HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASMA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA Hubungan Pengetahuan Tentang Asma Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASMA DENGAN
UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA
ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GORANG
GARENG TAJI KABUPATEN MAGETAN
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian persyaratan
Meraih Gelar Derajat Sarjana
S-1 Keperawatan

Disusun oleh :

Nama : Arin Satria Ningrum
NIM

: J210.080.116

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASMA DENGAN UPAYA
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS GORANG GARENG
TAJI KABUPATEN MAGETAN
Arin Satria Ningrum *
H. Abi Muhlisin, SKM., M.Kep**
Arina Maliya, A.Kep.,M.Si,Med ***
Abstrak
Asma merupakan penyakit yang menjadi masalah umum dan sering
dijumpai di masyarakat dan berjumlah sekitar 300 juta orang penderita di seluruh
dunia dan 80% kematian terjadi di Negara yang berpendapatan rendah,
menengah kebawah, jika pengetahuan mereka baik maka perilaku mereka
pencegahan mereka juga akan baik. Tujuan penelitian mengetahui hubungan
pengetahuan tentang asma dengan upaya pencegahan kekambuhan asma di
wilayah kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Magetan. Penelitian ini meruoakan
penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan populasi
berjumlah 47 orang dengan teknik sampling total sampling. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner. Teknik analisa data menggunakan uji spearnman rho.
Simpulan: (1) pengetahuan responden sebagian besar cukup, (2) upaya
pencegahan kekambuhan asma responden sebagian besar cukup, dan (3) ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan
kekambuhan pada penderita asma di wilayah kerja puskesmas gorang gareng
taji kabupaten magetan.
Kata kunci: pengetahuan, pencegahan kekambuhan, penyakit asma.

THE CORRELATION OF KNOWLEDGE ABOUT ASTHMA WITH
RELAPSING PREVENTION EFFORT AT ASTHMA PATIENT IN PUBLIC
HEALTH CENTRAL OF GORANG GARENG TAJI MAGETAN

Arin Satria Ningrum *
H. Abi Muhlisin, SKM., M.Kep**
Arina Maliya, A.Kep.,M.Si,Med ***

ABSTRACT
Asthma is a disease that became a public issue, and are common in the
community and about 300 million people worldwide and 80% of deaths occur in
low-income country, middle class, if they're good knowledge of their behavior
then they would also be a good preventive. This study aimed to determine the
relationship of knowledge about asthma and asthma relapse prevention in the
work area of the district health center gorang Gareng Taji Magetan. This study

meruoakan quantitative research with cross sectional population of 47 people
with a total sampling technique sampling. Instrument research using
questionnaires knowledge and prevention of recurrence. Data analysis
techniques using spearnman rho test The concluded: (1) knowledge of asthma in
the clinic work gorang Gareng Taji in enough categories, (2) prevention of
recurrence of asthma in patients with asthma in the clinic work gorang Gareng
Taji in enough categories, and (3) there was a significant between knowledge of
the prevention of recurrence in patients with asthma in the clinic work gorang
Gareng Taji Magetan district.
Keywords: knowledge, prevention, asthma

.

PENDAHULUAN
Di seluruh dunia , asma merupakan penyakit yang menjadi masalah publik dan sering
dijumpai dimasyarakat dan berjumlah sekitar 300 juta orang penderita. Sejalan dengan
populasi dunia yang terus bertambah, diprediksikan populasi penderita asma akan
bertambah menjadi 400 juta orang, disamping itu 80% kematian yang disebabkan oleh asma
terjadi pada Negara yang berpendapatan rendah dan sedang kebawah.Peningkatan
tersebut berhubungan dengan penyakit asma yang tidak terdiagnosa atau jika terdiagnosa ,

