BAB I PENDAHULUAN - ANALISIS TINGKAT RISIKO KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN PADA PERIODE 2012 – 2016 DI BURSA EFEK INDONESIA BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE - Unika Repository
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu dari empat fungsi manajemen yang vital dalam
mempertahankan keberlanjutan sebuah perusahaan adalah manajemen keuangan. Manajemen keuangan dalam sebuah korporasi (corporate finance) dapat menyebabkan berbagai macam perubahan keputusan perusahaan dan bagaimana caranya mereka melaksanakan keputusan yang sudah dibuat. Hal tersebut tentu juga dapat berimbas kepada seluruh pemegang saham (shareholders) dan pihak
- – pihak yang berkepentingan dengan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung (stakeholders).
Menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe (2010, h. 2), seorang manajer keuangan dalam sebuah korporasi itu setidaknya harus melakukan 3 hal untuk dapat mempertahankan keberlanjutan perusahaan, terutama dalam posisi keuangan perusahaannya, yaitu melakukan investasi dan pembaharuan asset yang dimiliki sebuah perusahaan (capital budgeting), memerhatikan kondisi struktur modal (capital structure) yang mencakup penganggaran perusahaan dengan menggunakan baik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek, dan mengatur untuk mendapatkan modal kerja bersih (net working capital ) berdasarkan kegiatan operasional perusahaan.
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada hal kedua yang sudah disampaikan oleh Ross, Westerfield, dan Jaffe mengenai struktur modal (capital structure) dari sebuah perusahaan. Struktur modal itu sangat penting dikarenakan tidak semua modal yang dimiliki oleh perusahaan berasal dari sang pemilik perusahaan sendiri. Perusahaan besar cenderung tidak memiliki modal keseluruhan yang berasal dari pemilik, tetapi berasal dari investor yang tertarik untuk mendapatkan keuntungan melalui pembelian surat berharga dan/atau memberikan hutang sebagai salah satu bentuk leverasi modal perusahaan (leverage).
Struktur modal perusahaan (capital leverage) tentu tidak jauh – jauh berhubungan dengan rasio keuangan (financial ratios) dari sebuah perusahaan. Menurut Ross, Westerfield, dan Jaffe (2010, h. 46), rasio keuangan (financial ratios) dari sebuah perusahaan dibagi menjadi 5 kategori, yaitu rasio likuiditas (liquidity ratios) yang menilai kemampuan perusahaan dalam menuntaskan hutang jangka pendek, rasio leverasi keuangan perusahaan (financial leverage ratios) yang menilai kemampuan perusahaan dalam menuntaskan hutang jangka panjang, rasio aktivitas perputaran aset (assets turnover ratio) yang menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset guna meningkatkan penjualan dan pendapatan, rasio profitabilitas (profitability ratios) yang menilai tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, dan rasio nilai pasar (market value ratios) yang menilai tingkat harga saham sebuah perusahaan.
Kaitan dari rasio
- – rasio tersebut dengan perusahaan adalah bagaimana manajer keuangan memaksimalkan seluruh potensial yang perusahaan miliki dalam hal keuangan guna mengatur seluruh aspek keuangan, yaitu aktivitas investasi (investing activities), aktivitas pemodalan (financing activities), dan aktivitas operasional (operating activites). Ketiga aspek inilah yang disebut sebagai jantung dari manajemen keuangan, dikarenakan jika manajer keuangan tidak mampu mengatur masing
- – masing aspek secara benar, maka perusahaan dapat terancam mengalami kebangkrutan.
Altman Z-Score menggunakan 5 model rasio untuk menilai tingkat keamanan perusahaan dari kebangkrutan, yaitu rasio perbandingan modal kerja bersih terhadap total aset keseluruhan (Net Working Capital to Total
Assets Ratio ), rasio laba ditahan terhadap total aset keseluruhan (Retained
Earnings to Total Assets Ratio ), rasio laba sebelum pajak dan bunga terhadap
total aset (Earnings Before Interest Taxes to Total Assets Ratio), rasio nilai pasar dari ekuitas/modal terhadap nilai buku dari hutang perusahaan (Market
Value Equity to Book Value of Liabilities Ratio ), dan rasio penjualan terhadap
total aset (Sales to Total Assets Ratio). Rasio ini muncul berdasarkan tiga aktivitas dari manajer keuangan yang utama, seperti yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya. Kelima rasio tersebut dinilai akurat dalam memprediksikan tingkat kerentanan perusahaan terhadap kebangkrutan, dikarenakan lima rasio tersebut sudah menilai lima rasio keuangan inti yang sudah disebutkan oleh Ross, Westerfield, dan Jaffe pada dua paragraph sebelumnya, yaitu mengenai rasio likuiditas (liquidity ratios), rasio leverasi keuangan perusahaan (financial leverage ratios), rasio aktivitas perputaran aset (assets turnover ratio), rasio profitabilitas (profitability ratios), dan rasio nilai pasar (market value ratios).
