambilan bebas sampai saluran
dan bangunan pembawa irigasi dan saluran serta bangunan pembuang irigasi.
Prasarana irigasi ini juga termasuk bangunan penunjang dan pelengkap di dalam
jaringan irigasi termasuk fasilitas yang ada guna menunjang operasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi.2.1.2.1. Bangunan pada Jaringan Irigasi Bangunan irigasi pada jaringan irigasi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: bangunan utama dan bangunan pelengkap.
a. Bangunan Utama Bangunan utama yaitu bangunan yang digunakan untuk mengambil/bangunan sadap, pengukuran, dan pembagian air, yang terdiri dari : 1) Bangunan pengambilan pada saluran induk yang mempergunakan atau tidak bangunan bendung. Jika diperlukan pembendungan, maka dibangun bendung, dan jika tidak memerlukan pembendungan maka dibangun bangunan pengambilan bebas (free intake) 2) Bangunan sadap, yaitu bangunan yang berfungsi mengalirkan air irigasi dari saluran primer ke saluran tersier atau dari saluran sekunder ke saluran tersier. 3) Bangunan bagi untuk membagi air irigasi dari satu saluran primer ke saluran sekunder. 4) Bangunan ukur, yaitu bangunan yang digunakan untuk mengetahui/ mengukur besarnya debit air yang melalui/ masuk saluran tersebut.
b. Bangunan Pelengkap, yaitu bangunan yang digunakan untuk melengkapi
jaringan utma seperti bangunan untuk mengatasi halangan/ rintangan sepanjang saluran dan bangunan lain, yang meliputi :1) Bangunan pembilas, yaitu bangunan yang digunakan untuk membilas endapan angkutan sedimen 2) Bangunan pelimpah samping, yaitu untuk melimpahkan kelebihan debit air ke luar saluran 3) Bangunan silang seperti jembatan, siphon, gorong-gorong, talang dan terowongan. 4) Bangunan untuk mengurangi kemiringan dasar saluran seperti bangunan terjun dan got miring. 5) Bangunan pelengkap lainnya seperti bangunan cuci, minum hewan dan sebagainya (Mawardi, 2007). Sedangkan saluran pada jaringan irigasi, dibagi menjadi :
a. Saluran Pembawa adalah saluran yang mengalirkan air untuk kepeluan irigasi yang meliputi saluran primeer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran kuarter dan saluran suplesi.
b. Saluran Pembuang adalah saluran yang menyalurkan buangan air bekas atau kelebihan air sungai/laut (Mawardi, 2007)
2.1.2.2. Fasilitas pada Jaringan Irigasi Fasilitias pada jaringan irigasi merupakan aset diluar bangunan irigasi
yang mendukung pelaksanaan operasi dan pemeliharaan pada suatu jaringan
irigasi. Adapun fasilitas yang ada antara lain : a. Kantor Pengamat/UPTb. Rumah Dinas PPA/Juru
c. Gudang
d. Peralatan untuk pemeliharaan
e. Papan Operasi dan ekploitasi
f. Patok kilometer, patok hektometer dan patok sempadan saluran
2.1.3. Air Irigasi Ketersediaan air irigasi berfluktuasi sesuai dengan keadaan musim, dimana
pada hujan jumlah ketersediaan berlimpah, sedangkan pada musim kemarau
jumlah ketersediaan air irigasi terbatas, ditambah lagi bila terjadi kerusakan
daerah aliran sungai.Pengaturan air irigasi (Permen PU, 2007) adalah kegiatan yang meliputi :
1. Pembagian Kegiatan membagi air di bangunan bagi dalam jaringan primer dan/atau sekunder
2. Pemberian Kegiatan menyalurkan air dalam jumlah tertentu dari jaringan primer atau sekunder ke petak tersier
3. Pemanfaatan/penggunaan air irigasi Kegiatan memanfaatkan air dari petak tersier untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan Dalam pembagian air irigasi (permen PU, 2007) terdapat beberapa cara, yakni :
1. Kondisi debit lebih besar dari 70% debit rencana irigasi dari saluran primer dan sekunder dialirkan secara terus menerus (continous flow) ke petak-petak tersier melalui pintu sadap tersier.
2. Kondisi debit 50-70% dari debit rencana air irigasi dialirkan ke petak- petak tersier dilakukan secara rotasi
3. Cara pemberian air terputus-putus (intermitten) dilaksanakan dalam rangka efisiensi penggunaan air pada jaringan irigasi yang mempunyai sumber air dari waduk atau sistem irigasi pompa.
