PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK SMP NEGERI 2 BENTENG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

  

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL PESERTA

DIDIK SMP NEGERI 2 BENTENG KABUPATEN

KEPULAUAN SELAYAR

  Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

  (UIN) Aalauddin Makasaar untuk Memenuhi Salah Satu Persyarat Guna Memperoleh Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.)

  Oleh:

  

SUHARDI

  20100113115

  

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017

KATA PENGANTAR

  ! " #$ % Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga

akhir zaman.

  Penulis menyadari bahwa sejak persiapan dan proses penelitian hingga pelaporan

hasil penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang di hadapi, namun berkat

ridha dari Allah swt., dan bimbingan dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan

tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis

mengucapkan terimah kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang turut membantu

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan

serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan

senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat Dari lubuk hati yang terdalam penulis mengucapkan permohonan maaf dan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Amiruddin dan Ibunda tersayang

Saridaeng yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayang dalam

membesarkan serta mendidik penulis yang tak henti-hentinya memanjatkan doa demi

keberhasilan dan kebahagiaan penulis, serta kepada saudaraku (Sapsidi, S.H, Hasmiati,

Sudirman, Muhtar Jaya) yang selalu memberikan semangat kepada penulis. Begitu pula

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M. Si, selaku Rektor UIN Alauddin Makasar beserta wakil Rektor I, II, III, dan IV.

  2. Dr. H. Muhammad Amri, Lc., M.Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta wakil dekan I, II, dan III.

  3. Dr. H. Erwin Hafid, Lc., M Th. I., M. Ed. dan Dr. Usman, S. Ag, M. Pd. masing- masing sebagai Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar.

  4. Prof. Dr. H. Bahaking Rama, M.S. dan Dra. St Nurjannah YT, M.Ed., M.A. selaku Pembimbing I dan II yang telah memberi arahan, koreksi, pengetahuan baru dalam

penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai tahap penyelesaian.

  5. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung maupun tak langsung.

  6. Patta Tandir S.Pd Selaku kepala sekoalah SMP Negeri 2 Benteng Kab. Kepulauan Selayar. Dan seluruh guru yang memberikan kesempatan kepada penyusun atas sebagai informasi penelitian ini, Para staf dan adik-adik peserta didik SMP Negeri

2 Benteng Kab. Kepulauan Selayar. Atas segala pengertian dan kerja samanya melaksanakan penelitian.

  7. Terkhusus buat rekan-rekanku (Randi, Syahrir, Alam, Anna, Nita, Darma, Jiba, Satri. Ita) yang selalu memberikan semangat, keceriaan dan kebersamaan yang sangat berharga bagi penulis.

  8. Rekan-rekan seperjuangan Ainul Fitriah Ramadhani, Sumarni, Hajra, Ibe, Ibra, Basok, Nita, Asfar, Subhan, Afni, dan semua teman-teman seangkatan pada jurusan Pendidikan Agama Islam yang tidak dapat kusebutkan namanya satu persatu.

  9. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan sumbangsih kepada penyusun selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini selesai. Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu, mendapat pahala di sisi Allah swt., serta semoga skripsi ini bermanfaat bagi khalayak khususnya bagi penulis sendiri.

  Makassar, 10 Oktober 2017 Penyusun SUHARDI NIM: 20100113115

  

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii

PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

ABSTRAK .............................................................................................. x

  

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1-10

A. Latar Belakang.................................................................... .........

  1 B. Fokus Penelitian................................................................... ........

  6 C. Rumusan Masalah................................................................ ........

  8 D. Kajian Pustaka..............................................................................

  8 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian......................................... ........

