Wacana Keperempuanan (Womanhood) dan Representasinya dalam Novel-Novel Charlotte Bronte.

WACANA KEPEREMPUANAN (WOMANHOOD)
DAN REPRESENTASINYA DALAM NOVEL-NOVEL
CHARLOTTE BRONTË
(Kajian New Historicism)

TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Magister
Program Studi Kajian Budaya

Oleh:
Desi Prawita Sari
NIM S701308002

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
i

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI


Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul “Wacana Keperempuanan (Womanhood) dan
Representasinnya dalam Novel-Novel Charlotte Brontë” ini adalah karya
penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah
yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik
serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagaimana
acuan dalam naskah ini dan disebut dalam sumber acuan serta daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya
ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan (Permendiknas No. 17 tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam kurun waktu sekurangkurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak
melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi
Kajian Budaya PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah
yang diterbitkan oleh Prodi Kajian Budaya PPs-UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.


Surakarta, 29 Juni 2016
Mahasiswa

Desi Prawita Sari
NIM S701308002

ii

iii

MOTTO

Iqra,
Artinya : Bacalah!
(Al Alaq ayat 1)
I have a dream.

iv


PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada:
1. Keluarga saya.
2. Suami saya.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat-Nya, Tesis ini bisa diselesaikan dengan judul “Wacana
Keperempuanan (Womanhood) dalam Novel-Novel Charlotte Brontë.” Tesis ini
disusun sebagai salah satu syarat mencapai derajat Magister Humaniora, dalam
Program Studi Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Peneliti menyadari bahwa Tesis ini bisa diselesaikan berkat kesempatan yang
diberikan oleh institusi Prodi Kajian Budaya UNS, serta bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta beserta jajarannya.
2. Bapak Prof. Dr. M Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta jajarannya.
3. Bapak Dr. Wakit Abdullah, M.Hum sebagai Pembimbing Akademik
sekaligus Ketua Perogram Studi S2 Kajian Budaya sekaligus Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum sebagai pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi masukkan kepada
peneliti.
5. Bapak Prof. Drs. Mugijatna, M.Si., Ph.D sebagai pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi masukkan
juga kepada peneliti.
6. Md. Jahidul Islam, suami saya atas semua bantuan dan dukungannya yang
tanpa henti.
7. Sahabat-sahabat Prodi Kajian Budaya angkatan 2013, dan semua pihak
yang telah membantu terlaksananya tesis ini.
Surakarta, 23 Juni 2016
Mahasiswa


Desi Prawita Sari
NIM S701308002

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ………………………… iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………. iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………… v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… ix
ABSTRAK ….…………………………………………………………….. x
ABSTRACT ………………………………………………………………. xii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 10
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 10

1. Tujuan Umum …………………………………………………. 10
2. Tujuan Khusus ………………………………………………... 10
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 10
1. Manfaat Teoritis ………………………………………………. 11
2. Manfaat Praktis ………………………………………………... 11
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………... 12
A. Kajian Pustaka ……………………………………………………... 12
B. Konsep …………………………………………………………….. 16
1. Wacana Keperempuanan (womanhood) …..………………….. 16
2. Representasi …………………………………………………… 18
3. Gender …………………………………………………………. 18
C. Landasan Teori …………………………………………………….. 20
1. Kajian Budaya …………………………………………………. 21
vii

2. New Historicism ………………………………………………. 27
a. Contoh analisis new historicism tentang mekanisme kekuasaan
dalam karya sastra …………………………………………. 36
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………… 41
A. Model Penelitian ……………………………………………………. 42

B. Rancangan Penelitian …… …………………………………………. 42
1. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………... 43
2. Teknik Analisis Data …………………………………………… 44
3. Instrumen Penelitian ……………………………………………. 46
C. Pendekatan ……………………………………………...………….. 46
D. Data dan Sumber Data .………………………… ………………..… 48
BAB IV PEMBAHASAN ……………………………… .………………… 49
A. Wacana Dominan tentang Keperempuanan (Womanhood)
di Masa Victoria ……………………..…………………………...… 57
1. Perempuan sebagai Istri yang Tunduk kepada Suami