penderita tidak memiliki akses terhadap pengobatan dasar, akses kesehatan, dan
kurangnya tingkat pendidikan penderita. (WHO dalam Depkes RI, 2009)
Asma selalu mengalami peningkatan, jadi harusada upaya pencegahan asma yang
baik, pentingnya upaya pencegahan yaitu salah satunya agar penderita tidak mengalami
kekambuhan penyakitnya, jadi penderita tidak sering ke pelayanan kesehatan untuk
berobat, selain itu para penderita harus tahu tentang asma, penyebab, gejala dan
carapencegahan yang baik, jika pengetahuan penderita meningkat penderita akan
melakukan pencegahan yang baik.
Dari data puskesmas Gorang Gareng Taji didapatkan jumlah total penderita asma pada
satu tahun terakhir tahun 2011 tercatat 47 orang penderita asma. Dalam survey pendekatan
dengan cara observasi dan wawancara dengan 5 orang penderita asma di wilayah kerja
puskesmas Gorang Gareng Taji, 4dari 5 orang mengatakan tidak tahu tentang asmayang
dideritanya, penderita mengatakan mereka hanya merasa sesak nafas biasa dan ampeg di
dada, selain itu penderita juga tidak tahu tentang hal-hal yang menyebabkan kekambuhan
asma seperti; kelembaban udara, debu, kecapekan. Para penerita mengatakan sulit
bernafas dengan tiba-tiba dan tidak tahu apa penyebabnya.Penderita asma tidak tahu upaya
apa yang harus dilakukan agar asmanya tidak kambuh, jika penderita merasakn sesak nafas
penderita langsung ke puskesmas, keadaan itu sudah menjadi kebiasaan penderita asma.
Disamping data yang tercatat di puskesmas ada 702 kunjungan ulang yang dapat diartikan
bahwa setiap tahunnya rata- rata penderita berkunjung sebanyak 15 kali dalam setahun.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan Pengetahuan tentang penyakit asma
dengan upaya pencegahan kekambuhan pada penderita asma di Wiayah kerja Puskesmas
Gotang Gareng Taji kabupaten Magetan.
LANDASAN TEORI
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, fakta nyata atau
benar yang dikumpulkan menjadi teori yang digunakan untuk memahami gejala-gejala yang
ada dimasyarakat. Ada dua cara untuk memperoleh pengetahuantersebut antara lain; cara
memperoleh pengetahuan dengan non ilmiah dan ilmiah. Non ilmiah didapatkan dengan
cara coba salah, kebetulan, cara kekuasaan atau otoritas yang diperoleh dari seseorang
berwibawa, berdasar pengalaman, cara akal sehat. Sedangkan cara memperoleh
pengetahuan dengan ilmiah meliputi; diperoleh dengan cara pengamatan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain; pengalaman, tingkat
pendidikan yang luas, keyakinan tanpa adanya pembuktian, fasilitas(televise, radio, majalah,
Koran, buku), penghasilan, sosial budaya(Notoatmodjo, 2010).
Asma merupakan penyempitan saluran pernafasan yang menyebabkan sesak nafas
berupa peningkatan trakea dan bronkus yang memberikan respon sesak, batuk, mengi yang
derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun dari pengobatan yang disebabkan
karena suat rangsang (Alsagaff; 2006, Musliha; 2010, Nugroho; 2010)
Murwani (2011), menjelaskan tentang beberapa faktor yang menyebabkan asma yaitu;
faktor ekstrinsik (debu, bedak, kapas, serbuk), faktor instrinsik (faktor non alergi) yang

meliputi psikologi atau kejiwaan, disamping itu faktor genetik atau keturunan juga
mempengaruhi terjadinya asma.
Hipersensitifitas bronkus yang menyebabkan penyempitan pada saluran pernafasan
karena benda asing di udara keadaan ini yang menimbulkan nafas berbunyi (wheezing).
Seseorang yamg mempunyai alergi antibody igE abnormal berjumlah banyak jika seseorang
menghirup allergen maka igE yang menempel di sel mast akan meningkat, sel ini akan

menghasilkan macam zat dantaranya histamine, zat anafilaksis yang bereaksi lambat
dengan faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin, zat-zat ini dapat menjadikan edema atau
peradangan lokal pada dinding bronkiolus dan dapat menghasilkan mucus atau secret
kental sehingga menyebabkan tahanan nafas yang meningkat, oleh karena bronkiolus
sudah tersumbat secret maka selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat saat ekspirasi. (Musliha; 2010, Prasetyo; 2010, Muttaqin;
2008)
Beberapa tanda gejala asma yaitu meliputi; frekuensi pernafasan meningkat, terdapat
nafas berbunyi (wheezing), batuk yang disertai buih maupun dahak yang kental, sesak nafas
yang mendadak tergantung ringan, sedang, beratnya keluhan, sesak nafas menyebabkan
Pao2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah, sehingga menyebabkan kenaikan tekanan
darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena meningkatnya konsentrasi
katekolamin dalam darah akibat respon hiipoksemia. (Junaidi; 2010, Prasetyo; 2010)

