MAKALAH KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING
KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI
BAHAN BAKAR
Ahmad MH Winata (L2C605113) dan Rachmat Prasetiyo (L2C605167)
Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
Pembimbing: Andri Cahyo Kumoro, ST. MT. PhD
Abstrak
Produk-produk pertanian yang berbentuk butiran, seperti: jagung, padi, kacang-kacangan, kopi, dan
lain-lain memerlukan perhatian yang lebih serius, terutama pada proses pengawetan. Proses
pengeringan memegang peranan penting dalam pengawetan produk pertanian. Karakteristik
pengeringan suatu bahan sangat diperlukan dalam merancang dan mengoperasikan alat pengering
yang digunakan. Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan tray yang efektif pada tray dryer,
membuat grafik hubungan antara laju pengeringan (N) vs moisture content (x), waktu pengeringan vs
kadar air rata-rata dalam gabah dan menentukan waktu pengeringan efektif. Pada penelitian ini,
gabah dikeringkan dengan tray dryer buatan sendiri berdimensi (48x33x1) cm yang menggunakan
media pengering berupa udara kering yang dipanaskan dengan panas hasil pembakaran sekam padi.
Setiap selang 5 menit sekali, sampel gabah ditentukan beratnya dengan timbangan digital untuk
menentukan perubahan berat gabah pada rentang waktu tersebut. Percobaan dihentikan jika berat
gabah sudah konstan. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa gabah pada pada Tray 1 lebih
cepat kering dibandingkan dengan pada tray 3 dan 5 yang berarti bahw laju pengeringan gabah pada

pada Tray 1 lebih cepat kering dibandingkan dengan pada tray 3 dan 5. Massa umpan gabah basah
juga menentukan laju pengeringannya, di mana semakin sedikit gabah yang dikeringkan, maka
semakin cepat laju pengeringannya.
Kata kunci: Alat Pengering kabinet, Gabah, Sekam
1.

Pendahuluan
Kemajuan teknologi pascapanen di Indonesia menuntut tersedianya bahan baku yang bermutu tinggi untuk
industri pengolahan hasil pertanian. Produk-produk pertanian yang berbentuk butiran, seperti: jagung, padi, kacangkacangan, kopi, dan lain-lain memerlukan perhatian yang lebih serius, terutama pada proses pengawetan. Proses
pengeringan memegang peranan penting dalam pengawetan suatu bahan. Proses pengeringan juga membantu
mempermudah penyimpanan produk pertanian dalam rangka pendistribusian baik dalam skala domestik maupun ekspor.
Proses pengeringan butiran bertujuan untuk mengurangi kandungan airnya sampai batas-batas tertentu, agar tidak terjadi
kerusakan akibat aktivitas metabolisme oleh mikroorganisme (Mohsenin, 1980).
Di Indonesia, pengeringan butiran pada umumnya masih dilakukan dengan memanfaatkan tenaga matahari.
Namun, cara ini sangat tergantung pada musim, waktu pengeringan, tenaga kerja yang banyak, dan tempat yang luas.
Pengeringan butiran yang berkadar air tinggi, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan dalam jangka waktu
lama pada suhu udara pengering yang rendah atau pengeringan dalam jangka waktu yang lebih pendek pada suhu yang
lebih tinggi. Akan tetapi, jika pengeringan dilakukan terhadap suatu bahan berlangsung terlalu lama pada suhu yang
rendah, maka aktivitas mikroorganisme yang berupa tumbuhnya jamur atau pembusukan menjadi sangat cepat.
Sebaliknya, pengeringan yang dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada komponenkomponen bahan yang dikeringkan, baik secara fisik maupun kimia. Oleh karena itu, perlu dipilih cara pengeringan

yang efektif dan efisien agar tidak terjadi kerusakan pada produk-produk pertanian.
Karena padi/gabah/beras merupakan komoditas vital bagi Indonesia, Pemerintah memberlakukan regulasi harga
dalam perdagangan gabah. Muncullah istilah-istilah khusus yang mengacu pada kualitas gabah sebagai referensi
penentuan harganya (BULOG, 2008) :
1. Gabah Kering Panen (GKP), gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 18% tetapi lebih kecil atau sama
dengan 25% (18%