.……..... 57

2. Perempuan sebagai Ibu dan Pengelola Rumah Tangga …….…. 59
3. Pernikahan sebagai Alat Kepentingan

………..…………….... 64

4. Perempuan Bekerja Dianggap tidak Patut ………..………….. 66
B. Representasi Wacana Dominan tentang Keperempuanan

(womanhood) dalam Novel-Novel Charlotte Brontë ………..… 74
1. Perempuan sebagai Istri yang Tunduk kepada Suami …………

74

a. Jane Eyre ……………………………………………….. 74
b. The Professor ………………………………………....... 75
c. Shirley ……………………………………………..….… 76
d. Villete ………………………………………………….. 77
2. Perempuan sebagai Ibu dan Pengelola Rumah Tangga ……….

78

a. Jane Eyre ………………………………………….…… 78
b. The Professor ……………………………………….….. 79
c. Shirley ………………………………………………….. 81
viii

d. Villete …………………………………………….……


82

3. Pernikahan sebagai Alat Kepentingan …………………..........

84

a. Jane Eyre ……………………………………….……… 84
b. The Professor ………………………………….………. 85
c. Shirley ………………………………………….……….. 87
d. Villete ……………………………………………….… 88
4. Perempuan Bekerja Dianggap tidak Patut …………….……..... 89
a. Jane Eyre …………………………………………….… 89
b. The Professor ………………………………………….. 91
c. Shirley ………………………………………………….. 92
d. Villete …………………………………………….……

93

C. Wacana Marjinal tentang Keperempuanan (Womanhood)
Dan Representasinya dalam Novel-Novel Charlotte Bronte ……..... 96

1. Kesetaraan Gender ………………………………………….… 102
a. Jane Eyre ………………………………………………

102

b. The Professor ………………………………………….. 104
c. Shirley …………………………………………………. 105
d. Villette ………………………………………………… 106
2. Kebebasan Berekspresi dan Berkehendak ………………….… 107
a. Jane Eyre ………………………………………………. 108
b. The Professor ………………………………………….. 109
c. Shirley …………………………………………………. 110
d. Villete …………………………………………………. 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 114
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….... 117

ix

DAFTAR TABEL
Tabel 1.Wacana dominan tentang keperempuanan dan representasinya

dalam novel-novel Charlotte Bronte …………………………......
94
Tabel 2. Wacana marjinal tentang keperempuanan dan representasinya
dalam novel-novel Charlotte Brontë …………………….………. 112

