KONFLIK ANTAR SUKU DALAM NOVEL PANGGIL AKU SYDNEY KARYA FITRIYANTI KARTIKA PURNOMO

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KONFLIK ANTAR SUKU
DALAM NOVEL PANGGIL AKU SYDNEY
KARYA FITRIYANTI KARTIKA PURNOMO

Tugas Akhir
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Ignatius Subono Hadinugroho
NIM: 094114004

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA, FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Konflik Antar suku
dalam Novel Panggil Aku Sydney, Karya Fitriyanti Kartika Purnomo.” Tugas akhir
ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan gelar sarjana sastra di Fakultas Sastra,
Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan
sehingga tugas akhir ini dapat selesai dengan baik, kepada:
1. Drs. Hery Antono, M. Hum., selaku pembimbing akademik dan ketua
program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. S.E Peni Adji, S.S., M. Hum., selaku dosen pembimbing pertama atas waktu,
kesabaran, semangat, masukan, dan kemudahan-kemudahan yang telah
diberikan kepada penulis.
3. Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku dosen pembimbing kedua atas waktu,
kesabaran, semangat, masukan, dan kemudahan-kemudahan yang telah
diberikan kepada penulis.
4. Seluruh staf pengajar program studi Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma yang telah dengan sabar mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan.
5. Bapak dan Ibu penulis yang selalu memberikan dukungan moral dan materi
sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
6. Kakak penulis F.X Hatminto Widhi Kuncoro, S.T. yang selalu memberikan
dukungan semangat, motivasi, dan arahan dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas
akhir ini karena berbagai keterbatasan dan kurangnya pengetahuan. Akhir kata
semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Yogyakarta, 25 Juli 2014
Penulis

Ignatius Subono Hadinugroho

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Ketika pertandingan dimulai, janganlah takut. Hidup itu luas & penuh tantangan.
Sebagai orang sejati tidak ada salahnya kita beradu dengan tantangan. Jika kita
dapat menikmati sebuah tantangan, maka hidup itu akan terasa lebih indah. Ingat!!
kalah itu wajar, menang itu pasti.”
(Bono)

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Hadinugroho, Ignatius Subono. 2014. “Konflik Antar Suku dalam Novel Panggil Aku
Sydney, Karya: Fitriyanti Kartika Purnomo.” Skripsi pada Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Beberapa wilayah di Indonesia sering terjadi konflik yang dilatarbelakangi
oleh masalah-masalah perbedaan yang berkaitan dengan fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat dan budaya, keyakinan, agama, dan sebagainya. Hal ini tentu
menjadi sumber inspirasi pengarang untuk mendalami konflik-konflik dan kemudian
mengungkapkannya dalam novel. Fenomena tersebut terjadi karena pengarang
merupakan anggota masyarakat itu sendiri sehingga terkadang pengarang merupakan
orang yang terlibat dalam fenomena dan peristiwa tertentu.
Novel Panggil Aku Sydney, karya Fitriyanti Kartika Purnomo yang
merupakan alumni dari Fakultas Psikologi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Novel ini adalah hasil cipta pengarang dalam menuangkan ide tentang pandangan
manusia akan pengalaman kehidupan yang melekat dalam individu. Pandangan
pengarang dituangkan lewat tokoh Sydney yang merupakan keturunan AustraliaMadura, dalam konflik antar suku di Sampit, Kalimantan Tengah. Konflik antar suku
digambarkan secara kuat dalam novel ini. Konflik antar-suku itu sendiri merupakan
perselisihan antara dua kelompok yang memiliki ciri khas tertentu dari latar belakang
yang berbeda karena suatu permasalahan tertentu.
Pendekatan sosiologis melalui tokoh utama yang bernama Sydney.
Pendekatan sosiologis (sosiologikal) yaitu melihat konfrontasi dan konflik yang

berlaku dalam masyarakat sebagai sumber inspirasi penulis. Penulis dalam hal ini
bertugas mencerminkan atau menggambarkan peristiwa yang terjadi (di dalam
masyarakat tersebut). Dengan demikian, karya sastra dalam pendekatan ini dipandang
sebagai perantara penggambaran kondisi sosial yang terjadi pada suatu masyarakat
pada suatu kurun waktu tertentu. Di dalam novel ini pengarang menjadikan konflik
antara suku Madura dengan suku Dayak sebagai sumber inspirasi untuk menciptakan
novel ini, dan juga menjadikan Sydney menjadi tokoh utama dalam menceritakan
kejadian demi kejadian atau urutan peristiwa di dalam novel Panggil Aku Sydney ini.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Hadinugroho, Ignatius Subono. 2014. “Clash Civilization in the Novel Panggil Aku

Sydney, Writen: Kartika Fitriyanti Purnomo.” A Thesis of Departement of Indonesian
Letters, Faculty of Letters, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
In some area in Indonesia, conflict often happens which caused by difference
problems related with physic, intelegence, knowledege, culture, believe, religion, etc.
This thing become the source of inspiration for writer to learn more about conflicts
and describe in to novel. The phenomenon happening because the writer was a part of
those citizien it self, sometimes the writer was the person who involve in the
phenomenon and some event.
Novel “Panggil Aku Sydney”, written by Fitriyanti Kartika Purnomo to pass
Departement of Phsycology in Islam Indonesia University. This novel the writer
which describe the idea about the way of human think in life experience of individual.
Idea of writer described into Sydney, a character which Autralian and madura breed,
in conflict between tribe in Sampit, Central of Borneo. The conflict between tribe
discribed very strongly in this novel. The conflict it self was a problem between 2
tribes which had a uniq from a difference back ground because some problem.
Sociological approach come from the main character called Sydney.
Sociological approach was to see the conforntation and conflict happens in the
society as the source of the writer inpsiration. The writer in this case had to reflect or
describe the event which happen ( in the society). The author in this case the duty
reflect or describe the events that occurred (in the community). Thus, in the literature

of this approach is seen as an intermediary portrayal of social conditions prevailing in
a society at a given period of time. In this novel the author makes the conflict
between the Dayak and Madurese as a source of inspiration for creating this novel,
and also make Sydney a major figure in the telling of events have or sequence of
events in the novel “Panggil Aku Sydney.”

