T1 232010039 Full text

URGENSI ENVIRONMENTAL DISCLOSURE : SEBUAH
TELAAH LITERATUR
Oleh :
TIMOTIUS AGUNG WAHONO
NIM : 232010039

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
i


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52-60
Telp : (0298) 21212, 311881
Telex 22364 ukwsa ia
Salatiga 50711 – Indonesia
Fax. (0298) 213433

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Timotius Agung Wahono
NIM
: 232010039
Program Studi: AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Unversitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,

Judul
: Urgensi Environmental Disclosure : Sebuah
Telaah Literatur
Pembimbing : Paskah Ika Nugroho, SE., M.Si, CMA
Tanggal diuji : 24 Januari 2014
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri
tanpa memberikan pengakuan tanpa penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau
meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana, termasuk pencabutan gelar keserjanaan yang telah
saya peroleh.

Semarang, Desember 2013
Yang memberi pernyataan,

TIMOTIUS AGUNG WAHONO


ii

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa selama proses perkuliahan dan penyelesaian
penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu serta memberikan semangat
dan motivasi kepada penulis.
Oleh karena itu dengan terselesaikannya penulisan skripsi ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Bapak Hari Sunarto, SE., MBA. PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana.
Bapak Dr.Usil Sis Sucahyo, SE., MBA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Bapak Paskah Ika Nugroho, SE., M.Si, CMA


selaku pembimbing yang telah

memberikan waktu, tenaga, dan pikiran selama proses bimbingan sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Ibu Yeterina Widi Nugrahanti, SE., M.Acc, Akt. selaku wali studi yang membimbing

dan memberi saran maupun kritik selama penulis menempuh studi.
Ibu Like Sugiono, SE., M.Si untuk diskusinya dalam proses penulisan skripsi ini.
Papaku Wahono Jahja, mamaku Fenny Iswati, adikku Theofilus Aldo yang selalu

menyayangi serta memberi dukungan.
Seluruh staf pengajar FEB-UKSW yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama menempuh studi.
Seluruh staf TU FEB-UKSW yang telah membantu penulis dalam pengurusan

persyaratan administrasi skripsi.

iv


Dosen-dosen pembimbing lomba akuntansi, Mbak Ery, Ko Paskah, Ko Ari, Mbak
Gustin, Mbak Pat yang telah mendukung penulis dalam persiapan

mengikuti perlombaan.
Yonathan, Kenneth, Marcell, Dimas “Cimol”, Ardy, Redya , sahabat-sahabatku yang
paling baik dan menyenangkan, terima kasih untuk kebersamaan di masa
kuliah ini.
Garry, Citra, Redya, Susan partner lomba terbaik sekaligus sahabatku, terimakasih

untuk semua momen menegangkan, mengecewakan, serta membahagiakan
selama mengikuti komepetisi-kompetisi akuntansi.
Wahyu, Dimaz Beruk, Joko, Rion, Tommy Sule, Shidqi, Eriza Mayang, Rara, Munk,
Diva, Yunita, Novenny, Tita, David, Taka, Eko, Risang, Dhoni, Frendy,
Ghea, Vonny, Fanny Djongkang, Harison, Ima, Diven, Luluk, Didha, Devi,
Giovanny, Monica, Winny, Ruth, Tri, Silvy, Livia, Mbak Cholina, Mas
Yulius Bolep. Terima kasih untuk dukungannya selama kuliah.

Adik-adik angkatan tersayang Michael, Adi, Ian, Boe, Gilang, Venny, Navika, Puspa,
Arin, Fadjar, Bella, Bayu, Maya, Marcia, Vania CK, Mateus, Elvina Rosa,
Vano. Terima kasih, senang bisa kenal kalian.


Anak-anak asistenku terkasih, Eli, Kevin, Freddy, Anne, Nerissa, Karina, Rafli, Nor
Khasanah, Anjar, Gery, Inneke, Amy, Ony, Pauline, Andriana, Melisa dan
Ade, terima kasih untuk waktunya yang menyenangkan.

Teman-teman Korps Asisten Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Semua teman dan pihak yang tidak dapat kusebutkan namanya satu persatu.
Tuhan Yesus Memberkati.
Salatiga, Desember 2013

Penulis

v

Kupersembahan skripsi ini kepada :
 Papa , Mama, dan Adikku tercinta untuk doa, kasih sayang, dan
perhatiannya selama ini
 Sahabat-sahabatku tersayang, Yonathan, Kenneth, Marcell, Cimol,
Garry, Citra, Ardy, Redya untuk kebersamaan, dukungan, dan semua
moment berharga di masa kuliah


MOTTO
Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang,
yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api,
tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang
percaya?
(Lukas 6:30)

Do it because you want to, not because you want something back in return
(NN)

People are often unreasonable, irrational, and self-centered,
forgive them anyway,
Remember, in the final analysis, it is between you and God,
It was never between you and them anyway
(Mother Theresa)

Belajar tenang karena saya pernah menyesal karena tergesa-gesa,
belajar sabar karena saya pernah menyesal karena marah,
belajar serius karena saya tahu sudah waktunya menata hidup