x

ABSTRAK

DESI PRAWITA SARI. S701308002. 2016. Wacana Keperempuanan
(Womanhood) dan Representasinya dalam Novel-Novel Charlotte Bronte. Tesis:
Program Studi S2 Kajian Budaya, Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
Kata kunci: Wacana, Keperempuanan, Representasi, Charlotte Brontë
Wacana keperempuanan ideal di masa Victoria mempengaruhi pola pikir dan
perilaku masyarakat terhadap perempuan pada saat itu. Charlotte Brontë
menggambarkan kondisi tersebut di dalam novel-novelnya yaitu The Professor,
Jane Eyre, Shirley dan Villete. Selanjutnya, dia juga menunjukan resistensi
terhadap wacana keperempuanan dominan yang menempatkan perempuan pada
posisi subordinat terhadap laki-laki yang terepresentasikan melalui wacana
keperempuanan marjinal dalam novel-novel tersebut. Penelitian ini dilakukan
untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: Pertama, bagaimanakah
wacana dominan tentang keperempuanan di masa Victoria. Kedua, bagaimanakah
representasi dari wacana keperempuanan tersebut dalam novel-novel Charlotte
Brontë. Ketiga, bagaimanakah implikasi wacana dominan keperempuanan
terhadap representasi keperempuanan marjinal dalam novel-novel tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wacana dominan tentang
keperempuanan di masa Victoria dan representasinya dalam novel-novel Charlotte
Bronte sekaligus mendeskripsikan implikasinya terhadap representasi wacana
keperempuanan marjinal di dalam novel tersebut. Penelitian ini memakai teori
Greenblatt tentang new historicism yang mengakomodasi konsep wacana
Foucault dalam proses analisisnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dan menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan menjadi tiga hal. Kesimpulan pertama
yaitu dalam penelitian ini terdapat empat wacana dominan tentang
keperempuanan (womanhood) di masa Victoria antara lain perempuan sebagai
istri yang tunduk pada suami, perempuan sebagai ibu dan pengelola rumah
tangga, pernikahan sebagai alat kepentingan, dan perempuan bekerja dianggap
tidak patut. Kesimpulan kedua yaitu wacana dominan tentang keperempuanan
tersebut direpresentasikan oleh tokoh-tokoh dalam novel-novel Charlotte Brontë.
Wacana pertama terepresentasikan oleh tokoh Jane dalam novel Jane Eyre, Mrs.
Edward Crimsworth dalam novel The Professor, Mary Gave dalam novel Shirley,
dan Paulina dalam novel Villete melalui perbuatan yang dilakukan tokoh-tokoh
tersebut untuk memenuhi ekspektasi masyarakat tentang istri ideal dan akibat
yang mereka terima ketika mereka tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut.
Wacana kedua yaitu perempuan sebagai ibu dan pengelola rumah tangga
terepresentasikan oleh tokoh Mrs. Reed dalam novel Jane Eyre, Frances Henry
dalam novel The Professor, Mrs. York dalam novel Shirley, dan Mrs. Home
dalam novel Villete. Wacana tersebut terepresentasikan melalui pemikiran dan
perilaku tokoh-tokoh tersebut dalam menjadi seorang ibu yang harus mengurus
suami dan keluarga sekaligus mengelola urusan rumah tangga. Wacana tersebut
xi

juga terepresentasikan melalui pengalaman tokoh perempuan yang tidak mampu
melaksanakan fungsi dan peran sebagai seorang ibu.
Wacana ketiga yaitu pernikahan sebagai alat kepentingan untuk mencapai tujuan.
Wacana ini terepresentasikan oleh tokoh Bertha Mason dan Rochester dalam
novel Jane Eyre, Zoraide Reuter dalam novel The Professor, Robert Moore dalam
novel Shirley, dan Ginevra Fanshawe dalam novel Villete. Pernikahan yang akan
dan telah dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut mengandung maksud dan
kepentingan antara lain, meningkatkan status kelas sosial, memenuhi kriteria
ideal, dan mengembangkan bisnis.
Wacana keempat yaitu perempuan bekerja dianggap tidak patut. Wacana tersebut
terepresentasikan oleh Mrs. Wilson, Mrs. Greys, dan Mrs. Jouberts dalam novel
Jane Eyre, Frances Henry dalam novel The Professor, Mrs. Pryor dalam novel
Shirley, dan Lucy Snowe dalam novel Villete. Perilaku merugikan dan
diskriminatif yang mereka terima di tempat kerja merepresentasikan betapa
kuatnya pengaruh wacana di masyarakat yang menganggap perempuan bekerja
sebagai sebuah penyimpangan terhadap kehidupan bermasyarakat.
Kesimpulan ketiga yaitu terdapat dua wacana marjinal yang ditemukan dalam
novel-novel Charlotte Brontë. Wacana tersebut adalah wacana kesetaraan gender
dan wacana kebebasan berekspresi dan berkehendak bagi perempuan. Wacana
kesetaraan gender muncul dari beberapa faktor antara lain: kesadaran perempuan
bahwa perempuan dan laki-laki adalah manusia yang diciptakan Tuhan sehingga
kedudukan mereka adalah sama di hadapan Tuhan yang terepresentasikan oleh
tokoh Jane; konstruksi karakter feminin dan maskulin di masyarakat tidak bisa
membatasi perempuan untuk tertarik hal-hal di luar karakter gendernya seperti
yang terjadi pada tokoh Shirley; munculnya fenomena perempuan-perempuan
tangguh, independen, dan berjiwa pemimpin seperti Madame Reuter, Madame
Beck menepis citra perempuan yang hanya berkutat pada masalah keluarga dan
rumah tangga.
Wacana kebebasan berekspresi dan berpendapat bagi perempuan muncul karena
adanya kesadaran pada perempuan untuk tidak tunduk pada keinginan orang lain.
Perempuan berhak untuk menjadi diri mereka sendiri dan menentukan apa yang
terbaik bagi diri mereka seperti terepresentasikan pada tokoh Jane, Frances dan
Shirley dalam novel-novel Brontë.

