Pengaruh perbedaan jenis tanah sebagai media tanam terhadap produksi budidaya tanaman okra hijau (Abelmoschus esculantus (L.) Moench)

(1)

PENGARUH PERBEDAAN JENIS TANAH SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PRODUKSI BUDIDAYA TANAMAN OKRA HIJAU

(Abelmoschus esculantus (L.) Moench)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

Eva Setia Putri Saragih 131434070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

PENGARUH PERBEDAAN JENIS TANAH SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PRODUKSI BUDIDAYA TANAMAN OKRA HIJAU

(Abelmoschus esculantus (L.) Moench)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

Eva Setia Putri Saragih 131434070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

you will when you believe

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku tercinta, Sauddin Saragih dan Hotlan Manik Adikku terkasih, Jeremi Sahotman Saragih dan Vivi Elsa Chintya Saragih Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan Keluarga Besar Pendidikan Biologi angkatan 2013 Almamaterku, Universitas Sanata Dharma


(6)

(7)

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Tanah Sebagai Media Tanam Terhadap Produksi Tanaman Okra Hijau (Abelmoschus esculantus (L.) Moench)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pada Program Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu menyertai dan memberkati penulis selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini sehingga semua dapat berjalan dengan baik.

2. Orang tua, Tante Melda, Tante Nita, Bou Ima dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pendidikan ini.

3. Drs. Antonius Tri Priyantoro,M.For.Sc selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma.

4. Dr.Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ selaku dosen pembimbing yang selalu sabar membimbing,memberikan solusi atas permasalahan yang dialami penulis dan memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi yang sudah mengajar dan mendidik


(9)

viii

6. Segenap Staf dan Karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan melayani keperluan penulis selama masa studi di Pendidikan Biologi. 7. Sahabat terkasih Nisa Sulastri, Bruder Dieng, Frater Wempy, Paulina, Ani,

Artho Moses, Anastia Aryantie, Susan dan Yogi yang telah membantu, memberikan dukungan, semangat, motivasi dan kebersamaannya.

8. Pak Slamet dan Kak Sam yang telah membagikan ilmu tentang tanaman kepada penulis dan selalu memberikan dukungan semangat.

9. Detta, Andit, Agnes, dan Tia sebagai teman Kost Flamboyan yang tak hentinya memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.

10. Sahabatku Efelina Gultom, Cita Tambunan, Nita Situmorang, Devita Hutagalung, Kristina Lumban Batu, dan Arya yang memberikan dukungan dan doa dari kota masing-masing.

11. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2013 yang menjadi teman seperjuangan penulis dalam melaksanakan studi di Universitas Sanata Dharma. 12. Semua pihak yang belum disebutkan satu persatu yang turut membantu dan

mendukung penulis dalam perkuliahan hingga skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.


(10)

ix ABSTRAK

PENGARUH PERBEDAAN JENIS TANAH SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PRODUKSI BUDIDAYA TANAMAN OKRA HIJAU

(Abelmoschus esculantus (L.) Moench) Eva Setia Putri Saragih

Universitas Sanata Dharma 2017

Tanaman okra merupakan sayuran dalam bentuk buah.Okra juga dikenal sebagai obat diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan perlakuan jenis tanah terhadap produksi tanaman okra serta mengetahui jenis tanah yang lebih baik untuk produksi tanaman okra hijau.

Penelitian dilaksanakan di kebun penelitian Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang berlangsung sejak Maret hingga Mei 2017. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 kali ulangan. Media yang digunakan antara lain tanah mediteran, aluvial, regosol dan kontrol. Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah buah dan berat basah buah. Data yang diperoleh dianalisa dengan ANOVA taraf signifikasi 0.05 dilanjutkan uji Duncan taraf signifikasi 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis media tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan jumlah buah, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah daun dan berat basah buah. Tanah aluvial baik dalam meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah buah okra


(11)

x ABSTRACT

INFLUENCE OF DIF FERENCE TYPES OF SOIL AS PLANT MEDIUM TOWARDS THE PRODUCTION CULTIVATION OF GREEN OKRA

(Abelmoschus esculantus (L.) Moench)

Eva Setia Putri Saragih Sanata Dharma University

2017

Okra is a fruit vegetable. It is also known as diabetic medicine. The aims of this research were to know the influence of different soil type treatment toward Okra production as well as knowing a better soil for Okra production.

The research was conducted in Biology Education Departement of Sanata Dharma University research garden from March to May 2017. This research used Completely Random Design with 4 treatments and 5 repetitions. Soil media which were used were mediterranean soil, alluvial soil, regosol soil and control. Measurement parameter was including plant high, number of leaves, number of fruit and fresh weight of fruit. Collected data were analyzed using ANOVA with significant level 0,05 followed by Duncan test with significant level 0.05.

The result showed that different soil media affectively influence toward the growth of plant hight and number of fruits, but did not affectively influence toward the growth of leaves and fresh weight of fruit. Alluvial soil was good to improve plant hight and number of fruits.


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA...vi

KATA PENGANTAR...vii

ABSTRAK...ix

ABSTRACT...x

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6

A. Tanaman Okra...6

1. Sejarah dan Klasifikasi...6

2. Morfologi...7

3. Syarat Tumbuh...9

4. Penanaman...9

5. Pemeliharaan Tanaman...9

6. Panen...11

B. Varietas Lucky Five...12

C. Jenis Tanah...12

1. Tanah Aluvial...12


(13)

xii

3. Tanah Mediteran...15

D. Hasil Penelitian yang Relevan...17

E. Kerangka Berfikir...18

F. Hipotesa ...19

BAB III METODE PENELITIAN...20

A. Jenis Penelitian...20

B. Batasan Penelitian...20

C. Tempat dan Waktu...21

D. Desain Penelitian...21

E. Prosedur Percobaan...21

F. Analisi Data...24

G. Instrumen Penelitian...25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...26

A. Hasil Penelitian...26

B. Pembahasan...36

C. Keterbatasan Dalam Penelitian...45

BAB V Implementasi Terhadap Pembelajaran ...47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...50

A. Kesimpulan...50

B. Saran...50

DAFTAR PUSTAKA...51


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Gambar tanaman okra hijau...7

Gambar 2.2. Varietas okra yang ada di Indonesia...13

Gambar 2.3. Peta pembagian jenis tanah Gunung Kidul...16

Gambar 2.4. Bagan kerangka berpikir...19

Gambar 4.1. Grafik pertambahan tinggi tanaman okra tiap minggu...26

Gambar 4.2.Grafik rata-rata pertambahan tinggi tanaman okra pada keempat media tanam...28

Gambar 4.3. Tabel hasil uji Duncan tinggi batang...29

Gambar 4.4. Grafik pertumbuhan jumlah daun okra hijau tiap minggu...30

Gambar 4.5 Grafik rerata pertambahan jumlah daun selama tujuh minggu...31

Gambar 4.6 Grafik rerata jumlah buah okra hijau tiap panen pada keempat jenis tanah...32

Gambar 4.7 Grafik rerata jumlah buah pada tiap perlakuan...33

Gambar 4.8. Tabel hasil uji Duncan jumlah buah okra...34

Gambar 4.9 Grafik rerata berat basah buah okra hijau pada keempat jenis media tanah...35

Gambar 4.10 Tabel rerata berat basah buah okra hijau pada tiap perlakuan...35

Gambar 4.11 Daun yang terkena putih bersama semut-semut...45

Gambar 4.12 Daun yang mengkerut akibat gangguan kutu putih...45


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus...54

Lampiran 2. RPP...58

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa...67

Lampiran 4. Instrumen dan Pedoman Penilaian...70

Lampiran 5 . Data Pertumbuhan Jumlah Daun...80

Lampiran 6. Data Pertambahan Tinggi Tanaman ...81

Lampiran 7. Data Tinggi Batang Tanaman Okra Hijau...82

Lampiran 8. Data Jumlah Buah Tanaman Hijau...83

Lampiran 9. Data Berat Basah Buah Okra Hijau...84

Lampiran 10. Uji Normalitas Distribusi Data Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Jumlah Buah, dan Berat Basah Buah...85

Lampiran 11. Uji Homogenitas Data Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Jumlah Jumlah Buah, dan Berat Basah Buah...87

Lampiran 12. Uji ANOVA Terhadap Tinggi Batang Tanaman Okra Hijau ...89

Lampiran 13. Uji ANOVA Terhadap Jumlah Daun Tanaman Okra Hijau...90

Lampiran 14. Uji ANOVA Terhadap Jumlah Buah Tanaman Okra Hijau ...91

Lampiran 15. Uji Kruskal Wallis Terhadap Berat Basah Buah Okra Hijau...92


(16)

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam, baik flora maupun fauna. Kekayaan flora yang dimiliki tak luput dari potensi jenis tanah beragam yang dimiliki oleh Indonesia. Banyaknya flora yang dimiliki di Indonesia membuat beberapa di antaranya tidak begitu diperhatikan dan dibudayakan untuk pemanfaatan yang lebih intens.Adapun salah satunya yaitu okra atau biasanya disebut bendi atau jagung belanda di daerah Kalimantan. Aslinya, tanaman ini berasal dari Afrika Barat.

Okra merupakan tanaman sayuran yang berbentuk buah. Buah okra hijau berwarna hijau dan bentuknya panjang. Okra merupakan tanaman kapas-kapasan yang dikenal dengan julukan Lady’s finger karena bentuk buahnya yang panjang dan ujungnya meruncing seperti jari lentik seorang wanita. Buah okra itu berlendir dan memiliki 5- 7 ruang sebagai tempat biji.

Tanaman okra di Indonesia ditanam sejak tahun 1877 terutama di Kalimantan Barat (Santoso, 2016). Namun,tanaman ini lebih sering dibudidayakan oleh petani Tionghoa sebagai sayuran untuk kebutuhan keluarga sehari-hari dan hanya banyak ditemukan di pasar swalayan, rumah makan, restoran dan hotel. Okra dapat juga menjadi komoditas non migas yang potensial, sehingga tanaman inimempunyai peluang bisnis yangmendatangkan keuntungan yangbesar bagi petani.