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING............................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI.....................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS......................................................................v
KATA PENGANTAR..................................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................viii
ABSTRAK....................................................................................................................ix
ABSTRACT....................................................................................................................x
DAFTAR ISI................................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................2
1.5 Tinjauan Pustaka..........................................................................................4
1.6 Landasan Teori............................................................................................5
1.7 Metode Penelitian......................................................................................21
1.8 Sistematika Penyajian................................................................................23

BAB II ALUR, TOKOH PENOKOHAN, DAN LATAR...........................................24
2.1 Alur............................................................................................................24
2.1.1 Pemaparan...................................................................................25
2.1.2 Peningkatan Konflik...................................................................26

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.1.3 Klimaks.......................................................................................32
2.1.4 Penyelesaian...............................................................................32
2.2 Tokoh Penokohan......................................................................................33
2.2.1 Tokoh..........................................................................................34
2.2.2 Penokohan...................................................................................35
2.3 Latar...........................................................................................................43
2.3.1 Latar Tempat...............................................................................44
2.3.2 Latar Waktu................................................................................45
2.3.3 Latar Sosial.................................................................................46

BAB III KONFLIK ANTAR SUKU DALAM NOVEL PANGGIL AKU SYDNEY
3.1 Pengantar...................................................................................................50
3.2 Penyebab Konflik Antar Suku dalam Novel Panggil Aku Sydney............51
3.3 Konflik Sosial dalam Novel Panggil Aku Sydney.....................................52
3.4 Akibat Konflik yang Terjadi dalam Novel Panggil Aku Sydney...............53

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................56
4.2 Saran..........................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................59
LAMPIRAN................................................................................................................60
BIODATA...................................................................................................................63

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ragam budaya di
setiap daerahnya dan dihuni oleh masyarakat atau suku-suku tertentu yang
berkumpul menempati daerah-daerah di berbagai pulau yang menyebar di
Indonesia. Beberapa wilayah di Indonesia sering terjadi konflik yang
dilatarbelakangi oleh masalah-masalah perbedaan yang berkaitan dengan fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat dan budaya, keyakinan, agama, dan sebagainya.
Hal ini tentu menjadi sumber inspirasi pengarang untuk mendalami konflikkonflik dan kemudian mengungkapkannya dalam novel.
Pengarang sangat dipengaruhi oleh peristiwa atau situasi yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat. Fenomena tersebut terjadi karena pengarang
merupakan anggota masyarakat itu sendiri sehingga terkadang pengarang
merupakan orang yang terlibat dalam fenomena dan peristiwa tertentu.
Kehidupan manusia yang digambarkan dalam sebuah karya sastra
merupakan cerminan dari kehidupan sosial masyarakat yang ada. Kehidupan
manusia tersebut dituangkan dengan media bahasa ke dalam rangkaian cerita yang
dapat diterima oleh masyarakat luas.
Novel Panggil Aku Sydney, merupakan hasil cipta pengarang dalam
menuangkan ide tentang pandangan manusia akan pengalaman kehidupan yang
melekat dalam individu. Pandangan pengarang dituangkan lewat tokoh Sydney

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

yang merupakan keturunan Australia-Madura, dalam konflik antar suku di
Sampit, Kalimantan Tengah.
Pengarang novel Panggil Aku Sydney ini bernama lengkap Fitriyanti
Kartika Purnomo. Lahir di Kupang pada tanggal 16 Februari 1983, menyelesaikan
sekolah tingkat dasar sampai menengah di Kupang. Pengarang merupakan almuni
dari Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Saat sedang menempuh studi,
pengarang aktif di Komunitas Progresif Psikologi (KMPP), modelling, dan
penulisan naskah dokumenter tentang psikologi.
Penulis menuliskan novel ini berdasarkan kisah dari seorang sumber yang
mengalami kejadian secara langsung saat terjadi kerusuhan di Sampit, Kalimantan
Tengah. Ia mendapatkan ide menulis karena berawal dari sharing narasumber
tentang masalah psikologis.
Melihat kisah-kisah konflik antar suku yang terjadi di Indonesia, tentu ada
perjalanan hidup seseorang yang bisa dibuat sebuah cerita yang menarik oleh
penulis. Seperti novel ini yang menceritakan kisah hidup seseorang dalam konflik
antara suku Dayak dengan suku Madura yang terjadi di masyarakat pada waktu
silam.
Konflik antar suku digambarkan secara kuat dalam novel ini karena
pengarang menceritakan suasana yang terjadi saat terjadi konflik antara suku
Dayak dengan suku Madura melalui tokoh utama yang bernama Sydney. Konflik
antar suku itu sendiri merupakan perselisihan antara dua kelompok yang memiliki
ciri khas tertentu dari latar belakang yang berbeda karena suatu permasalahan

2

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

tertentu. Peneliti tertarik untuk mendalami topik tersebut karena secara umum
konflik antar-suku meninggalkan akibat bagi orang-orang yang mengalaminya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1.2.1 Bagaimanakah alur, tokoh penokohan, dan latar dalam novel Panggil Aku
Sydney karya Kartika?
1.2.2 Bagaimanakah konflik antar suku dalam novel Panggil Aku Sydney karya
Kartika?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
1.3.1 Mendeskripsikan alur, tokoh penokohan, dan latar dalam novel Panggil Aku
Sydney karya Kartika.
1.3.2 Mendeskripsikan konflik antar suku yang tergambar dalam novel Panggil
Aku Sydney.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai contoh
penerapan teori Sosiologi Sastra dalam menganalisis sebuah novel. Manfaat
praktis yang muncul dari hasil penelitian ini adalah
1.4.1 Memberikan sumbangan pada masyarakat usaha pengkajian sebuah novel
yang ditinjau dari sudut pandang Sosiologi Sastra.