Komplikasi
asma
antara
lain;
pneumothoraks,
pneumodiastinum
dan
emfisemasubcutis, atelektasis, gagal nafas. (Benvie; 2009)
Menurut Musliha (2010), asma diklasifikasikan atas asma saat serangan dan asma saat
tanpa serangan yakni; intermitten, persisten ringan, persisten sedang dan berat.
Setiap penderita harus melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi kekambuhan.
Upaya pencegahan asma antara lain (Sundaru, 2009) ; usaha menjaga kesehatan berupa
makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak,hindari minum es, minum hangat
dapat mengencerkan dahak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai.
Disamping itu keadaan rumah harus diperhatikan, sebaiknya tidak lembab, cahaya matahari
bisa masuk, kamar tidur seharusnya tidak banyak barang yang dapat menimbulkan debu,
selain itu upaya selanjutnya menghindari faktor pencetus seperti; debu, asap rokok, bulu
hewan, suhu dingin, kelelahan yang berlebihan, olahraga yang melelahkan. Menggunakan
obat-obatan bronkodilator sebagai persiapan jika kondisi seseorang tidak bisa aktif
melakukan pencegahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya pencegahan asma antara lain usia dan gender,
genetik, allergen, asap rokok, asap dapur mengandung zat-zat yang berbahaya bagi
pernafasan, lingkungan, makanan, sosial ekonomi yang kepadatan penduduknya tinggi
banyak polusi dan rendahnya kesempatan mendapat pelayanan kesehatan. (Murwani 2011)
Kerangka Konsep
Variabel bebas
Pengetahuan
tentang asma
dengan
kategori :
1. Tinggi
2. Sedang
3. Rendah

Variabel terikat
Upaya
pencegahan
kekambuhan
asma dengan
kategori :

1. Baik
2. Cukup
3. Kurang

Variabel pengganggu
umur
sosial ekonomi
alergen
Hipotesis
Ho :

Tidak ada hubungan Pengetahuan tentang asma dengan upaya pencegahan
kekambuhan pada penderita asma di wilayah kerja puskesmas Gorang Gareng Taji
kabupaten Magetan

Ha :

Ada hubungan Pengetahuan tentang asma dengan upaya pencegahan kekambuhan
pada penderita Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji kabupaten
Magetan


METODELOGI PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yaitu nilai-nilai yang dapat
dinyatakan dalam angka-angka (scoring). Penelitian kuantitatif digunakan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan asma dengan upaya pencegahan kekambuhan penderita asma.
Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional, yaitu penelitian dengan melakukan
pengukuran atas pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, 2003).
Populasi Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita asma yang terdata di Puskesmas
Gorang Gareng Taji pada satu tahun terakhir 2011 yang berjumlah 47 orang.
Mengingat jumlah populasi yang tidak terlalu banyakmaka teknil pengambilan
sampelnya dengan total sampling dengan kriteria sampel; bersedia menjadi responden, usia
dewasa awal sampai dewasa tengah umur 18-60 tahun.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesisoner.
Analisa Data
Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik korelasi yang digunakan untuk mencari
hubungan dua variable. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menetapkan taraf
signifikansi yang akan digunakan (p=0,05), apabila p0,05

maka Ho diterima. Teknik statistic dalam penelitian ini adalah statistic nonparametris yang
digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif, yaitu dengan menggunakan rumus korelasi
Spearman Rank karena kedua data penelitian ini bebrbentuk ordinal. (Sugiyono, 2007)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Deskripsi Pengetahuan
Tabel 1. Distribusi Pengetahuan
Pengetahu Jumla
(%)
No
an
h
1.
Kurang
20
43
2.
Cukup
23
49
3.
Baik
4
8
Jumlah
47
100
Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa distribusi tertinggi responden
menurut pengetahuan adalah cukup yaitu sebanyak 23 responden (49%), selanjutnya
kurang sebanyak 20 responden (43%), dan distribusi terendah adalah baik sebanyak 4
responden (8%).
Deskripsi Upaya Pencegahan
Tabel 2. Distribusi Upaya Pencegahan
Upaya
Jumla
(%)
No

1.
2.
3.

Pencegah
an
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah

h
15
29
3
47

32
62
6
100

Berdasarkan tabel 10 di atas, menunjukkan bahwa distribusi tertinggi responden
menurut upaya pencegahan adalah cukup yaitu sebanyak 29 responden (62%), selanjutnya
kurang sebanyak 15 responden (42%), dan distribusi paling rendah adalah baik sebanyak 3
responden (6%).

Analisis Bivariat
Hubungan Pengetahuan dengan Upaya pencegahan Kekambuhan Asma
Hubungan
Hubungan
pengetahuan
dan upaya
pencegahan
kekambuhan
pada
penderita
asma

rs

p-V

Sig.