(18)

Buah okra hijau ini banyak mengandung lendir sehingga baik dijadikan sup. Buah okra muda mengandung kadar air 85,70 % ; protein 8,30 % ; lemak 2,05 % ; karbohidrat 1,4 % dan 38,9 % kalori per 100 g ( Nadira, 2009).

Diabetes merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat zaman ini. Penderita diabetes yang meningkat ini disebabkan oleh pola makan makanan manis yang berlebihan. Semakin meningkatnya diabetes maka obat yang tersedia juga banyak, hanya saja obat yang paling baik untuk tubuh adalah obat herbal karena tidak memiliki efek samping bagi tubuh penderita. Akhir-akhir ini okra diketahui dapat menjadi obat diabetes. Hal ini diketahui dalam sebuah studi terhadap tanaman okra pada hewan yang diterbitkan oleh sebuah Journal of Pharmacy & BioAllied. Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari India dengan menggunakan tikus yang telah diinduksi diabetes. Penelitian ini menemukan bahwa biji dan kulit dari okra memiliki sifat anti-diabetes yang menyebabkan tikus tetap stabil tingkat glukosa darahnya (Anonim, 2016).

Okra hijau yang merupakan obat herbal diabetes ini dibutuhkan banyak oleh penderita diabetes, hanya saja harganya cukup mahal . Okra sendiri memiliki potensi sebagai tanaman budidaya. Tanah di Indonesia begitu banyak jenisnya, beberapa diantaranya ialah organosol, aluvial, andosol, regosol, podzol dan mediteran yang dapat dijadikan lahan pertanian atau pembudidayaan. Okra dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0- 800 meter di atas permukaan laut dan tidak memerlukan jenis tanah yang khusus, namun faktor tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas okra.


(19)

Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata,baik gunung ataupun pantai. Letak wilayah pantai pesisir Daerah Istimewa Yogyakarta berada di sebelah selatan yang tercakup dalam wilayah Kabupaten Bantul, Kulonprogo dan Gunung Kidul. Reki (dalam Riyantoro, 2005) mengatakan bahwa bentangan pantai selatan ini panjangnya lebih dari 70 km yang berpotensial sebagai objek wisata. Tetapi, lahan pantai yang luas tersebut masih merupakan lahan tidur dan belum banyak diberdayakan.

Yogyakarta sebagai kota wisata inipun memiliki beragam jenis tanah, seperti pada Gunung Kidul dengan tanah kapurnya, Bantul dengan tanah regosol (bukit pasirnya), dan tanah aluvial yang berada dekat wilayah letusan gunung Merapi, misalnya tanah di Desa Paingan. Ketika penulis melakukan perjalanan ke daerah wisata Gunung Kidul dan Bantul,penulis melihat tanaman yang ditanam lebih banyak jati,jagung dan singkong di daerah Gunung Kidul sedangkan di pantai Samas,Bantul lahan hanya ditanami tanaman cemara udang. Pada kedua wilayah ini masih banyak ditemukan juga lahan yang belum dimanfaatkan. Sementara pada tanah aluvial Desa Paingan belum banyak warga yang menanam okra.

Terkenalnya okra akhir-akhir ini dengan khasiatnya dan berbagai jenis tanah yang belum dimanfaatkan di kota wisata Yogyakarta membuat peneliti ingin melakukan penelitian untuk melihat pengaruh jenis tanah regosol,mediteran, dan aluvial sebagai media tanam terhadap produksi budidaya tanaman okra.


(20)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas ialah :

1. Apakah ada pengaruh perbedaan jenis tanah Aluvial, Regosol dan Mediteran sebagai media tanam terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan produksi (jumlah buah dan berat basah buah) tanaman Okra Hijau (Abelmoschus esculentus) ?

2. Jenis tanah manakah dari ketiga tanah yang memberikan pengaruh baik untuk tanaman Okra Hijau?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan ketiga jenis tanah Aluvial, Regosol, dan Mediteran sebagai media tanam terhadap pertumbuhan tinggi tanaman,jumlah daun dan produksi tanaman Okra Hijau.

2. Menemukan jenis tanah yang memberikan pengaruh baik untuk tanaman Okra Hijau.

D. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan baru di bidang pertanian dan budidaya tanaman okra. b. Bagi masyarakat

Menambah pengetahuan untuk pemanfaatan lahan aluvial, regosol atau mediteran untuk pembudidayaan okra serta menjadi sarana perbaikan ekonomi, menyadarkan masyarakat untuk memanfatkan flora Indonesia, dan okra mudah dijumpai pada pasar tradisional.


(21)

c. Bagi dunia pendidikan

Memberikan kontribusi pengetahuan ilmiah di bidang biologi dan pertanian.


(22)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Okra

1. Sejarah dan Klasifikasi

Tanaman okra berasal dari benua Afrika kemudian dibawa ke Amerika sekitar tiga abab lalu. Pada perkembangannya, tanaman okra tersebar ke berbagai daerah tropik dan subtropik seperti India,Afrika Barat, dan Brazil, yang pada akhirnya lebih populer di negara-negara benua Amerika,Eropa dan Australia.

Saat ini okra telah banyak terkenal di sejumlah negara Asia, tak terkecuali Asia Tenggara. Adapun negara bagiannya ialah Filipina, Malaysia, Thailand,Vietnam dan Indonesia. Tanaman okra sebenarnya telah lama dibudidayakan di Indonesia oleh petani Tionghoa. Namun, tanaman yang ditanam sejak 1877 di Kalimantan Barat ini belum begitu populer.

Tetapi sekarang okra sudah mulai diketahui sebab khasiatnya yang dapat menurunkan kadar gula darah. Daerah yang mengembangkan tanaman okra di antaranya adalah Ngampel,Kendal,Boja, Jember dan Banten.Produksi okra Jember telah menembus pasar ekspor ke Jepang (Rukmana dan Yudirachman, 2016).

Adapun Klasifikasi Tanaman Okra ialah: Divisi : Magnoliophyta


(23)

Bangsa : Malvales

Anak Kelas : Malvaceae (suku kapas-kapasan)

Genus : Abelmoschus

Species : Abelmoschus esculentus (L.) Moench ( Departement of Bio technology Ministry of Science and Technology Government of India,

2012:2)

2. Morfologi

Tanaman okra termasuk tanaman anak kelas Malvaceae (kapas-kapasan). Tanaman ini memiliki batang berwarna hijau kemerahan dengan tinggi batang tanaman subur mencapai 1,5 – 2 m. Daun okra berbentuk lima jari, tulang daun berbentuk menyirip dan tangkai daun sepanjang 10-25 cm. Bunga okra berbentuk terompet berwarna kekuningan dan merah tua pada bawahnya. Okra termasuk tanaman hermaprodit, yaitu pada setiap bunga terdapat putik dan benang sari (Santoso, 2016).

Gambar 2.1 : Tanaman Okra Hijau Sumber: Koleksi Pribadi


(24)

Buah okra berbentuk silindris panjang seperti kapsul,berongga, berujung runcing, berparuh dan bergerigi (Rukmana dan Yudirachman, 2016).

Buah okra memiliki warna beragam tergantung pada jenisnya, yaitu hijau tua atau hijau muda,ungu dan kemerah-merahan. Jenis okra yang berbatang besar,buahnya lebih panjang dan agak melengkung,warnanya sedikit pucat dan rasanya sedikit alot. Sedangkan jenis okra yang berbatang pendek, warna buahnya lebih hijau,pendek dan rasanya lebih renyah. Buah okra memiliki 5-7 ruang sebagai tempat biji dan tersusun membujur. Buah okra yang masih muda banyak mengandung lendir. (Rachman dan Sudarto, 1991).

Pada 100 gr buah okra muda mengandung 90 gr air, 2 gr protein, 7 gr karbohidrat ,1 gr serat, 70-90 mg kalsium dengan total energi 145 kJ. Selain itu, buah okra juga mengandung glutation ( semacam komponen antioksidan) yang bermanfaat untuk menjaga sel-sel agar tetap prima dan menangkal radikal bebas penyebab kanker ( Santoso, 2016).

Adapun khasiat-khasiat tanaman okra ialah membantu menstabilkan kadar gula darah pada penderita diabetes, membantu tubuh untuk mengembangkan sistem kekebalan terhadap infeksi dan melindungi tubuh dari radikal bebas yang berbahaya. Selain itu, okra juga bermanfaat bagi wanita hamil sebab okra dapat membantu menurunkan resiko cacat pada tabung syaraf janin dalam kandungan ( Rukmana dan Yudirachman, 2016).


(25)

3. Syarat Tumbuh

Tanaman okra dapat tumbuh pada ketinggian 1-800 mdpl. Tanaman okra dapat ditanam pada musim kemarau. Pada musim hujan okra dapat pula ditanam, tetapi perlu dibuatkan parit atau drainase, karena tanaman ini tidak tahan genangan air ( Kadir dan Yudo, 1991 dalam Nadira dkk, 2009). Tanaman okra tumbuh dalam keasaman (pH) tanah 6-7,apabila tingkat keasaman rendah perlu dilakukan pengapuran. Misalnya dengan dolomit 20 kg per 100 m2 atau sekitar 2 ton/hektar (Rukmana dan Yudirachman, 2016).

4. Penanaman

Benih okra dapat ditanam langsung maupun disemai dahulu.Benih yang ditanam ialah benih yang sudah tua dan diseleksi dengan cara perendaman. Perendaman dilakukan menggunakan air hangat selama 4-6 jam. Benih disebar dan ditutup tanah tipi-tipis. Bibit siap dipindah ke lahan tanam setelah berumur 14 hari dengan jarak tanam yang dianjurkan 90-125 cm x 28-62 cm (Kirana dkk, 2015).

5. Pemeliharaan Tanaman

Pada minggu pertama, okra diberikan penyiraman sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Hal ini dilakukan karena tanah harus basah dan lembab saat awal pertumbuhan. Selanjutnya, penyiraman dilakukan 1-2 hari sekali tergantung kondisi tanah.Tanah lebih baik tetap bersih dari gulma.