  10 BAB II KAJIAN TEORETIS........................................................................ 12-24

  A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)................................ 12

  B. Pengertian Kecerdasan Spiritual................................................... 19

  C. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual....................................... 24

  

BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 32-38

A. Jenis dan Lokasi Penelitian............................................................ 32 B. Pendekatan Penelitian.................................................................... 32 C. Sumber Data.................................................................................. 33 D. Metode Pengumpulan Data........................................................... 34 E. Instrumen Pengumpulan Data....................................................... 36 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.......................................... 36 G. Pengujian Keabsahan Data............................................................ 37 BAB IV GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN

  A. Gambaran Umum Lolasi Penelitian............................................. 41

  B. Hasil Penelitian........................................................................... 43

  C. Pembahasan............................................................................... 55

  BAB V PENUTUP........................................................................................ 62-63 A. Kesimpulan.......................................................................... 62 B. Saran..................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 64-66

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

  ABSTRAK Nama : Suhardi Nim : 20100113115 Judul Skripsi : Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik SMP Negeri 2 Benteng Kab. Kepulauan Selayar

  Skripsi ini membahas tentang peranan guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam

mengembangkan kecerdasan spiritual peserta didik SMP Negeri 2 Benteng Kabupaten

Kepaulauan Selayar. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana

peranan guru pendidikan agama Islam dalam memotivasi siswa untuk mengembangkan

kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 2 Benteng Kab. Kepulauan Selayar. (2)

Bagaimana ragam faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan agama Islam

dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 2 Benteng Kab.

Kepulauan Selayar. (3) Bagaimana dampak peranan guru pendidikan agama Islam dalam

memotivasi kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 2 Benteng Kab. Kepulauan

Selayar.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini

adalah guru mata pelajaran pendidikan agama Islam. Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah reduksi data,

sajian data, dan penarikan kesimpulan.

  Hasil penelitian diperoleh bahwa adapun peranan yang dilakukan guru dalam

mengembangkan kecerdasan spiritual pada peserta didik SMP Negeri 2 Benteng Kab.

Kepulauan Selayar terdiri dari beberapa peranan guru pendidikan agama Islam sebagai

motivator diantaranya memberikan keteladanan, nasehat, motivasi belajar, memberikan

contoh berperilaku baik misalnya, siswa dibiasakan menghargai guru, teman, menjalin

tali persaudaraan yang baik sesama siswa, saling memberikan petolongan, melaksanakan

sholat berjamaah, dan gotomg royong membersihkan lingkungan sekolah.

  Adapun faktor pendukung dan penghambat serta dampak dari peranan guru

dalam mengembangkan kecerdasan spiritual yaitu faktor pendukung terdiri dari adanya

kerjasama antara kepala sekolah dan guru, peningkatan SDM guru, sarana dan prasarana

yang memadai. Faktor penghambatnya kurangnya kesadaran orang tua dalam

memberikan pengawasan dan bimbingan, tuntutan nilai. Dampak dari peranan guru dalam

mengembangkan kecerdasan spiritual siswa yakni, siswa dapat menghargai gurunya,

kesadaran untuk saling memberikan pertolongan, serta disiplin melaksanakan sholat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan masyarakat dan pemerintah

  melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah maupun diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat pada

  1

  masa yang akan dating. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi

  2

  kehidupan di segala bidang. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

  3 negara.

  Dalam bahasa Arab ada beberapa istilah yang bisa dipergunakan dalam pengertian pendidikan antara lain: “Tarbiyah”. Asal kata “rabba” (mendidik); pendidikan. Kata rabba (mendidik), sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad Saw, seperti terlihat dalam Q.S. Al-Isra/17:24 yang berbunyi: 1 Abd, Kadir, Dkk, Dasar-daras Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 60. 2 3 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 4.

  Hasbullah, Dasar –dasar Ilmu Pendidikan (Cet. X; Jakarta: Raja Grafindo Rajawali Terjemahnya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhan-ku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka

  4 berdua telah mendidik aku pada waktu kecil”.

