5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Kredit

2.1.1 Pengertian Kredit

  Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis yang sepadan yang di harapkan kemudian hari.

  Pengertian kredit yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia telah dirumuskan dalam Undang – Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa kriteria adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan.

  Kredit adalah kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedang bagi penerima kredit berarti menerima kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untek membayar kembali pinjaman tersebut sesuai jangka waktunya (Kasmir, 2008).

  Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan (Mahmoedin, 2002:2).

  Istilah kredit berasal dari bahasa latin, credo, yang berarti I believe,

  I trust , saya percaya atas saya menaruh kepercayaan (Rivai, 2013:197).

  Jadi pengertian kredit ,yaitu :

  1. Kredit adalah suatu penyerahan uang atau tagihan tersebut kepada pihak lain dengan harapan member pinjaman ini, bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank yang bersangkutan.

  2. Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajiban masing – masing.

  3. Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan hutang dan bunga akan diselesaikan dalam waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

  2.1.2 Analisis Kredit

  Analisis kredit merupakan salah satu factor yang dapat digunakan sebagai acuan bank apakah permohonan kredit dari nasabah dapat disetujui atau ditolak. disamping itu, bank perlu melakukan analisis yang mendalam agar bank terhindar dari masalah kredit yang timbul di kemudian hari. Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan permohonan calon debitur antara lain dikenal dengan prinsip 5C. Penerapan prinsip dasar dalam pembrian kredit serta analisis yang mendalam terhadap calon debitur, perlu dilakukan oleh bank agar bank tidak salah memilih dalam menyalurkan dananya sehingga dana yang disalurkan tersebut dapat terbayar kembali sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan (Ismail, 2010: 111)

  2.1.3 Prinsip Dasar Pemberian Kredit

  Prinsip 5C

1. Character Character menggambarkan watak dan kepribadian calon debitur.

  Tujuannya untuk mengetahui bahwa calon debitur mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar pinjaman samapai dengan lunas. Bank ingin mengetahui bahwa calon debitur mempunyai karakter yang baik, jujur, dan mempunyai komitmen terhadap pelunasan kredit yang akan diterima dari bank.

  2. Capacity

  Untuk melihat kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu kredit. Bank perlu mengetahui dengan pasti kemampuan calon debitur tersebut. Kemampuan keuangan calon debitur sangat penting karena merupakan sumber utama pembayaran kredit yang diberikan oleh bank. Semakin baik kemampuan keuangan calon debitur, maka akan semakin baik kemungkinan kualitas kreditnya, artinya dapat dipastikan bahwa kredit tersebut dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang di perjanjikan

  3. Capital

  Capital atau modal merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh calon debitur atau berapa banyak dana yang akan dikutsertakan dalam proyek yang dibiayai oleh calon debitur. Semakin besar modal yang dimiliki calon debitur akan semakin myakinkan bagi bank akan keseriusan debitur dalam mengajukan kredit.

  4. Collateral

  Collateral merupakan jaminan/agunan yang diberikan oleh calon debitur atas kredit yang diajukan. Agunan merupakan sumber pembayaran kedua, artinya apabila debitur tidak dapat membayar angsurannya dan termasuk dalam kredit macet, maka bank dapat melakukan eksekusi terhadap agunan. Hasil penjualan agunan digunakan sebagai pembayaran kedua. Bank tidak akan memberikan kredit melebihi dari jaminan, kecuali untuk kredit program atau kredit khusus yang kadang – kadang juga juga tidak ditutupi dengan agunan yang memadai.

5. Condition of Economy

  Condition of Economy merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian. Bank perlu mempertimbangkan sector usaha calon debitur dikaitkan dengan kondisi ekonomi, apakah kondisi ekonomi tersebut akan berpengaruh pada usaha calon debitur di masa yang akan datang.

2.2 Kolektibilitas Kredit

  2.2.1 Pengertian Kolektibilitas

  Istilah kolektibilitas berasal dari bahasa Inggris yaitu collectible, artinya “yang dapat ditagih”. Jadi, kolektibilitas adalah piutang yang dapat ditagih oleh perusahaan kepada pembeli sebagai akibat dari transaksi penjualan secara kredit. Kredit yang diberikan oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Oleh sebab itu bank berkewajiban menjaga agar kualitas kredit yang diberikan atas dasar penggolongan kolektibilitasnya.

