Pengaruh tato terhadap peningkatan konsep diri pada wanita dewasa awal.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENGARUH TATO TERHADAP PENINGKATAN KONSEP DIRI PADA
WANITA DEWASA AWAL
Theresia NurWidy Irmayani
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh tato
terhadap peningkatan konsep diri pada wanita dewasa awal. Penelitian ini
menggunakan rancangan Quasi Experimental dengan pendekatan kuantitatif.
Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh tato terhadap peningkatan konsep diri
pada wanita dewasa awal. Subjek dalam penelitian ini adalah 24 orang. Subjek
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Terdiri dari 12 orang dikelompok eksperimen yang diberikan tato dan 12 orang
kelompok kontrol yang tidak diberikan tato. Data diperoleh dengan menggunakan
skala konsep diri. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji
NonParametrik Two Related Samples Tes- uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon

menunjukkan adanya perbedaan konsep diri secara signifikan antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol (Asym Sig: 0,002 ≤ 0,05 dan Asym Sig
:0,317 ≤ 0,05). Selisih nilai peningkatan konsep diri kelompok eksperimen berada
pada positif differences ialah 6,5 sedangkan untuk kelompok kontrol pada
negative differences ialah 1, sehingga disimpulkan bahwa tato dapat
meningkatkan konsep diri pada wanita dewasa awal.

Kata kunci : tato, konsep diri

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

THE EFFECT OF TATTO ON THE ENHANCEMENT OF SELF-CONCEPT IN EARLY
ADULT WOMEN
Theresia NurWidy Irmayani
ABSTRACT

This research aims to determine the effect of tattoo toward the self-concept enhancement in early
adult women. This research used Quasi Experimental design with quantitative approach. The
hypothesis of this research is the tattoo effect on the improvement of self-concept in early adult
women. The subjects in this research were 24 people. The subjects were divided into two groups;
they were experiment group control group. Consist of 12 people in experiment group who given
tattoo and 12 people in control group who were not given tattoo. The data gained by using selfconcept scale. The data of this research were analyzed by using Nonparametric tests Two
Related Samples Wilcoxon test. The Wilcoxon test result showed that there were significant
differences on self-concept between the experimental group and control group (Asym Sig: 0,002
≤ 0,05 dan Asym Sig :0,317≤0,05). The value difference enhancement of elf-concept in
experiment group were 6.5, while in the control group on negative difference were 1, therefore it
was concluded that the tattoo can improve the self-concept on early adult women.
Keywords: the tattoo, self-concept

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PENGARUH TATO TERHADAP PENINGKATAN KONSEP DIRI PADA
WANITA DEWASA AWAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Oleh :
Theresia NurWidy Irmayani
NIM : 109114128

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


MOTTO

Hari ini ya hari ini. Esok biarlah menjadi misterinya sendiri- Irma

Ketika saya mengetahui proses saya lebih lambat dari beberapa yang lain,
saya tidak menyalahkan diri saya ataupun bersyukur karena masih ada yang
dibawah saya, melainkan memotivasi diri akan kenyataan saya butuh
persiapan lebih, tenaga lebih, ya saya harus mulai lebih awal. Ambil start
pertama & hargailah waktu, no slow, no delay- Wulan Safitri

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Karya ini kupersembahkan untuk :


Tuhan Yesus Kristus yang Maha Keren…
Bapak di Surga ...
Mamak tersayang…
Sahabat-sabahat yang selalu mendampingi…
Orang-orang selalu menanyakan, KAPAN LULUS?
Dan teman – teman Psikologi 2010..
INI BUAT KALIAN 

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PENGARUH TATO TERHADAP PENINGKATAN KONSEP DIRI PADA
WANITA DEWASA AWAL

Theresia NurWidy Irmayani

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh tato
terhadap peningkatan konsep diri pada wanita dewasa awal. Penelitian ini
menggunakan rancangan Quasi Experimental dengan pendekatan kuantitatif.
Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh tato terhadap peningkatan konsep diri
pada wanita dewasa awal. Subjek dalam penelitian ini adalah 24 orang. Subjek
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Terdiri dari 12 orang dikelompok eksperimen yang diberikan tato dan 12 orang
kelompok kontrol yang tidak diberikan tato. Data diperoleh dengan menggunakan

skala konsep diri. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji
NonParametrik Two Related Samples Tes- uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon
menunjukkan adanya perbedaan konsep diri secara signifikan antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol (Asym Sig: 0,002 ≤ 0,05 dan Asym Sig
:0,317 ≤ 0,05). Selisih nilai peningkatan konsep diri kelompok eksperimen berada

pada positif differences ialah 6,5 sedangkan untuk kelompok kontrol pada
negative differences ialah 1, sehingga disimpulkan bahwa tato dapat
meningkatkan konsep diri pada wanita dewasa awal.