3

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.4.2 Memberikan sumbangan studi sosial tentang konflik antar-suku di
Indonesia.
1.5 Tinjauan Pustaka

Novel Panggil Aku Sydney, belum pernah dibahas sehingga peneliti
tertarik untuk membahasnya. Topik tentang konflik antar-budaya pernah dibahas
oleh Dhian Hari Martha Dwi Atmaja dalam skripsinya yang berjudul Konflik
Budaya dalam Novel Bumi Manusia, Karya Pramoedya Ananta Toer: Pendekatan
Fenomenologi-Sosiologis, tahun 2008. Berdasarkan pembahasan skripsinya ini,
penulis dapat menyimpulkan bahwa 1) bentuk fenomena konflik budaya terdiri
dari a) konflik tentang konsep ―Nyai‖ dalam NBM sebagai kontradiksi
pemahaman budaya, b) sistem budaya demokrasi, yaitu antara nilai keterbukaan
dan ketertutupan atau éthok-éthok, c) status sosial yaitu antara nilai kesetaraan
sosial dan hirarkis sosial, dan d) paham individualitas dan kebersamaan, yaitu
antara nilai individualitas dan kebersamaan, dan 2) hubungan antara konflik
budaya dalam NBM dengan sejarah perkembangan kebudayaan Indonesia adalah
a) konflik tentang konsep ―Nyai‖ tercermin di dalam pergaulan generasi muda
Indonesia modern, b) sistem budaya demokrasi, masih terdapatpertentangan
antara keterbukaan dan ketertutupan, c) status sosial masih terdapat adanya status
sosial yang sama, yaitu antara kesetaraan dan hirarkis sosial, dan d) paham
individualitas dan kebersamaan yaitu terdapat adanya ketidak-selaran budaya
dalam bentuk penyalah-gunaan wewenang. Berdasarkan hal tersebut, skripsi ini

4

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

akan membahas konflik budaya dalam novel Panggil Aku Sydney yang diwarnai
dengan konflik antar suku di Sampit, Kalimantan Tengah.
1.6 Landasan Teori
Dalam landasan teori ini akan dijelaskan mengenai pengertian sosiologi
sastra, alur, tokoh dan penokohan, latar sosial, pengertian konflik antar suku,
konflik antara suku Dayak dengan suku Madura, pengertian pendekatan
sosiologis, dan sudut pandang.

1.6.1 Alur
Menurut Staton (dalam Nurgiantoro 2007: 113), alur adalah cerita yang
berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebabakibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.
Alur memiliki beberapa tahap yaitu pemaparan peningkatan konflik, klimaks, dan
penyelesaian. Alur memiliki unsur kepadatan masing-masing tergantung dari
cerita.
Nurgiyantoro (1995: 153) membagi alur menjadi beberapa macam. Dilihat
dari urutan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya
fiksi yang bersangkutan atau lebih tepatnya urutan penceritaan peristiwa-peristiwa
yang ditampilkan, alur dibagi menjadi: a) plot lurus atau progesif, alur atau plot
sebuah novel dikatakan lurus atau progesif apabila peristiwa-peristiwa yang
dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh
peristiwa atau menyebabkan peristiwa yang kemudian. Atau secara runtut cerita
dimulai dari tahap awal, yaitu penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik,

5

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

tengah atau konflik meningkat, klimaks dan akhir atau penyelesaian; b) plot sorot
balik atau flash back, urutan kejadian yang disajikan dalam sebuah kerya fiksi
dengan alur regresif tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal
melainkan mungkin cerita disuguhkan mulai dari tengah atau bahkan dari tahap
akhir, baru kemudian tahap awal cerita disajikan. Karya sastra dengan jenis ini,
langsung menyuguhkan konflik bahkan telah sampai pada konflik yang
meruncing.
Selain itu, alur dilihat dari jumlahnya dimaksudkan sebagai banyaknya
alur yang terdapat dalam sebuah karya fiksi. Sebagai berikut: a) plot tunggal yaitu
apabila karya fiksi hanya mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan
seorang tokoh utama protagonis yang sebagai hero. Sering dipergunakan jika
pengarang ingin memfokuskan seorang tokoh tertentu sebagai hero atau
permasalahan tertentu yang ditokohutamai seorang yang tertentu pula; b) plot subsubplot yaitu apabila karya fiksi memiliki lebih dari satu alur cerita yang
dikisahkan, atau terdapat lebih dari seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan
hidup, permasalahan, dan konflik yang dihadapinya. Struktur alur yang demikian
dalam sebuah karya barangkali berupa adanya sebuah alur utama (main plot) dan
plot-plot tambahan (sub-subplot).
Alur berdasarkan kepadatannya, antara lain terbagi menjadi: a) plot padat
yaitu cerita yang disajikan secara cepat, peristiwa-peristiwa fungsional terjadi
susul-menyusul dengan cepat, hubungan antar-peristiwa juga terjalin secara erat,
pembaca seolah-olah selalu dipaksa untuk terus menerus mengikutinya; b) plot
longgar yaitu cerita yang pergantian peristiwa demi peristiwa penting berlangsung

