BAB II LANDASAN TEORI - Anteng Jenu Wicaksono BAB II

BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Pendukung Keputusan Kadir (2003), menyatakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan adalah sistem

  informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan dan manipulasi data yang digunakan untuk membantu pengambil keputusan pada situasi semi terstruktur dan tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.

  Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur yang spesifik.

  Sistem pendukung keputusan atau Decision Support System (DSS) merupakan sistem informasi pada level manajemen dari suatu organisasi yang mengkombinasikan data dan model analisis canggih atau peralatan data analisis untuk mendukung pengambilan yang semi terstruktur dan tidak terstruktur. DSS dirancang untuk membantu pengambilan keputusan organisasional. DSS biasanya tersusun dari database, model grafis atau matematik yang digunakan untuk proses bisnis, dan antar muka pengguna yang digunakan oleh pengguna untuk berkomunikasi dengan DSS (Al Fata, 2007).

  Asep Abdul Wahid, Andri Ikhwana dan Partono (2013) menyatakan, sistem Pendukung Keputusan merupakan suatu sistem interaktif yang mendukung keputusan dalam proses pengambilan keputusan melalui alternatif-alternatif yang diperoleh dari hasil pengolahan data, informasi dan rancangan model.

B. Metode Dalam Sistem Pendukung Keputusan a.

  Metode Topsis (Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution) Topsis adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang (1981). Metode Topsis didasarkan pada konsep bahwa alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, tetapi juga memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif. Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut.

  Topsis mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif. Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa dicapai.

  b.

  Metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) Metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) merupakan metode yang dikembangkan oleh Thomas L. Saat sekitar tahun 1970, metode ini merupakan sebuah kerangka untuk pengambilan keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks. Ada 4 prinsip dasar yang digunakan untuk memecahkan persoalan AHP (Analityccal Hierarchy Process) ini, yaitu membuat hirarki, penilaian kriteria dan alternatif, menentukan prioritas, dan mengkur konsistensi (Kusrini, 2007). Apabila suatu permasalahan pengambilan keputusan ingin diselesaikan dengan menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process), permasalahan tersebut perlu dimodelkan dengan tiga hirarki umum, yakni tujuan, kriteria (termasuk sub-sub kriteria), dan alternatif. Konsep dasar dari AHP (Analitycal

  ) sebenarnya terletak dari penggunaan pairwise comparison

  Hierarchy Process

matrix (matrix perbandingan berpasangan) untuk dapat mengahasilkan bobot

  relatif antar kriteria maupun alternatif.

  c.

  Metode Simple Additive Weighthing (SAW) Yulison Herry Chrisnanto, Faiza Renaldi dan Kiki Purwati (2012) menyatakan, Metode SAW sering juga dikenal sebagai metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerjapada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) kesuatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. Fishburn menyatakan bahwa, konsep dasar metode Simple Additive Weighting (SAW) method yang biasa disebut juga Weighted Sum Model (WSM) adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (x) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada (Kusumadewi, et al, 2006) d. Metode Weighted Product (WP)

  Metode Weighted Product atau biasa disingkat WP adalah salah satu metode penyelesaian untuk masalah MADM (Multi Attribute Decision Making). Metode ini mengevaluasi beberapa alternatif terhadap sekumpulan atribut atau kriteria, dimana setiap atribut saling tidak bergantung satu dengan yang lainnya.

  Yoon (kusmarini, 2006) menyatakan, metode Weighted Product menggunakan teknik perkalian untuk menghubungkan rating atribut, dimana rating tiap atribut harus dipangkatkan terlebih dahulu dengan bobot atribut yang bersangkutan. Proses ini sama halnya dengan proses normalisasi.

  e.

  Metode Naive Bayes Classifier Metode Naive Bayes Classifier merupakan metode pengklasifikasian statistik yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi probabilitas keanggotaan dari suatu class.

  

Naive Bayes Classifier didasarkan pada teorema Bayes yang memiliki kemampuan

  klasifikasi serupa decision tree dan neural network. Selain itu, Naive Bayes

  

Classifier terbukti memiliki akurasi dan kecepatan yang tinggi saat diaplikasikan

kedalam databasse yang besar.

  f.

  Metode Demster-shafer Merupakan kecerdasan buatan, dimana metode ini dianggap lebih mudah dalam mempresentasikan fakta-fakta dan keakuratan data dapat terjaga, karena pada kenyataannya banyak permasalahan yang tidak dapat terselesaikan secara lengkap dan konsisten. Untuk mengatasi ketidak konsistenan tersebut, maka dapat menggunakan teori Dempster-Shafer.

C. Bidang-bidang Ekonomi 1.

  Koperasi Koperasi atau Cooperative Organization bermakna organization owned by and

  operated for the benefit of those using its service atau dalam bahasa indonesia

  diartikan bahwa organisasi koperasi adalah organisasi yang dimiliki sekaligus dioperasikan untuk kepentingan penggunanya dalam hal ini adalah anggotanya.

  2. Kredit Kredit d alam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktu (Kasmir, 2002) Didalam Undang-Undang Perperusahaan finance Nomor 10 tahun 1998, Pengertian Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjaman antara perusahaan finance dengan pihak lain yang mewajib pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

  3. Pemasaran

  Stanton (2001), definisi pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan- kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencankan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

4. Kosumen

  Pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut pengertian Pasal 1 angka 2 UU PK, Pengertian Definisi Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Lebih lanjut, di ilmu ekonomi ada dua jenis konumen, yakni konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara adalah distributor, agen dan pengecer. Mereka membeli barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan. Sedangkan pengguna barang adalah konsumen akhir. Yang dimaksud di dalam UU PK sebagai konsumen adalah konsumen akhir. Karena konsumen akhir memperoleh barang dan/atau jasa bukan untuk dijual kembali, melainkan untuk digunakan, baik bagi kepentingan dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain. Sedangkan dalam ilmu ekonomi ada 2 cara dalam memperoleh barang, yaitu: Membeli. Bagi orang yang memperoleh suatu barang dengan cara membeli, tentu ia terlibat dengan suatu perjanjian dengan pelaku usaha, dan konsumen memperoleh perlindungan hukum melalui perjanjian tersebut. Cara lain selain membeli, yakni hadiah, hibah dan warisan. Untuk cara yang kedua ini, konsumen tidak terlibat dalam suatu hubungan kontraktual dengan pelaku usaha. Sehingga konsumen tidak mendapatkan perlindungan hukum dari suatu perjanjian. Untuk itu diperlukan perlindungan dari negara dalam bentuk peraturan yang melindungi keberadaan konsumen.

  5. Usaha Kecil Menengah (UKM) Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah, dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah). Milik Warga Negara Indonesia, bangunan tempat usaha dan usaha yang berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan, yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafilasi baik langsung maupun tidak langsung. (Haris, 2011)