0,657 0,000 P 0,364. Sedangkan nilai (p) 0,000 lebih kecil dari (alpha)
= 0,05. Berdasarkan kedua kriteria nilai uji tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak
dan secara statistik ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
upaya pencegahan kekambuhan pada penderita asma di wilayah kerja Puskesmas Gorang
Gareng Taji Kabupaten Magetan.
Pembahasan
Distribusi responden menurut pengetahuan
Distribusi responden menurut pengetahuan menunjukkan distribusi tertinggi adalah
pengetahuan cukup (49%). Pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil upaya mencari
tahu yang terjadi setelah individu tersebut melakukan penginderaan. Pengindraan melalui
berbagai alat indra akan tetapi sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui penglihatan
dan pendengaran. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang atau over behavior (Notoatmojo, 2003). Pada
kenyataannya perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tanpa didasari dengan pengetahuan. Pengetahuan diyakini kebenarannya yang
kemudian terbentuk perilaku baru yang dirasakan sebagai miliknya.
Beberapa faktor yang memungkinkan tingkat pengetahuan responden cukup adalah
faktor pendidikan. Distribusi tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian besar
responden berpendidikan SMP dan SMA. Tingkat pendidikan responden yang cukup baik

menyebabkan responden memiliki kemampuan untuk menyerap informasi-informasi tentang
penyakit asma dan cara pencegahannya. Informasi-informasi tentang penyakit asma
tersebut diperoleh dari media massa, informasi orang yang dipercaya (keluarga, saudara
dan lain-lain) serta petugas kesehatan selama responden melakukan pemeriksaan.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat
pengetahuan rendah relatif besar, yaitu sebanyak 20 responden (43%). Tingkat
pengetahuan responden tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tingkat
pendidikan dan lingkungan sosial responden. Beberapa responden memiliki tingkat
pendidikan yang rendah khususnya pada responden yang berasal dari daerah yang cukup
jauh dari perkotaan. Tingkat pendidikan responden yang rendah dan jauhnya dari perkotaan
menyebabkan kesadaran responden untuk mencari informasi tentang asma menjadi rendah,
didukung oleh kurangnya informasi tentang asma mendukung pengetahuan mereka tentang
asma menjadi rendah pula.
Distribusi responden menurut upaya pencegahan
Distribusi responden menurut upaya pencegahan menunjukkan distribusi tertinggi
adalah cukup (62%). Upaya pencegahan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk
mencegah timbulnya kekambuhan. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi mengkonsumsi
makanan bergizi, menghindari kelelahan, faktor lingkungan, memiliki obat antisipasi
serangan mendadak, dan faktor psikologis.
Upaya pencegahan yang dilakukan oleh responden dimulai ketika responden
memperoleh informasi atau pengetahuan tentang penyakit asma, kemudian pasien tersebut
menyikapinya. Sikap yang diberikannya untuk menyakini informasi atau pengetahuan itu
sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Sarwono (2000) bahwa perubahan sikap dan perilaku individu
dimulai dengan tahap identifikasi, kemudian baru menjadi internalisasi.
Penelitian juga menunjukkan terdapat 15 responden (32%) memiliki upaya
pencegahan yang kurang. Kondisi ini disebabkan oleh kesalahpahaman responden
terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan upaya pencegahan kekambuhan asma. Hal
tersebut terlihat dari distribusi jawaban responden terhadap kuesioner upaya pencegahan
kekambuhan asma. Sebagian besar responden memiliki persepsi yang salah terhadap kerja
yang berlebihan menyebabkan kekambuhan asma, responden menganggap berkumpul
dengan perokok bukan pemicu kekambuhan asma, dan pemakaian masker bukanlah hal
yang penting.
Hubungan Pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan
Hasil perhitungan uji Spearman Rho diperoleh simpulan ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan pada
penderita asma di wilayah kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan.
Hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan kekambuhan penyakit
sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmojo (2003) yang menyatakan sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, didalam orang tersebut terjadi proses yang berurutan, dari
kesadaran seseorang akan tertarik melakukan sesuatu untuk dirinya kemudian seseorang
tersebut akan menimbang- nimbang apa yang terbaik bagi dirinya kemudian seseorang itu
akan mengaplikasikannya dengan perilaku kemudian dari hasil dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari hari
Pengetahuan yang diperoleh oleh pasien penyakit asma tentang kekambuhan asma
menyebabkan pasien tersebut melakukan pemilihan terhadap perilaku tertentu. Ketika
pasien memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakit asma, yaitu memahami tindakantindakan yang baik dalam pencegahan penyakit asma, maka pasien tersebut akan
berperilaku benar dalam pencegahan penyakit asma, sehingga upaya yang dilakukan dalam
pencegahan asma menjadi baik.
Penelitian mengenai pengetahuan dan penatalaksanaan penyakit asma dilakukan
oleh fairawan (2008), yang meneliti tentang hubungan antara pengetahuan dan