(26)

Penyakit penting yang menyerang tanaman okra antara lain antraknosa, bercak daun, dan busuk buah. Penyakit antraknosa disebabkan oleh jamur

Colletotrichum gloeosporiodes Penz. Gejala penyakit ini ditandai dengan bercak-bercak tidak teratur pada daun dengan ukuran kurang dari 5 mm. Pusat bercak sering pecah, sehingga menyebabkan bercak berlubang. Daun yang sakit akan mengering dan gugur. Serangan pada tangkai daun dapat menyebabkan daun layu dan rontok. Batang muda yang terinfeksi memiliki bercak-bercak berwarna kelabu, yang berkembang menggelangi batang sehingga menyebabkan matinya bagian yang terserang. Bunga yang terinfeksi berbintik-bintik kecil dan berwarna hitam,terutama bila keadaan cuaca lembab.Serangan berat dapat menyebabkan rontoknya sebagian atau seluruh kuncup bunga. Buah juga terinfeksi, terlihat gejala khas bercak-bercak hitam pada bagian kulit,yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu, sehingga daging buah membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang, rotasi tanaman,pengaturan jarak tanam agar lingkungan tidak terlalu lembab, sanitasi dan drainase yang benar. Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur Cercospora sp. Gejala awal pada daun berupa bercak klorosis berwarna kekuningan. Bercak ini kemudian berkembang dan tengahnya mengalami nekrosis, sehingga berwarna coklat dan dibatasi oleh halo berwarna kuning.Bercak nekrotik ini bentuknya tidak teratur,berdiameter 1-2 cm, pusatnya berwarna kelabu, tepinya berwarna cokelat tua, dan pada umumnya berada di antara dua tulang


(27)

daun utama.Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan sanitasi lingkungan, drainase yang baik, dan pergiliran tanaman.

Penyakit busuk buah disebabkan oleh jamur Phytophthora sp . Gejala serangan penyakit ini mula-mula buah berbercak-bercak kebasah-basahan, lalu warnanya berubah menjadi cokelat, cokelat tua dan hitam.Setelah 5 hari, pada bercak ini tampak jamur putih yang terdiri atas miselium dan sporangium.Penyakit busuk buah ini juga dapat terjadi pada buah yang letaknya tinggi. Hal ini diduga jamur yang dibawa oleh serangga Cara pengendalian penyakit ini antara lain dengan perbaikan drainase tanah agar tidak terlalu basah (lembab), memangkas daun-daun yang tidak produktif untuk mengurangi kelembapan kebun, menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang sewaktu pemeliharaan tanaman, dan eradikasi atau pemusnahan total tanaman yang terserang berat (Rukmana dan Yudirachman, 2016).

6. Panen

Okra dapat dipanen ketika berumur kurang lebih dua bulan setelah tanam atau 10 hari setelah bunganya muncul. Saat panen yang baik adalah pagi atau sore hari dengan interval 2 hari sekali. Panen dapat berlangsung sampai dua bulan, bahkan ada varietas yang masa panennya mencapai 3-4 bulan. Buah yang dipanen ialah buah berukuran sekitar 5-10 cm. Buah yang sudah terlalu tua atau terlalu besar tidak baik untuk dikonsumsi, tetapi baik untuk benih (Anonim, 2015).


(28)

Buah yang dipanen tidak hanya dilihat dari ukurannya, tetapi juga warna Buah okra yang siap dipanen berwarna hijau tua,lengkungan pada buah terlihat sempurna,tidak cacat dan tidak terlalu tua (Rukmana danYudirachman, 2016).

B. Varietas Lucky Five

Varietas unggul okra banyak diproduksi oleh perusahaan benih di dunia. Misalnya, Known You Seed Taiwan yang mengenalkan benih okra varietas Lucky Five,South Sea, dan Pure Luck. Sakata Seed Jepang mengenal kan okra varietas hibrida Green Best dan nonhibrida Penta Green. Takii Seed Jepang mengenalkan varietas hibrida Green Star,Sun Star, non hibrida Better Five, Clemson Spineless,Artist (okra merah). Setiap varietas okra memiliki keunggulan masing-masing ( Rukmana dan Yudirachman, 2016).

Perusahaan benih Known You Seed tidak hanya memiliki varietas okra yang disebut di atas, tetapi juga memiliki varietas Chant, Greennie, Ever Lucky,Peterpan, Greeny Splendor, dan Carmine Splendor.

Varietas yang digunakan oleh peneliti ialah varietas Lucky Five Karakteristik varietas ini ialah tanaman agak pendek,pertumbuhan yang kuat, percabangan baik,berbuah banyak, polong berwarna hijau,bentuknya segi lima, buah halus, panjang dan tanpa bulu. Varietas ini tahan panas dan buahnya dapat mencapai 100 buah/tanaman (Rukmana dan Yudirachman, 2016).


(29)

Gambar 2.2 : Varietas okra yang ada di Indonesia ( Katalog No. 19 Known You Seed)

C.Jenis Tanah

1. Tanah Aluvial (Tanah Paingan)

Tanah ini berasal dari endapan baru, berlapis-lapis (bukan hasil perkembangan tanah), bahan organik yang terdapat jumlahnya berubah- ubah dan tidak teratur dengan kedalamannya. Lapisan yang dimaksud ialah bukan horison karena terbentuk secara pedogenesis, tetapi bahan atau material yang diendapkan berbeda dari waktu ke waktu dan lama pengendapan juga berbeda sehingga terbentuk lapisan yang berbeda.

Sifat tanah aluvial dipengaruhi oleh sumber bahan asalnya sehingga kesuburannya ditentukan oleh bahan asalnya. Contohnya tanah yang berasal dari endapan sungai Bengawan Solo yang bersumber dari Pegunungan Seribu umumnya kekurangan unsur hara fosfor (P) dan kalium (K) tetapi banyak kandungan kapurnya (Ca). Endapan yang berasal dari Sungai Opak, Progo dan Gelagah yang tanahnya berasal dari Gunung Merapi yang masih muda akan


(30)

menjadi tanah yang subur ( Supriyo dkk, 2009). Tanah Paingan berasal dari Gunung Merapi.

Tanah aluvial sepanjang aliran besar merupakan campuran dari material yang banyak mengandung unsur hara bagi tanaman, sehingga dianggap sebagai tanah yang subur tetapi permasalahannya ialah pengawasan tata air (perlindungan terhadap banjir), drainase dan irigasi. Tanah aluvial di Indonesia pada umumnya memberi hasil padi (misalnya Krawang, Indramayu,Delta Brantas), tebu (Surabaya) dan palawija yang cukup baik (Petra, 2014).

2. Tanah Regosol

Tanah ini banyak terdapat di sepanjang pantai di banyak pulau Indonesia. Di Pantai Selatan Jawa misalnya di Parang Tritis dan Samas Bantul, Kulon Progo,Purworejo.Kebumen dan Cilacap. ( Supriyo dkk, 2009). Tanah regosol merupakan tanah atau gumuk yang terbentuk dari pasir pantai hasil erosi (debu vulkanik) dan terbawa oleh sungai, kemudian terbawa oleh kekuatan angin laut yang bersifat deflasi atau akumulasi. Pasir yang ringan akan terbawa oleh gaya ombak laut dan terlempar lebih jauh dari bibir pantai, sedangkan pasir yang berat ( partikel lebih besar dan biasanya berwarna hitam) teronggok dekat bibir pantai yang landai.

Pasir yang kering dan ringan tertiup angin ke arah daratan dan diendapkan di daerah yang ada vegetasi sebagai penumpu sehingga terbentuk daerah bukit pasir. Menurut Supriyo,jika daratan pantai meluas, bukit pantai yang semula dipengaruhi angin laut menjadi tidak dipengaruhi dan tidak menjadi asin ( Supriyo dkk, 2009).


(31)

Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik ( Taufik,2014).

Adapun kendala gumuk pasir ditanami ialah: a. Kemampuan menyimpan air sangat rendah b. Unsur hara yang tersedia sangat rendah c. Kandungan garam sangat tinggi

d. Kecepatan angin sangat kuat, maka evapotranspirasi sangat besar sehingga mempercepat kekeringan.

Untuk mengatasi kendala di atas antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau) karena pupuk yang berasal dari bahan organik dapat menyimpan air dalam jumlah yang banyak (Supriyo dkk, 2009).

3. Tanah Mediteran

Dalam USDA, tanah mediteran merupakan tanah ordo alfisol. Alfisol berkembang pada iklim lembab dan sedikit lembab. Tanah ini dicirikan oleh penimbunan lempung (clay) di horison bawah (horison B). Lempung yang tertimbun tersebut berasal dari horison di atasnya karena adanya gerakan air dari atas ke bawah (vertikal). Tekstur lempung berat sehingga kalau kering gumpal sangat keras, kalau basah sangat lekat.

Tanah ini terdapat pada topografi berbukit-bergunung, sehingga jika hujan airnya cepat mengalir ke bawah, tidak menggenang, memberi kondisi


(32)

aerob, sering terbentuk konkresi-konkresi kapur (putih) dan besi (warna karat), umumnya mempunyai solum yang dalam, reaksi tanahnya asam lemah-netral/ sedikit alkalis, kejenuhan basanya >35 % (Supriyo, 2009).

Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur

(limestone). Larutan-larutan besi (Fe) dari sumber batu kapur dan atau/dolomit menyusup ke dalam retakan dan lubang-lubang, CO2 bereaksi

dengan H2O menghasilkan asam karbonat menyebabkan pelindian Ca dan

atau Mg dan menyisakan Fe (teroksidasi) yang berwarna merah dan Si yang mengendap ( Haryono dan Cahyono, 2009). Warna tanah ini berkisar antara merah sampai kecoklatan. Tanah ini terdapat di daerah perbukitan kapur Sumatra Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Di Yogyakarta tanah ini terdapat di daerah Gunung Kidul.


(33)

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Tujuan Hasil Penelitian

Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Okra Terhadap Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada Tanah Aluvial oleh Hasibuan dkk (2014)

Mengetahui dosis kompos tandan kosong kelapa sawit yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil okra pada tanah Aluvial di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kompos tandan kosong kelapa sawit pada dosis yang berbeda pada tanah aluvial tidak signifikan mempengaruhi variabel yang diamati (tinggi tanaman,klorofil daun,luas daun, volume akar,berat kering

tanaman,umur berbunga, berat buah segar pertanaman.