  Definisi kolektibilitas adalah penggolongan pinjaman berdasarkan keadaan pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang masih ditanamkan dalam surat-surat berharga atau penanaman lainnya (Mahmoeddin, 2010: 10).

  Berdasarkan definisi keolektibilitas tersebut dapat dijelaskan bahwa penggolongan kredit atau pinjaman berdasarkan kolektibilitas ialah membagi atau memisah-misahkan kredit berdasarkan kelancaran atau ketidak lancaran pengembalian kredit atau pinjaman tersebut baik pokok ataupun bunganya.

  2.2.2 Penggolongan Kredit

  Penyaluran dana berupa kredit yang diberikan kepada nasabah selalu diikuti dengan risiko yang mungkin timbul. Risiko atas kredit adalah tidak tertagihnya kredit yang telah disalurkannya, baik pokok pinjaman yang diberikan, maupun bunganya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Meskipun, analisis kredit telah dilakukan dengan tepat, akan tetapi risoko kredit tetap ada. Oleh karena itu, bank harus dapat meminimalisasi risiko yang diakibatkan dari kredit tersebut.

  Ismail (2010:122) menyatakan, Bank melakukan penggolongan kredit menjadi dua golongan, yaitu kredit tidak bermasalah dan kredit yang bermasalah. Kredit yang tidak bermasalah dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :

  1. Kredit dengan Kualitas Lancar (Kolektibilitas 1) Kredit lancar merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah dan tidak terjadi tunggakan, baik tunggakan pokok dan bunga.

  Debitur melakukan pembayaran angsuran tepat waktu sesuai dengan perjanjian kredit.

  2. Kredit dengan Kualitas Dalam Perhatian Khusus (Kolektibiltas 2) Kredit dalam perhatian khusus merupakan kredit yang masih digolongkan lancar, akan tetapi mulai terdapat tunggakan. Ditinjau dari segi kemampuan membayar, yang tergolong dalam kredit dalam perhtian khusus apabila terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga sampai dengan 90 hari. Kredit yang bermasalah dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu :

  3. Kredit Kurang Lancar (Kolektibiltas 3) Kredit kurang lancar merupakan kredit yang telah mengalami tunggakan. Yang tergolong kredit kurang lancar, apabila : a) Pengembalian pokok pinjaman dan bunganya telah mengalami penundaan pembayarannya melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari.

  b) Pada kondisi ini hubungan anatara debitur dengan bank memburuk.

  c) Informasi keuangan debitur tidak apat diyakini oleh bank.

  4. Kredit Diragukan (Kolektibiltas 4) Kredit diragukan merupakan kredit yang mengalami penundaan pembayaran pokok dan/atau bunga. Yang tergolong kredit diragukan apabila :

  1. Penundaan pembayaran pokok dan/atau bunga antara180 hingga 270 hari.

  2. Pada kondisi ini hubungan anatara debitur dengan bank semakin memburuk.

  3. Informasi keuangan sudah tidak dapat dipercaya.

  5. Kredit Macet (Kolektibiltas 5) Kredit macet merupakan kredit yang menunggak melampaui 270 hari atau lebih. Bank akan mengalami kerugian atas kredit macet tersebut.

  Berdasarkan ketentuan kolektibilitas tersebut dapat dijelaskan bahwa waktu dipakai sebagai ukuran (tepat waktu pembayaran) kolektibilitas kredit tersebut. Dengan demikian bank dapat menyusun jenjang kolektibilitas berdasarkan tetap waktu pembayaran pokok atau angsuran pokok, bunga, biaya-biaya dan diterima kembali penanaman pada surat-surat berharga dan lain-lain.

2.3 Kredit Bermasalah

2.3.1 Pengertian Kredit Bermasalah

  Mahmoeddin (2010:3) menyatakan, “kredit bermasalah adalah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya”.

  Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pebayaran atau melaukan angusran sesuai dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank bermasalah maupun bermasalah tersebut dilakukan secara kuantitatif, maupun kualitatif. Penilaian secara kuantitatif dilihat dari kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran angsuran kredit, baik angsuran pokok pinjaman dan/atau bunga. Adapun penilaian kredit secara kualitatif dapat dilihat dari prospek usaha dan kondisi keuangan debitur. Kredit bermasalah akan berakibat pada kerugian bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan bunga yang tidak dapat diterima. Artinya, bank kehilangan kesempatan mendapat bunga, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total. Ismail (2010:123) menyatakan, kredit bermasalah yang digolongkan pada kolektibilitas adalah kredit yang berada dalam klasifikasi “kurang lancar”, “diragukan” dan “macet”. Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa kredit bermasalah adalah adanya penyimpangan anatra apa yang diperjanjikan dengan apa yang terjadi dalam kenyataan. Dalam hal ini terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga yang melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari (kolektibilitas kurang lancar), terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari (kolektibilitas diragukan) dan terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga yang melampaui 270 hari (kolektibilitas macet) dengan apa yang telah disepakati dalam perjanjian kredit. Walaupun kredit bermasalah adalah bagian dari bisnisn perbankan namun kredit bermasalah harus dicegah, jika muncul harus segera ditangani secara serius sehingga tidak tumbuh menjadi kredit macet atau merugikan pihak bank trelalu besar.

2.3.2 Penyebab Dan Pencegahan Kredit Bermasalah

  Ismail (2010:123) menyatakan, banyak faktor yang menyebabkan kredit tersebut menjadi bermasalah, yaitu :

  1. Faktor Intern Bank a) Analisis kurang tepat,sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu kredit.

  Misalnya, kredit diberikan tidak sesuai kebutuhan, sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi kemampuan.

  b) Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dan nasabah sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan.

  c) Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur sehingga tidak dapat melakukan analisis yang tepat dan akurat.

  d) Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait.

  e) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit debitur.

  2. Faktor Extern Bank a) Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah.

  1) Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran kepada bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi kewajibannya. 2) Debitur melakukan ekspansi terlalu besar,sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. 3) Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana kredit tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan.

  b) Unsur ketidaksengajaan.

  1) Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian,akan tetapi kemampuan perusahaan sangat terbatas, sehingga tidak dapat membayar angsuran. 2) Perusahaannya tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga volume penjualan menurun dan perusahaan rugi. 3) Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak

  4) Bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian debitur. Pencegahan kredit macet haruslah cepat dilakukan meminimalisir resiko, sehingga diharapkan kredit yang telah berjalan dengan lancar. Mahmoeddin (2002:121) menyatakan, ada tindakan untuk mencegah terjadinya kredit macet yaitu: a) Penyempurnaan presedur kredit

  b) Memiliki prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit

  c) Membawa nama baik bank

  d) Melengkapi dokumen sebelum realisasi kredit

  e) Mengawasi pencairan kredit

  f) Melakukan pengawasan kredit

  g) Melakukan pengawasan terhadap petugas kredit

  h) Membuat kebijakan yang tepat i) Memegang prinsip kredit dengan konsekuen j) Mengantisipasi terjadinya kepentingan pribadi

2.4 Tehnik Penyelesaian

  Kasmir (2010:109) menyatakan, penyelamatan terhadap kredit macet dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :

  1. Rescheduling

  a) Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya.

  b) Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit.

  Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya, misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan

  2. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti:

  a. Kapitalisasi bunga Yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok.

  b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.

  c. Penurunan suku bunga.

  Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh, jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 17% diturunkan menjadi 15%. Hal ini tergantung dari pertimbangan bank bersangkutan. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.

  d. Pembebasan bunga.

  Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah tidak akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi, nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

  3. Restructuring Yaitu dengan cara :

  a) Menambah jumlah kredit

  b) Menambah equity yaitu dengan menyetor uang tunai dan tambahan dari pemilik.

  4. Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode yang di atas.

  Misalnya kombinasi antara restructuring dan reconditioning atau rescheduling dengan restructuring.

  5. Penyitaan Jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-utangnya.

  Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan dilakukan dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu pembayaran atau jumlah angsuran terutama bagi kredit kena musibah atau dengan melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar.