T1 802012036 Full text

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU AGRESI PADA KOMUNITAS STREET PUNK
DI KOTA BLORA

OLEH
DYNA WIJAYANTI
80 2012 036

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU AGRESI PADA KOMUNITAS STREET PUNK

DI KOTA BLORA

Dyna Wijayanti
Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

Abstrak

Penelitian ini ingin melihat hubungan antara tekanan teman sebaya dengan perilaku
agresi pada komunitas street punk di kota Blora. Penelitian dilakukan terhadap 30
orang, anggota komunitas street punk di kota Blora. Pengumpulan data secara
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan dua instrumen. Tekanan teman sebaya
diukur dengan skala Peer Pressure Inventory (PPI) sementara perilaku agresi diukur
dengan skala agresi. Wawancara dengan beberapa orang anggota komunitas street punk

di kota Blora juga dilakukan untuk menambah gambaran seputar kegiatan angggota
komunitas punk serta hubungan antara anggota komunitas street punk. Kesimpulan yang
diperoleh adalah terdapat hubungan yang negatif antara tekanan teman sebaya dengan
perilaku agresi pada anggota komunitas street punk di kota Blora (r = -0,331 dengan sig.
= 0,037 (p > 0.05).
Kata kunci : Tekanan teman sebaya, Perilaku agresi, komunitas street punk.

i

Abstract

This research aims to find the correlation between peer pressure and aggressive
behavior in street punk community in the town of Blora. The participants are 30 people.
Quantitative data collection was conducted using two instruments. Peer pressure is
measured with a scale of Peer Pressure Inventory (PPI) while the aggressive behavior
was measured with a scale of aggressive. Interviews with some community members
street punk in Blora also performed to add an idea about the activities of the members
of punk community and the relationship between members of the community street punk.
The main results of this research show that peer pressure is negatively correlated with
aggressive behavior in street punk community in the town of Blora (r = -0.331 with

sig.= 0.037 (p 0,05 dan skala perilaku agresi (K-S-Z =
0,479), hasil ini menunjukkan data tekanan teman sebaya dan data perilaku agresi
berdistribusi normal.
Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Agresi
N
Normal
Parametersa

Mean
Std. Deviation
Most Extreme Absolute
Differences
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal


30
128.27
28.597
.087
.087
-.084
.479
.976

PPI
30
-7.90
22.177
.122
.109
-.122
.669
.762

Unstandardized

Residual
30
.0000000
20.92847492
.131
.131
-.093
.720
.679

18

2. Uji Linearitas
Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara tekanan
teman sebaya dengan perilaku agresi dengan deviation linearity sebesar F = 3.329 dan
nilai signifikansi = 0,128 lebih besar dari 0,05 yang artinya terdapat hubungan linear
secara signifikan antara perilaku agresi dengan tekanan teman sebaya.
Tabel 4. Hasil Uji Linearitas
Sum of
Squares

agresi * PPI Between Groups (Combined)

F

Sig.

24

825.765 1.059 .529

Linearity

2595.064

1

2595.064 3.329 .128

Deviation
from

Linearity

17223.302

23

748.839

3897.500

5

779.500

23715.867

29

Total


hasil

Df

19818.367

Within Groups

Berdasarkan

Mean
Square

perhitungan

variabel,

berikut

adalah


.961 .582

kategorisasi

deskriptifnya. Kategori ini berdasarkan data item valid yang ada, sebagai berikut:
Tabel 5. Kategori Skor Perilaku Agresi
No

Interval

Kategorisasi

1

21 ≤ x < 63

2
3


F

%

Rendah

0

0

63 ≤ x < 105

Sedang

2

6,7

105 ≤ x ≤ 147


Tinggi

28

93,3

30

100

Jumlah

Mean

128,27

19

Berdasarkan Tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa skor perilaku agresi berada
pada kategori tinggi dengan mean sebesar 128,27. Sebanyak 28 orang yang menjadi
subjek penelitian memiliki skor perilaku agresi yang berada pada kategori tinggi dengan
prosentase 93,3%. 2 orang berada pada kategori sedang dengan prosentase 6,7%. Tidak
terdapat subjek yang masuk kategori skor perilaku agresi rendah dengan prosentase 0%.
Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 63 sampai dengan skor
maksimum sebesar 147 dengan standar deviasi 12,7.
Tabel 6. Kategori Skor Tekanan Teman Sebaya
No

Interval

Kategorisasi

1

-153 ≤ x < -49

Rendah

2

-49 ≤ x < 51

Sedang

3

51 ≤ x < 153

Tinggi
Jumlah

Mean

-7,9

F

%

1

3,3

29

96,7

0

0

30

100

Berdasarkan Tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa skor tekanan teman sebaya
berada pada kategori sedang dengan mean sebesar -7,9. Sebanyak 29 orang yang
menjadi subjek penelitian memiliki skor tekanan teman sebaya yang berada pada
kategori sedang dengan prosentase 96,7%. 1 subjek berada pada kategori rendah dengan
prosentase 3,3%. Tidak terdapat siswa yang masuk kategori skor tekanan teman sebaya
tinggi dengan prosentase 0%. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum
sebesar -49 sampai dengan skor maksimum sebesar 51 dengan standar deviasi 22,1.