Akselerasi Pertumbuhan Cendana (Santalum album) Dengan Aplikasi Unsur Hara Makro Esensial Pada Tiga Jenis Tanah oleh Faridah dkk, (2012). 1) Mengetahui pengaruh jenis media tanah Grumosol ( Vertisol), Mediteran (Alfisol), dan Regosol (Entisol) terhadap pertumbuhan semai cendana.

2) Pengaruh jenis dan dosis pupuk (biosulfo,biofosfo, dan NPK) terhadap petumbuhan semai cendana.

3) Pengaruh jenis media tanah, jenis serta dosis pupuk terhadap

ketersediaan hara pada tanah dan jaringan daun tanaman.

Penelitian ini dilakukan di Lab. Silvikultur Intensif, Klebengan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah Mediteran secara positif mempengaruhi semua parameter pertumbuhan (pertumbuhan tinggi, dan diameter panjang akar) diikuti oleh Regosol dan Grumosol, sementara aplikasi jenis dan dosis pupuk yang berbeda tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter

tumbuhan.

Tanah Mediteran memiliki kandungan N dan K paling tinggi dibandingkan jenis tanah Regosol dan Grumosol,sementara tanah Regosol memiliki kandungan P- tersedia yang tertinggi diikuti dengan Mediteran dan

Grumosol.Interakasi antara tanah Grumosol dengan pupuk biofosfo dan biosulfo menghasilkan kadar P-tersedia tanah yang

terendah.Untuk kurun waktu 3 bulan,pemberian pupuk

biofosfo,biosulfo dan NPK pada dosis yang berbeda meningkatkan


(34)

Penelitian Tujuan Hasil Penelitian Fakultas Kehutanan

UGM.

kadar P,S,dan N jaringan daun tanpa tren perubahan yang jelas.

E.Kerangka Berfikir

Penderita diabetes saat ini semakin meningkat yang disebabkan pola makan makanan manis yang berlebihan. Semakin meningkatnya diabetes maka obat yang tersedia juga banyak, hanya saja obat yang paling baik untuk tubuh adalah obat herbal karena tidak memiliki efek samping bagi tubuh penderita. Salah satu obat herbal untuk diabetes adalah okra. Tidak hanya untuk penyakit diabetes, okra juga baik untuk mengembangkan sistem kekebalan terhadap infeksi dan melindungi tubuh dari radikal bebas yang berbahaya ( Rukmana dan Yudirachman, 2016 ).

Okra merupakan sayuran dalam bentuk buah. Okra yang merupakan obat herbal diabetes ini dibutuhkan banyak hanya saja harganya cukup mahal. Okra sendiri memiliki potensi sebagai tanaman budidaya. Lahan di Yogyakarta memiliki banyak jenis tanah, contohnya tanah aluvial Paingan, tanah regosol Pantai Samas, dan tanah mediteran Gunung Kidul. Untuk menguji potensi tersebut maka perlu dilakukan eksperimen pengaruh perbedaan jenis tanah sebagai media tanam terhadap produksi budidaya tanaman okra hijau.


(35)

Berikut ini adalah bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini:

Gambar 2.4. Bagan kerangka berpikir E. Hipotesis

1. Ada pengaruh perbedaan tanah aluvial,regosol,dan mediteran sebagai media tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Okra Hijau. 2. Pertumbuhan okra paling baik pada tanah aluvial karena tanah aluvial

memili unsur hara atau mineral yang banyak karena berasal dari Gunung Merapi.

Budidaya tanaman okra varietas Lucky Five

Jenis Tanah di DIY

Keadaan Tanah Tanah Aluvial, tanah

Mediteran, tanah Regosol

Uji pengaruh jenis tanah terhadap produksi budidaya tanaman okra varietas Lucky

Five

T

Jenis tanah yang cocok untuk budidaya okra varietas Lucky


(36)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan tiga variabel yaitu variabel bebas,variabel terikat, dan variabel terkendali (kontrol). 1. Variabel bebas adalah:

a. Tanah aluvial dari tanah Paingan b. Tanah regosol dari Pantai Samas c. Tanah mediteran dari Gunung Kidul 2. Variabel terikat adalah :

a. Tinggi batang b. Jumlah daun c. Jumlah buah d. Berat basah buah

3. Variabel terkendali (kontrol) adalah :

Air,suhu, udara, kelembaban tanah, pupuk kompos, umur bibit, pemeliharaan, penyiraman, hama, dan penyakit.

B. Batasan Penelitian

Penelitian tentang pengaruh perbedaan jenis tanah sebagai media tanam terhadap produksi budidaya tanaman okra hijau memiliki beberapa batasan, yaitu:

1. Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah okra hijau (


(37)

2. Jenis tanah yang digunakan ialah tanah aluvial dari Desa Paingan, tanah regosol dari Pantai Samas Bantul , tanah mediteran dari daerah Panggang, Gunung Kidul dan tanah kontrol positif campuran dari ketiga tanah sebagai pembanding.

3. Parameter yang diukur ialah pertumbuhan tanaman dengan mengukur tinggi batang dan jumlah daun tanaman, serta produksi tanaman dengan menghitung jumlah buah dan berat basah buah okra hijau.

C. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kebun penelitian Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang terletak sebelah selatan Kampus III Universitas Sanata Dharma, desa Paingan, Maguwoharjo, Depok , Sleman,Yogyakarta.Penelitian ini akan dilakukan kurang lebih 2-3 bulan.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian RAL ( Rancangan Acak Lengkap) dengan perlakuan tanah dari tiga jenis tanah : tanah aluvial paingan, tanah regosol pantai Samas dan tanah mediteran Gunung kidul serta kontrol positif sebagai pembanding yang terdiri dari campuran ketiga jenis tanah dan pupuk kompos dengan perbandingan 2/3 ember : 2/3 ember : 2/3 ember : 1 ember. Jenis tanah ini sebagai media yang mempengaruhi tinggi batang, jumlah daun,jumlah buah dan berat basah buah.

E. Prosedur Percobaan 1. Penyiapan Lahan


(38)

b. Lahan yang telah bersih disusun bambu sebagai alas agar akar tanaman tidak menembus tanah.

c. Menyiapkan polybag untuk media tanam dengan ukuran 40x40 cm. 2. Penyiapan Media Tanah

a. Menyiapkan tanah pasir yang berasal dari Pantai Samas, tanah kapur yang berasal dari Gunung Kidul, dan tanah lempung berpasir yang berada di sekitar lahan penelitian, tanah desa Paingan.

b. Masing-masing media tanah diberikan perlakuan yang berbeda:

a) Pasir pantai Samas dicampur dengan pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1 (2 ember pasir pantai dan 1 ember pupuk kompos). b) Tanah mediteran Gunung Kidul dicampur dengan pupuk kompos dan

perbandingan 2 : 1 (2 ember tanah mediteran dan 1 ember pupuk kompos).

c) Tanah paingan dicampur dengan pasir dan pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1 (2 ember tanah paingan dan 1 ember pupuk kompos).

d) Kontrol positif mengunakan campuran tanah Paingan, Gunung Kidul, dan pasir pantai Samas dengan pupuk kompos dalam perbandingan 2/3 : 2/3 : 2/3 : 1 (2/3 ember tanah Gunung Kidul,2/3 ember tanah Paingan, 2/3 ember pasir Pantai Samas dan 1 ember pupuk kompos) e) Setelah semua tercampur rata, tanah tersebut dimasukkan ke dalam


(39)

3. Penanaman

Benih okra disemai dahulu selama dua minggu . Benih yang akan disemai adalah biji okra yang sudah tua dan sudah diseleksi terlebih dahulu dengan cara perendaman. Selain untuk seleksi, perendaman berfungsi juga untuk mempercepat perkecambahan. Lama perendaman sekitar 4-6 jam. Benih yang telah diseleksi dapat segera ditanam.

4. Perawatan dan Pemeliharaan

a. Penyiraman dilakukan tergantung pada ada tidaknya hujan. Apabila tidak ada hujan ,penyiraman dilakukan sekali sehari pada sore hari.

b. Hindari hujan saat awal pertumbuhan terjadi agar tidak merusak tanaman. 5. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan baik pada pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif. Pertumbuhan vegetatif meliputi pengukutan tinggi batang dan jumlah daun. Pengambilan data dilakukan seminggu sekali dengan cara:

- Pengukuran tinggi batang dilakukan dengan cara mengukur batang tanaman dari pangkal batang primer hingga ujung.

- Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung keseluruhan jumlah daun yang ada pada tanaman okra.

Pertumbuhan generatif meliputi perhitungan jumlah buah yang dihasilkan serta berat basah dari hasil panen buah okra.

- Perhitungan jumlah buah okra akan dilakukan ketika buah muda sudah sedikit lebih panjang.


(40)

- Buah dipanen pada hari yang sama,dikumpulkan dan dimasukkan dalam kantong plastik lalu ditimbang menggunakan timbangan digital yang memakai satuan gram.Panen dilakukan sebanyak 5 kali.

F. Analisi Data

Data yang telah diperoleh berdasarkan pengamatan yang dilakukan, merupakan data mentah yang meliputi tinggi batang, jumlah daun,jumlah buah, serta berat basah buah. Analisis data menggunakan uji ANOVA.

ANOVA merupakan salah satu uji komparatif yang digunakan untuk menguji perbedaan mean(rata-rata) pengaruh/perlakuan dari suatu percobaan. Dalam melakukan analisis data dengan menggunakan uji ANOVA diperlukan uji data normalitas dan homogenitas (Siregar, 2015).

Uji normalitas bertujuan untuk memperlihatkan data penelitian yang digunakan memiliki distribusi yang normal atau tidak. Normalitas dipenuhi jika hasil uji signifikan (α = 0,05). Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas adalah jika nilai signifikan lebih besar dari α, maka data tersebut berdistribusi normal.Apabila nilai signifikan lebih kecil dari α, maka data tersebut tidak berdistribusi normal (Irianto, 2004). Setelah dilakukan uji normalitas maka dilanjutkan dengan uji homogenitas.

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak. Dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah jika nilai signifikan lebih kecil dari α, maka dapat dikatakan bahwa varian dari lebih atau dua kelompok populasi data adalah tidak sama. Sedangkan apabila nilai


(41)

signifikansi lebih besar dari α, maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama (Irianto, 2004).

Jika data normal dan homogenitas maka dilanjutkan dengan uji ANOVA, jika value p < 0,05 maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Apabila uji homogenitas tidak signifikan maka uji statistik yang dilanjutkan ialah uji Kruskal-Wallis. Analisis data ini dilakukan menggunakan program SPSS versi 20.0.

G. Instrumen Penelitian 1. Alat

Polybag, cangkul, ember, penggaris,meteran, skop,bambu,pH meter tanah, gelas ukur,

2. Bahan


(42)

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Pertambahan Tinggi Batang Okra Hijau

Cara termudah untuk mengetahui adanya pertumbuhan pada tanaman ialah dengan mengamati perubahan tinggi batang yang terjadi. Pengukuran tinggi batang dilakukan saat tanaman berumur dua minggu hingga tujuh minggu. Pengukuran tinggi batang okra dimulai dari pangkal batang hingga pucuk tertinggi batang. Pertambahan tinggi batang diperoleh dari selisih tinggi batang akhir dikurangi tinggi batang awal. Di bawah ini disajikan grafik pertambahan tinggi batang okra hijau per minggu pada keempat jenis media tanam.

Gambar 4.1. Grafik pertambahan tinggi batang okra hijau tiap minggu pada keempat jenis media tanam.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 P e rt a m b a h a n T in g g i T a n a m a n ( cm )

Pertambahan Tinggi Batang Okra

Hijau Tiap Minggu

Kontrol

Mediteran

Aluvial


(43)

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa pada minggu kedua terjadi pertambahan jumlah yang cukup tinggi. Kemudian pada minggu ketiga hingga kelima terjadi kenaikan yang tidak jauh berbeda pada keempat jenis tanah, tetapi pada minggu kedua tanah aluvial mengalami sedikit penurunan pertambahan tinggi batang, yaitu 6,4 cm tetapi pada minggu kelima, tinggi batang pada media tanah aluvial mengalami puncak pertumbuhan dengan pertambahan tinggi 18,8 cm yang kemudian mengalami penurunan tinggi batang pada minggu ketujuh.

Pada minggu keenam, tanaman dengan media tanah regosol mengalami puncak pertumbuhan juga dengan pertambahan tinggi 15,2 cm, sedangkan pada tanaman dengan media tanam mediteran mengalami puncak pertumbuhan tinggi pada minggu ketiga dan kelima dengan pertambahan tinggi 11,6 cm dan tanaman dengan media tanam kontrol mengalami puncak pertumbuhan tinggi dengan pertambahan 16,6 cm. Tabel pertambahan tinggi batang okra hijau secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.

Pengamatan dan pertambahan tinggi batang tanaman okra hijau dilakukan setiap satu minggu sekali samapai tanaman berumur tujuh minggu. Berikut adalah rata-rata hasil pengamatan tinggi batang pada tiap media tanam:


(44)

Gambar 4.2. Rata-rata pertambahan tinggi batang okra hijau pada keempat jenis media tanam.

Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi batang yang tertinggi ialah pada perlakuan dengan media tanah aluvial,yaitu 68 cm. Kemudian diikuti oleh media kontrol, 61,6 cm, media regosol 60 cm, dan pertambahan tinggi batang terendah ialah pada media tanah mediteran,yaitu 55 cm.

Berdasarkan uji ANOVA yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai signifikansi 0,03 < 0,05 maka HO ditolak dan HI diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada pertambahan tinggi batang tanaman terhadap setiap perlakuan yang diberikan. Hasil uji ANOVA selanjutnya diteruskan dengan uji Duncan karena adanya perbedaan yang signifikan pertambahan tinggi tanaman pada setiap perlakuan. Setelah dilakukan uji Duncan, hasil yang diperoleh

0 20 40 60 80

Kontrol Mediteran Aluvial Regosol

ti

n

g

g

i

ta

n

a

m

a

n

(

c

m

)

Rata-Rata Pertambahan Tinggi

Batang Okra Hijau


(45)

ialah pada perlakuan tanah regosol dan kontrol tidak berbeda secara nyata. Sedangkan pada perlakuan tanah mediteran dan aluvial berbeda nyata.

tinggibatang

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 MED 5 55,0000

REG 5 60,0000 60,0000 K 5 61,6000 61,6000 ALU 5 68,0000 Sig. ,130 ,071 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Gambar 4.3. Tabel hasil uji Duncan tinggi batang

Nilai yang berada pada kedua tabel 1 dan 2 tidak berbeda nyata sedangkan yang berada pada salah satu tabel berbeda nyata.

2. Pertumbuhan Jumlah Daun

Perhitungan jumlah daun tanaman okra dimulai dari awal perpindahan bibit okra ke dalam polybag. Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka dengan sempurna. Hasil pengamatan jumlah daun dapat dilihat pada grafik di bawah ini:


(46)

Gambar 4. 4. Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman okra hijau tiap minggu pada keempat media tanam.

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa setiap perlakuan pertumbuhan daun meningkat dengan baik, walaupun peningkatan daun tersebut tidak jauh berbeda. Pada minggu ketiga hingga minggu kelima pertumbuhan daun tanaman dengan media aluvial lebih meningkat dibandingkan daun tanaman dengan media tanah lainnya, namun pada minggu berikutnya jumlah daun aluvial hampir sama dengan jumlah daun tanaman media lainnya. Pertumbuhan daun dari tertinggi hingga terendah ialah daun dengan tanaman media mediteran, yaitu 29,6 helai, diikuti oleh tanaman dengan media tanah kontrol 28,8 helai, tanaman dengan media aluvial 27,8 helai dan daun dengan tanaman media tanah regosol sebanyak 27,4 helai.

Setelah dilakukan perhitungan jumlah daun dilakukan perhitungan pertambahan jumlah daun. Pertambahan jumlah daun diperoleh dari selisih

0 5 10 15 20 25 30 35 ju m la h d a u n ( h e la i)

Grafik Pertumbuhan Jumlah Daun

Tiap Minggu

Kontrol

Mediteran

Aluvial


(47)

jumlah daun awal pengambilan data dan jumlah daun data terakhir. Rata-rata pertambahan jumlah daun dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.5 : Grafik rerata pertambahan jumlah daun selama tujuh

minggu pada keempat jenis tanah.

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan jumlah daun pada tiap jenis media tanam berbeda. Pertambahan jumlah daun paling banyak dihasilkan oleh tanaman pada jenis tanah mediteran, yaitu 24,6 diikuti dengan tanaman pada jenis tanah kontrol, yaitu 23,8. Rata-rata pertambahan jumlah daun pada urutan ketiga adalah tanaman pada jenis tanah aluvial, yaitu 22,8 sedangkan pertumbuhan jumlah daun paling sedikit adalah tanaman pada jenis tanah regosol yaitu 22,4.

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai signifikansi = 0,492 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pertambahan jumlah daun pada tiap perlakuan. Setiap

0 5 10 15 20 25

Kontrol Mediteran Aluvial Regosol

ju

m

la

h

d

a

u

n

(

h

e

la

i

)


(48)

perlakuan meningkatkan pertumbuhan daun , namun rata-rata pertambahan jumlah daun antar perlakuan tidak berbeda nyata.

3. Jumlah buah

Okra mulai berbuah ketika tanaman sudah berumur lima minggu. Buah yang diambil berwarna hijau muda dan panjang maksimal 10 cm. Panen dilakukan sebanyak lima kali. Rata-rata jumlah buah pada masing-masing perlakuan ditampilkan pada grafik di bawah ini :

Gambar4,6. Rata-rata jumlah buah okra hijau tiap panen pada keempat

jenis tanah.

Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa tanaman dengan media tanah aluvial menghasilkan jumlah buah paling tinggi pada panen kelima dengan rata-rata jumlah buah 2 kemudian diikuti dengan rata-rata jumlah buah pada tanaman regosol, yaitu 1,4 pada minggu kelima. Rerata jumlah buah pada tanaman dengan media kontrol dan mediteran memiliki rata-rata jumlah buah yang sama untuk produksi puncak buahnya. Rata-Rata jumlah buah pada masing-masing jenis tanah dapat dilihat pada grafik berikut:

0 0,5 1 1,5 2 2,5

Panen 1 Panen 2 Panen 3 Panen 4 Panen 5

ju m la h b u a h ( b u a h )

Rata-Rata Jumlah Buah Setiap

Panen

Kontrol

Mediteran

Aluvial


(49)

Gambar 4.7: Grafik rata-rata jumlah buah okra hijau pada tiap perlakuan

Dari gambar grafik di atas diketahui bahwa rata-rata jumlah buah yang dihasilkan oleh tanaman pada perlakuan media tanah aluvial memiliki rata-rata jumlah buah paling banyak dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu 7, diikuti oleh tanaman yang diberi perlakuan regosol, yaitu dengan rata-rata buah 6,2. Rata-rata jumlah buah yang ketiga ialah 5,4 pada tanaman dengan perlakuan kontrol dan rata-rata jumlah buah paling sedikit ialah pada tanaman dengan perlakuan media tanah mediteran, yaitu 5,2.

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai signifikansi = 0,045 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada jumlah buah terhadap setiap perlakuan yang diberikan. Perlakuan yang memberikan perbedaan secara signifikan terhadap jumlah buah yang

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Kontrol Mediteran Aluvial Regosol

ju m la h b u a h ( b u a h )

Rata-Rata Jumlah Buah Tiap

Perlakuan


(50)

dihasilkan dapat dilihat dari hasil uji Duncan, yaitu tanah kontrol dan mediteran berbeda nyata terhadap tanah aluvial.

jumlahbuah

Duncan

perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 med 5 1,0400 k 5 1,0800

reg 5 1,2400 1,2400

alu 5 1,4400

Sig. ,194 ,172 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Gambar 4.8. Tabel hasil uji Duncan jumlah buah

Nilai yang berada pada kedua tabel 1 dan tabel 2 tidak berbeda nyata sedangkan yang hanya berada pada salah satu tabel berbeda nyata.

4. Berat basah buah

Berat basah buah okra diperoleh dengan cara menimbang buah pada waktu yang sama saat buah dipanen. Hasil rata-rata berat basah buah okra hijau dapat dilihat pada grafik berikut ini :


(51)

Gambar 4.9. Grafik rata-rata berat basah buah okra hijau pada keempat jenis media tanah.

Dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa rata-rata berat basah buah okra hijau yang dihasilkan oleh tanaman yang diberi perlakuan tanah mediteran lebih besar yaitu 16,33 gram pada panen ketlima.Tanaman yang diberi perlakuan tanah kontrol memiliki rata-rata berat basah 14,21gram pada panen kelima, diikuti dengan perlakuan tanah regosol, yaitu 12,48 gram pada panen kedua dan rata-rata berat basah yang paling kecil ialah berat basah buah tanaman pada perlakuan mediteran, yaitu 10,75 gram pada panen kedua. Hasil rata-rata berat basah buah setelah lima kali panen dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar 4.10 : Tabel rata-rata berat basah buah okra hijau pada tiap perlakuan (gram ).

Perlakuan Ulangan Total

Rata-Rata

1 2 3 4 5

Kontrol 66,79 72,07 40,15 56,28 51,13 286,42 57,28 Mediteran 36,17 42,25 50,1 41,94 49,57 220,03 44,06 Aluvial 43,1 39,83 88,25 57,1 48,3 276,58 55,31 Regosol 36,8 61,15 35,14 41,2 73,24 247,53 49,5


(52)

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa rata-rata berat basah buah setelah lima kali panen yang lebih tinggi dihasilkan oleh tanaman dengan media tanah kontrol yaitu 57,28 gram, kemudian diikuti oleh tanaman dengan media tanah aluvial, yaitu 55,31 gram, tanaman dengan media regosol 49,5 gram dan rata-rata berat basah buah yang terendah ialah tanaman dengan media tanah mediteran, yaitu 44,06 gram

Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas yang telah dilakukan, diperoleh bahwa data yang diperoleh normal , yaitu nilai signifikan 0,843 > 0.05 sedangkan nilai signifikan pada homogenitas 0,001 < 0,05 sehingga varian data yang diperoleh tidak homogen. Berdasarkan hal ini maka uji berikutnya dilakukan dengan test Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal- Wallis mengatakan bahwa nilai signifikan 0,741 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap berat basah buah pada setiap perlakuan yang diberikan.

B. Pembahasan 1. Tinggi Batang

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi tiap perlakuan berbeda dan hasil uji ANOVA mengatakan pertambahan tinggi yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini perlakuan perbedaan jenis tanah sebagai media tanam memberi pengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman okra hijau.

Pada mingu kedua pertambahan tinggi tanaman okra mengalami kelonjakan secara bersamaan. Pada minggu ketiga sampai minggu kelima


(53)

pertumbuhan tinggi batang dapat dikatakan stabil. Namun pada minggu keenam dan ketujuh pertumbuhan tanaman mengalami kelonjakan dan penurunan pertambahan tinggi. Pada tanaman dengan media aluvial mengalami puncak pertumbuhan pada minggu keenam, namun pada minggu terakhir mengalami penurunan, hal yang sama terjadi juga pada tanaman dengan media tanah regosol.

Tanaman dengan media tanah mediteran mengalami penurunan pada minggu keenam dan kembali mengalami puncak pertumbuhan yang sama dengan minggu kelima di minggu ketujuh. Pertumbuhan tinggi tanaman okra hijau pada minggu kedua hingga kelima merupakan fase pertumbuhan vegetatif. Hal dapat dilihat dari pertumbuhan tinggi yang meningkat. Pada minggu keenam dan minggu ketujuh merupakan fase pertumbuhan generatif, dimana unsur hara sudah terbagi untuk perkembangan bunga dan buah.

Jenis tanah yang menghasilkan pertambahan tinggi batang tertinggi hingga terendah ialah aluvial, regosol, kontrol, dan mediteran. Sebagai media pertumbuhan tanaman, jenis, sifat, dan kemampuan tanah menentukan keberhasilan dan produktivitas suatu lahan. Menurut Hanafiah ( 2013), tanah sebagai media tumbuh merupakan tempat akar berpenetrasi (sifat fisik) yang selama cadangan nutrisi (hara) masih tersedia di dalam benih, hanya air yang diserap oleh akar-akar muda, kemudian bersamaan dengan berkembangnya perakaran cadangan makanan ini menipis, untuk melengkapi kebutuhannya maka akar-akar ini mulai pula menyerap nutrisi


(54)

baik berupa ion-ion organik seperti N,P,K dan lain-lain, senyawa organik sederhana, serta zat-zat pemacu tumbuh seperti vitamin, hormon, dan asam-asam organik.

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa fungsi pertama tanah ialah sebagai tempat akar berpenetrasi. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi ini tergantung pada tekstur dan struktur jenis tanah tersebut. Tanah aluvial memiliki tekstur debu dan berstruktur lepas, tanah regosol memiliki tekstur pasir dan tanpa struktur, tanah mediteran bertekstur dan berstruktur liat (clay) yang terlihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika basah dan keras jika kering). Perbedaan tekstur dan struktur tanah ini mempengaruhi porositas tanah pada masing-masing jenis tanah.

Tanah yang didominasi pasir memiliki pori-pori makro besar (disebut poreus) sehingga daya pegangnya terhadap air sangat lemah. Kondisi ini menyebabkan air dan udara mudah masuk-keluar tanah, hanya sedikit air yang tertahan. Tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (agak poreus) sehingga luas situs sentuhnya menjadi cukup luas, menghasilkan daya pegang terhadap air yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup mudah masuk- keluar tanah, sebagian air akan tertahan. Tanah yang didominasi liat banyak mempunyai pori-pori mikro (tidak poreus) sehingga luas permukaan sentuhnya menjadi sangat luas sehingga daya pegang terhadap air sangat kuat. Kondisi ini menyebabkan air yang masuk dalam pori-pori terperangkap dan udara sulit masuk (Hanafiah,2013).


(55)

Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa pada media tanam aluvial memiliki porositas agak besar (tidak kecil dan tidak besar) dan bertekstur baik. Tanah yang bertekstur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan menyerap hara dan air. Akar akan lebih panjang dan cepat mencari sumber air sehingga pertumbuhan tinggi tanaman menjadi lebih baik.

Pada tanah regosol dan kontrol positif (sebagai pembanding) memiliki porositas besar sehingga cukup sulit menyimpan air dan mengakibatkan kandungan air dalam tanah sedikit. Sedangkan tanah mediteran memiliki sifat tidak poreus sehingga akar sulit untuk berpenetrasi serta semakin sulit air dan udara bersikulasi (air dan udara sedikit tersedia) tetapi air yang ada tidak mudah hilang dari tanah. Akar yang sulit untuk berpenetrasi memiliki akar yang pendek sehingga batang tanaman yang ditopang oleh akar juga pendek.

2. Jumlah Daun

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa jumlah daun pada tiap perlakuan mengalami peningkatan pertumbuhan daun tetapi tidak memiliki selisih yang jauh. Berdasarkan gambar 4.5 menunjukkan rata-rata jumlah daun tertinggi pada perlakuan menggunakan media tanah mediteran dibandingkan dengan media tanah kontrol, aluvial dan regosol. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan


(56)

dengan menggunakan media tanah mediteran mendukung tanaman untuk meningkatkan jumlah daun.

Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan jenis tanah tidak memberikan pengaruh atau perbedaan yang signifikan terhadap pertambahan jumlah daun. Meski tinggi tanaman bertambah, namun proses pertumbuhan daun berkurang hal ini karena pertumbuhan batang okra yang bercabang mengakibatkan nutrisi tanah terbagi, faktor lainnya juga dipengaruhi kurangnya cahaya yang diterima oleh daun untuk berfotosintesis dan mempengaruhi perkembangan tanaman serta unsur hara yang berkurang. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi cuaca yang sering hujan saat penanaman berlangsung.

Kandungan bahan organik juga mempengaruhi pH tanah. pH tanah akan turun apabila bahan organik mengalami proses dekomposisi karena melepaskan asam. Wijanarko (2012) mengatakan bahwa dalam proses dekomposisi, mikrorganisme bawah tanah memanfaatkan senyawa karbon dalam bahan organik untuk memperoleh energi dengan hasil sampingan CO2. Hal ini menyebabkan selama dekomposisi, kadar C bahan organik

akan berkurang sehingga nisbah C/N semakin rendah. Rata-rata pH tanah keempat perlakuan ialah kontrol dengan pH 5,1 , mediteran 4,7 , aluvial 5,3 , dan regosol 5,5. pH tanah keempat perlakuan yang asam ini diduga menyebabkan kurangnya kandungan bahan organik sehingga pertumbuhan daun tidak signifikan akibat proses dekomposisi.


(57)

3. Jumlah buah

Berdasarkan gambar 4.8 diketahui bahwa tanaman dengan media tanah aluvial menghasilkan produksi buah tertinggi. Hal ini juga selaras dengan grafik gambar 4.8, dimana tanaman dengan media aluvial menunjukkan jumlah buah yang dominan lebih tinggi dari pada tanaman dengan media tanah lainnya. Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan media tanam memberikan perbedaan yang signifikan.

Tanaman dengan media tanah aluvial memiliki tinggi tanaman yang tertinggi dan cabang yang banyak sehingga jumlah buah yang dihasilkan paling banyak. Banyaknya buah yang terbentuk dipengaruhi oleh kandungan unsur P (fosfor) dan K (kalium). Unsur P membantu pembentukan bunga dan buah, unsur K membantu dalam perkembangan jaringan penguat pada tangkai buah sehingga mengurangi gugurnya buah (Lingga dalam Samanhudi, 2006). Kushendarto (dalam Bariyyah, 2015) juga mengatakan bahwa kecukupan unsur hara fosfor dalam bentuk cadangan makanan pada batang akan membantu merangsang pembentukan buah.

Tanaman dengan media aluvial memiliki cabang batang yang lebih banyak dibandingkan jenis tanah yang lain sehingga buku produktif batang lebih banyak dan buah yang dihasilkan juga banyak. Tanah aluvial memiliki tinggi batang tertinggi, jumlah buah terbanyak tetapi pertumbuhan daun yang tidak banyak. Hal ini disebabkan karena


(58)

terbaginyaunsur hara dan hasil fotosintesis lebih didorong ke fase generatif.

Hal ini sesuai dengan pendapat Koswara dalam Negara (2015) bahwa produksi buah akan ditentukan oleh laju fotosintesis yang dikendalikan oleh ketersediaan unsur hara dan air. Selama fase reproduktif, daerah pemanfaatan reproduksi menjadi sangat kuat dalam memanfaatkan hasil fotosintesis dan membatasi pembagian hasil asimilasi untuk daerah pertumbuhan vegetatif. Hal ini menyebabkan fotosintat yang dihasilkan difokuskan untuk ditransfer ke bagian buah guna perkembangannya.

Pada tanaman dengan media tanah mediteran memiliki tinggi batang yang paling rendah, tetapi menghasilkan jumlah daun terbanyak, namun menghasilkan buah paling sedikit. Daun yang banyak tetapi produksi buah yang sedikit disebabkan oleh adanya unsur Si yang mengendap pada tanah.

Tanah mediteran terbentuk dari batuan gamping/ batu kapur. Larutan-larutan besi ( Fe ) sumber baru kapur menyusup ke dalam retakan dan lubang-lubang, CO2 bereaksi dengan H2O menghasilkan asam

karbonat meyebabkan pelindian Ca dan atau Mg dan menyisakan Fe yang teroksidasidan Si yang mengendap ( Supriyo,2009). Pengaruh silika pada tanaman dikaitkan dengan unsur fosfor dalam tanah dan tanaman. Si mampu mengantikan P dari kompleks pertukaran sehingga ketersedian P meningkat. Ketersediaan P dalam tanah akan berkurang apabila senyawa


(59)

beracun Al dan Fe meningkat ( Nugroho, 2009 ). Unsur P dan Si yang mengendap akibat Al dan Fe meningkat menyebabkan tanaman kekurangan fosfor sehingga perkembangan bunga lambat serta pemasakan buah yang lambat juga.

4. Berat Basah Buah

Pengukuran berat basah buah dilakukan sesaat setelah buah dipanen dengan menggunakan timbangan digital. Berat basah buah dipengaruhi oleh keefektifan tanaman dalam menyerap unsur hara. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis diketahui juga bahwa berat basah buah tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini tidak sebanding dengan jumlah buah. Hal ini disebabkan oleh unsur hara atau nutrisi dari tanah serta hasil fotosintesis tidak diserap dengan baik oleh akar tanaman pada masing-masing perlakuan karena perbedaan daya serap akar yang berbeda.

Parameter jumlah buah yang tinggi pada tanah aluvial tetapi ternyata tidak diikuti oleh perbedaan pertumbuhan buah. Buah berkembang dengan asupan hasil fotosintesis. Daun merupakan tempat berfotosintesis, maka dari itu jumlah daun yang sama atau tidak berselisih jauh menyebabkan berat basah buah tidak berbeda. Ukuran buah aluvial yang kecil dapat juga menyebabkan berat buah tidak diikuti dengan tingginya jumlah buah karena hasil distribusi fotosintesisnya kecil.

Gurinto dalam Negara ( 2015) mengatakan jumlah maupun ukuran sel yang semakin besar membutuhkan lebih banyak hasil-hasil fotosintesis


(60)

yang ditranslokasi ke dalam buah. Fotosintesis membutuhkan unsur hara yang cukup dan akan menyebabkan peningkatan laju fotosintesis.

Yadi, dkk, (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman akan ditentukan oleh laju fotosintesis yang dikendalikan oleh ketersediaan unsur hara dan air.

5. Hama

Hama merupakan variabel terkendali yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman okra hijau, oleh karena itu hama menjadi perhatian penuh peneliti. Hama yang mengganggu perkembangan daun yang ditemukan selama penelitian adalah belalang kayu (Valanga nigricornis). Belalang ini banyak ditemukan dan banyak yang berukuran besar. Belalang kayu memakan daun-daun okra yang diteliti.

Selain daun berlubang dan rusak oleh belalang, salah satu tanaman pada media regosol diserang oleh hama kutu putih (Paracoccus marginatus). Kutu putih adalah jenis kutu-kutuan yang seluruh tubuhnya diselimuti oleh lapisan lilin berwarna putih. Kutu putih menghisap cairan tumbuhan dengan memasuki stilet ke dalam jaringan epidermis daun. Pada waktu yang bersamaan kutu putih mengeluarkan racun ke dalam daun sehingga mengakibatkan daun mengkerut dan menggulung (Andini, 2015). Serangga kutu putih ini biasanya bersimbiosis dengan semut. Semut akan melindungi kutu putih dari serangan musuhnya serta membantu dalam penyebaran kutu putih, sedangkan semut akan memperoleh sumber makanan yaitu embun madu dari kutu putih. Itu sebabnya pada daun yang


(61)

terkena kutu putih selalu disertai dengan semut. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hama belalang dan kutu putih, peneliti memberikan pestisida alami yang terbuat dari brotowali, bawang dan tembakau serta rajin menyikat bagian bawah daun agar terhindar dari kutu putih dan perkembangan tanaman membaik.

(4. 11 ) (4.12) (4.13) Gambar 4.11 : Daun yang terkena kutu putih bersama semut-semut. Gambar 4.12 : Daun yang mengkerut akibat gangguan kutu putih. Gambar 4.13 : Hama belalang.

Berdasarkan pengamatan hama ini, maka untuk penelitian serupa perlu dikendalikan agar pengaruhnya tidak lebih besar dari faktor yang diteliti. C. Keterbatasan Dalam Penelitian

Penanaman dipusatkan pada perbedaan jenis tanah sebagai media tanam,maka akan lebih baik jika masing-masing jenis tanah dilakukan uji kandungan agar kandungan bahan organik atau unsur hara lebih jelas. Selama penelitian, peneliti tidak mengukur suhu/ temperatur tanah dan suhu ruangan sebab temperatur tanah berpengaruh terhadap unsur hara tanah. Penggunaan


(62)

kompos terlalu banyak juga bisa menurunan daya pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman.


(63)

47 BAB V

IMPLEMENTASI TERHADAP PEMBELAJARAN

Penelitian yang dilakukan denga judul Pengaruh Perbedaan Jenis Tanah Sebagai Media Tanam Terhadap Produksi Tanaman Okra Hijau (Abelmoschus Esculantus

(L.) Moench) dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Biologi khususnya pada kelas XII semester I, yaitu pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan pada kurikulum 2013 yang direvisi tahun 2016. Berikut adalah kompetensi inti dan kompetensi dasar yang digunakan:

Kompetensi Inti :

1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,disiplin, tanggung jawab, peduli ( gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsi dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan


(64)

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar

1.1Mengagumi dan memahami keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan

tentang proses-proses yang terjadi pada tubuh mahluk hidup di tingkat

seluler dan menjaga keteraturan tersebut sebagai tindakan pengamalan

menurut agama yang dianutnya.

2.1 Berperilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah

lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif

dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar

kelas.

3.1Menjelaskan pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap

pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.

4.1Menyusun laporan hasil percobaan tentang pengaruh faktor eksternal


(65)

Sebelum diterapkan pada proses pembelajaran, terlebih dahulu disipakan

rancangan pembelajaran yang berisi silabus, RPP, LKS, dan instrumen penilaian.


(66)

50 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Perbedaan jenis tanah sebagai media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhn tinggi batang dan jumlah buah tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah daun dan berat basah buah okra hijau.

2. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan tinggi batang dan jumlah buah ialah tanah aluvial tetapi untuk pertumbuhan jumlah daun dan berat basah buah tidak ada jenis tanah yang optimal.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan uji kandungan masing-maisng tanah yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk melihat kandungan bahan organik dan unsur hara tanaman yang valid.

2. Perlu dilakukan pengukuran temperatur tanah dan tempertur ruangan untuk melihat penyesuaian suhu tanah dengan unsur hara tanah.


(67)

51

DAFTAR PUSTAKA

Andini, M., 2015, Si kutu “ Putih”, Hama Kecil Berdampak Besar Pada Tanaman

Pepaya, tersedia dalam

http://balitbu.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-mainmenu- 26/info-lainnya/24-lain-lain/832-si-kutu-putih-hama-kecil-berdampak-besar-pada-tanaman-pepaya, diakses pada tanggal 20 Juli 2017.

Anonim, 2015. Peluang Terbuka Budidaya Okra tersedia pada www.jurnal asia.com/bisnis/peluang-terbuka-budidaya-okra/ diakses pada tanggal 13 Februari 2017.

Anonim, 2016. Tanaman Okra Dapat Sembuhkan Diabetes, Teruji Dalam Penelitian Ilmiah, tersedia dalam Infoherbalis.com/2016/01/tanaman-okra-dapat-sembuhkan-diabetes-teruji-dalam-penelitian-ilmiah.html

diakses pada tanggal 16 Mei 2016.

Baryyah, K., Sigit S., dan Usmadi, 2015, Pengaruh Kombinasi Media Organik dan Konsentrasi Nutrisi terhadap Daya Hasil Tanaman Melon ( Cucumis melo L.), Planta Tropika Journal of Agro Science Vol 3.2

Departement of Biotechnology Ministry of Science & Technology Government of India,2011, Biology of Abelmoschus esculentus L. (Okra), India.

Faridah E., Haryono S., dan M.Gunawan W, Akselerasi Pertumbuhan Cendana (Santalum album) Dengan Aplikasi Unsur Hara Makro Esensial Pada Tiga Jenis Tanah, Jurnal Ilmu Kehutanan Vol IV No. 1.

Galuh, Yosefi M, 2014,Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggur (Vitis venifera) Varietas Probolingo Biru, Skripsi, Universitas Sanata Dharma

Hanafiah,A,K., 2013, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Rajawali Pers, Jakarta.