  Berdasarkan definisi yang telah disebutkan diatas dikaitkan dengan pengertian pendidikan agama Islam, akan diketahui bahwa, pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangan hidup manusia, diantaranya sebagai berikut:

  Pendidikan Islam, menurut Omar Muhammad Al-Touny al-Syaebani, diartikan sebagai “usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan”. Perubahan itu dilandasi dengan nilai- nilai islami. Jelaslah bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan- kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar dimana ia hidup. Proses tersubut senantiasa berada dalam nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlak al- karimah. Hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian Pendidikan Islam: “Sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”. Istilah membimbing, mengarahkan, mengajarkan, atau melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu 4 Munirah, Lingkungan dalam Perspektif Pendidikan Islam (Cet. I;Makassar, Alauddin

  “menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai dengan ajaran

5 Islam”.

  Menurut Ahmad Tafsir, kata “Islam” dalam “pendidikan Islam” menunjukkan warna tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam. Dengan begitu, pendidikan yang islami berarti pendidikan yang berdasarkan Islam. Dalam tulisan tersebut, Tafsir mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan yang diberikan kepada seseorang agara ia berkembang secara maksimal. Berdasarkan pengertian pendidikan inilah, Tafsir memandang bahwa pendidikan Islam itu tidak lain sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Dengan kata lain, pendidikan Islam itu berarti bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi Muslim semaksimal mungkin. Jadi, Tafsir menekankan bahwa tujuan pendidikan Islam itu harus diarahkan pada perkembangan peserta didik secara maksimal sesuai dengan ajaran

  6 Islam atau agar peserta didik itu menjadi Muslim semaksimal mungkin.

  Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan Islam yang penulis kemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pendidikan Islam adalah sebuah usaha berupa bimbingan dan pertolongan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik terhadap peserta didik. Ini dilakukan dalam proses perkembangan dan pertumbuhan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian muslim yang bertakwa kepada Allah Swt dan menjauhi larangan serta menjalankan apa yang diperintahkan-Nya.

  Pendidik merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam proses pendidikan. Di pundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam 5 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.

  15. 6 Muljono Damopolii, Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern (Cet, I;

  upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang telah dicitakan. Secara umum pendidik adalah mereka yeang memiliki tanggung jawab mendidik. Mereka adalah manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya melaksanakan

  7

  proses pendidikan. Guru PAI di sekolah/madrasah pada dasarnya melakukan kegiatan pendidikan Islam, yaitu “upaya normatif untuk membantu seseorang atau sekelompok orang (peserta didik) dalam mengembangkan pandangan hidup islami (bagaimana akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupan sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai Islam), sikap hidup islami, yang dimanifestasikan dalam keterampilan hidup sehari-hari.

  Dalam konteks pendidikan di sekolah/madrasah, maka program pendidikan perlu dirancang dan diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan cara memfasilitasi, memotivasi, membantu, membimbing, melatih, dan memberi inspirasi, serta mengajar dan menciptakan suasana agar para peserta didik dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas IQ, EQ, CQ, SQ. Pendidikan IQ menyangkut peningkatan kualitas Head agar peserta didik menjadi orang yang cerdas dan pintar. Pendidikan EQ menyangkut peningkatan kualitas

  

Heart agar peserta didik menjadi orang yang berjiwa pesaing, sabar, rendah hati,

  menjaga harga diri (Self esteem), berempati, cinta kebaikan, mampu mengendalikan diri/nafsu (self control), dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Pendidikan CQ menyangkut peningkatan kualitas Hand agar peserta didik nantinya dapat menjadi agent of change, mampu membuat inovasi atau menciptakan hal-hal yang baru. Pendidikan SQ menyangkut peningkat kualitas

  

Honest agar peserta didik menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah

7 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h.

  Swt, berakhlak mulia, bersikap amanah dalam memegang jabatan, dan memiliki

  8 sifat siddiq, amanah, tabligh, fathonah.

  Bagi seorang guru, khususnya guru pendidikan agama Islam, aspek spiritualitas merupakan aspek yang harus dimiliki yang membedakannya dengan guru bidang studi lainnya. Guru agama bukan sekedar sebagai “penyampai” materi pelajaran, tetapi lebih dari itu, ia adalah sumber inspirasi “spiritual” dan sekaligus sebagai pembimbing sehingga terjalin hubungan pribadi antara guru dengan anak didik yang cukup dekat dan mampu melahirkan keterpaduan

  9 bimbingan rohani dan akhlak dengan materi pengajarannya.

  Dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, guru PAI dapat melakukan berbagai hal misalnya mengajak siswanya ikut serta dalam kegiatan bakti social sehingga siswa dapat memiliki rasa empati kepada sesama, guru PAI dapat mengajak para siswa belajar diluar kelas dan di bawah ketempat wisata dengan pemandangan alam yang indah sehingga siswa dapat mengagumi ciptaan Tuhan, guru PAI juga dapat membaca dan menceritakan kisah-kisah yang inspiratif untuk mendorong siswa memahami makna hidup dan membantu siswa menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan cara yang tepat, dengan demikian kecerdasan spiritual siswa dapat di bentuk sejak dini.

  Berdasarkan kenyataan lapangan di sekolah SMP Negeri 2 Benteng, tidak sedikit ditemukan pelanggaran moralitas, misalnya pencurian di lingkungan sekolah, menyalah gunakan obat-obat terlarang, bolos sekolah, bolos sholat zhuhur, dan merokok. Ini berarti, penanaman nilai-nilai spiritual belum berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil laporan yang terjadi di lapangan masih ada sebagian siswa yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. 8 Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 165-167. 9 Ismail SM, Strategi pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM: Pembelajaran Aktif,

  Oleh karena itu, peneliti ingin melihat seperti apakah kecerdasan spiritual siswa SMP Negeri 2 Benteng. Maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan

  

Kecerdasan Spiritual Siswa SMP Negeri 2 Benteng Kab. Kepulauan Selayar”

B. Fokus penelitian dan Deskripsi Fokus 1.

   Peran Guru Pendidikan Agama Islam

  Peran guru pendidikan agama Islam yang penulis maksud disini adalah bagaimana cara mengembangkan nilai-nilai spiritual terhadap peserta didik. Adapun peran atau fungsi guru pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut. Pekerjaan jabatan guru agama adalah luas, yaitu untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari murid sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa, perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan didalam kelas saja. Dengan kata lain, peran atau fungsi guru dalam membina murid tidak terbatas pada interaksi belajar- mengajar saja. Fungsi sentral guru adalah mendidik (fungsi educational). Fungsi sentral ini berjalan sejajar dalam melakukan kegiatan mengajar (fungsi intruksional) dan kegiatan bimbingan, bahkan setiap tingkah lakunya dalam berhadapan dengan murid (interaksi edukatif) senantiasa terkandung fungsi mendidik. Maka dari itu guru pun harus mencatat dan melaporkan pekerjaannya itu kepada berbagai pihak yang berkepentingan atau sebagai bahan yang dapat digunakannya (sebagai umpan balik). Yang terakhir itu dikenal sebagai tugas administrasi (fungsi manajerial). Mengingat ruang lingkup pekerjaan guru seperti yang dilukiskan diatas, maka fungsi atau tugas guru itu meliputi: a.

  Tugas pengajaran atau guru sebagai pengajaran.

  b.

  Tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan.

  10 c.

  Tugas administrasi atau guru sebagai pemimpin (manajer kelas).

2. Pengembangan kecerdasan spiritual (SQ)

  Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa

  11 tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain.

  Dari penjelasan di atas yang penulis maksud adalah pendekatan yang berkaiatan dengan nilai-nilai ajaran agama islam serta memiliki kekuatan spiritual yang tinggi dalam hidup. Dalam hal ini erat kaitannya dengan pembentukan akhlatul karimah dan pelaksanaan ibadah.

  Agar dalam penelitian ini lebih terarah dan permasalahan tidak melebar maka fokus penelitian difokuskan pada pembahasan sebagai tergambar pada tabel berikut:

  Fokus Deskripsi focus

  1. Pembinaan akhlak yang 1.

  Belas kasihan atau sayang (asy- Syafaqah), baik terhadap sesama yaitu sikap jiwa yang selalu berbuat baik manusia. dan menyantuni orang lain.