Peneliti memutuskan untuk meneliti tingkat risiko kebangkrutan yang bisa saja dialami oleh perusahaan
- – perusahaan pada sektor pertambangan batubara dikarenakan ada kekhawatiran mengenai kondisi keuangan pada perusahaan
- – perusahaan yang sudah terdaftar pada industri tersebut yang disebabkan oleh berbagai fenomena ekonomi global yang muncul, yang tentu saja juga berdampak di Indonesia.
Fenomena utama yang menjadi kekhawatiran peneliti, sehingga harus melakukan penelitian terhadap sektor pertambangan batubara adalah sebagai berikut. Pertama, jumlah batubara yang dimiliki oleh bumi yang akan selalu berkurang jumlahnya, dikarenakan oleh penggunaan. Kedua, posisi Indonesia sebagai salah satu pengekspor batubara terbesar di dunia. Ketiga, penurunan harga batubara disertai dengan emisi karbon dioksida yang sangat memengaruhi keadaan dunia ini, yang menyebabkan kenaikan tingkat polusi udara, yang disebabkan oleh salah satunya, penggunaan batubara sebagai energi untuk menjalankan berbagai macam keperluan di bumi ini, seperti energi untuk pabrik, mesin dll.
Berikut adalah grafik yang menunjukkan jumlah penggunaan dan produksi batubara yang ada di dunia selama 10 tahun terakhir. Grafik berikut ini adalah grafik konsumsi batubara dunia tahunan, disajikan dalam jutaan ton. Terlihat sekali bahwa kecenderungan konsumsi batubara setiap tahunnya cenderung terus meningkat, walaupun sempat ada penurunan pada kurun waktu tahun 2007
- – 2011, di mana saat itu pernah terjadi krisis ekonomi di Amerika Serikat.
Grafik berikut ini adalah grafik produksi batubara dunia tahunan, disajikan dalam jutaan ton. Sama dengan konsumsi, terlihat tren produksi
869,25 841,11 816,73 809,34
820,04 831,05 843,18 901,18 903,84
887,01 897,95 740,00 760,00 780,00 800,00 820,00 840,00 860,00 880,00 900,00 920,00 940,00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Konsumsi Batubara Dunia Tahunan (Dalam Jutaan Ton) batubara yang makin menaik tiap tahunnya, walaupun jumlah peningkatannya tidak sesignifikan pengunaan batubara, disertai juga penurunan produksi dalam tahun 2008 – 2011.
Produksi Batubara Dunia Tahunan (Dalam Jutaan Ton)
600 500470,59 436,58 427,19 415,47 410,46
400 398,98 375,69
349,7
346,09
333,46 300280,1 200 100
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 1.2. Produksi Batubara Dunia Tahunan (telah diolah kembali). Sumber: BP Capital MarketDari kedua grafik tersebut, dapat dilihat bahwa ternyata produksi batubara yang ada di dunia ini jumlahnya tidak sebanding dengan permintaan.
Meskipun permintaan dan produksi batubara kuantitasnya akan terus naik, tetapi dikarenakan batubara merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, maka hal ini juga akan menimbulkan keterbatasan umur dalam hal kelangsungan perusahaan batubara, sehingga akan terjadi kejadian di mana tidak ada lagi pembangunan berkelanjutan yang mereka lakukan dalam jangka waktu panjang, atau bisa disebut dengan sustainable
development . Sedangkan jika sebuah perusahaan ingin bertahan, tentu ia perlu
melakukan berbagai inovasi yang dapat mempertahankan posisinya sebagai pemegang pasar / market yang ada, sehingga mereka tidak kehilangan pelanggan, yang dapat menyebabkan penurunan omset dari perusahaan yang bisa saja berdampak pada operasional perusahaan secara keseluruhan.
Berikut peneliti sajikan salah satu data mengenai recoverable coals atau batubara yang dapat ditemukan, berdasarkan penemuan dari tambang batubara di Amerika. Tabel berikut menunjukkan jumlah dan prosentase batubara yang dapat ditambang.
Ada dua jenis yang termasuk dalam tabel ini, yaitu batubara yang asalnya dari bawah tanah dan batubara yang asalnya dari permukaan tanah.
Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa tidak semua batubara yang ada di alam itu dapat ditambang, sehingga jumlah batubara yang dapat beredar ke dalam sebuah negara pun pasti jumlahnya terbatas.