20

A. Analisis Korelasi
Hasil korelasi antara perilaku agresi dengan tekanan teman sebaya pada tabel 7
di bawah sebagai berikut :
Table 7. Hasil Uji Korelasi antara Tekanan Teman Sebaya dengan Perilaku
Agresi
Correlations
agresi
Agresi

Pearson
Correlation

PPI
1

Sig. (1-tailed)
N
PPI

Pearson
Correlation
Sig. (1-tailed)

-.331*
.037

30

30

-.331*

1

.037

N
30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

30

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi yang ditunjukkan oleh Tabel 7,
diperoleh koefisien tekanan teman sebaya dengan perilaku agresi sebesar -0,331 dengan
sig. = 0,037 (p > 0.05). Hasil ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara perilaku
agresi dengan tekanan teman sebaya pada anggota komunitas punk di kota Blora.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r sebesar -0,331
dengan signifikansi sebesar 0,037 (p > 0,05) yang berarti terdapat hubungan negatif
antara tekanan teman sebaya dengan perilaku agresi pada anggota komunitas street punk
di kota Blora. Namun Dara (2009) menyatakan pengaruh kelompok teman sebaya (peer

21

group) terhadap perilaku bullying siswa di sekolah memiliki hubungan positif yang
signifikan antara tekanan teman sebaya dengan perilaku bullying.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Nia (2012) menyatakan konformitas
dengan perilaku agresi pada komunitas punk di kota Malang memiliki hubungan positif
yang signifikan antara konformitas dengan perilaku agresi. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syifa (2014) tentang pengaruh Trait kepribadian Big-Five dengan
konformitas teman sebaya terhadap agresivitas anak punk di jabodetabek memiliki
hubungan positif yang signifikan antara Trait kepribadian Big-five dengan konformitas
teman sebaya anak punk di jabodetabek. Penelitian yang dilakukan Anna (2014) tentang
hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresi siswa kelas x SMKN 2
Kota Bengkulu memiliki hubungan negatif yang kuat antara kecerdasan emosional
dengan perilaku agresi siswa kelas x SMKN 2 kota Bengkulu.
Pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja merupakan hal yang penting
yang tidak dapat diremehkan dalam masa-masa remaja. Diantara para remaja terdapat
jalinan yang cukup kuat. Pada kelompok teman sebaya ini untuk pertama kalinya remaja
menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Keberadaan teman sebaya
sagat mempengaruhi tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran remaja. Misalnya
pengaruh terhadap cara berpakaian, gaya hidup, merokok dan sebagainya (Mapiere,
2004).
Pengaruh teman sebaya dapat berpengaruh positif dan negatif. Piaget (dalam
Santrock, 2007) menekankan bahwa melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan
remaja belajar mengenal pola hubungan yang timbal balik dan setara. Anak-anak
menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan
dengan teman sebaya. Mereka juga belajar mengamati dengan teliti minat dan

22

pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya
ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sulivan dalam Santrock
(2003) menambahkan alasan bahwa remaja belajar menjadi teman yang memiliki
kemampuan dan sensitif terhadap hubungan yang lebih akrab dengan menciptakan
persahabatan yang lebih dekat dengan teman sebaya yang dipilih.
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara tekanan teman sebaya
dengan perilaku agresi pada anggota komunitas punk di kota Blora, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1.

Ada hubungan negatif antara perilaku agresi dengan tekanan teman sebaya pada
anggota komunitas street punk di kota Blora.

2.

Perilaku agresi pada anggota komunitas street punk di kota Blora, pada kategori
tinggi, sedangkan Tekanan teman sebaya pada anggota komunitas street punk di
kota Blora, pada kategori sedang.

3.

Sumbangan efektif yang diberikan oleh tekanan teman sebaya terhadap perilaku
agresi pada komunitas street punk di kota Blora adalah sebesar 10,9%. Ini berarti
tekanan teman sebaya memiliki kontribusi sebesar 10,9% tergadap perilaku agresi,
sedangkan 89,1% dipengaruhi oleh factor-faktor lain di luar tekanan teman sebaya
yang dapat berpengaruh terhadap perilaku agresi.

D. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan
hal-hal sebagai berikut :
1. Bagi Anak Punk

23

Anak punk umumnya dan khususnya untuk sampel penelitian harus lebih
dapat memperkuat hal-hal positif yang ada pada dirinya agar hal-hal negatif
seperti

perilaku

agresi

dapat

berkurang,

yaitu

dengan

mengurangi

mengkonsumsi minuman keras, bersikap ramah terhadap orang lain yang tidak
dikenal. Selain itu anak punk diharapkan bisa lebih menghargai orang lain yang
dikenal maupun tidak dikenal, karena hal tersebut dapat menambah nilai baik di
dalam diri serta mengurangi anggapan masyarakat tentang anak punk yang
sukanya berbuat kasar, pemberontak, dan lain sebagainya. Serta anak punk
jangan mudah terpengaruh dengan tekanan teman sebaya yang negatif, anak
punk harus memiliki pedoman diri sendiri.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menambah jumlah subjek dan mengontrol dengan ketat variabel-variabel
sekunder yang dapat mempengaruhi validitas hasil penelitian seperti
penggunaan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami subjek.

24

Daftar Pustaka
Baron, R. A., Byrne, D. (2005). Psiologi Sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa:
Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga.
Berkowitz, L. (1993). Aggresion: its causes, consequences, and control. New York:
McGrow-Hill, inc.
Brown, B. B, & Clasen, D. R. (1985). Peer pressure inventory. Retrieved 18 February
2016 from http://libra.msra.cn/Journal/9835/j-youth-adolescence-journal-ofyouth-and-adolescence.
Brown, B., & Clasen, D. R. (1986). Perception of peer pressure, peer conformity
dispositions, and self-reported behavior among adolescents. Retrieved 3
February 2016.
Buss, A.H. & Perry, M. (1992). The Aggression questionare. Journal of Personality and
Social Psychology, 454.
Dara, A. (2009). Pengaruh kelompok teman sebaya (peer group) terhadap perilaku
bullying siswa di sekolah.
Dwiyantari, S. (2012). Remaja Punk Jalanan dan Penguatan Fungsi Keluarga (Sebuah
Alternatif Pengendalian Maraknya Remaja Punk Jalanan). Insani. Diunduh dari
http://stisip.kampuswiduri.ac.id (4 Januari 2016).
Hebdige, D. (2002). Subculture: The
www.isns.uw.edu.pl (4 Januari 2016).

Meaning

of

Style.

Diunduh

dari

Indaryanto, A. P (2001). Identifikasi Keterapan dan Kontribusi Komunitas Punk Pada
Penyakit Masyarakat di Jakarta Selatan. Thesis Program Studi Kajian Ilmu
Kepolisian Jakarta. Diunduh dari lontar.ui.ac.id (9 Januari 2016).
Maghfiroh, T. (2007). Konsep Diri Anggota Komunitas Punk Malang. Skripsi Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Diunduh dari lib.uin-malang.ac.id (6
Januari 2016).
Marbun, F. B. (2013). Tanggapan Masyarakat Terhadap Perilaku Budaya Anak Punk di
Kota Medan. Skripsi Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara Medan. Diunduh dari http://jurnal.usu.ac.id
(12 Januari 2016).
Mappiare, Andi. (2004). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Rajawali Pers.
Myers, D. (2002). Exploring social psychology: fifth edition. New York: McGraw-Hill.
(9 Januari 2016).

25

Nia, M. (2012). Konformitas dengan Perilaku Agresi pada Komunitas punk di kota
Malang.
Putri, R. H. N. 2011. Hubungan Perilaku Sosial dengan Agresivitas Siswa di SMK
Negeri 1 Cikarang Barat. Jurnal Psikologi. Vol. 2. No. 1: 1-10. Jakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.
Rina. 2011. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilku Agresif pada Remaja Kelas II,
III di SMP Pahlawan Tohan Bandungg 18 September 2006-05 Januari 2007.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Edisi Ke-6. Jakarta:
Erlangga.
Santrock, J. W. (2007). Adolescende. Edisi Kesebelas. Alih Bahasa: Benedictine
Widyasinta. Jakarta: Erlangga.
Sandy, R. (2015). Pengaruh tekanan teman sebaya terhadap perilaku kecanduan path
pada kalangan remaja di jakarta barat. Skripsi. Jakarta: Universitas Bina
Nusantara.
Sears, D. O. (2005). Psikologi Sosial. Edisi Ke-5. Jakarta: Penerbit erlangga.
Wibowo, M. R. (2013). Puluhan Anak „Punk‟ Peknbaru Aniaya Anggota TNI. Diakses
melalui http://www.republika.co.id (20 Januari 2016).
Wiggins, J.A., Wiggins, B. B., & Zanden, J. V. (1994). Social Psychology: fifth edition.
United State: McGraw-Hill, inc.