Hasibuan,H.N., Dwi Z., dan Evi G, 2014, Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Okra Terhadap Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada Tanah Aluvial, Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian Vol. 3(3). Ichsan, M.C, Riskiyandika, P., dan Wijaya I., 2015. Respon Produktifitas Okra

(Abelmoschus esculentus) Terhadap Pemberian Dosis Pupuk Petroganik dan Pupuk N. Agritop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.

Irianto, A. 2004, Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Prenada Media Group, Jakarta.


(68)

Kirana,R., Redi G., dan Iteu M.H., 2015, Budidaya dan Produksi Benih Okra tersedia dalam Holtikultura.litbang.pertanian.go.id/teknologi-detail-21.html diakses tanggal 22 Februari 2017.

Nadira, S., B. Hatidjah., dan Nuraeni. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus) Pada Perlakuan Pupuk Dekaform dan Defoliasi, J. Agrisains 10 (1) : 10-15

Negara,S,S., Santosa, S,J, dan Hardiatmi S. 2015. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Teh dan Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Timun ( Cucumis sativus L. ), Jurnal Inovasi Pertanian Vol 14. No. 1. Nugroho,S.G., Dermiyati, J.A dan Yusnaini. 2009. Perubahan populasi

mikroorganisme pelarut fosfat pada lahan sawah dengan pertanian intensif menjadi sistem pertanian organik berkelanjutan. Jurnal Tanah Trop. Vol 14 (2) : 143-148.

Petra, Richardo H.S, 2014, Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggur Probolinggo Super (Vitis venifera klon BS 85) dengan Metode Tabulampot, Skripsi, Universitas Sanata Dharma.

Ramli, 2014, Efisiensi Pupuk Kandang Sapi dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pare ( Momordica charantia. L). Fakultas Pertanian Universitas Tamansisw, Padang.

Riyantoro, A.E., dan Fitri, A.P., Pemanfaatan Lahan Pasir Pantai Untuk Budi Daya Buah Naga (Cactaceae Hylocereus) , Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Yogyakarta, PKMI-3-8-1.

Rukmana dan Yudirachman, 2016, Budidaya Sayuran Lokal, Penerbit Nuansa Cendekia, Bandung.

Samanhudi dan Harjoko,D., 2006, Pengaturan Komposisi Nutrisi dan Media Dalam Budidaya Tanaman Tomat dengan Sistem Hidroponik. Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian UNS.

Santoso,H.B, 2016,Organik Urban Farming- Halaman Organik Minimalis, Lily Publisher, Yogyakarta.

Siregar,S., 2015, Statistik Terapan untuk Perguruan Tinggi,Prenadamedia Group, Jakarta.

Supriyo,H., Koranto,D.A.C., dan Bale, A.,2009. Buku Ajar Klasifikasi Tanah KTB 313 2/1 SKS, Fakultas Kehutanan, Universitas Gajah Mada.

Taufik,D., 2014, Mengenal Jenis Karakter Penyebaran dan Pemanfaatan Tanah Pertanian di Indonesia, tersedia dalam https://


(69)

organichcs.com/2014/05/11/mengenal-jenis-karakter-penyebaran-dan-pemanfaatan-tanah-pertanian-di-indonesia diakses pada tanggal 28 Februari 2017.

Wijanarko, Andi, Purwanto, Heru, Shieddiq. Djafar dan Indradewa. 2012. Pengaruh Kualitas Bahan Organik dan Kesuburan Tanah Terhadap Mineralitas Nitrogen dan Serapan N oleh Tanaman Ubi Kayu di Ultisol. Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika, 2: 1-14.


(70)

SILABUS Satuan Pendidikan : SMA

Mata Pelajaran : BIOLOGI Kelas/Semester : XII/Gasal Kompetensi Inti :

KI. 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI. 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,disiplin, tanggung jawab, peduli ( gotong royong, kerja sama, toleran, damai),

santun, responsi dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI. 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI. 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan


(71)

KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU

SUMBER BELAJAR 1. Pertumbuhan dan Perkembangan

1.1 Mengagumi dan

memahami keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang proses-proses yang terjadi pada tubuh mahluk hidup di tingkat seluler dan menjaga keteraturan tersebut sebagai tindakan

pengamalan menurut

agama yang dianutnya. 2.1 Berperilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati,

bertanggung jawab,

terbuka, kritis, kreatif, inovatif dan peduli

lingkungan) dalam

melakukan percobaan dan berdiskusi

3.1

Menjelaskan pengaruh faktor internal dan faktor

eksternal terhadap

pertumbuhan dan

1. Pertumbuhan dan Perkembangan  Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan  Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

1. Konsep pertumbuhan dan

perkembangan Mengamati

 Mengamati pertumbuhan pada tanaman melalui video.

Membaca literatur tentang pertumbuhan tumbuhan.

Menanya

Siswa diarahkan untuk merumuskan pertanyaan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.

Mengumpulkan Data (Eksperimen/ Eksplorasi)

Menggali informasi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup melalui tayangan video

Diskusi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Mengasosiasikan

Diskusi mengerjakan LKS

Observasi

Pengamatan sikap ilmiah saat

mengamati, melaporkan secara lisan, dan berdiskusi dalam kelompok melalui lembar pengamatan. Portofolio Laporan tertulis mengenai percobaan pengaruh faktor luar terhadap

4 x 45 menit 

Buku Biologi SMA Kelas XII  Video  Internet


(72)

KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI WAKTU

SUMBER BELAJAR

perkembangan makhluk hidup

4.1

Menyusun laporan hasil

percobaan tentang

pengaruh faktor eksternal

terhadap proses

pertumbuhan dan

perkembangan tanaman

2. Merencanakan dan

melaksanakan percobaan

 Mengkaji hasil kerja ilmiah.

Menarik kesimpulan tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan.

Mengkomunikasikan

Presentasi hasil kerja LKS dan diskusi mengenai konsep pertumbuhan dan perkembangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. 2. Merencanakan dan melaksanakan

percobaan Mengamati

Menjelaskan tentang kerja ilmiah pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

Menanya

Memberikan pertanyaan mengenai langkah-langkah eksperimen

(percobaan) dan penyusunan laporan hasil kerja eksperimen

Mengumpulkan Data ( Eksperimen/Eksplorasi).

Mendiskusikan dan membuat rancangan serta usulan penelitian faktor luar yang

pertumbuhan tanaman. Tes

Tes tertulis mengenai pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan


(1)

3. Jumlah Buah

Test of Homogeneity of Variances Jumlahbuah

Levene Statistic

df1 df2 Sig.

3,586 3 16 ,067

Tabel di atas menunjukan homogenitas varians yang dihasilkan dengan nilai level statistik 3,586 dan nilai sig 0,067 > 0,05 pada level probabilitas yang berarti bahwa perlakuan setiap media tanah terhadap jumlah buah okra hijau memiliki varians yang sama ( homogen).

4. Berat Basah Buah

Test of Homogeneity of Variances beratbasah

Levene Statistic

df1 df2 Sig.

8,997 3 16 ,001

Tabel di atas menunjukan homogenitas varians yang dihasilkan dengan nilai level statistik 8,997 dan nilai sig 0,001 < 0,05 pada level probabilitas yang berarti bahwa perlakuan setiap media tanah terhadap berat basah buah okra hijau tidak memiliki varians yang sama (tidak homogen).


(2)

Uji ANOVA Terhadap Tinggi Batang Tanaman Okra Hijau

ANOVA tinggitanaman

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig. Between

Groups 431,350 3 143,783 3,715 ,033 Within Groups 619,200 16 38,700

Total 1050,550 19

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai sig 0,033 < 0,05 pada level probabilitas. Hal ini berarti bahwa jenis tanah yang berbeda mempengaruhi tinggi batang tanaman okra hijau secara signifikan maka hipotesis diterima.

tinggitanaman Duncan

perlakua n

N Subset for alpha = 0.05

1 2

MED 5 55,0000

REG 5 60,0000 60,0000 K 5 61,6000 61,6000

ALU 5 68,0000

Sig. ,130 ,071

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.


(3)

Uji ANOVA Terhadap Jumlah Daun Tanaman Okra Hijau

ANOVA Jumlahdaun

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig. Between

Groups 14,800 3 4,933 ,840 ,492

Within Groups 94,000 16 5,875

Total 108,800 19

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai sig 0,492 > 0,05 pada level probabilitas. Hal ini berarti bahwa jenis tanah yang berbeda tidak mempengaruhi jumlah daun tanaman okra hijau secara signifikan maka hipotesis ditolak.


(4)

Uji ANOVA Terhadap Jumlah Buah Tanaman Okra Hijau

ANOVA jumlahbuah

Sum of Squares

df Mean Square

F Sig. Between

Groups ,496 3 ,165 3,374 ,045

Within Groups ,784 16 ,049

Total 1,280 19

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai sig 0,045 < 0,05 pada level probabilitas. Hal ini berarti bahwa jenis tanah yang berbeda mempengaruhi tinggi batang tanaman okra hijau secara signifikan maka hipotesis diterima.

jumlahbuah Duncan

perlakua n

N Subset for alpha = 0.05

1 2

med 5 1,0400

k 5 1,0800

reg 5 1,2400 1,2400

alu 5 1,4400

Sig. ,194 ,172

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.


(5)

Uji Kruskal Wallis Terhadap Jumlah Buah Tanaman Okra Hijau

Ranks

perlakuan N Mean Rank

beratbasah

k 5 11,60

med 5 8,00

alu 5 11,60

reg 5 10,80

Total 20

Test Statisticsa,b beratbasah

Chi-Square 1,251

df 3

Asymp.

Sig. ,741

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: perlakuan

Nilai p value ( Asymp.Sig.) menunjukkan 0,741 > 0,05 . Hal ini berarti perlakuan dengan media jenis tanah yang berbeda tidak memberi pengaruh terhadap berat basah buah okra.


(6)

DOKUMENTASI

Pengambilan jenis tanah

Kumpulan jenis tanah yang sudah diambil.

Penjemuran jenis tanah

Semaian Okra Hijau Tanaman okra yang telah dipindahkan ke lahan

Tanaman okra hijau yang bercabang dan berbuah

Buah okra hijau yang

ditimbang dengan timbangan digital