PELAKSANAAN SKRINING ANTENATAL DALAM MENDETEKSI PENYAKIT PENYERTA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BATUYANG KABUPATEN LOMBOK TIMUR

  

PELAKSANAAN SKRINING ANTENATAL DALAM

MENDETEKSI PENYAKIT PENYERTA PADA

  

IBU HAMIL DI PUSKESMAS BATUYANG

KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Naskah Publikasi

  

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat

Magister Kebidanan Univeritas ‘Aisyiyah Yogyakarta

SITI NAILI ILMIYANI

201520102045

  

PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN PROGRAM MAGISTER

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

2018

  

PELAKSANAAN SKRINING ANTENATAL DALAM MENDETEKSI

PENYAKIT PENYERTA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BATUYANG

1, 2,

  3 Siti Naili Ilmiyani Moh Hakimi Ismarwati

Latar Belakang : Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian janin adalah

  komplikasi pada proses kehamilan, berdasarkan profil dinas kesehatan di Kabupaten Lombok Timur salah satu penyebab kematian ibu paling banyak adalah penyakit penyerta sebanyak 15 kasus (52,47%), penyakit penyerta merupakan komplikasi dan resiko pada ibu hamil, komplikasi kebidanan dan resiko penyakit pada ibu hamil yang ditemukan di Puskesmas Batuyang sebesar 268 kasus (69%), untuk mendeteksi resiko secara dini pada ibu hamil perlu dilakukan skrining antental.

  

Tujuan Penelitian :Untuk mengetahui Pelaksanaan Skrining Antenatal dalam

  Mendeteksi Penyakit Penyerta pada Ibu hamil di Puskesmas Batuyang Kabupaten Lombok Timur

  

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

  menggunakan purposive sampling penelitian ini dilakukan sejak Oktober 2017 sampai dengan November 2017 dengan tehnik wawancara mendalam dan dokumentasi. Informan utama dalam penelitian ini adalah tiga orang bidan desa dan dua orang bidan Puskesmas. Data dianalisis dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

  

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan dalam proses pemeriksaan skrining tidak

  dilakukan sesuai dengan ketentuan yang sudah di tetapkan seperti pada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pada pendokumentasian, pada tindak lanjut penanganan pada pasien dengan penyakit penyerta tidak dilakukan sesuai dengan standar yang sudah di tetapkan, ketersediaan alat penunjang yang ada di puskesmas dan dan polindes masih kurang, terdapat beberapa hambatan dari dalam dan luar yang di temukan dalam pelaksanaan skrining antenatal

  

Kesimpulan: Pelaksanaan skrining antenatal tidak dilakukan sesuai dengan standar

  yang sudah di tetapkan, alat yang di gunakan masih kurang dan terdapat hambatan dari luar dan dalam yang mempengaruhi pelaksanaan skrining antenatal. Kata Kunci : Penyakit Penyerta, Pelaksanaan, Skrining antenatal Kepustakaan : 12 buku, 26 jurnal Jumalah halaman : 122 halaman

  1 Mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

  2 Doses Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada

  3 Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

  Pendahuluan

  Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian janin adalah komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas, yang merupakan komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang sering terjadi adalah: perdarahan,

  

preeclampsia/eklampsia , persalinan macet, infeksi, abortus, malaria, HIV/AIDS, sifilis,

TB, hipertensi, diabetes melitus, anemia gizi besi dan kurang energi kronik (KEK).

  Sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi maka dilakukan pelayanan/ penanganan komplikasi kebidanan (Pedoman Pelayanan Antenatal, 2010). untuk mendeteksi resiko dan komplikasi secara dini pada ibu hamil perlu dilakukan skrining antenatal yang dilakukan oleh bidan (Idhayanti & Sarwono, 2016). Penelitian tentang pelaksanaan skrining antenatal telah dilakukan di Nigeria, kualitas skrining untuk faktor resiko di Nigeria selama kehamilan sangat rendah, penyebab rendahnya kualitas skrining di nigeria disebabkan kurangnya peralatan, kurangnya waktu dan kepatuhan ibu hamil untuk melakukan skrining (Prual, Toure, Huguet, & Laurent, 2000), penelitian tentang skrining antenatal lain yang dilakukan (Nykänen & Vehviläinen-julkunen, 2017) hasilnya menggambarkan bahwa kepatuhan ibu hamil dalam melakukan skrining antenatal sangat kurang disebabkan oleh kurangnya pengtahuan ibu hamil tentang pentingnya skrining antenatal. Hasil penelitian sebelumnya tentang pelaksanaan skrining antenatal di lakukan oleh (Ahmed, Bryant, Cole, Public, & Lead, 2013) dalam penelitian ini menyatakan bahwa kurangnya waktu dan kurangnya pedoman klinik dapat mempengaruhi pelaksanaan skrining antenatal. Pelaksanaan skrining antenatal di lakukan oleh bidan bekerjasama dengan dokter umum, petugas laboratorium dan kader. Skrining antental yang dilakukan di Puskesmas Batuyang masih belum berjalan dengan optimal dikarenakan masih kurang alat dan kepatuhan ibu hamil dalam pelaksanaan skrining antenatal.

  Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik

  

purposif sampling dengan strategi criterion sampling. Informan dalam penelitian ini

  adalah bidan desa 3 orang (Bidan Desa Batuyang, Bidan Desa Apitaik, Bidan Desa Pohgading Timur, Pendidikan D3 kebidanan, masa kerja dari 5 dan 7 tahun, bertugas sebagai Bidan Desa). bidan Puskesmas 2 orang (pendidikan minimal D3 kebidanan, masa kerja 23 dan 24 tahun, bertugas sebagai bidan pelaksana di Puskesmas Batuyang). Kriteria Informan pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Kepala Puskesmas Batuyang 1 orang, dokter umum di Puskesmas Batuyang 1 orang, petugas Laboratorium yang bertugas di Puskesmas Batuyang 1 orang, Ibu Hamil yang berada di wilayah binaan Puskesmas Batuyang 1 orang. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan studi dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara dengan para informan baik informan utama yaitu bidan sebagai pelaksanaan kegiatan skrining

  

antenatal pada program ANC, dan informan pendukung yaitu kepala puskesmas,

  dokter, petugas laboratorium dan ibu hamil, proses wawancara dilakukan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati oleh informan Dokumentasi Penelitian ini dokumentasi yang digunakan untuk mendukung data hasil wawancara adalah berupa dokumen pendukung lain meliputi : buku kegiatan, laporan-laporan dan SOP (Standar Operasional Prosedur) dan surat rujukan yang terkait dengan pelaksanaan skrining antenatal yang digunakan untuk mendukung data hasil wawancara adalah berupa dokumen pendukung lain meliputi : buku kegiatan, laporan-laporan dan SOP (Standar Operasional Prosedur) dan surat rujukan yang terkait dengan pelaksanaan skrining antenatal Pada penelitian ini menggunakan analisis tematik dengan cara mengidentifikasi tema-tema yang terpola dalam suatu fenomena, Tema-tema ini dapat diidentifikasi, dikodekan secara induktif dari data kualitatif mentah (transkrip wawancara) maupun merupakan suatu proses yang digunakan dalam mengolah informasi kualitatif. Analisis tematik dapat digunakan dalam hampir semua metode kualitatif (Boyatzis, 1998, dalam Poerwandari, 2001).

  Hasil

  Informan dalam penelitian ini terdiri dari 5 informan utama yaitu 2 bidan Puskesmas dan 3 bidan desa, pemilihan bidan desa berdasarkan jumlah pasien yang paling banyaknya kasus di alami di antara bidan desa lainnya. Informan pendukung pada penelitian ini terdiri dari 4 informan 1 kepala Puskesmas, 1 dokter umum, 1 petugas laboratorium dan 1 ibu hamil, pengambilan data pada informan dilakukan dengan wawancara mendalam untuk mendapatkan tanggapan secara mendalam dari tiap partisipan, adapun rangkain wawancara yang sudah berhasil dilakukan dengan berbagai latar tempat pertemuan sesaui dengan kesepakatan informan.

  Tabel 1. Kegiatan pengambilan data pada informan Pengambilan data pada Hari/ tanggal wawancara Waktu Lokasi Informan utama (I 1 ) Senin, 26-10-2017

  11.30 Polindes Informan utama (I 2 ) Rabu, 01-11-2017

  09.30 Polindes apitaik Informan utama (I 3 ) Kamis, 02-11-2017

  10.00 Polindes pohgading Informan utama (I 4 ) Sabtu, 04-11-2017

  12.00 Ruang Kia Puskesmas Batuyang Informan utama (I 5 ) Senin, 06-11-2017

  12.30 Ruang Kia Puskesmas Batuyang Informan pendukung (I 6 ) Kamis, 02-11-2017

  11.30 Ruang laboratorium Puskesmas Batuyang Informan pendukung (I 7 ) Jum’at, 03-11-2017

  10.30 Ruang poli umum Puskesmas Batuyang Informan pendukung (I 8 ) Sabtu, 04-11-2017

  09.30 Ruang kepala Puskesmas Batuyang Informan pendukung (I 9 ) Sabtu, 04-11-2017

  10.10 Posyandu batumas desa Batuyang

  Penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan skrining antenatal dalam mendeteksi penyakit penyerta pada ibu hamil dalam melakukan pelaksanaan ada beberapa tahap yang ingin di ketahui untuk melihat pelaksanaan yang ada yang pertama proses

  

skrining antenatal , tidak lanjut proses hasil skrining antenatal, fasilitas dalam pelaksanaan skrining antenatal, peran bidan dalam pelaksanaan skrining antenatal dan hambatan yang ada dalam pelaksanaan skrining antenatal adapun hasil penelitian yang di dapatkan a.

  Proses pelaksanaan skrining antenatal di mulai dari pendaftaran, anamnesis, pemeriksaan, pemeriksaan penunjang, tahap pemeriksaan, dan pelaporan Pendapat para informan tentang proses plaksanaan skrining antenatal dapat dilihat pada Gambar 1.