  2. Rasa persaudaraan (al-Ikhaa), yaitu sikap jiwa yang salalu ingin berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain, karena ada keterikatan batin dengannya.

  3. Memberi pertolongan (an-Nashru), yaitu suatu upaya untuk membantu orang lain, 10 agar tidak mengalami suatu kesulitan.

  Zakiah Daradjat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Cet, II; Jakarta: Bumi Aksara. 2001), h. 264-265. 11 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual

  4. Menahan amarah (kazmul ghaizhi) suatu upaya menahan emosi, agar tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain.

  5. Sopan santun (al-Hilmu), sikap jiwa yang lemah lembut terhadap orang lain, sehingga dalam perkataan dan perbuatan selalu mengandung adab kesopanan yang mulia.

  2. Pembinaan ibadah sholat

  1. Disiplin waktu, dimana setelah terdengar zhuhur secara berjamaah adzan secepatnya bersegera ke masjid untuk di masjid sekolah. melaksanakan sholat zhuhur secara berjamaah

  2. Terbiasa hidup bersih, saat melaksanakan sholat, minimal anak membersihkan dirinya dengan cara berwuduh.

C. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana peranan guru pendidikan agama Islam dalam memotivasi siswa untuk mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 2 Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar? 2. Bagaiamana ragam faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di SMP

  Negeri 2 Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar? 3. Bagaimana dampak peranan guru pendidikan agama Islam dalam memotivasi kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 2 Benteng Kabupaten

  Kepulauan Selayar?

D. Kajian Pustaka

  Berikut ini peneliti akan memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang akan diteliti yaitu “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Peserta Didik SMP Negeri 2 Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar”. Penelitian yang dilakukan oleh Muthia Hamidah dengan judul “Peran Guru PAI Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual di SMP Negeri 3 Kedungwaru Talunggung. Adapun kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut:

  1. Kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 3 Kedungwaru sudah sangat baik, terlihat dari sikap siswa terhadap guru, teman dan lingkungannya serta dalam pelaksanaan ibadahnya sehari-hari.

  2. Cara guru PAI untuk memberikan motivasi sangat beragam dan sudah sangat baik, yaitu melalui nasehat dan keteladanan. Terbukti adanya hasil dari pemberian motivasi tersebut.

  3. Peningkatan kecerdasan spiritual siswa yaitu adanya kesadaran untuk menutup aurat dengan memakai hijab dalam pembelajaran dan dilanjutkan setelah lulus, melakukan kegiatan beribadah tidak perlu untuk ditegur, adanya

  12

  perubahan tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Jadi berdasarkan penjelasan di atas, maka guru PAI mampu meningkatkan kecerdasan spiritual siswa di SMP 3 Kedungwaru.

  Penelitian yang dilakukan oleh Nur hidayah dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kepribadian siswa di MTs. Aisyiyah Sungguminasa Kab. Gowa. Adapun hasil yang diporoleh sebagai berikut: 12 Muthia Hamidah,“ Peran Guru PAI Sebagai Motivator dalam Meningkatkan

  

Kecerdasan Spritual di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung”, Skripsi (Tulungagung: Jurusan

  Berdasarkan hasil analisis data dengan mengunakan statistik deskriptif dapat dikemukakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kepribadian siswa di MTs. Aisyiyah Sungguminasa Kab. Gowa, disebabkan tingkat kecerdasan emosional dan tingkat kecerdasan spiritual siswa berada dalam kategori sedang. Implikasi penelitian diharapkan kepada para pengelola pendidikan untuk memperhatikan dan berupaya meningkatkan potensi kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa

  13

  sehingga siswa memiliki kepribadian mulia. Berdasarkan hasil penelitiannya dengan menggunakan data statistik maka pengelola pendidikan di MTs. Aisyiyah Sungguminasa Kab. Gowa belum maksimal.