Kata kunci : tato, konsep diri

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


THE EFFECT OF TATTO ON THE ENHANCEMENT OF SELF-CONCEPT
IN EARLY ADULT WOMEN
Theresia NurWidy Irmayani

ABSTRACT
This research aims to determine the effect of tattoo toward the self-concept
enhancement in early adult women. This research used Quasi Experimental
design with quantitative approach. The hypothesis of this research is the tattoo
effect on the improvement of self-concept in early adult women. The subjects in
this research were 24 people. The subjects were divided into two groups; they
were experiment group control group. Consist of 12 people in experiment group
who given tattoo and 12 people in control group who were not given tattoo. The
data gained by using self-concept scale. The data of this research were analyzed
by using Nonparametric tests Two Related Samples Wilcoxon test. The Wilcoxon
test result showed that there were significant differences on self-concept between
the experimental group and control group (Asym Sig: 0,002 ≤ 0,05 dan Asym Sig
:0,317≤0,05). The value difference enhancement of elf-concept in experiment
group were 6.5, while in the control group on negative difference were 1,
therefore it was concluded that the tattoo can improve the self-concept on early

adult women.
Keywords: the tattoo, self-concept

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas pernyertaan dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul
“Pengaruh Tato Terhadap Peningkatan Konsep Diri pada Wanita Dewasa Awal”.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan banyak
pihak. Maka daripada itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan dan dosen pembimbing
akademik. Terima kasih atas bantuannya dalam kelancaran proses
pembuatan skripsi ini.
2. Bapak Carolus Wijoyo Adinugroho M.Psi, dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih atas kesedian Bapak dalam mendampingi ,membimbing juga
mendiskusikan perihal skripsi ini dengan penuh kesabaran. Terimakasih
atas tiga semester ini.
3. Bapak di Surga, skripsi ini buat bapak. Berbahagialah di Surga ya,pak.
Terima kasih yang tak terhingga juga buat Mamak yang selalu sabar, kuat
dan tangguh untuk membimbing, menerima curhatan tentang sulitnya
meraih ini, masalah dana dan semuanya.
4. Mas, Mbak serta ke enam keponakan yang lucu dan menyebalkan. Terima
kasih buat omelan, semangat, dan hiburannya dimasa-masa sulit ini.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Terima kasih karena telah membimbing dan membagikan ilmunya.
6. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi, Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi,
Mas Muji, dan Mas Donny yang senantiasa membantu saya ketika
memerlukan bantuan serta memberikan suasana kekeluargaan dengan
canda tawanya.
7. Teman – teman Psikologi angkatan 2010 yang luar biasa keren terutama
kelas D. Aku sangat sayang kalian. Terima kasih atas semuanya dan saya
merasa beruntung menjadi bagian dari kalian. Kalian adalah bagian
terhebat di masa perkuliahanku.
8. Sahabat – sahabat terbaikku The RAINBOWIE yang SUPER. Kalian yang
selalu ada mendampingi dalam senang maupun kere. Maaf terkadang aku
berlebihan mengganggu kalian. Aku sayang kalian : Tyas, Silvia, Nani,
Tirsa, dan Nova. Dan teman lainnya; Gerri, Yoga, Abi, Aldo, Petrus,
Topel dan Erik. Kemudian satu lagi, Engger untuk pencerahan mengenai
SPSS yang aku buta sekali. Kalian terbaik.
9. Teman, sahabat, kerabat, dan orang-orang yang mungkin saya lupa dan
tidak sempat saya sebutkan satu per satu yang selalu menayakan, Kapan
Lulus? Ini buat kalian. Terima kasih atas bantuannya baik langsung mapun
tidak langsung, baik besar maupun kecil, sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan bagi dari segi metode maupun pelaporan penelitian. Oleh karena itu,

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………...……………..i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…………………………ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii
HALAMAN MOTTO………………………………………………………….....iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….......v
HALAMAN KEASLIAN KARYA………………………………………………vi
ABSTRAK…………………………………………………………………...…..vii
ABSTRACT……………………………………………………………...……...viii
HALAMAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH………………..……………...ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….x
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xiii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….xvi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xvii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang Masalah……………………………………………………..1
Rumusan Masalah…………………………………………………………...8
Tujuan Penelitian……..……………………………………………………..8
Manfaat Penelitian…………..………………………………………………8
1. Manfaat Teoritis………………..………………………………………..8
2. Manfaat Praktis……………………..…………………………………...8

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………..………………9
A. Konsep Diri……………………………………………………..…………9
1. Pengertian Konsep Diri……………………………………………..…9
2. Perkembangan Konsep Diri………………………………………….10
3. Factor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri…………………..…11
4. Karakteristik Konsep Diri Positif dan negative……………………...15
5. Aspek-aspek Konsep Diri……………………………………………20
xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