  Proses pemeriksaan 1. Pedaftaran

Polindes : ibu hamil ke polindes untuk pemeriksaan anc, pemeriksaan di lakukan di ruang anc

polindes yang terdiri dari pemeriksaan fisik dan penunjang

Posyandu : ibu hamil ke posyandu untuk pemeriksaan anc, pemeriksaan anc yang diberikan

bidan adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dilakukan di polindes dan Puskesmas

Puskesmas : ibu hamil melakukan pendaftaran di loket diarahkan ke KIA untuk pemeriksaan

kemudian pemeriksaan laboratorium di ruang laboratorium dari laboratorium menuju ke bidan

2.Anamnesis

   Riwayat penyakit keluarga, riwayat hipertensi, riwayat kembar

3. Pemeriksaaan fisik

  

 Pemeriksaan di posyandu timbang berat badan, tekanan darah, lila, tinggi fundus dan DJJ

 Pemeriksaan diPuskesmas timbang berat badan, TT, tinggi badan lila dan tfu

4. Pemeriksaan laboratorium

   Pemeriksaan laboratorium di polindes Hb (hemoglobin) dan protein urin

 Pemeriksaan laboratorium di PuskesmasHb (hemoglobin), proteinurin, HBsAg, golongan

darah

6. Dokumentasi hasil pemeriksaan

  

 Bidan polindes biasanya menulis hasi pemeriksaan laboratorium di buku KIA ibu saja dan tidak mempunyai buku hasil pemeriksaaan pasien  Bidan Puskesmas mempunyai buku hasil pemeriksan laboratorium Gambar 1: Skema 1 Proses pemeriksaan skrining antenatal b.

  Tindak lanjut dan penanganan pada ibu hamil dengan penyakit penyerta dalam pelaksanaan skrining antenatal pada ibu hamil Penanganan dan tindak lanjut proses pemeriksaan skrining antenatal pada pasien dengan penyakit penyerta yang dilakukan oleh bidan desa adalah dengan menganjurkan pasien untuk bersalin ditenaga kesehatan dan membawa pasien langsung ke rumah sakit, seperti halnya pasien yang terdeteksi penyakit hipertensi dan hepatitis sesuai dengan pernyataan bidan desa informan pertama sebagai berikut

  “ Sampai saat ini sih hepatitis, sebenarnya penting skrining kenapa ya gak dari dulu aja dilakukan pemeriksaan hepatiti,, kita sarankan bersalin di tenaga kesehatan 1 ) ….” (I

  Sedangkan pasien dengan penyakit penyerta hipertensi tindak lanjut/penanganan yang dilakukan oleh bidan terhadap pasien yang didapatkan dari hasil pemeriksaan dengan hipertensi yaitu merujuk pasien langsung ke Puskesmas, pemeriksaan dilakukan pada saat pasien melakukan kunjungan ulang, sesuai dengn pernyataan bidan desa informan kedua sebagai berikut:

  “ Sampai sekarang yang paling banyak biasa penyakit penyertanya hipertensi,, Di rujuk ke Puskesmas mb, langsung rujuk aja nanti pas dia kunjungan kita cek

  2 lagi ) tekanan daranya,,,”(I

  c.

  Fasilitas dalam pelaksanaan skrining antenatal (sarana dan prasarana dalam pelaksanaan skrining antenatal)

   Prasarana sangat mempengaruhi proses pemeriksaan yang akan diberikan

  kepada pasien, prasarana yang ada di Puskesmas dan polindes berasal dari dinas kesehatan yang ada di kabupaten, semua program yang akan di lakukan prasarana akan di sediakan langsung dari dinas kesehatan, untuk fasilitas seperti ruangan, kursi dan meja serta peralatan lainnya sudah memadai akan tetapi mungkin kadang ketersediaan alat masih kurang seperti program yang baru di mulai biasanya prasana sedikit.

  Pendapat para informan tentang fasilitas skrining antental gambar 2.

  Polindes  Sarana dan prasarana memadai (tempat pemeriksaan, fasilitas yang ada dalam ruangan )

 Ketersediaan alat pendukung (hemoglobin dan protein urin)

Fasilitas Puskesmas  Sarana dan prasarana memadai sesuai dengan permenkes 75 (tempat pemeriksaan, fasilitas yang ada dalam ruangan)  Ketersediaan alat pendukung (hemoglobin, protein urin, golongan darah, HBsAg) Gambar 2. Fasilitas dalam pelaksanaan skrining antenatal d.

  Peran bidan dalam pelaksanaan skrining antenatal dalam mendeteksi penyakit penyerta pada ibu hamil Peran bidan dalam pelaksanaan skrining antenatal dalam mendeteksi penyakit penyerta pada ibu hamil sangat penting, bidan sebagai penyuluh dengan melakukan penyuluhan pasien dapat mengetahui informasi kesehatan sehingga masyarakat dapat memahami pentingnya kesehatan, bidan sebagai motivator bagi masyarakat dengan adannya motivator masyarakat dapat melaksanakan pemeriksaan kesehatan dengan rajin, hal ini sejalan dengan hasil wawancara bidan desa informan pertama sebagi berikut:

  “ Penyuluh dalam pemeriksaan pasien, anamnesis pasien dan pemeriksaan lab…” (I 1 ) e.

  Hambatan dalam pelaksanaan skrining antenatal dalam mendeteksi penyakit penyerta pada ibu hamil Kendala dalam pelaksanaan skrining antenatal di mulai dengan kendala pada alat yang di gunakan pada saat melakukan skrining khususnya pada pemeriksaan yang baru dilakukan karena pemeriksaannya baru mungkin persediaan alatnya terbatas. Kendala pada masyarakat saat melakukan pemeriksaan laboratorium, ibu hamil yang telah di anjurkan oleh bidan desa untuk melakukan pemeriksaan laboratorium tidak pergi ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan ke Puskesmas karna alasan jauh, kendala yang di dapatkan pada pasien adalah terlambat dalam mengambil keputusan pasien kadang pada saat akan di rujuk ke fasilitas kesehatan lainnya masih menunggu keluarga dalam pengambilan keputusan sehingga penanganan pada pasien terlambat. Pendapat para informan tentang kendala dalam pelaksanaan skrining antenatal pada gambar 3

  Hambatan yang di dapatkan dalam pelaksanaan skrining

Jarak Ketersediaan alat Pengambilan keputusan

  Pembahasan 1.