  Dari beberapa penelitian yang terdahulu yang telah dijelaskan di atas telah meneliti tentang kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Walaupun ada beberapa kesamaan yang mendasar, namun dalam penelitian-penelitian tersebut belum ada yang membahas peran guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan spiritual di SMPN 2 Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar. Untuk itu maka penulis kembangkan sebuah konsep kecerdasan spiritual bagi siswa dalam proses belajar mengajar.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.

  Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui peranan guru pendidikan agama Islam dalam memotivasi siswa untuk mengembangkan kecerdasan spiritual di SMP Negeri 2 Benteng

  Kab. Kepulauan Selayar.

13 Nur Hidayah, “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spritual Terhadap

  

Kepribadian Siswa di MTs Aisyiyah Sungguminasa Kab. Gowa”. Skripsi (Makassar: Jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Alauddin Makassar, 2013). b.

  Untuk mengetahui ragam faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri

  2 Benteng Kab. Kepulauan Selayar.

  c.

  Untuk mengetahui dampak peranan guru pendidikan agama Islam dalam memotivasi kecerdasan spiritual siswa di SMP Negeri 2 Benteng Kab.

  Kepulauan Selayar.

2. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Bagi sekolah: Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi guru agar tercapai keberhasilan proses belajar mengajar yang sesuai dengan harapan.

  b.

  Bagi peneliti berikutnya: Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi peneliti yang lain untuk dapat dijadikan penunjang dan pengembangan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

  c.

  Bagi guru: Untuk menambah wawasan juga mengingatkan akan pentingnya meningkatkan kecerdasan spiritual dalam diri siswa, yang tidak hanya berdampak memperlancar suatu perilaku belajar, namun juga mempercepat tercapainya tujuan.

  d.

  Bagi orang tua: Mengingatkan peran mereka yang sangat dominan dalam mendidik anak, sebagaimana turut serta dalam mendidik generasi bangsa.

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian guru pendidikan agama Islam Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah

  merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru/sekolah karena tidak

  14 sembarang orang dapat menjabat sebagai guru.

  Menurut Udin Syaefudin Saud, guru adalah memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh orang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peran guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus bagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh

  15 teknologi.

  Menurut M. Arifin, guru adalah orang yang membimbing, mengarahkan, dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya, sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai 14 Zakiah Daradjat, Dkk, Ilmu pendidikan islam (Cet, XI; Jakarta, 2014), h. 39.

16 Agama Islam. Menurut Muhamad Nurdin, guru dalam Islam adalah orang yang

  bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah. Disamping itu ia mampu sebagai

  17 makhluk sosial dan individu yang mandiri.

  Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 tetang Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Keagamaan Pasal 1 ayat 7 yaitu, Guru pendidikan agama islam adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, memberi teladan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dalam lingkungan sekolah guru memiliki tugas yang harus dilaksanakan secara profesional. Sebagai pendidik dapat dipahami bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar, menddidik, memelihara dan melatih peserta didik dengan tujuan agar mereka dapat memiliki pengetahuan,

  18 akhlak, dan kecerdasan dalam berpikir.

  Dari berbagai pendapat diatas penulis menyimpulkan guru agama adalah orang dewasa yang bekerja dalam bidang pendidikan, yang memiliki tanggung jawab untuk memdidik anak didiknya menuju kedewasaan dalam perkembangan jasmani dan rohaninya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya sehari-hari

  16 M. Arifin, filsafat pendidikan Agama Islam (Cet, II; Jakarta: Bumi Aksara, 1987), h.100. 17 Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Grup, 2008), h. 128. 18 Kamsinah, Tugas dan Tnggung Jawab Guru dalam Pendidikan Islam (Cet. I; Alauddin nilai-nilai agama dan memiliki kemampuan dalam menghadapai kehidupan dunia dan memiliki bekal untuk akhirat kelak nanti.

  Menurut Fuad Ihsan, pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera

  19

  serta keterampilan-keterampilan). Sedangkan pendidikan agama Islam menurut menurut Yusuf Qorhowi yang dikutip oleh Azra, bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Oleh karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan, kejahatannya, manis, dan

  20 pahitnya.