penatalaksanaan penyakit asma pada penderita asma. Penelitian fairawan (2008)
menghasilkan simpulan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan terhadap
sikap penatalaksanaan pada penderita asma di Balai Besar Kehatan Paru Masyarakat
Surakarta.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1. Pengetahuan pasien asma di Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan
menunjukkan hasil 23 orang dari 47 responden memiliki pengetahuan cukup. Jadi dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan responden tentang penyakit asma maka
semakin tinggi upaya pencegahan kekambuhan penyakit asma.
2. Upaya pencegahan kekambuhan pada pasien asma di Puskesmas Gorang Gareng Taji
Kabupaten Magetan menunjukkan hasil 29 orang dari 47 responden memilik
pengetahuan cukup. Simpulan ini menunjukkan adanya korelasi yang tepat dari hasil
distribusi responden menurut tingkat pengetahuan.
3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan
kekambuhan pada penderita asma di wilayah kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji
Kabupaten Magetan.

Saran
1. Bagi Puskesmas
Hasil tersebut dapat menjadi acuan bagi Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten
Magetan untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit asma
guna meningkatkan perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan kekambuhan
penyakit asma. Langkah-langkah tersebut misalnya dengan menggalakan promosi
kesehatan, sehingga pengetahuan mereka tentang asma meningkat dan membantu
mereka dalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit asma.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan dan kepedulian mereka tentang penyakit
asma. Terutama bagi masyarakat yang anggota keluarganya ada yang menderita
penyakit asma hendaknya memperbaiki perilaku hidup mereka khususnya yang
berkenaan dengan upaya pencegahan penyakit asma, misalnya dengan menjaga
kebersihan rumah dan lingkungan, mengkonsumsi makanan bergizi agar asma mereka
tidak kambuh lagi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat menjadi acuan untuk dikembangkan pada penelitian yang lebih
luas, misalnya dengan menambah faktor-faktor lain yang mempengaruhi sikap
masyarakat dalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit asma, misalnya keadaan
ekonomi, faktor lingkungan, dan budaya.

DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H&Mukti, A. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press
Depkes. RI. 2009. Buku Pedoman Asma. Available from :
http://www.pppl.depkes.go.id/index.php?c=berita&m=fullview&id=194. On senin,19
desember 2011: 15:00 WIB
Fairawan, Sulfan.2008. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit Asma Pada
Pasien Rawat Jalan Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta
: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hidayat, A.A.2003. Riset Keperawatan Dan teknik Penulisan Ilmiah Edisi I. Salemba Medika.
Jakarta
Junaidi, Iskandar.2010. Penyakit Paru & Saluran napas. Jakarta : BIP Gramedia
Maryono. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dengan Kekambuhan Asma Brokhiale
Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Paru Instalasi Rawat Jalan RSUD
Dr.Moewardi : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Murwani, Arita. 2011. Perawatn Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Musliha . 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Methodology Penelitian Ilmu Keperawatan ;
Salemba Medika. Jakarta
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. Pedoman & Penatalaksanaan Asma di
Indonesia. Jakarta
Prasetyo, Budi. 2010. Seputar Masalah Asma. Yogyakarta : Divapress
Riwidikdo, H. 2008. Statistik Kesehatan : Mitra Cendikia Press. Yogyakarta
Sarwono 2000. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sugiono, 2005. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

* Arin Satria Ningrum: Mahasiswa S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura
** H. Abi Muhlisin, SKM., M.Kep: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura.
*** Arina Maliya, A.Kep.,M.Si,Med: Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post
1 Kartasura

Dokumen yang terkait

Upaya Pencegahan Kekambuhan Asma Pada Anak.

0 3 20

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.

2 6 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak Sukoharjo.

3 13 14

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pencegahan Asma Dengan Kejadian Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta.

0 5 12

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pencegahan Asma Dengan Kejadian Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Pencegahan Asma Dengan Kejadian Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan Surakarta.

0 3 6

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASMA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA Hubungan Pengetahuan Tentang Asma Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan.

0 4 16

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Tentang Asma Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Pada Penderita Asma Di Wilayah Kerja Puskesmas Gorang Gareng Taji Kabupaten Magetan.

0 7 5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN DEMAM Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid Pada Penderita Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar.

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN DEMAM Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Demam Tifoid Pada Penderita Demam Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Jatiyoso Karanganyar.

0 2 13