B. Dewasa Awal…………………………………………………………….21
1. Pengertian Dewasa Awal…………………………………………….21
2. Ciri-ciri Dewasa Awal……………………………………………….23
C. Tato…………………………………………………………………..…..25
1. Pengertian Tato……………………………………………………....25
2. Tato pada kaum muda……………………………………………..…26
3. Factor-faktor yang mendukung pemakaian tato…………………...…28
D. Dinamika Pengaruh Tato pada Peningkatan Konsep Diri terhadap Wanita
Dewasa Awal…………………………………………………………….29
E. Hipotesa Penelitian……………………………………………………….31
F. Skema Penelitian…………………………………………………………32
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….33
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Jenis Penelitian…………………………………………………………...33
Identifikasi Variabel Penelitian…………………………………………..33
Definisi Operasional Variabel Penelitian……………………………...…34
Subjek Penelitian…………………………………………………………34
Metode Pengumpulan Data………………………………………………35
Desain Eksperimen………………………………………………………39
1. Analisis Data…………………………………………………………40
2. Uji Hipotesa………………………………………………………….41

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN……………………………43
A. Persiapan Penelitian……………………………………………………...43
1. Uji Coba Alat Tes……………………………………………………43
2. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Tes……………………44
a. Validitas …..……………………………………………………..44
b. Seleksi Item……...……………………………………………….45
c. Reliabilitas…..…………………………………………………...49
B. Subjek Penelitian………..……………………………………………….49
1. Kelompok Eksperimen……...………………………………………..49
2. Kelompok Kontrol…………………..……………………………….50
C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian……………………………...…………51
1. Pendekatan pada Studio Tato……..………………………………….51
2. Pengambilan data pretest………………………...…………………...52
3. Treatment……………………………………..……………………...53
4. Pengambilan data posttest……………………………………..……..58
D. Uji Hipotesa………………………………………………………..…….60
E. Pembahasan……………………………………………………...……….64

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….69
A. Kesimpulan…………………………………………………………..…..69
B. Saran ……………………………………………………………………..69
1. Saran berkaitan dengan kelanjutan penelitian………………………..69
2. Saran berkaitan dengan manfaat penelitian…………………………..69
DAFTAR PUSTAKA…..………………………………………………………..70
LAMPIRAN……………………………………………………………………...73

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Blue Print dan Distribusi Item Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba..43
Tabel 4.2 Distribusi Item Skala Konsep Diri Item yang gugur………………….47
Tabel 4.3 Final Skala Konsep Diri Setelah penyetaraan item……………………48
Tabel 4.4 Hasil Analisis Selisih Kelompok Eksperimen…..…………………….60
Tabel 4.5 Hasil Signifikansi Kelompok Eksperimen…………………………….61
Table 4.6 Hasil Selisih Kelompok Kontrol………………………………………61
Tabel 4.7 Hasil Signifikansi Kelompok Kontrol………………………………....62
Tabel 4.8 Hasil Data Konsep Diri Tinggi dan Rendah Kelompok Eksperimen…63
Tabel 4.9 Hasil Data Konsep Diri Tinggi dan Rendah Kelompok Kontrol……...63

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Konsep Diri………………...…………………………...…….73
Lampiran 2 Hasil Seleksi Item Skala Konsep Diri………………………………79
Lampiran 3 Reliabilitas Konsep Diri………………………………………….....83
Lampiran 4 Data Tambahan Analisis Aspek….………………………………...84

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Penampilan fisik tentu menjadi salah satu sorotan bagi sebagian individu
untuk berlomba-lomba menjadi menarik dimata masyarakat. Misalnya saja mulai
dari merubah gaya rambut hingga merubah bentuk muka. Dalam kehidupan sosial,
tubuh menjadi representasi diri yang pertama dan paling mudah terlihat. Hal ini
menyebabkan orang kemudian menjadi terdorong untuk memiliki tubuh yang
ideal (Breakey, 1997).
Masyarakat memiliki harapan, stereotip dan perlakuan tertentu terhadap
seseorang berdasarkan jenis kelamin ataupun kelompok tertentu. Oleh karena itu,
orang tersebut akan berusaha memenuhi tuntutan masyarakat dan membentuk
konsep diri sesuai yang diharapkan (Olong,2006), sebagai contoh, seorang anak
wanita diharapkan untuk tampil feminin dan bersikap sopan. Maka seseorang
yang berjenis kelamin wanita akan berusaha berpikir dan bertindak demikian.
Namun, seiring berjalannya perkembangan, mucul adanya fenomena wanita
bertato.
Tato atau seni rajah merupakan gambar ataupun simbol yang
menggunakan media yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah
permukaan kulit. Tato mengalami pergeseran yang sebelumnya merupakan
bernilai religius dan magis pada masyarakat suku bangsa pedalaman. Pergeseran

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

inilah yang kemudian menjadikan tato sebagai estetika tubuh, identitas tubuh,
hingga solidaritas tubuh (Olong, 2006).
Ada beberapa faktor yang mendorong wanita berbuat demikian, seperti
mencari tantangan dan mencoba hal baru, mengabadikan momen yang telah
terlewati dan sesuatu yang digemari, mengikuti trend yang sedang berkembang di
masyarakat. Adapun dampak sosial yang muncul akibat penggunakan tato
dikalangan perempuan adalah diskriminatif masyarakat yang masih menganggap
tato sebagai sesuatu yang negatif (Subur,2013).
Dalam soal tato, hingga saat ini masih dianggap sebagai sebuah praktik
budaya yang menyimpang dan bahkan diangap sebagai sebuah kultur yang
bertentangan dengan moralitas mainstream. Tato selalu dikonstruksikan sebagai
kriminal dan penjahat. Bahkan pada masa Orde Baru tato bisa dianggap sebagai
musuh negara seperti halnya juga fenomena “rambut gondrong” yang juga pernah
dilarang dan ditabukan pada masa-masa itu sebagai berandalan dan kaum
kriminal. Tato bahkan hingga hari ini masih tidak dilihat secara kritis sebagai
bagian kultural seperti yang diyakini suku-suku tertentu di Indonesia. Tato juga
tidak dibaca sebagai bagian kultur seni modern yang saat ini semakin digandrungi
oleh masyarakat dan harus kita hargai sebagai bagian ekspresi kebudayaan. Tidak
mengherankan ketika kemunculan fenomenal Susi Pudjiastuti kemudian
diarahkan semata pada persoalan karena dia bertato.
Jauh dari itu, sejarah politik Indonesia juga pernah memberikan contoh
tragis bagaimana tato dan tubuh perempuan menjadi bagian praktik penegasan
kuasa. Masih lekat dalam ingatan kita bagaimana ketika tragedi politik 1965,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

rezim Soeharto pada waktu itu menjalankan politik penangkapan dan pemenjaraan
kaum perempuan yang diangap terlibat PKI menggunakan cara pendekatan politik
atas tubuh perempuan bahkan sampai pada taraf yang paling harafiah. Banyak
kesaksian yang pernah tercatat pada pengakuan perempuan-perempuan yang
dituduh PKI dalam catatan sejarah tentang tragedi 1965 menunjukkan bahwa tato
tubuh adalah sesuatu yang binal dan amoral. Pada berbagai operasi penangkapan,
perempuan-perempuan diminta membuka penutup tubuhnya untuk melihat apakah
dalam tubuh perempuan ada tato lambang Palu Arit atau tidak. Sebuah gambaran
atas bentuk pelecehan tidak hanya pada tubuh perempuan tetapi juga pada
bagaimana tato sejatinya dipahami dan dikonstruksi. Praktik serupa juga pernah
diberlakukan pada peristiwa-peristiwa konflik seperti di Aceh terhadap
perempuan-perempuan yang dianggap aktivis GAM (Praptiningsih,2014)
Dilihat dari sisi psikis tato merupakan satu bentuk lain dari cara
menampilkan diri. Beberapa anak muda mengatakan bahwa tato merupakan tanda
dari show of force, sekaligus lambang dari “keras” dan “jantan”. Sebagian dari
mereka membuat tato sebagai salah satu tanda untuk menyimpan ingatan akan
momentum tertentu. Seorang mahasiswa, baik laki-laki maupun wanita akan
merasa terbantu untuk mencapai kepercayaan diri dan konsep diri mereka dengan
keberadaan tato pada tubuhnya (Krisdiyanto,2014).
Tato telah menjadi sebuah fenomena yang disukai oleh sebagian
masyarakat umum, termasuk wanita. Bila masyarakat mulai menerima keberadaan
pria yang memiliki tato, namun lain halnya dengan wanita yang memiliki tato.
Hasil dari survey yang dilakukan oleh peneliti pada 200 orang yang berada di

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

tempat-tempat umum di Yogyakarta, bahwa pandangan masyarakat terhadap
wanita bertato55,45 % negatif, 12,22% positif dan 32,33% netral. Kebanyakan
orang menilai wanita yang menato tubuhnya identik dengan hal yang negatif
(sangar, menyeramkan, preman, wanita nakal, liar). Sementara riset tahun 2007
menunjukkan bahwa wanita yang bertato diangggap kurang menarik dan kurang
dianggap dalam dunia professional. Selain itu, saat ini bahkan tato menjadi
aksesoris bagi penggemarnya, tidak hanya di kalangan pria, sekarang tidak aneh
lagi kalau kita menemukan wanita yang memiliki tato (Wartono,2008). Bagi kaum
muda tato dianggap bersifat atraktif, dinamis, sesuai dengan jiwa muda mereka
yang penuh semangat, ide kreativitas yang seakan semakin meledak-ledak (Olong,
2006).
Hal tersebut dilakukan karena manusia pada dasarnya melakukan evaluasi
diri dalam berbagai bidang yaitu bidang akademik, atletik, penampilan fisik dan
sebagainya yang disebut konsep diri (Santrock, 2010). Kesan terhadap dirinya
sendiri secara keseluruhan, mencakup pendapatnya tentang diri sendiri, pendapat
tentang gambaran diri dimata oranglain, dan pendapat tentang hal-hal yang
dicapai ini yang disebut konsep diri ( Burns, 1993).
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya,
yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi
dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan
berkembang dari pengalaman yang terus menerus. Dasar dari konsep diri individu
ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang
mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari (Agustiani, 2009)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2009), konsep diri merupakan aspek
penting dalam diri seseorang karena konsep diri seseorang merupakan kerangka
acuan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dijelaskan bahwa konsep diri secara
fenomenologis, mengatakan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya,
bereaksi terhadap diriya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abtraksi
tentang dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri dan kemampuan
untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan
terhadap dunia di luar dirinya.
Konsep diri juga berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.
Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah meramalkan
dan memahami tingkah laku orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku individu
berkaitan dengan gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri. Jika seseorang
mempersepsikan dirinya sebagai orang yang cantik dibandingkan dengan
oranglain, walaupun hal ini belum tentu benar, biasanya tingkah laku yang ia
tampilkan akan berhubungan dengan kelebihan yang dipersepsinya secara
subjektif tersebut.
Konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Agustiani,
2009) yaitu pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan
perasaan positif dan perasaan berharga. Selain itu, faktor lainnya yang juga
mempengaruhi konsep diri seseorang adalah kompetensi dalam area yang dihargai
oleh individu dan orang lain dan aktualisasi diri, atau implementasi serta realisasi
dari potensi pribadi yang sebenarnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2008), konsep diri dibagi
menjadi konsep diri positif dan negatif. Konsep diri negatif adalah peka pada
kritik, responsif sekali terhadap pujian, selalu suka mengeluh, mencela atau
meremehkan apa pun dan siapapun dan merasa tidak disenangi orang lain.
Sebaliknya, konsep diri positif adalah yakin akan kemampuannya mengatasi
masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu,
menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan perilaku yang
tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan
berusaha mengubahnya.
Dari pandangan masyarakat mengenai tato tentu mempengaruhi orang
tersebut untuk membentuk pandangan mengenai dirinya. Hal ini membentuk
konsep seseorang mengenai dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran
dan hubungannya dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain
terhadap dirinya yang disebut konsep diri ( Hurlock, 1990).
Menurut Hurlock (1990) menyatakan bahwa ketika seseorang telah
tumbuh menjadi dewasa mereka telah belajar untuk memperhatikan penampilan
fisik mereka. Hal ini dikarenakan mereka menyadari bahwa penampilan yang
menarik merupakan potensi yang kuat dalam pergaulan dan yang tidak menarik
akan menghambat pergaulan. Minat untuk meningkatkan penampilan tersebut
mulai berkurang menjelang umur 30-an, ketika ketegangan dalam pekerjaan dan
rumah tangga mulai terasa kuat. Salah satu cara untuk meningkatkan penampilan
fisik dengan memiliki tato. Hal tersebut juga ditegaskan melalui survei yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

dilakukan Armstrong (2006) , wanita yang memiliki tato berusia antara 18 sampai
30 tahun. Wanita disana yang membuat tato pada bagian tubuhnya sebanyak 45%
sampai 65% dari populasi. Keunikan dan jenis kelamin tampaknya menjadi faktor
dalam pembuatan tato. Penelitian ini melibatkan wanita karir yang di antaranya
adalah konselor, perawat,dokter, pengacara, dan manajer bisnis.
Citra diri dibentuk bisa melalui tato yang merupakan bagian dari tuntutan
terhadap identitas yang diinginkan. Citra diri ini mempunyai makna self concept
yang merupakan gabungan dari keseluruhan pandangan dan perasaan yang
membentuk kesadaran seseorang tentang eksistensinya. Eksistensi kaum muda
biasanya muncul dan terbentuk berdasarkan perkembangan hormonal, sedangkan
secara gambaran psikologis lebih merupakan penilaian seseorang tentang
penampilan fisik, yang karenanya setiap perubahan jasmani kaum muda selalu
diikuti dengan perubahan ataupun reorganisasi terhadap citra diri mereka
keseluruhan (Olong, 2006).
Dikatakan bahwa individu yang memiliki tato ataupun piercing memiliki
tingkat kepercayaan diri yang tinggi, sehingga ini bisa memberikan kepuasan
tersendiri bagi mereka yang selama ini merasa dirinya kurang dari pada orang lain
(Wibisono , 2007). Ini membuat peneliti bertanya apakah ada peningkatan konsep
diri pada orang yang bertato. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan metode kuasi eksperimental. Apakah terdapat
pengaruh pada saat sebelum dan sesudah penggunaan tato terhadap peningkatan
konsep diri pada wanita dewasa awal.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh tato pada peningkatan konsep diri pada dewasa
awal?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tato pada
peningkatan konsep diri pada dewasa awal.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dari hasil penelitian dapat memberikan sumbangan
informasi bagi perkembangan ilmu psikologi dalam keterkaitan konsep diri
pada wanita bertato serta kajian data mengenai manfaat tato bagi peningkatan
konsep diri dan kontribusi tato pada konsep diri. Bagi para peneliti lain, hasil
penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan tentang konsep diri di
kalangan wanita dewasa awal, khususnya pada wanita bertato dan tidak
bertato serta dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan
penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dengan diperolehnya referensi kepada setiap individu
tentang manfaat tato terhadap peningkatan konsep diri,

khususnya pada

kalangan wanita dewasa awal. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi
orang yang memiliki masalah dengan konsep diri. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi masyarakat,
tentang wanita yang bertato.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seseorang
tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan
factor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus
menerus. Dasar dari konsep diri individu ditanamankan pada saat-saat dini
kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di
kemudian hari (Fitts, 1971).
Menurut Burns (1993) konsep diri adalah suatu gambaran
campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat,
mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Seperti
yang dikemukakan Hurlock (1990) memberikan pengertian tentang konsep
diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini
merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang
mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial,
emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri adalah pandangan individu
mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang
diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu
(Mulyana, 2000).
9