  Proses pelaksanaan skrining antenatal di mulai dari pendaftaran, anamnesis, pemeriksaan, pemeriksaan penunjang, tahap pemeriksaan, dan pelaporan Alur pelayanan pada pedoman pelayanan antenatal terpadu pada setiap wilayah berbeda beda disesuaikan dengan kondisi wilayah yang ada, pada pedoman antenatal terpadu alur pelayanan pada ibu hamil di mulai dari ibu hamil datang langsung ke loket pemeriksaan dari loket pemeriksaan ibu hamil akan di sarankan ke poli KIA untuk dilakukan pemeriksaan oleh bidan apabila dari hasil pemeriksaan di butuhkan pemeriksaan laboratorium maka pasien akan di bawa ke ruang laboratorium dari ruang laboratorium pasien akan di kembalikan lagi ke ruang KIA apabila dari hasil laboratorium di temukan hasil positif maka bidan akan berkolaborasi dengan dokter puskesmas untuk melakukan penanganan selanjutnya, sedangkan apabila dari hasi pemeriksaan dari bidan dan petugas laboratorium normal maka bidan akan memberikan terapi obat dan ibu akan mengambil obat sesuai dengan terapi yang diberikan bidan di apotik. Alur pelayanan merupakan sebuah prosedur yang harus di miliki untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan, Loudon dan loudon (2004) dalam Sokoco (2007) mengatakan bahwa perubahan dari input menjadi output yang diinginkan dilakukan pada saat pemerosesan yang melibtak metode dan prosedur dalam sistem. Apabila suatu proses dijalankan dengan menggunakan metode dan prosedur yang baik, maka proses pelayanan dapat berjalan dengan baik.

  Anamnesis pada proses pemeriksaan skrining antenatal pada ibu hamil Pemeriksaan skrining antenatal di mulai dengan melakukan anamnesis pada pasien sebelum melakukan pemeriksaan selanjutnya, hasil yang didapatkan oleh bidan tergantung dari cara anamnesis yang dilakukan, semakin mendalam anamnesis yang dilakukan bidan dalam mendeteksi penyakit penyerta maka semakin banyak penyakit yang dapat dideteksi dan semakin cepat penanganan yang di lakukan pada pasien Penelitian sebelumnya dilakukan oleh idhayanti (2016) menyatakan bahwa bidan desa masih kurang dalam hal mengkaji keluhan pasien secara detail sebesar 69 %, ada beberpa hal yang sering di lewati oleh bidan dalam hal mengkaji riwayat penyakit seperti mengakaji riwayat tentang PMS, riwayat tentang PMS harus tetap di tanyakan karena masuk dalam SOP pemeriksaan dan masuk dalam skrining antenatal .

  Pemeriksaan pada ibu hamil untuk menunjang proses pemeriksaan skrining

  

antenatal pada ibu hamil. SOP antenatal yang ada di Puskesmas dalam melakukan

  pemeriksaan pada pasien, pemeriksaan yang dilakukan bidan pada ibu hamil diantaranya mengukur tinggi badan, menimbang berat badan, jantung, paru, konjungtiva, bengkak pada wajah/tangan, reflek lutut, TFU, DJJ, payudara, dan vulva. Penelitian yang dilakukan oleh Yanuaria dan Wulandari (2013) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan bidan dalam memberikan pelayanan antenatal maka bidan harus memberikan pelayanan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap bidan selama memberikan pelayanan antenatal dengan harapan dapat meningkatkan

  .

  kompetensi bidan dalam memberikan pelayanan antenatal

  Pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil dalam proses pemeriksaan skrining

  

antenatal pada ibu hamil. Proses skirinig dapat dilakukan secara mendalam melalui