2.1.3.1. Kebutuhan Air Irigasi Ada dua tingkatan kebutuhan air irigasi sesuai Kepmen PU No.
498/PRT/M/2005 tentang Rasio Pelaksanaan Pembagian Air (RPPA), yakni :
1. Kebutuhan air tanaman ditingkat usaha tani, adalah jumlah air yang dibutuhkan tanaman untuk proses pertumbuhannya sehingga diperoleh produksi yang baik di petak sawah. Kebutuhan air di tingkat usaha tani, didasarkan kepada periode pengolahan lahan, penanaman dan panen. Yang mempengaruhi kebutuhan air adalah besarnya evaporasi
(penguapan), perkolasi, evapotranspirasi dan besarnya curah hujan setempat.
2. Kebutuhan air di pintu utama (bendung), adalah jumlah kebutuhan air irigasi di pintu tersier ditambah kehilangan air irigasi di saluran induk/sekunder. Besarnya kehilangan air ini biasanya ditaksir sebesar
10 – 20% tergantung panjang saluran, jenis tanah dan sebagainya. Nilai kehilangan ini dapat menggunakan nilai prosen (%) atau dalam satuan l/s/km.
2.1.3.2. Rencana dan Pelaksanaan Pembagian Air Rencana pembagian air (RPA) adalah rencana pemberian air pada setiap
pintu ukur tersier dan pintu ukur pada bangunan bagi/pengontrol, selama 1 tahun,
berdasarkan Rencana Tata tanam yang telah disepakati oleh Lembaga pengelola
irigasi yang berwenang. Rencana pembagian Air dalam operasi jaringan irigasi
didasarkan pada:1. Penentuan rencana tata tanam
2. Perhitungan besarnya RPA
Didalam penyusunan RPA, ranting Dinas Pengairan harus mempertimbangkan
masukan dari petani/P3A/GP3A/IP3A mengenai kondisi lapangan (hulu, tengah
dan hilir) serta pengalaman yang diperoleh sebelumnya.RPA akan memudahkan pelaksanaan pembagian air, terlebih dahulu untuk
daerah irigasi besar adalah mutlak dan sangat diperlukan, jika debit sungai
tersedia cukup dan petani melaksanakan tanam sesuai rencana (waktu dan luas),
maka pemberian air adalah sesuai dengan RPA. Jika kemudian terjadi
penyimpangan terhadap Rencana Tata Tanam, seperti misalnya : debit sungai
mengecil (tak sesuai rencana), petani menanam di luar rencana. Maka dibuat
penyesuaian perubahan pemberian air antara lain dengan menggunakan faktor K.
Pada daerah irigasi sederhana dan semi teknis, tidak perlu dibuat RPA karena
pada jaringan tersebut tidak terdapat alat pengukur debit.Pada musim kemarau yaitu antara bulan April sampai dengan September,
berdasarkan kepmen PU Nomro 498/KPTS/M/2005 tentang Penguatan
Masyarakat Petani Pemakai Air Dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan irigasi,
pada umumnya debit yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan air yang
diperlukan. Apabila debit tersedia (Qt) lebih kecil dari debit yang dibutuhkan (Qb)
maka untuk pemerataan, keadilan dan efisiensi air irigasi, pemberian diatur secara
giliran meliputi :1. Bangunan utama/bendung dalam keadaan biasa dilakukan operasi seperti pedoman operasi bending (lihat SNI 03-1731, Tata cara Keamanan bendungan), pintu pengambilan dan penguras diatur sesuai dengan kebutuhan pelayanan penyediaan air dan pengurasan sedimen secara berkala.
2. Bangunan bagi dan sadap diatur tinggi muka air di saluran/bangunan dengan mengoperasikan pintu-pintu/skot balok
3. Contoh pelaksanaan pembagian air untuk 4 blok tersier dilaksanakan dengan cara : a) Jika debit yang tersedia Qt> 75% Qb, maka pembagian air dilaksanakan secara kontinyu b) Jika debit yang tersedia Qt= 50% - 75% Qb, maka dilakukan pembagian air secara giliran di dalam petak tersier.
c) Jika debit yang tersedia Qt= 25% - 50% Qb, maka dilakukan pembagian air secara giliran antar petak tersier d) Jika debit yang tersedia Qt<25% Qb, maka dilakukan pembagian air secara giliran antar petak sekunder.
Pelaksanaan giliran dan lama waktunya berdasarkan keadaan tanaman, luas areal
dan tersedianya air. Kesepakatan antar P3A/GP3A/IP3A dan komisi irigasi sangat
diperlukan dalam menentukan giliran pembagian air.Dalam pelaksanaan operasi pembagian air digunakan dengan perhitungan faktor K=debit yang tersedia dibagi debit yang dibutuhkan di pintu tersier atau : k =
(2.1) k = (2.2) Rencana pembagian air dengan faktor k dengan periode 15 harian dengan
mempergunakan data-data luas tanam, kebutuhan air, debit sungai 2 mingguan
dan rencana pembagian air dihitung dalam blanko operasi irigasi.1. Untuk melaksanakan RPA dengan faktor k maka pintu-pintu di atur dan di ukur debit yang dialirkan sesuai faktor k yang ditetapkan.