6

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

lambat di samping hubungan antarperistiwa tersebut pun tidaklah erat benar.
Artinya, antara peristiwa penting yang satu dengan yang lain diselai oleh berbagai
peristiwa ―tambahan‖, atau berbagai pelukisan tertentu seperti penyituasian latar
dan suasana, yang kesemuanya itu dapat memperlambat ketegangan cerita.
Alur berdasarkan isinya, digolongkan menjadi: a) plot peruntungan,
berhubungan dengan cerita yang mengungkapkan nasib, peruntungan, yang
menimpa tokoh (utama) cerita yang bersangkutan; b) plot tokohan, menyaran
pada adanya sifat pementingan tokoh, tokoh yang menjadi fokus perhatian. Plot
tokohan lebih banyak menyoroti keadaan tokoh daripada kejadian-kejadian yang
ada atau yang berurusan dengan pemplotan; c) plot pemikiran, mengungkapakan
sesuatu yang menjadi bahan pemikiran, keinginan, perasaan, berbagai macam
obsesi, dan lain-lain hal yang menjadi masalah hidup dan kehidupan manusia.

1.6.2 Tokoh Penokohan
Mengenai tokoh, Semi (1988: 39) mengemukakan bahwa pada umumnya
fiksi mempunyai tokoh utama (a central character) yaitu orang yang ambil bagian
dalam sebagian besar peristiwa dalam cerita. Biasanya peristiwa atau kejadiankejadian itu menyebabkan terjadinya perubahan pandangan kita sebagai pembaca
terhadap diri tokoh tersebut.
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan
di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh dalam suatu cerita merupakan
unsur penting yang menghidupkan cerita. Kehadiran tokoh dalam cerita berkaitan
dengan terciptanya konflik, dalam hal ini tokoh berperan membuat konflik dalam

7

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

sebuah cerita rekaan. Istilah ‗tokoh‘ menunjuk pada pelaku dalam cerita
sedangkan ‗penokohan‘ menunjukkan pada sifat, watak atau karakter yang
melingkupi diri tokoh yang ada (dalam Nurgiantoro, 2007: 164-165).
Berdasarkan perannya, tokoh dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang paling memprakarsai dan
mempunyai peran sebagai penggerak alur. Tokoh protagonis sangat
berkaitan erat dengan jalan cerita karena jika tokoh protagonis tidak
ada maka cerita juga tidak akan ada, dan tokoh protagonis juga
dihadirkan pengarang agar pembaca dapat bersimpati kepadanya.
b. Antagonis
Tokoh antagonis juga berkaitan erat dengan jalan cerita. Tokoh
antagonis

mempunyai

fungsi

sebagai

pembuat

masalah

dan

penghalang bagi tokoh protagonis. Pengarang menghadirkan tokoh
antagonis agar pembaca dapat terpancing emosinya saat membaca
karyanya sehingga jalan cerita menjadi terasa hidup.
c. Tritagonis
Tokoh tritagonis mempunyai fungsi sebagai penengah antara tokoh
protagonis dengan tokoh antagonis.
Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Tokoh sentral, adalah tokoh yang paling menentukan dalam seluruh
alur cerita. Biasanya tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan tokoh
protagonis.

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

b. Tokoh utama, adalah tokoh yang diutamakan dan memegang peranan
yang sangat penting dalam cerita. Biasanya tokoh ini merupakan tokoh
protagonis.
c. Tokoh pembantu, adalah tokoh yang memegang peranan sebagai
pelengkap atau tambahan dalam jalan cerita agar terlihat seimbang.
Penokohan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tokoh, dapat meliputi
siapa tokoh cerita, dan karakterisasinya. Penokohan sangat berkaitan dengan peran
dan fungsi dari tokoh itu sendiri. Penokohan juga merupakan pelukisan gambaran
yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. (dalam
Nurgiantoro, 2007: 164-165).
Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165), penokohan adalah
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita,
atau penokohan karakter adalah begaimana cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam cerita rekannya (Esten, 1994).
Biasanya di dalam suatu cerita fiksi terdapat tokoh cerita atau pelaku cerita.
Tokoh cerita bisa satu atau lebih. Tokoh yang paling banyak peranannya di dalam
suatu cerita disebut tokoh utama. Antara tokoh yang satu dengan yang lain ada
keterkaitan. Tindakan tokoh cerita ini merupakan rangkaian peristiwa antara satu
kesatuan waktu dengan waktu yang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang tokoh tentu ada penyebabnya dalam hal ini adalah tindakan-tindakan
atau peristiwa sebelumnya. Jadi mengikuti atau menelusuri jalannya cerita sama

9

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

halnya dengan mengikuti perkembangan tokoh melalui tindakan-tindakannya.
Namun definisi penokohan juga disebutkan oleh beberapa tokoh.
Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165-165),
melukiskan watak tokoh dalam cerita dapat dengan cara sebagai berikut: (1)
melalui perbuatanya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam menghadapi
situasi kritis, (2) melalui ucapan-ucapannya, (3) melalui gambaran fisiknya, (4)
Melalui keterangan langsung yang ditulis oleh pengarang.
Sudjiman (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165), menyebutkan ada dua metode
untuk menggambarkan watak tokoh, yaitu metode analitik dan metode dramatik.
Metode analitik disebut juga metode peran, merupakan pemaparan watak tokoh
secara rinci baik ciri fisik maupun psikisnya oleh pengarang. Sedangkan metode
dramatik adalah penggambaran watak tokoh melalui pikiran, ucapan, tingkah laku
tokoh, lingkungan ataupun dari penampilan fisik.
1.6.3 Latar
Menurut Stanton (dalam Nurgiantoro, 2007: 35), latar adalah lingkungan
yang melingkupi sebuah peristiwa dalam novel, semesta yang berinteraksi dengan
peristiwa-peristiwa yang berlangsung. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu
tertentu (hari, bulan, dan tahun), cuaca, atau satu periode sejarah.
Melalui analisis terhadap latar, seseorang dapat mengetahui bagaimana
keadaan, pekerjaan, dan status sosial para tokoh. Seringkali latar juga
berhubungan erat dengan nasib seorang tokoh dalam sebuah teks. Artinya
lingkungan sekitar kerap memberikan efek secara langsung terhadap apa yang