  pemeriksaan penunjang kepada pasien, pada hasil penelitian yang di dapatkan bahwa pemeriksaan penunjang pada pasien di lakukan pada saat trimester pertama dan pada saat pertama ibu datang ke tempat pelayanan kebidanan, pada tempat penelitian pemeriksaan yang di lakukan di dua tempat polindes dan Puskesmas pemeriksaan di lakukan di polindes berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan di Puskesmas, pasien dari polindes bisa langsung datang ke Puskesmas untuk mendapatkan pemeriksaan yang sama, namun pemeriksaan laboratorium yang di lakukan di polindes dan Puskesmas belum lengkap sehingga mempengaruhi proses pemeriksaan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang yang dilakukan di polindes dan Puskesmas belum sesuai dengan standar pemeriksaan yang sudah di tetapkan ada beberapa pemeriksaan yang tidak dilakukan karena ketersediaan alat yang terbatas. Pemeriksaan laboratorium di lakukan untuk mendeteksi secara dini dari komplikasi yang muncul selama kehamilan agar bidan dengan cepat melakukan tindak lanjut penanganan yang akan diberikan kepada ibu hamil Berdasar Petunjuk kerja (Pedoman Pelayanan Antenatal care Terpadu, 2010) pemeriksaan laboratorium yang di lakukan pada setiap ibu hamil adalah sebagai berikut : Pemeriksaan Hb (hemoglobin), Golongan darah, Protein urin di lakukan pemeriksaan pada setiap ibu hamil, Gula darah/reduksi dilakukan pemeriksaan bila ada indikasi pada pasien yang di curigai menderita, pemeriksaan darah malaria di daerah endemis malaria, di daerah non endemis malaria, malaria bila ada indikasi, TBC : pemeriksa sputum BTA, Sifilis dan HIV : setiap petugas wajib menawarkan tes HIV dan sifilis kepada ibu hamil secara inklusif bersama tes yang lain pada saat kunjungan antental dan pada saat kunjungan yang lain. Tahap pemeriksaan pada ibu hamil yang beresiko dan tidak beresiko dalam desa dan bidan puskesmas dan di perkuat dengan informan pendukung dari dokter puskesmas yang menyatakan bahwa Proses pemeriksaan pada skrining antenatal dalam penelitian ini sudah bagus, pada pasien yang bersiko bidan melakukan kolaborasi kepada dokter untuk melakukan tindakan selanjutnya, sedangkan pada pasien yang tidak beresiko bidan akan melanjutkan pemeriksaan selanjutnya dan dilakukan pemeriksaan laboratorium ulang pada saat trimester ketiga.

  Penelitian ini sejalan dengan (Wilson, Junger. 1967) yang menyatakan bahwa proses pemeriksaan skrining diberikan pada semua orang apabila hasil tes negatif pada suatu saat akan dilakukan tes ulang, sedangkan apabila hasil tes positif dilakukan pemeriksaan diagnostik yang spesifik dan apabila hasil tesnya positif dilakukan pengobatan secara intensif dan apabila hasil tes negatif dilakukan tes ulang Dokumentasi hasil pemeriksaan dalam pelaksanaan skrining antenatal pada ibu hamil. Pendokumentasian hasil pemeriksaan dalam bentuk buku sangat di lakukan agar bidan dapat tetap mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan dan agar dapat cepat melakukan penanganan selanjutntya apabila pasien dapat keadaan beresiko.

  Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan antenatal terpadu yang berkualitas, setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib mencatat hasil pada rekan medis, kartu ibu dan buku KIA. Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisis untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Penerapan pencatatn sebagai bagian dari standar pelayanan, kualitas pelayanan antenatal dapat ditingkatkan (Kemenkes RI, 2013).

  2. Tindak lanjut dari proses skrining antenatal (penanganan dan tindak lanjut yang dilakukan bidan terhadap pasien beresiko, kerja sama antar petugas kesehatan, dan masyarakat sistem rujukan yang dilakukan oleh bidan)

  Penanganan dan tindak lanjut skrining pada pasien beresiko masih kurang, pasien yang beresiko yang didapatkan dari hasil pemeriksaan skrining sebelumnya, pada pemantauan terapi yang diberikan oleh dokter, pemantauan yang dilakukan oleh bidan pada pasien yang beresiko sangat penting agar pasien tetap mendapatkan perawatan yang tepat sampai proses persalinan, hasil penelitian yang di dapatkan dari informan bahwa tindak lanjut yang dilakukan oleh bidan pada pasien beresiko masih kurang, setiap pasien yang beresiko bidan selalu melakukan kunjungan ulang dan tetap menganjurkan ibu untuk melahirkan di tenaga kesehatan tetapi tidak melakukan tidak lanjut sesuai dengan penangan dan tidak lanjut yang ada dalam pedoman pelayanan antenatal terpadu yang ada seperti pada ibu hamil dengan hipertensi.

  Penyakit yang paling banyak di temukan di Puskesmas Batuyang adalah hipertensi dan hepatitis pada ibu hamil, tindak lanjut yang dilakukan oleh bidan dalam melakukan pengangan pada pasien hipertensi dan hepatitis tidak hanya dilakukan kunjungan rumah saja akan tetapi bidan bertanggung jawab untuk melakukan terapi pada saat melakukan kunjungan rumah.

  Tindak lanjut kasus dalam pedoman antenatal terpadu pada pasien hipetensi

  Tangani hipertensi sesuai dengan standar, Periksa ulang dalam 2 hari, jika tekanan

  adalah

  

darah meningkat segera rujuk, Jika ada gangguan janin segera rujuk, Konseling gizi, diet

makanan untuk hipertensi dalam kehamilan . Penelitian yang di lakukan oleh (Jackson

  & Gregg, 2017) penanganan pasien hipertensi ringan dan sedang yang dilakukan pada ibu hamil dilakukan sejak kehamilan 12-28 minggu dengan memberikan 81 mg aspirin setiap hari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dengan mengurangi resiko yang sedikit bagi ibu dan janin

  Pemeriksaan antenatal pada pemeriksaan laboratorium setiap kelalaian yang di temukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenagan tenaga kesehatan, kasus-kasus yang dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan yang ada (Kemenkes,2010).