Tabel ini tidak memuat risiko penambangan yang mungkin terjadi di lapangan, yang peneliti tidak dapat jabarkan satu per satu, dikarenakan berbagai faktor eksternal yang tidak secara langsung dapat diprediksi. Hal ini menyiratkan bahwa batubara merupakan salah satu energi yang tidak dapat diperbarui dan setiap perusahaan pertambangan tentu mengalami risiko yang satu ini, atau disebut dengan irrenewable resources problem.
- – 500
- – 200
- – 50
- – tabel tersebut, bahwa batubara yang dapat ditambang adalah sejumlah 79.26% dari total keseluruhan tambang, di mana hal ini dapat menyebabkan kekurangan energi di masa yang akan datang, terutama untuk alat – alat yang menggunakan batubara sebagai energi alami.
79.12 Lebih dari 50 – 100 153
5,828 59.88 11,128 89.41 16,956
74.08 Total dari Amerika Serikat
71.00 N/A
56.77 Kurang dari atau sama dengan 10 N/A 100 N/A
85 67.01 182
47.73
97
56.38 Lebih dari 10
62 67.47 215
51.88
111 54.00 1,053 81.78 1,164
Tabel 1.1. Kuantitas Batubara Melalui Pertambangan yang dapat Ditemukan di Amerika Serikat dalam US ton / million short tons (telah diolah kembali). 1 short tons = 2,000 pon.56.78 Lebih dari 100
280 49.94 179 67.45 459
58.80 Lebih dari 200
81.40 Lebih dari 500 – 1,000 397 48.60 155 84.85 552
Lebih dari 1,000 4,791 62.03 9,593 91.07 14,383
Batubara % Batubara % Batubara %
Bawah Tanah Permukaan Total
thousand short tons )
Rentang Hasil Produksi Tambang (dalam
Sumber: Energy Information Administration
79.26 Dapat dilihat dari tabel
Gambar 1.3. Top 15 Ekspor Batubara Dunia (telah diolah kembali). Sumber: Coal Exports by Country (indexmundi.com)Berdasarkan data tersebut, bisa dilihat bahwa Indonesia merupakan negara pengekspor batubara terbesar di dunia, yaitu dengan rata-rata per tahun sebesar 467,738 juta ton ke seluruh negara di dunia. Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi leading country dalam hal ekspor batubara. Oleh karena itu, bisa jadi bahwa apabila produksi dan permintaan pasar meningkat, disertai
467,738 394,696 155,554 117,659
82,407 82,195 40,352 36,049 19,277 18,396 17,374
12,137 11,922 9,411 8,107 50 100
150 200 250 300 350 400 450 500
Top 15 Ekspor B at ubara Duni a ( Dal am Jut aan Ton)
Top 15 Ekspor Batubara Dunia harga yang sesuai dan masuk akal, maka perusahaan batubara mengalami peningkatan omset, berlaku juga sebaliknya, apabila hal tersebut turun.
Ketiga, penurunan harga batubara yang signifikan menyebabkan risiko kebangkrutan dari perusahaan sektor pertambangan batubara sangat tinggi, disertai dengan peningkatan jumlah emisi karbon dioksida akibat polusi udara yang terjadi akibat dari penggunaan batubara. Berikut peneliti sajikan data harga batubara dan tingkat emisi karbon dioksida dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
H arga B at ubara 5 Indeks Jan 2005 - Jan 2015
250 229,12191,46 200 179,03 167,82
158,95 148,06 147,67 140,45 150
136,21 133,61 125,74 122,81 121,52 118,79 114,41
110,11 111,16 105,19 105,43 105,5 97,65
93,46 93,85 92,5 92,5
90,9 89,33 88,79 88,24 87,38 100 84,57 81,69
79,47 78,81 77,89 75,38
69,86 70,66 72,06 71,39 70,12 69 68,08 71,63
64,11 62,91 62,96 63,04 63,52 61,84
60,54 56,64 56,47 53,59 51,16
50 Jan-05 Jan-06 Jan-07 Jan-08 Jan-09 Jan-10 Jan-11 Jan-12 Jan-13 Jan-14 Jan-15 NW Europe US Central Spot Index Japan Cooking Coal Japan Steam Coal Asian Market
Gambar 1.4. Harga Batubara 5 Indeks (telah diolah kembali). Sumber: BP Capital MarketBerikut ini peneliti menyajikan data mengenai emisi karbon diokida, yang terus meningkat setiap tahunnya, dan dibarengi oleh penggunaan batubara yang jumlahnya terus meningkat, di mana hasil pengolahan batubara menjadi energi berkontribusi terhadap greenhouse effect, yaitu kejadian di mana panas yang bumi tidak dapat disalurkan kembali ke luar angkasa dikarenakan terjebak di dalam atmosfer bumi yang dikarenakan oleh karbon dioksida. Greenhouse effect ini tentu berhubungan dengan risiko yang dialami perusahaan batubara, dikarenakan produk mereka berpengaruh terhadap kesehatan bumi.