10

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dikerjakan seorang pelaku. Ketika hujan dan seorang tokoh sedang berjalan, maka
ia akan mencari tempat berteduh dan jika ia mempunyai payung maka ia akan
segera menembus hujan. Tapi bila tidak sangat mungkin ia akan melakukan
interaksi dengan orang yang juga tengah berteduh (Nurgiyantoro: 2007: 35).
Menurut Nurgiyantoro (2007: 36), latar secara umum dibedakan menjadi
tiga yaitu:
1) Latar tempat ialah tempat atau daerah terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita.
Sangat mungkin latar tempat sebuah karya fiksi terdapat di dalam ruangan dan
tidak menutup kemungkinan latar tempat terjadi di luar ruang lingkungan, di
jalanan atau di sebuah kota misalnya.
2) Latar waktu ialah waktu terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Latar waktu
bisa berupa detik, menit, jam, jari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya. Tetapi
juga sangat mungkin pengarang tidak menentukan secara persis tahun, tanggal
atau hari terjadinya peristiwa, namun hanya menyebutkan saat Hari Raya, Natal,
tahun baru dan sebagainya yang pada akhirnya juga akan mengacu kepada waktu
seperti tanggal dan bulan tergantung latar tempat dalam cerita. Misalnya tahun
baru di Indonesia identik dengan 1 Januari, namun di Arab tahun baru lebih
identik pada 1 Muharram.
3) Latar sosial ialah lingkungan hidup dan sistem kehidupan yang ada di tengahtengah para tokoh dalam sebuah cerita. Pada umumnya latar sosial berhubungan
erat dengan tiga latar lainnya. Misalnya seorang mahasiswa umumnya tinggal di
kos dan hanya memiliki dua buah gelas di kamarnya dan seseorang bisa

11

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

dipastikan menduduki kelas sosial yang tinggi dalam sistem kehidupan bila ia
memiliki sopir dan pergi dengan alat transportasi mobil BMW.

1.6.4 Pengertian Sosiologi Sastra

Swingewood (dalam Faruk, 1999: 1-2), mendefinisikan sosiologi sebagai
studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi
mengenai

lembaga-lembaga dan proses-proses

sosial,

sedangkan

Ritzer

menganggap sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang multi paradigma.
Maksudnya, di dalam ilmu tersebut dijumpai beberapa paradigma yang saling
bersaing satu sama lain dalam usaha merebut hegemoni dalam lapangan sosiologi
secara keseluruhan. Paradigma itu sendiri diartikannya sebagai satu citra
fundamental mengenai pokok persoalan dalam suatu ilmu pengetahuan, yaitu:
paradigma fakta-fakta sosial, paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku
sosial.

Sosiologi (dalam Damono, 1978: 6) adalah telaah yang objektif dan ilmiah
tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial.
Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat
dengan di dalamnya terdapat usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan
usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Pendekatan terhadap sastra yang
mempertimbangkan segi-segi kemasyarakat ini oleh beberapa penulis disebut
sosiologi sastra. Istilah sosiologi sastra pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya
dengan pendekatan sosiologis atau sosiokultur terhadap sastra.

12

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Menurut Damono (1978: 2), ada dua kecenderungan utama dalam telaah
sosiologis terhadap sastra, yaitu: 1) Pendekatan yang berdasarkan anggapan
bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomi belaka. Pendekatan ini
bergerak dari faktor luar sastra untuk membicarakan sastra; 2) Pendekatan yang
mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelitian. Metode yang digunakan
dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui lebih dalam lagi
gejala di luar sastra.

Sosiologi sastra berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan
refleksi pada zaman karya sastra itu ditulis yaitu masyarakat yang melingkupi
penulis, sebab sebagai anggotanya penulis tidak dapat lepas darinya. Pendekatan
sosiologi bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan cerminan kehidupan
masyarakat, melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problem
kehidupan yang pengarang sendiri ikut di dalam karya sastra menerima pengaruh
dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat
bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di
suatu zaman, sementara sastrawan itu sendiri yang merupakan anggota
masyarakat tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari
lingkungan yang membesarkannya dan sekaligus membentuknya.

Wellek dan Warren dalam Damono (1978:3) mengemukakan tiga
klasifikasi yang berkaitan dengan sosiologi sastra, antara lain:
1) Sosiologi pengarang. Masalah yang berkaitan adalah dasar ekonomi, produksi
sastra, latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi.

13

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2) Sosiologi karya sastra. Masalah yang dibahas mengenai isi karya sastra, tujuan
atau amanat, dan hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan
berkaitan dengan masalah sosial.
3) Sosiologi pembaca. Membahas masalah pembaca dan pengaruh sosial karya
sastra terhadap pembaca.