  Kerja sama antar petugas kesehatan dalam pelaksanaan skrining antenatal sangat penting, karena dalam pelaksanaannya bidan tidak dapat melakukan semua pemeriksaan secara mandiri, kerja sama antar petugas kesehatan yang berkelanjutan sangat diperlukan, dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa kerja sama antar petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Batuyang sangat baik, tidak hanya kerjasama antar petugas kesehatan saja ternyata di perlukan dalam pelaksanaan

  

skrining antenatal dalam mendeteksi penyakit penyerta tapi di butuhkan juga kerja

  sama yang baik antar masyarakat, kader dan perangkat desa yang ada di wilayah Puskesmas.

  Menurut informan utama bidan desa, bidan puskesmas dan di perkuat dengan hasil wawancara dengan informan pendukung dengan petugas laboratorium, bentuk kerjasama yang di lakukan pada tenaga kesehatan seperti petugas gizi, pada pasien yang di dapatkan hasil pemeriksaan dengan gizi buruk maka bidan akan berkolaboarsi dengan petugas gizi dan dokter Puskesmas untuk melakukan penganan lanjutan, selain dengan petugas kesehatan bidan juga melakukan kerja sama dengan kader, masyarakat, dan petugas desa, salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh bidan dalam bekerjasama dengan kader adalah bidan meminta bantuan kader untuk memanggil ibu untuk melakukan pemeriksaan sampai menemanin ibu ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan

  Hal ini sejalan dengan hasil penelitian kholifah (2017) menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat yaitu kader, tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam melaksanakan program kesehatan sangat diperlukan sehingga pencapain target dapat maksimal.

  Sistem rujukan yang ada di Puskesmas di mulai dengan konsul dengan dokter Puskesmas kemudian dokter Puskesmas akan membuatkan surat rujukan kepada pasien, surat rujukan yang ada di Puskesmas sesuai dengan format yang didapatakan dari BPJS dan dinas kesehatan, sistem rujukan yang ada di polindes berbeda dengan sistem rujukan yang ada di Puskesmas, sistem rujukan yang ada di polindes di mulai dari pasien yang beresiko akan di bawa langsung ke Puskesmas kemudian bidan desa akan konsultasi dengan dokter Puskesmas, apabila pasien yang di bawa bisa di tanganani di Puskesmas maka bidan Puskesmas akan bertangung jawab terhadap pasiennya sampai rawat jalan, akan tetapi apabila pasiennya harus di bawa ke rumah sakit maka bidan desa yang akan membawa pasien ke rumah sakit, surat rujukan yang ada dari polindes ke Puskesmas tidak ada, bidan biasanya langsung membawa pasien ke Puskesmas tanpa menggunakan surat rujukan.

  Berdasarkan panduan praktis sistem rujukan berjenjang, sistem rujukan sebagai suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang menagtur, melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik vertikal maupun horizontal yan wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehtan atau asuransi kesehatan sosial dan seluruh fasilitas kesehatan.

  Hal ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Palimbo, Sriatmi, & Kuntjoro, 2015) menyatakan bahwa di Kalimantan pada bidan desa yang akan melakukan rujukan ke Puskesmas tidak pernah membawa surat rujukan dari polindes akan tetapi hal ini tidak sama dengan melakukan rujukan dari Puskesmas ke rumah sakit bidan menyertakan surat rujukan dan buku KIA setiap melakukan rujukan dengan tujuan untuk melakukan klaim Jampersal.

  3. Fasilitas dalam pelaksanaan skrining antenatal (sarana dan prasarana dalam pelaksanaan skrining antenatal) Menurut informan utama di perkuat dengan pernyataan informan pendukukng dari kepala puskesmas dan dokter puskesmas sarana dan prasaran yang selama ini yang di gunakan dalam pelaksanaan skrining antenatal sudah memadai, akan tetapi terdapat perbandingan jumlah sarana yang ada di polindes dan Puskesmas ada beberapa alat yang digunakan pada saat melakukan skrining

  antenatal tidak tersedia di polindes sehingga pasien harus melakukan pemeriksaan

  di Puskesmas, dan juga ada ketersediaan alat yang masih kurang di Puskesmas contohnya ketersedian alat pada pemeriksaan yang baru di lakukan di Puskesmas. Oleh sebab itu perlunya peningkatan ketersediaan alat baik di polindes maupun Puskesmas supaya pelaksananan dapat berjalan dengan baik.

  Penelitian sebelumnya dilakukan Nurrahmaton (2015) menyatakan bahwa bidan prasarana yang mendukung, sarana dan prasarana mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kualitas pelayanan antenatal care.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani et al (2012) mengenai imlementasi pelayanan ibu hamil (K4) oleh bidan berdasarkan SPM di puskesmas silungkang menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan antenatal (K4) sudah tersedia seperti ANC kit, buku KIA, kartu ibu, kohort ibu dan alat transportasi roda dua petugas ke lapangan. Namun hb sahli tidak tersedia di puskesmas pembantu sehingga pemeriksaan kadar hbnya dirujuk ke Puskesmas.

4. Peran Bidan dalam pelaksanaan skrining antenatal

  Peran bidan dalam pelaksanaan skrining antenatal sangat penting bidan dari hasil penelitian peran bidan yang di sampaikan oleh informan sebagain besar informan berperan sebagai motivator dan sebagai penyuluh, kaitannya dengan pelaksanaan

  skrining antenatal bidan sebagai motivator dalam memberikan arahan pada ibu

  hamil agar ibu hamil dapat dengan semangat dan tidak takut melakukan pemeriksaan skrining antenatal, bidan sebagai penyuluh dalam setiap acara bidan biasanya melakukan penyuluhan tentang kesehatan ibu seperti pada saat melakukan kelas ibu hamil bahkan biasanya pada saat melakukan antenatal care.