Emisi CO2 Tahunan (dalam ribuan)
40.00035.849 34.866 35.464 33.505 35.000
32.042 31.687 30.462 31.125 29.428 28.364
30.000 27.015 25.000 20.000 15.000 10.000
5.000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 1.5. Emisi CO (telah diolah kembali). Sumber: Worldbank2 Adanya penurunan harga yang signifikan, ditambah dengan
peningkatan emisi karbon dioksida yang signifikan ini, karena kebutuhan industri yang tinggi, yang pada mulanya menyebabkan greenhouse effect, hingga terjadi yang namanya global warming atau disebut dengan pemanasan global, yang juga menyebabkan tren penggunaan batubara menjadi turun dari tahun ke tahun, karena industri-industri mulai beralih ke sumber daya energi yang dapat diperbaharui.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada 3 tren penting dari perusahaan sektor pertambangan batubara, yaitu sumber daya yang tidak dapat diperbarui, Indonesia merupakan pengekspor batubara terbesar di dunia, dan masalah lingkungan global warming yang sangat berhubungan dengan efek dari produk batubara. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk membuat skripsi yang berjudul
“ANALISIS TINGKAT RISIKO
KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN
PADA PERIODE 2012- – 2016 DI BURSA EFEK INDONESIA BERDASARKAN METODE ALTMAN Z-SCORE ”.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti nyatakan pada bagian sebelumnya, maka peneliti memutuskan untuk menilai perusahaan dari masing
- – masing variabel yang ada. Berikut adalah dasar pertanyaan yang diajukan peneliti untuk perusahaan sektor pertambangan di Indonesia periode 2012 – 2016.
1. Bagaimanakah tingkat nilai dari Net Working Capital to Total Assets Ratio dari perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia?
2. Bagaimanakah tingkat nilai dari Retained Earnings to Total Assets Ratio dari perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia?
3. Bagaimanakah tingkat nilai dari Earnings Before Interest Taxes to Total
Assets Ratio dari perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia? 4.
Bagaimanakah tingkat nilai dari Market Value Equity to Book Value of
Liabilities Ratio dari perusahaan sektor pertambangan batubara di
Indonesia? 5. Bagaimanakah tingkat nilai dari Sales to Total Assets Ratio dari perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia?
6. Bagaimanakah tingkat risiko kebangkrutan perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia berdasarkan Altman Z-Score?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti nyatakan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat nilai dari Net Working Capital to Total Assets Ratio dari perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia.
2. Mengetahui tingkat nilai dari Retained Earnings to Total Assets Ratio dari perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia.
3. Mengetahui tingkat nilai dari Earnings Before Interest Taxes to
Total Assets Ratio dari perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia.
4. Mengetahui tingkat nilai dari Market Value Equity to Book Value
of Liabilities Ratio dari perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia.
5. Mengetahui tingkat nilai dari Sales to Total Assets Ratio dari perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia.
6. Mengetahui tingkat risiko kebangkrutan perusahaan sektor pertambangan batubara di Indonesia.
4. Batasan Penelitian
Dikarenakan kondisi ekonomi global dan kekacauan politik yang terjadi di Indonesia itu terjadi pada tahun 2012
- – 2016 yang menyebabkan rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat, maka peneliti memutuskan untuk meneliti perusahaan sektor pertambangan di Indonesia pada periode yang bersangkutan. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki berbagai jenis keterbatasan, antara lain:
- selama periode tersebut adalah perusahaan yang sudah berumur minimal sebanyak 5 tahun.
Perusahaan sektor pertambangan batubara yang datanya digunakan
- selama periode tersebut hanya akan diteliti selama 5 tahun dikarenakan keterbatasan waktu krisis yang terjadi.
Perusahaan sektor pertambangan batubara yang datanya digunakan
Penelitian ini tidak mempertimbangkan faktor eksternal lainnya
- yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan pertambangan selain dari rasio keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan, seperti kondisi politik Indonesia, perubahan Undang – undang, dll.
5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara teoretis adalah untuk penelitian mengenai tingkat risiko kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score pada waktu yang akan datang. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
1. Untuk emiten: sebagai bahan kajian mengenai kondisi perusahaan pada masa
- – masa krisis dan alarm untuk melakukan berbagai tindakan intervensi apabila diperlukan dalam rangka mencegah kebangkrutan.
2. Untuk investor: sebagai bahan kajian mengenai kondisi perusahaan pada masa – masa krisis dan sinyal untuk mengetahui apakah perusahaan masih layak untuk tetap diinvestasikan modal atau tidak.