Klasifikasi sosiologi sastra menurut Wellek dan Warren (dalam Damono
1978: 3-4), tidak jauh berbeda dengan klasifikasi kajian sosiologi sastra yang
dikemukakan oleh Ian Watt. Ian Watt dalam eseinya yang berjudul ―Literatur
Society‖ yang membicarakan hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan
masyarakat, yaitu antara lain:

(1) Konteks sosial pengarang, ada hubungannya dengan posisi sosial masyarakat
dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, dan faktor-faktor sosial yang
mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan dan isi karya sastranya. Yang
terutama harus diteliti adalah (a) bagaimana si pengarang mendapatkan mata
pencahariannya, apakah ia menerima bantuan dari pengayom atau dari masyarakat
secara langsung,

atau

dari kerja

rangkap,

(b) profesionalisme

dalam

kepengarangan: sejauh mana pengarang itu menganggap pekerjaannya sebagai
profesi, dan (c) masyarakat apa yang dituju oleh pengarang dalam hubungan
antara pengarang dan masyarakat, sebab masyarakat yang dituju sering
mempengaruhi bentuk dan isi karya sastra.

(2) Sastra sebagai cermin masyarakat (Mimetik), sejauh mana sastra dapat
dianggap mencerminkan keadaan masyarakat pada waktu karya itu ditulis, yang

14

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

terutama mendapat perhatian adalah (a) sastra mungkin tidak dapat dikatakan
mencerminkan masyarakat pada waktu ditulis, (b) sifat lain dari yang lain seorang
pengarang sering mempengaruhi pemilihan penampilan faktor-faktor sosial dalam
karyanya, (c) genre sastra merupakan sikap sosial kelompok tertentu, bahkan
sikap sosial seluruh masyarakat, (d) sastra berusaha untuk menampilkan keadaan
masyarakat secermat-cermatnya, mungkin saja tidak dipercaya sebagai cermin
pandangan sosial pengarang harus diperhitungkan apabila kita menilai karya
sastra sebagai cermin masyarakat.

(3) Fungsi sosial sastra, hal yang perlu dipertanyakan adalah sampai seberapa
jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan seberapa jauh nilai sastra
dipengaruhi nilai sosial. Pada hubungan ini, ada tiga hal yang harus diperhatikan
yaitu sudut pandang ekstrinsik kaum Romantik, sastra bertugas sebagai penghibur
adanya kompromi dapat dicapai dengan meninjau slogan klasik bahwa sastra
harus menggunakan sesuatu dengan cara menghibur.

Menurut Wellek dan Warren (dalam Damono 1978: 3-4), sosiologi
mempermasalahkan sesuatu di sekitar sastra dan masyarakat yang bersifat
eksternal mengenai hubungan sastra dan situasi sosial tertentu, sistem ekonomi,
sosial, adat-istiadat. Dalam pendekatan sosiologi ini adalah meskipun pengarang
melukiskan kondisi sosial yang berada di lingkungannya, belum tentu
menyuarakan kemauan

masyarakat. Pendekatan sosial memiliki segi-segi

manfaat, berguna apabila kritikus sendiri tak melukiskan segi-segi intrinsik yang
membangun sastra, di samping memperhatikan sosiologi sastra menyadari bahwa

15

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

karya sastra itu diciptakan oleh suatu kreatifitas dengan memanfaatkan faktor
imagi. Pendekatan sosiologis umum dilakukan terhadap hubungan sosial sastra
dan masyarakat sebagai dokumen sosial, sebagai potret kenyataan.
Sosiologi sastra yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melihat
fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dan lingkungan berdasarkan
pencitraan pengarang yang dituangkan dalam bentuk karya sastra. Posisi
pengarang sangat penting karena pengarang itu sendiri yang berdekatan dengan
fenomena-fenoma tersebut, bahkan menjadi pelaku yang terlibat di dalam
fenomena tersebut.
1.6.5 Konflik Antar Suku

Sifat masyarakat Indonesia yang heterogen atau multikultur ini rentan
terhadap kemungkinan terjadinya berbagai konflik antar budaya di dalamnya
melalui suku-suku tertentu. Dengan kata lain, faktor perbedaan budaya, potensial
untuk menimbulkan kesalahpahaman, pertentangan, perselisihan, pertikaian,
peperangan, bahkan tidak mustahil juga menjadi pemicu dan memegang peranan
penting bagi munculnya konflik antar budaya atau konflik antar suku tersebut.
Menurut Kriesberg (dalam Sunarwinadi, 2007 :1), pengertian konflik
sosial yaitu hubungan dua atau lebih pihak yang memiliki keyakinan bahwa
mereka masing-masing mempunyai tujuan berbeda. Konflik antar budaya pada
dasarnya sama dengan definisi sebelumnya, hanya ditambahkan faktor bahwa
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya berasal dari latar belakang budaya berbeda,
dan budaya merupakan hal yang paling berperan di dalam perbedaan antara kedua

16

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

belah

pihak.

Karena

pada

kenyataannya,

karakter

budaya

cenderung

memperkenalkan seseorang kepada pengalaman–pengalaman yang berbeda
sehingga membawa kepada persepsi atau pandangan yang berbeda-beda atas
dunia luar.
Setiap konflik dalam karya fiksi memiliki konflik internal dan eksternal
(dalam Susan, 2010: 98). Konflik eksternal, dapat dibedakan ke dalam dua
kategori, yaitu konflik fisik (physical conflict) dan konflik sosial (social conflict).
Konflik fisik adalah konflik yang disebabkan adanya pembenturan antara tokoh
dan lingkungan alam. Misalnya, konflik atau permasalahan yang dialami seorang
tokoh akibat adanya banjir besar, kemarau panjang, gunung meletus dan
sebagainya. Sedangkan konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya
kontak sosial antarmanusia yang berwujud masalah pemburuhan, penindasan,
percekcokan, peperangan, dan lain-lain (Nurgiantoro, 2010).