  Peran bidan dalam pelaksanaan skrining antenatal dalam pendoman anc terpadu adalah memberikan pelayanan dan konseling termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat, melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit dan penyulit/komplikasi kehamilan, merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi, melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan dan tepat waktu yang diperlukan

  Penelitian lain yang dilakukan oleh Christiana (2015) menyatakan bahwa bidan mempunyai peran yang sangat kuat dalam menganjurkan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS secara lengkap sampai ibu hamil paham dan memberikan izinnya untuk melakukan pemeriksaan, apabila peran bidan baik maka klien akan melakukan pemeriksaan atau pencegahan terhadap penyakit.

  5. Hambatan dalam pelaksanaan skrining antenatal dalam mendeteksi penyakit penyerta pada ibu hamil Berdasar pernyataan dari informan utama bidan di perkuat dengan pernyataan dari informan pendukung dokter puskesmas hasil penelitian kendala yang didapatkan pada pelaksanaan skrining antenatal dapat berbeda beda berdasarkan tempat pemeriksaannya, pemeriksaan yang dilakukan di Puskesmas sendiri kendala yang paling banyak di temukan adalah pengambilan keputusan pada saat melakukan rujukan, bidan Puskesmas sangat terkendala pada saat melakukan rujukan ke tempat rujukan selanjutnya, biasanya ibu hamil yang akan di rujuk dalam pengambilan keputusan yang sangat lama bahkan bisa menghambat penanganan yang akan di berikan, pengambilan keputusan di lakukan oleh keluarga dan masyarakat tempat tinggal ibu hamil, sebelum ada keputusan dari kelurga dan masyarakat ibu hamil tidak berani memberikan keputusan sendiri.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Shrestha, 2012) dalam penelitian yang dilakukan di Nepal menyatakan bahwa perempuan Nepal lebih memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dari suami akan tetapi mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengambil keputusan pada saat pelayanan kesehatan, mereka masih mengikuti keputusan suami.

  Pengambilan keputusan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan pelaksanaan skrining antenatal, pengambilan keputusan dalam melakukan rujukan dari hasil penelitian maka untuk mengatasi solusi tersebut bidan Puskesmas akan bekerjasama dengan perangkat desa, karena biasanya perangkat desa sangat di hormati oleh masyarakat, mungkin bukan hanya perangkat desa saja yang di ajak kerjasama dalam mengatasi masalah ini mungkin tokoh agama juga di ajak kerjasama oleh bidan yaitu dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang pentingnya melakuan rujukan segera dan pentingnnya pemeriksaan skrining tentang pentinggya pemeriksaan skrining antenatal untuk meningkatkan kesehatan pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya.

  Kualitas pelaksanaan skirining antenatal dapat di pengaruhi oleh ketersediaan alat yang kurang, hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh (Prual et al., 2000) menyatakan bahwa penyebab rendahnya kualitas pelaksanaan skirining

  

antenatal di Nigeria di pengaruhi oleh kurangnya personil, kurangnya peralatan,

  kurangnya waktu dan kurangnya kepatuhan ibu hamil dalam melakukan skrining

  

antenatal , sementara program skrining antenatal merupakan suatu kebijakan yang

terus dilakukan dan ditingkatkan.

  Hambatan yang didapatkan di polindes berbeda dengan hambatan yang di temukan di Puskesmas, hambatan yang di temukan di polindes berasal dari masyarakat sendiri, masyarakat tidak mau melakukan pemeriksan yang lengkap ke puskesamas di karenakan oleh faktor jarak, ibu hamil yang memliki jarak yang jauh dari Puskesmas kadang enggan melakukan pemeriksaan, selain karena faktor jarak saran yang di gunakan untuk melakukan pemeriksanan juga termasuk dalam hambatan dalam pemeriksanan skirning ibu hamil tidak dapak melakukan pemeriksaan lengakap ke puskesama karena tidak ada sarana yang di gunakan ke tempat pemeriksaan

  Penelitian yang dilakukan oleh (Irasanty et al., 2008) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa faktor geografi, jarak dan infrastrukur jalan sangat mempengaruhi akses masyarakat untuk melakukan rujukan khususnya bagi masyarakat yang tingga di daerah terpencil dan mereka harus menggunakan sarana transportsi tradisional (di Bulle) untuk melakukan rujukan maternal ke sarana kesehatan.

  Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di simpulkan

  pelaksanaan skrining antenatal dalam mendeteksi penyakit penyerta pada ibu hamil di Puskesmas Batuyang Kabupaten Lombok Timur sudah mulai di lakukan namun belum optimal sehingga perlu peningakatan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien dalam pelaksanaan skrining antenatal ada beberapa yang perlu di perhatikan untuk menunjang keberhasilan skinning antenatal, seperti proses pemeriksaan, tindak lanjut pelaksanaan skirning antenatal, fasilitas dalam pelaksanaan skrining antenatal, peran bidan dalam pelaksanaan skrining antenatal dan hambatan yang ada dalam pelaksanaan skrining antental.