  Menurut Zakiah Daradjad Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta

  21

  menjadikannya sebagai pendangan hidup (way of life). Fhadil al-Jamajiy mengemukakan pula bahwa pendidikam Islam juga dapat diartikan sebagai upaya mengembangkan, mendorong, dan mengajak manusia kearah yang lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, persaan

  22 maupun perbuatan. 19 20 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan (Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 7.

  Dindin Jamaluddin, Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 39. 21 22 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam. hal. 86.

  Mahira, Materi Pendidikan Islam Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Penjelasan tentang guru dan Pendidikan Agama Islam dapat disimpulkan bahwa, guru Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar orang dewasa yang bertanggung jawab dalam membina, membimbing, mengarahkan, melatih, menumbuhkan dan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik kearah yang lebih baik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah swt khalifah di muka bumi, sebagai makhluk social dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

2. Peran guru pendidikan agama Islam

  Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang menerjunkan diri manjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini.

  a). Guru sebagai pembimbing Peran guru sebagai pembimbing sangat dipentingkan kehadirannya di sekolah. Karena gurulah yang akan membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. . Kekurangmampuan anak menyebabkan lebih banyak bergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).

  b) Guru sebagai pengelola kelas Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan dini diatur dan diawasi agar kegitan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

  c) Guru sebagai mediator dan fasilitator Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

  d) Guru sebagai evaluator Setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses belajar-mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan

  23 dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

  Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah ada beberapa peranan guru yang harus dilaksanakan antar lain sebagai berikut:

  1. Guru sebagai korektor Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai ynag buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi di luar sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, sosial, dan agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertian anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak didik mudah larut di dalamnya.

  2. Guru sebagai inspirator Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik.

  Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh anak didik.

  3. Guru sebagai motivator Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motof-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada

  24 anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar.

  Mengenai peran guru, para ahli pendidikan Islam dan para ahli pendidikan barat telah sepakat bahwa peran guru adalah mendidik. Mendidik adalah peran yang sangat luas. Mendidik sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagaian dalam bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, dan pembiasaan. Dalam pendidikan di sekolah, peran guru sebagian besar adalah mendidik dengan cara mengajar. Dalam literatur yang ditulis oleh para ahli pendidikan Islam, peran guru ternyata bercampur dengan syarat dan sifat guru. Ada beberapa pernyataan tentang tugas guru yang diambil dari uraian penulis Muslim tentang syarat dan sifat guru, misalnya sebagai berikut: a. Guru harus mengetahui karakter peserta didik.

  b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya.

  c. Guru harus mengajarkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu

  25 yang diajarkannya.

  Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat dipahami bahwa peran guru dalam pendidikan Islam cakupannya sangat luas, karena selain bertugas memberikan pengetahuan kepada peserta didik, juga dituntut mampu memberikan bimbingan dan mengarahkan mereka agar menjadi anak yang cerdas, berkepribadian, dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai Islam.

24 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Cet, II; Jakarta, 2005), h. 44-45.

B. Pengertian Kecerdasan Spiritual 1.

  Pengertian kecerdasan spiritual Kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Secara teknis, kecerdasan spiritual yang sangat terkait dengan persoalan makna dan nilai ini pertama kali digagas dan ditemukan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall. Danah Zohar, dalam bukunya yang berjudul

  

Spiritual Intelegence, The Ultimate Intelegence , menilai bahwa kecerdasan

  spiritual merupakan bentuk kecerdasan tertinggi yang memadukan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang tertinggi karena erat kaitannya dengan kesadaran seseorang bisa memaknai segala sesuatu dan merupakan jalan untuk bisa

  26

  merasakan sebuah kebahagiaan. Spiritual Quotient (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif dan

  27 trasedental.

  Menurut Marsha Sinetar, kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang terilhami, kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan efektivitas, keberadaan atau hidup ilahia yang mempersatukan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt. Sebagai sumber utama kegairahan yang memiliki eksistensi tanpa asal, kekal, 26 Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Ke cerdasan Spiritual Bagi Anak Cet. I; Jogjakarta: Katahati, 2010), h. 31.