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

Dalam Rahmat (2005) bahwa pengertian konsep diri adalah
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Sedangkan Centi (1993)
mengemukakan konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep
diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,
bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita
menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya
yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu
(Rini, 2002).
Berdasarkan beberapa definisi yang dijelaskan diatas, disimpulkan
bahwa konsep diri adalah pandangan, gambaran dan perasaan tentang diri
kita, bagaimana kita melihat diri kita sebagaimana yang kita harapkan.
2. Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri merupakan proses yang terus berkembang selama
kehidupan manusia. Menurut Symonds (dalam Fitts,1971) mengatakan
bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran,
tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan
perspektif. Diri berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya
terpisah dan berbeda dari oranglain. Pada awal periode kehidupan,
menurut Taylor (1953), Comb & Snygg (dalam Agustiani,2006) konsep
diri individu sepenuhnya didasari oleh persepsi tentang diri sendiri.
Kemudian dengan bertambahnya usia, pandangan tentang diri menjadi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

lebih banyak didasari oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi dengan
orang lain.
Selanjutnya, masa pertengahan dan akhir, kelompok teman sebaya
mulai memainkan peran yang dominan, menggantikan orangtua sebagai
orang yang turut berpengaruh pada konsep diri mereka. Anak makin
mengidentifikasi diri dengan anak-anak seusianya dan mengadopsi bentukbentuk dan tingkah laku dari kelompok teman sebaya dari jenis kelamin
yang sama. Selama masa akhir konsep diri yang terbentuk sudah agak
stabil. Tetapi dengan mulainya masa pubertas terjadi perubahan drastic
pada konsep diri. Remaja yang masih muda mempersepsikan dirinya
sebagai orang dewasa dalam banyak cara, namun bagi orangtua ia tetap
masih seorang seorang anak-anak.
Hal ini menyebabkan perubahan-perubahan dan masalah di area
kehidupan. Namun, dari penyelesaian masalah dan konflik remaja inilah
lahir konsep diri orang dewasa. Nilai-nilai dan sikap-sikap yang
merupakan bagian dari konsep diri pada akhir masa remaja cenderung
menatap dan relative merupakan pengatur tingkah laku yang bersifat
permanen.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
Calhoun dan Acocella (dalam Syahputra, 2005) berpendapat bahwa
konsep diri seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor keluarga yaitu orang
tua yang merupakan kontak sosial yang paling awal dan paling kuat
dialami oleh individu. Sehingga orang tua menjadi sangat kuat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

pengaruhnya terhadap anak karena apa yang dikomunikasikan oleh orang
tua pada anak, akan cepat ditanggap oleh anak daripada informasi lain
yang diterima anak sepanjang hidupnya. Sedangkan Azwar (dalam
Jamaluddin, 1997) berpendapat bahwa konsep diri seseorang sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu orang lain dianggap penting dan
orang yang dianggap persetujuannya bagi setiap gerak-geriknya dan
pendapatnya.

Seseorang

yang

ingin

dikecewakan

akan

banyak

mempengaruhi pembentukan sikap seseorang terhadap sesuatu.
Rahmat (dalam Wijaya 2000) membagi faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri adalah:
a. Orang Lain
Tidak semua orang memiliki pengaruh yang sama pada masingmasing diri individu, tetapi yang paling berpengaruh pada diri individu
tersebut adalah orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara dan
orang yang tinggal satu rumah dengan individu yang bersangkutan
karena memiliki hubungan yang emosional.
b. Kelompok Rujukan
Setiap kelompok memiliki norma-norma tertentu dimana ada
kelompok yang secara emosional mengikat individu dan berpengaruh
terhadap pembentukan konsep diri.
Sedangkan menurut Hurlock (dalam Wijaya 2000), faktor yang
mempengaruhi konsep diri adalah:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

a. Usia Kematangan
Individu yang matang lebih awal yang diperlakukan seperti orang
yang

hampir

dewasa,

mengembangkan

konsep

diri

yang

menyenangkan. Individu yang matang terlambat yang diperlakukan
seperti

anak-anak

mengembangkan

konsep

diri

yang

tidak

menyenangkan.
b. Penampilan Diri
Penampilan diri yang berbeda membuat individu merasa rendah
diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Setiap
cacat fisik merupakan hal yang memalukan yang mengakibatkan
perasaan rendah diri, sebaliknya daya tarik fisik menimbulkan
penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah
dukungan sosial.
c. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin dalam penampilan diri, minat dan prilaku membantu
individu mencapai konsep diri yang baik. Jika membuat individu sadar
diri dan hal ini memberi akibat buruk pada prilakunya.
d. Nama Dan Julukan
Individu merasa malu jika teman-teman sekelompok menilai
namanya buruk atau jika mereka memberikan julukan bernada
cemooh.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