  Daftar Pustaka

  Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset, Memilih Diantara 5 Pendekatan Edisi ke 3 . Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Dagum, M. Save. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. jakarta :Lembaga pengkajian Idhayanti, R. I., & Sarwono, B. (2016). Dukungan keluarga berpengaruh terhadap skrining antenatal bidan desa, 5(10). Irasanty, G. D., Rujukan, K., Irasanty, G. D., Hakimi, M., Hasanbasri, M., Kesehatan,

  M., … Ugm, F. K. (2008). AVOIDING DELAYS IN MATERNAL REFERRALS IN MAJENE REGENCY , diberikan pada tingkat pelayanan dasar oleh bidan dan merujuk secepatnya . Untuk itu , dibutuhkan gambaran pencegahan keterlambatan rujukan Majene , serta memperbaiki pengelolaan sarana dengan rancangan penelitian studi kasus yang bersifat Rumah Sakit , Kepala Unit Gawat Darurat , Kepala Unit dan Pasien Kegawatdaruratan Obstetri . Unit analisis, 11(03), 122 –129.

  Jackson, J. R., & Gregg, A. R. (2017). Updates on the Recognition, Prevention and Management of Hypertension in Pregnancy,

  44 , 219 –230.

  https://doi.org/10.1016/j.ogc.2017.02.007 Kemenkes, 2013, Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, Jakarta: Kemenkes RI Kesehatan, K., Jenderal, D., & Kesehatan, B. (2010). Pedoman pelayanan antenatal terpadu. Kesehatan, P., Sebelum, M., Hamil, M., Masa, D. A. N., Melahirkan, S., Kesehatan, P., & Sebelum, M. (2014). No Title.

  Koster, W., Ondoa, P., Sarr, A. M., Sow, A. I.

  , Schultsz, C., Sakande, J., … Pool, R. (2016). SSM - Population Health Barriers to uptake of antenatal maternal screening tests in Senegal. SSM - Population Health, 2(October), 784 –792. https://doi.org/10.1016/j.ssmph.2016.10.003 Manuaba. (2008). Pengantar Kuliah Obstetri. EGC.

  • – Mcphee, A. J., Jeffries, W. S., & Robinson, J. S. (2005). new england journal, 2477 2486.

  Moleong. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Rosda. Mufdillah. (2009). ANC FOKUS Antenatal Care Focused: Pemeriksaan kehamilan

  Fokus Dilengkapi Pijat Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuhamedika

  Nykänen, M., & Vehviläinen-julkunen, K. (2017). The expectations of antenatal screening and experiences of the fi rst- trimester screening scan. Midwifery,

  47 (February), 15 –21. https://doi.org/10.1016/j.midw.2017.02.004

  Palimbo, A., Sriatmi, A., & Kuntjoro, T. (2015). Pelaksanaan Sistem Rujukan Kasus Ibu Hamil Risiko Tinggi oleh Bidan Desa ke Puskesmas Poned Kabupaten Banjar

  • Kalimantan Selatan ( Studi Kasus di Puskesmas Sungkai ) Implementation on the Referral System of High Risk Pregnant Women from Villages Midwives to Primary Healthcare Center with Basic Obstetric and Neonatal Emergency Care in Banjar District , South Kalimantan ( a Case Study in Sungkai Primary Healthcare Center ), 03(01).

  Prual, A., Toure, A., Huguet, D., & Laurent, Y. (2000). The quality of risk factor screening during antenatal consultations in Niger, 15(1), 11 –16. Report, T. (n.d.). Antenatal screening for HIV , hepatitis B , syphilis and rubella susceptibility in the EU / EEA . Shrestha, B. (2012). Gender Study on Knowledge and Decision Making on Maternal

  Health Care in Nepal, 11, 1 –6. Smfm, M. M., Dionne-odom, J., Tita, A. T. N., & Silverman, N. S. (2015). The Society for Maternal-Fetal Medicine

   : Publications Committee. American Journal of Sukoco, Badri M. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Erlangga Vos, A. A., & Obstetrics, C. (2015). Assessment and care for non-medical risk factors in current antenatal health care. https://doi.org/10.1016/j.midw.2015.06.008 Yanuaria M R, Wulandari S D. 2013 Penyusunan Upaya Peningkatan Pelayanan

  Antenatal Care Berdasarkan Voice of Customer. Jurnal Administrasi Kesehatan

  Indonesia Vol.1 No.1 Tahun 2013

Dokumen yang terkait

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL OLEH IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER TAHUN 2013

1 12 23

106 HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2013

0 0 10

SIKAP DAN KOMUNIKASI BIDAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL PADA PELAKSANAAN ANTENATAL CARE

0 1 6

FREKUENSI ANTENATAL CARE MEMPENGARUHI KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SEDAYU 1 BANTUL

0 0 5

95 HUBUNGAN PERSEPSI KOMPENSASI TERHADAP KINERJA BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 8

View of HUBUNGANPELAYANAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS PAGUYANGANKABUPATENBREBES

0 0 9

6 EFFEKTIVITAS KONSELING HIVAIDS TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL DALAM PELAKSANAAN SCREENING HIVAIDS DI PUSKESMAS WILAYAH BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL

0 0 8

TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL DALAM PELAYANAN ANTENATAL CARE ANC) YANG BERKUALITAS DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 2 13

1 HUBUNGAN FREKUENSI ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS NGAMPILAN YOGYAKARTA TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN FREKUENSI ANTENATAL CARE DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS NGAM

0 0 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS UMBULHARJO 1 YOGYAKARYA

0 0 13