Informasi debit dituliskan dalam papan operasi tersier/bangunan bagi/bendung.
2. Secara periodik debit yang dialirkan dilakukan pengecekan realisasinya dan rencananya sehingga dapat dihitung rasio pelaksanaan pembagian air (RPPA) dalam keadaan baik, sedang dan kurang.
3. Perhitungan faktor K diperbaiki kembali jika terjadi perubahan debit yang tersedia di sumber air, selanjutnya pembagian air disesuaikan dengan faktor K yang baru.
Pada saat pembagian air, dilakukan upaya agar saluran tetap dalam keadaan terisi
air dan tidak dilakukan pengeringan total, yaitu dengan jalan menutup pintu-pintu
air di sebelah hilir agar tetap terdapat genangan air di saluran. Kekeringan total
yang cukup lama pada saluran dapat mengakibatkan retakan-retakan pada
dasar/tubuh saluran sehingga menimbulkan bocoran dan longsoran pada saat
saluran diairi kembali.Pemantauan terhadap pelaksanaan pembagian air dilakukan sebagai berikut :
1. Pemantauan perlu dilakukan secara periodik (misal 5 harian) oleh GP3A/IP3A dengan petugas irigasi sebagai pendamping.
2. Observasi lapangan dapat diarahkan pada masalah :
a. Ketersersedian air irigasi (termasuk curah hujan) untuk memperkirakan debit yang tersedia pada waktu 2 minggu kedepan b. Operasi pintu dan pengukuran debit dalam rangka membagi air seusai rencana pembagian air yang telah ditetapkan (RPPA) c. Pernyataan petani daerah hulu, tengah dan hilir tentang tingkat kepuasannya menerima air
d. Intensitas konflik menyangkut pembagian air irigasi
3. Untuk operasi pintu dan pengukuran debit air ditingkat jaringan sekunder/primer, GP3A/IP3A dengan didampingi petugas pengairan perlu memeri ksa angka “Rasio Pelaksanaan Pembagian Air” (RPPA) yaitu perbandingan debit yang diukur pada waktu pengecekan (Qp) dengan debit rencana (Qr) RPPA =
(2.3) Dengan : RPPA : Rasio Pelaksanaan Pembagian Air Qp : Debit Pengecekan/Riil Qr : Debit Rencana Hasil pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tata tanam merupakan
masukan bagi evaluasi operasi pintu dan penyaluran debit airnya. Kategori
Realisasi Pembagian Air berdasarkan angka RPPA dijelaskan dalam Tabel 2.2.Tabel 2.2 Kategori Realisasi Pembagian Air Nilai RPPA Kategori Realisasi Pembagian Air>0,75 -1,25 Baik (mendekati/sesuai rencana) 0,40 Sedang (terjadi pada musim kemarau)
- – 0,75 1,25 Sedang (terjadi pada musim hujan)
- – 1,40 < 0.40 atau > 1,40 Kurang baik (ada masalah) Sumber : kepmen PU no. 498/KPTS/M/2005 Pada kasus penyimpangan realisasi tata tanam jauh dari RTTD dan RTTG,
komisi irigasi mengevaluasi pelaksanaan operasi dari hasil RPPA dan hasil
evaluasi tata tanam untuk dasar penyesuaian pembagian airnya.
Pernyataan kepuasan petani di daerah hulu, tengah dan hilir daerah/unit
irigasi tentang penerimaan air juga dapat memperkuat indikasi apakah distribusi
air irigasi telah atau belum dilakukan dengan baik. Pernyataan kepuasan ini juga
dapat dilihat dari tingkat pemasukan iuran pengelolaan irigasi kepada
P3A/GP3A/IP3A.
Banyaknya konflik memperebutkan air irigasi juga merupakan indikator
yang perlu dipantau secara periodik dan dievaluasi pada setiap akhir tanam atau
akhir tahun.3.1.3.3. Penyusunan Rencana Tata Tanam Rencana tata tanam Global disusun setiap tahun oleh juru Pengairan bersama petani (P3A/GP3A). Mekanisme penyusunan adalah sebagai berikut :
1. HIPPA mengusulkan rencana luas tanam per petak tersier, menggunakan formulir, diserahkan kepada GP3A yang merekap
seluruh usulan P3A dan diajukan ke Juru pengairan
2. Pada minggu pertama bulan berikutnya, UPTD membuat rencana tanam
3. Pada minggu kedua bulan yang sama, Dinas Pengairan bersama Induk P3A menyusun tata tanam