e. Hubungan Keluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
anggota keluarga mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin
mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama
jenis individu akan tergolong untuk mengembangkan konsep diri yang
layak untuk dirinya.
f. Teman Sebaya
Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian individu dalam 2
cara yang pertama, konsep diri individu merupakan cerminan dari
anggapan mengenai konsep teman tentang dirinya. Kedua, ia berada
dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui
oleh kelompoknya.
g. Kreatifitas
Individu yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatifitas dalam
melakukan

tugas-tugas

akademik,

mengembangkan

perasaan

individualitas dan identitas yang mempengaruhi konsep dirinya.
h. Cita-cita
Bila cita-cita yang tidak realistis, ia akan mengalami kegagalan.
Sedangkan individu yang memiliki cita-cita yang realistis akan
menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar
untuk memberikan konsep diri yang baik
Konsep diri seseorang menurut Fitts, dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut (dalam Agustiani, 2006) :

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan
perasaan positif dan perasaan berharga
b. Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain
c. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi
yang sebenarnya.
Berdasarkan beberapa faktor diatas maka dapat disimpulkan bahwa
konsep diri memiliki tiga faktor yaitu :
a. Orang lain / significant others
Orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara dan orang yang
tinggal satu rumah dengan individu yang bersangkutan karena
memiliki hubungan yang emosional.
b. Teman Sebaya
Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian individu dalam 2
cara yang pertama, konsep diri individu merupakan cerminan dari
anggapan mengenai konsep teman tentang dirinya. Kedua, ia berada
dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui
oleh kelompoknya.
c. Pengalaman
Pengalaman,

terutama

pengalaman

interpersonal,

memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga.

yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

4. Karakteristik Konsep Diri Positif dan Negatif
a. Konsep Diri Positif
Menurut William D Brooks dan Philip Emmert (dalam
Rahmat,2008) ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri positif,
yaitu :
(i) Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah;
(ii) Ia merasa setara dengan orang lain;
(iii)Ia menerima pujian tanpa rasa malu;
(iv) Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat;
(v) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan
aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha
mengubahnya.
Selain itu, D.E. Hamachek menyebutkan sebelas karakteristik
orang yang mempunyai konsep diri positif, yaitu :
(i) Ia menyakini
serta

betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu

bersedia

mempertahankannya,

walaupun

menghadapi

pendapat kelompok yang kuat. Tetapi, dia juga merasa dirinya
cukup

tangguh

untuk

mengubah

prinsip-prinsip

itu

bila

pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah
(ii) Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa
bersalah yang berlebih-lebihan atau menyesali tindakannya jika
orang lain tidak menyetujui tindakannya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

(iii)Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan
apa yang terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan
apa yang sedang terjadi waktu sekarang
(iv) Ia memiliki kenyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi
persoalan,

bahkan

ketika

ia

menghadapi

kegagalan

atau

kemunduran
(v) Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi
atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan
tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya
(vi) Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan
bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih
sebagai sahabatnya
(vii) Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan
menerima penghargaan tanpa merasa bersalah
(viii) Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya
(ix) Ia sanggup mengakui kepada orang lain bahwa ia mampu
merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah
sampai cinta, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang
mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula
(x) Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan
yang meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif,
persahabatan, atau sekedar mengisi waktu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

(xi) Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang
telah diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak
bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain.
b. Konsep diri negatif
Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2008) menjabarkan
karakteristik individu yang memiliki konsep diri negatif, yaitu:
(i) Peka terhadap kritikan
Individu dengan konsep diri negatif memiliki kemampuan yang
kurang untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses
refleksi diri, sehingga mereka cenderung mudah tersinggung
apabila sikap dan pemikirannya dikritik oleh orang lain. Bagi
mereka,

kritik

seringkali

dipersepsi

sebagai

usaha

untuk

menjatuhkan harga diri mereka. Oleh karena itu, individu dengan
konsep diri negatif cenderung menghindari komunikasi terbuka
dengan orang lain dan berusaha mempertahankan pendapat mereka
dengan berbagai justifiakasi yang keliru.
(ii) Responsif terhadap pujian
Individu dengan konsep diri negatif cenderung memiliki sikap
berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan. Walaupun
mereka mungkin berpura-pura menghindari pujian, mereka tidak
dapat menyembunyikan antusiasmenya pada saat menerima pujian
dari orang lain. Hal ini dikarenakan mereka memiliki kebutuhan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

yang tinggi untuk mendapat penghargaan dari orang lain, yang
menjadi syarat utama agar harga dirinya meningkat.
(iii)Hiperkritis
Individu dengan konsep diri negatif sering menunjukkan sikap
bermusuhan dalam bentuk perilaku mencela, mengeluh, dan
meremehkan orang lain. Selain itu, mereka kurang mampu untuk
menghargai dan mengakui kelebihan orang lain.
(iv) Merasa tidak disenangi orang lain
Individu dengan konsep diri negatif memiliki tingkat
kecemasan

yang

tinggi.