Konflik internal, merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya
sendiri dan lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya, hal
tersebut terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan,
pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah-masalah lain (Nurgiantoro
2010).

Menurut Layn (dalam Susan, 2010: 99) penyebab terjadinya konflik
adalah (a) Hubungan masyarakat, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh
polarisasi yang terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan antar kelompok yang
berbeda dalam suatu masyarakat, (b) kebutuhan manusia, menganggap bahwa

17

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

konflik disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental, dan sosial) yang
tidak terpenuhi atau terhalangi, (c) negosiasi prinsip, menganggap bahwa konflik
disebabkan oleh posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang
konflik oleh pihak yang mengalami konflik tersebut, (d) identitas, mengasumsikan
bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam misalnya, penderitaan di
masa lalu

yang tidak terselesaikan, (e) kesalahpahaman antar-budaya,

mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara
komunikasi antara berbagai budaya yang berbeda, (f) transformasi konflik,
mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh masalah ketidaksetaraan dan
ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.

Menurut Raipeza (dalam Susan, 2010:99), konflik dapat mengakibatkan
keretakan hubungan antar kelompok, perubahan kepribadian pada individu,
misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga, dan lain-lain, kerusakan
harta benda dan hilangnya jiwa manusia, dan dominasi bahkan penaklukan salah
satu pihak yang terlibat dalam konflik, seperti konflik yang terjadi antara Suku
Dayak dengan Suku Madura yang terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah.

1.6.6 Konflik Antar Suku di Sampit, Kalimantan Tengah
Konflik antar suku di Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis
di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu.
Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh
provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi antara suku
Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah

18

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga
Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari
100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang
juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.
Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah
terjadi beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik
besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang
mengakibatkan

600

korban

tewas.

Penduduk

Madura

pertama

tiba

di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh
pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Tahun
2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah. Suku Dayak
merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang
semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan warga Madura
memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti
perkayuan, penambangan, dan perkebunan.
Sebenarnya program transmigrasi ditujukan untuk memberi dampak yang
positif yaitu mengurangi kepadatan penduduk di pulau Jawa, perataan jumlah
penduduk di seluruh bagian wilayah Indonesia dan untuk membantu
pengembangan wilayah-wilayah yang masih belum kuat perekonomiannya.
Namun program transmigrasi justru membawa dampak negatif salah satunya
adalah penduduk asli yang merasa bahwa penduduk pendatang akan menguasai
tanah leluhur mereka, bahkan tidak jarang penduduk pendatang tidak menghargai
penduduk asli sehingga akhirnya timbul perang antar suku yang banyak

19

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

menimbulkan korban jiwa bahkan oknum-oknum yang tidak terlibatpun terkena
imbasnya hanya karena masalah identitas suku mereka.
(Sumber : http://tirzarest.wordpress.com/2011/10/22/konflik-sampit/)
1.6.7 Pendekatan Sosiologis
Salah satu fungsi teks sastra

ialah merefleksikan atau mencerminkan

realitas sosial yang terjadi dalam sebuah masyarakat. Melalui karya sastra
pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang dialami oleh sebuah
masyarakat yang pengarang sendiri berada di dalamnya. Begitulah antara lain
asumsi dasar yang dikembangkan oleh pendekatan sosiologis, salah satu
pendekatan yang lazim digunakan dalam pengkajian teks-teks kesastraan (Semi:
1993).
Menurut Sikana (1986:107), pendekatan sosiologis (sosiologikal) yaitu
melihat konfrontasi dan konflik yang berlaku dalam masyarakat sebagai sumber
inspirasi penulis. Penulis dalam hal ini bertugas mencerminkan atau
menggambarkan peristiwa yang terjadi (di dalam masyarakat tersebut). Dengan
demikian, karya sastra dalam pendekatan ini dipandang sebagai medium
penggambaran kondisi sosial yang terjadi pada suatu masyarakat pada suatu kurun
waktu tertentu.

1.6.8 Sudut Pandang
Sudut Pandang merupakan salah satu unsur fiksi yang dapat digolongkan
sebagai sarana cerita. Sudut pandang sendiri memiliki pengertian sebagai cara
pengarang menempatkan dirinya di dalam cerita. Pada hakikatnya, sudut pandang

20

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

merupakan teknik yang sengaja dipilih penulis untuk menyampaikan gagasan dan
ceritanya, melalui kaca mata tokoh—atau tokoh-tokoh—dalam ceritanya.
Friedman (dalam Nurgiyantoro, 1995:117) mengemukakan pertanyaanpertanyaan yang jawabannya bisa digunakan untuk membedakan sudut pandang.
Salah satu pertanyaan itu adalah siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang
dalam persona ketiga, atau pertama)? Secara garis besar ada dua macam sudut
pandang, yakni sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.
Hanya kemudian dari keduanya terbentuk variasi-variasi yang memiliki
konsekuensi berbeda-beda.
Di dalam novel Panggil Aku Sydney, pengarang menggunakan ―Aku‖
sebagai tokoh utama. Pengarang menempatkan dirinya sebagai tokoh di dalam
cerita yang menjadi pelaku utama. Melalui tokoh yang bernama Sydney inilah
pengarang mengisahkan kesadaran dirinya sendiri mengisahkan peristiwa atau
tindakan. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang diketahui, didengar,
dialami, dan dirasakan tokoh yang Sydney ini. Tokoh yang bernama Sydney
menjadi narator sekaligus pusat penceritaan kehidupan saat terjadinya konflik
yang terjadi antara suku Dayak dengan suku Madura dan kehidupan pasca konflik.
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis
data, dan penyajian hasil analisis data.

21

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini berbentuk penelitian pustaka karena berobjek pada sebuah
teks sastra, yaitu novel. Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode simak
dan teknik catat.
Data bersumber dari novel Panggil Aku Sydney karya Fitriyanti Kartika
Purnomo. Teknik yang digunakan adalah teknik catat. Adapun sumber data
adalah:
a. Judul Buku

: Panggil Aku Sydney

b. Pengarang

: Fitriyanti Kartika Purnomo

c. Penerbit

: Alenia

d. Tahun Terbit : Cetakan Pertama 2004
e. Tebal Buku

: 181 halaman

1.7.2 Teknik Analisis Data
Data-data dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan metode
analisis isi. Analisis isi berhubungan dengan alur, tokoh penokohan, latar sosial,
pendekatan sosiologis dan pandangan tokoh utama terhadap konflik antar-budaya
yang bernama Sydney.
1.7.3 Teknik Penyajian Data
Metode yang digunakan dalam penyajian penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis. Penelitian ini dilakukan dengan cara memaparkan alur, tokoh
penokohan, latar sosial, pendekatan sosiologis dan pandangan tokoh utama yang
bernama Sydney yang dilanjutkan dengan analisis. Metode ini hanya menguraikan

22

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

informasi apa adanya sesuai dengan data yang diteliti, namun memberi penjelasan
dan pemahaman.

1.8 Sistematika Penyajian
Penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Pada bab pertama adalah
pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, studi pustaka, landasan teori, dan metode yang digunakan
dalam penelitian ini. Bab dua adalah pembahasan yang berisi analisis alur, tokoh
penokohan dan latar dalam novel Panggil Aku Sydney. Bab tiga adalah analisis
tentang pembahasan konflik antar suku berdasarkan pendekatan sosiologis. Bab
empat adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Daftar pustaka berisi
sumber-sumber yang berasal dari buku dan sumber online. Lampiran berisi
sinopsis novel Panggil Aku Sydney.

23

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
ALUR, TOKOH PENOKOHAN, DAN LATAR

2.1 Alur
Novel ini menggunakan alur maju karena menceritakan kehidupan Sydney
secara urut dari awal sampai akhir. Berdasarkan kepadatannya novel ini
menggunakan alur longgar karena dalam penceritaannya terdapat tarik ulur
masalah yang dialami tokoh utama yang bernama Sydney sebelum menuju akhir
cerita. Tahapan alur berisi latar sosial kehidupan tokoh utama yang bernama
Sydney saat masih berada di Sampit dan setelah sampai di Jakarta setelah
mengalami peristiwa konflik. Berikut ini akan dipaparkan tahapan alur:

Tahapan Alur

2.1.1 Pemaparan
Ayah Sydney mendapatkan berita melalui fax dari kedubes Australia agar
keluarganya segera meninggalkan Sampit karena terjadi pertikaian antara suku
Sampit dengan suku Madura di tempat tinggal mereka. Namun, berita ini
terlambat karena jalan-jalan untuk akses keluar dari daerah mereka sudah tidak
aman karena penduduk lokal, yaitu orang-orang Dayak telah memblokir akses
jalan keluar wilayah tersebut. Selain itu, ayah Sydney memilih tidak
meninggalkan Sampit karena rumah di Sampit ini merupakan pemberian dari
kakek Sydney. Jadi apa pun yang terjadi, ayah Sydney tetap tidak akan

24

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

meninggalkan rumah ini karena sebagai tanda penghormatan terhadap kakek
Sydney yang telah memberikan rumah ini. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:
Malam itu lengang seperti biasanya. Ayah menerima fax dari Kedubes
Australia di Indonesia untuk segera meninggalkan Sampit dan
berimigrasi ke Jakarta, dan mudah bagi duta besar seperti ayah untuk
mendapatkan pemukiman yang layak, setidaknya lebih layak dari
rumah ini. Rumah ini adalah tawaran terakhir kakekku kepada ayah
untuk meneruskan sejarah, dan ayahku menerimanya sebagai
penghormatan dari kakek sebelum ia menutup kedua kelopak mata
yang keriputnya sudah bergantung hampir menyentuh pipi untuk
selama-lamanya. Setiap bulan sekali ayah pulang darimanapun ia pergi
demi mendedikasikan dirinya atas pekerjaannya yang banyak, rumit,
serumit akar yang menghujam dasar bumi, memilin, dan masingmasing pilinannya tak memiliki simpul, hanya terpilin terus sampai
dasar dimana ia mengambil seluruh energi dan protein bumi. Maka di
sinilah kami (hlm. 4-5).
2.1.2 Peningkatan Konflik
Peningkatan konflik terjadi karena Ibunda Sydney menerima telepon dari
seseorang yang menyarankan agar keluarganya segera meninggalkan Sampit agar
nyawa mereka dapat selamat. Ayah Sydney segera menyuruh Sydney dan Sarah
untuk bersembunyi di lantai atas. Kaca jendela rumah mereka pecah oleh batu
yang dilempar oleh orang-orang Sampit. Batu yang dilemparkan itu juga
mengenai kepala ibunda Sydney sampai berdarah dan membuatnya jatuh
tersungkur. Rumah Sydney dikepung oleh orang-orang Sampit, kemudian Orangorang Sampit membantai orang tua Sydney. Mereka dibantai dengan cara
menyayat dengan menggunakan mandau. Setelah orang tua Sydney tewas, orangorang Sampit membakar rumah Sydney. Seperti terlihat dalam kutipan berikut:
Telepon di meja sudut berbunyi kencang. aku dan bunda saling
bertatap. �