xii

ABSTRACT

DESI PRAWITA SARI. S701308002. 2016. The Discourse on Womanhood and
Its Representation in Charlotte Brontës’ Novels. Thesis: The Department of
Cultural Studies, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta.
Keywords: Discourse, Womanhood, Representation, Charlotte Brontë
The ideal womanhood in the Victorian era affects the mind set and attitude of the
society to women at that time. Charlotte Brontë illustrates the condition in her
novels namely The Professor, Jane Eyre, Shirley, and Villete. She also indicates
resistant toward the dominant discourse on womanhood situating women in the
subordinate position against men which is represented through the marginal
discourse on womanhood in the novels. This research is conducted to answer the
following research problems as follows: Firstly, how are the dominant discourses
on womanhood in Victorian era. Secondly, how the dominant discourses are
represented in the novels. Thirdly, how is the implication of the dominant
discourses on womanhood towards the representation of marginal discourse on
womanhood in the novels.
This research aims to describe the dominant discourses on womanhood in the
Victorian era and their representations found in the novels as well as to describe
the implications produced toward the representation of marginal discourse on
womanhood in the novels. This research applies new historicism theory by
Greenblatt which accommodates Foucault’s concept on discourse in the analysis
process. This research is a qualitative research using two kinds of data namely
primary data and secondary data.
The results of this research can be concluded into three things. Firstly, there are
four dominant discourses on womanhood in the Victorian era namely: woman as a
submissive wife against her husband, woman as a mother and household manager,
marriage as a means of interest, and woman working is deemed inappropriate.
Secondly, the dominant discourses on womanhood are represented by the
characters in the Charlotte Brontës’ novels.
The first discourse is represented by Jane in Jane Eyre, Mrs. Edward Crimsworth
in The Professor, Mary Gave in Shirley, and Paulina in Villete through their
attitudes in order to fulfill the expectation of society against the ideal wife and the
consequences they obtain when fail to do it.
The second discourse is represented by Mrs. Reed in Jane Eyre, Frances Henry in
The Professor, Mrs. York in Shirley, and Mrs. Home in Villete. The discourse is
represented through their thoughts and attitudes in becoming a mother to look
after husband and family as well as manage the household. The discourse is also
represented in the experiences of the female characters who fail to perform their
function and role as a mother.

xiii

The third discourse is represented by Bertha Mason and Rochester in Jane Eyre,
Zoraide Reuter in The Professor, Robert Moore in Shirley, and Ginevra Fanshawe
in Villete. The marriage which they will and have performed contains particular
intention and interest namely: to raise social class status, to fulfill ideal standard,
and to develop a business.
The fourth discourse is represented by Mrs. Wilson, Mrs. Greys, and Mrs.
Jouberts in Jane Eyre, Frances Henry in The Professor, Mrs. Pryor in Shirley, and
Lucy Snowe in Villete. The prejudice and discrimination they obtain at the
workplace represent how powerful the influence of the discourse in the society
which consider woman working as a digression against social life.
Thirdly, it can be concluded that there are two marginal discourses on
womanhood found in the novels namely the discourse on gender equality and the
discourse on the freedom of expression and speech for women. The first discourse
arises from several factors namely: the women awareness that men and woman
are humans created by God so that they have same position before the God as
represented by Jane in Jane Eyre; the feminine and masculine construction in the
society cannot confine women to be interested in things beyond her gender
characteristics as represented by Shirley in Shirley; the emergence of powerful,
independent, and leadership spirited female characters as Madame Reuter and
Madame Beck dismisses the image of women concerning only on family and
household affairs.
The discourse on the freedom of expression and speech for women arises because
there is awareness on women not to be submissive to other’s intentions. Women
have the right to be themselves and to decide what the best for themselves as
represented by the characters of Jane, Frances, and Shirley in Brontës’ novels.

xiv

1