Mereka

cenderung

merasa

tidak

diperhatikan dan memiliki perasaan bahwa setiap orang lain di
sekitarnya memandang dirinya secara negatif. Oleh karena itu,
mereka cenderung bereaksi pada orang lain sebagai musuh,
sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan.
(v) Bersikap pesimis terhadap kompetisi
Individu dengan konsep diri negatif cenderung enggan untuk
bersaing dengan orang lain dalam mengejar prestasi. Mereka
menganggap bahwa mereka tidak akan berdaya melawan
persaingan yang nantinya merugikan diri mereka.
Hurlock (1990) juga mengungkapkan bahwa individu yang
memiliki konsep diri negatif akan mengembangkan perasaan tidak
mampu dan rendah diri. Individu dengan konsep diri negatif akan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

menjadi individu yang ragu dan kurang percaya diri, sehingga
menumbuhkan penyesuaian diri yang buruk, baik secara pribadi
maupun sosial. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Rini (2002)
bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung
memandang dirinya lemah, tidak berdaya dan tidak dapat berbuat apaapa, serta cenderung merasa tidak disukai orang lain. Individu dengan
konsep diri negatif cenderung bersikap pesimis terhadap kehidupan
yang dihadapinya.

5. Aspek-aspek Konsep Diri
Menurut Fitts (1971), Konsep diri memiliki beberapa aspek pokok,
yaitu :
a. Diri Fisik
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya
secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai
kesehatan dirinya, penampilan dirinya ( cantik, jelek, menarik, tidak
menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus)
b. Diri etik-moral
Diri etik-moral merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya
dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini
menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan,
kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai
moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

21

c. Diri pribadi
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang
keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau
hubungan dengan oranglain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana
individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa
dirinya sebagai pribadi yang tepat.
d. Diri keluarga
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang
dalam

kedudukannya

sebagai

anggota

keluarga.

Bagian

ini

menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya
sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang
dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.
e. Diri Sosial
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya
dengan oranglain maupun lingkungan di sekitarnya.

B. Dewasa Awal
1. Pengertian Dewasa Awal
Adult berasal dari kata kerja Latin, seperti juga istilah adolescene
yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi, kata adult berasal
dari bentuk lampau dari kata kerja adultus yang berarti telah tumbuh
menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa.
Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

22

pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa dewasa awal merupakan
periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapanharapan sosial baru. Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun
hingga kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan
psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
(Hurlock,1990)
Dewasa awal adalah masanya bekerja dan jatuh cinta, terkadang
hanya menyisakan sedikit untuk hal-hal lainnya. Bagi beberapa orang,
menemukan tempat kita dalam masyarakat dewasa dan berkomitmen pada
kehidupan yang lebih stabil bisa membutuhkan lebih banyak waktu dari
yang kita bayangkan (dalam Santrock,2012). Individu juga dianggap
dewasa ketika mereka mampu menanggung diri mereka sendiri atau telah
memilih sebuah karier, telah menikah, atau membentuk hubungan
romantic yang signifikan atau memulai berumah tangga (dalam
Feldman,2014)
Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa dewasa awal
adalah dimulai dari umur 18 hingga 40 tahun yang merupakan masa
terjadinya perubahan fisik dan psikologis serta periode penyesuaian diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

23

2. Ciri-ciri Dewasa Awal
Menurut Hurlock(1990) menguraikan ciri-ciri pada dewasa awal,
yaitu:
a. Masa dewasa awal sebagai Masa pengaturan
Ada beberapa pandangan terdahulu jika anak laki-laki dan wanita
mencapai usia dewasa secara sah, hari-hari kebebasan mereka telah
berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggung jawab
sebagai orang dewasa. Ini berarti bahwa pria ataupun wanita sudah
menerima tanggung jawab atas apa yang mereka perbuat, misalnya
dengan membuat tato dibagian tubuhnya.
b. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah
Pada tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang
harus

dihadapi

seseorang.

Meskipun

mereka

sekarang

dapat

memberikan suaranya, memiliki harta benda, menikah tanpa
persetujuan orangtua serta dapat melakukan berbagai hal yang dapat
dilakukan orang muda, maka ini dapat menimbulkan masalah-masalah
yang tidak dapat diramalkan oleh orang dewasa yang masih muda itu
sendiri maupun kedua orangtuanya. Sama halnya dengan keputusannya
dalam membuat tato, pria ataupun wanita dapat membuat tato tanpa
persetujuan orang tua terlebih dahulu, maka dapat menimbulkan
masalah-masalah.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

24

c. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional
Kemudian pada masa ini , sekitar awal atau pertengahan umur tiga
puluhan, kebanyakan individu dewasa awal telah mampu memecahkan
masalah-masalah mereka dengan cukup baik, sehingga menjadi stabil
dan tenang secara emosional. Pada masa ini, masalah-masalah yang
ada d