(NN)

vi

Abstract
The increase of public attention to environmental issues makes the companies
need to be more responsible at those matters. Environmental disclosure is a
tool to meassure that responsibility. Based on the economic perpective, prior
studies tried to find out the relation hip beetwen voluntary environmental
disclosure (VED) and economic performance, and they found various results.
Another studies captured there are many enviromental disclosureperformance gap phenomenon. Therefore, this study attemps to analyze
whether VED is neccesary or not and find out the cause of environmental
disclosure-performance gap. The results shows that companies with bad
environmental performance are recommended to release VED for creating a
good image in order to defend its self from the third parties assesment, and
companies with good environmental performance are recommended to
release VED only if it is possible to increase economic performance. The
result also shows that common causes of environmental disclosureperformance gap are getting economic benefit as the concequences of being a
environmental-friendly company without doing any good environmental
performance, besides, the company might minimize cost because

environmental disclosure is predicited can’t give any economic benefit and
avoiding loss from the accuse of the third parties who might doubt the
credibility of data and look for the company’s environmental violation that
caused by producing environmental disclosure too extensively and selfserving.
Keywords: Voluntary environmental disclosure, environmental performance,
economic performance, environmental disclosure-performance gap

vii

SARIPATI
Meningkatnya perhatian publik terhadap isu lingkungan menyebabkan
perusahan menjadi perlu lebih bertanggungjawab pula terhadap
lingkungannya. Environmental disclosure merupakan salah satu alat untuk
mengukur tanggung jawab lingkungan tersebut. Berdasarkan perspektif
ekonomi, penelitian-penelitian sebelumnya yang mencari hubungan voluntary
environmental disclosure (VED) dengan economic performance menemukan
hasil yang beragam. Penelitian-penelitian lain juga menemukan banyak terjadi
environmental disclosure -perfomance gap. Berdasarkan realita tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk merekomendasikan apakah VED perlu
dilakukan atau tidak, serta mencari penyebab terjadinya environmental

disclosure-performance gap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan
dengan kinerja lingkungan yang buruk direkomendasikan untuk melakukan
VED sebagai sarana pembentuk image untuk membela dirinya dari penilaian
pihak ketiga, sedangkan perushaan dengan kinerja lingkungan baik hanya
direkomendasikan untuk melakukan VED jika VED berpotensi meningkatkan
kinerja ekonomi perusahaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
penyebab terjadinya environmental disclosure-performance gap umumnya
adalah keinginnan perusahaan untuk mendapatkan manfaat ekonomi karena
reputasi sebagai perusahaan peduli lingkungan tanpa harus melakukan kinerja
lingkungan yang baik atau sebaliknya, perusahaan ingin meminimalkan biaya
karena pengungkapan lingkungan dianggap tidak mendatangkan manfaat
ekonomi serta menghindari kemungkinan tuduhan dari pihak ketiga yang
meragukan kredibilitas informasi dan mencari-cari pelanggaran perusahaan
terkait lingkungan ketika pengungkapan lingkungan dilakukan terlalu luas dan
self-serving.
Kata kunci: Pengungkapan lingkungan sukarela, kinerja lingkungan, kinerja
ekonomi, environmental disclosure-performance gap.

viii


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas perkenananNya lah penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “URGENSI
VOLUNTARY

ENVIRONMENTAL

DISCLOSURE :

SEBUAH

TELAAH

LITERATUR” ini dengan baik sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Kristen Satya Wacana.
Terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penulisan skripsi ini. Menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak
kekuarangan, maka kritik dan saran dari pembaca terus penulis tunggu untuk
perbaikan ke depan. Akhir kata, semoga tulisan ini berguna bagi para pembacanya.
Terimakasih.

Semarang, Desember 2013

Penulis

ix

DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................

i

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi .....................................................................

ii

Halaman Persetujuan/Pengesahan .....................................................................

iii

Halaman Moto dan Persembahan . .....................................................................

iv

Abstract ..............................................................................................................

v

Saripati . ..............................................................................................................

vi

Kata Pengantar ...................................................................................................

vii

Ucapan Terima Kasih . .......................................................................................

viii

Daftar Isi . ...........................................................................................................

ix

Pendahuluan ......................................................................................................

1

Metode Penelitian dan Kerangka Berpikir .........................................................

4

Environmental Disclosure .................................................................................

8

Environmental Performance .................................... .........................................

11

Latar Belakang Environmental Disclosure Menurut Perspektif Ekonomi .........

13

Hubungan Environmental Disclosure dengan Environmental Performance ......

15

Hubungan Environmental Performance dan Environmental Disclosure
dengan Economic Performance………………………………………….……….......

17

Konsekuensi Ekonomi Bagi Poor Environmental Performance ........................

22

Apakah Environmental Disclosure Direkomendasikan untuk dilakukan? .........

23

Mengapa Mungkin Terjadi Environmental Disclosure-Performance Gap? ......

25

Kesimpulan ....................................................... ............................................... ..

28

Implikasi Terapan ............................................................................................ ..

30

Keterbatasan dan Saran .................................................................................... ..

31

Daftar Pustaka ...................................................................................................

32

Lampiran .............................................................................................................

39

Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................

41

x

Pendahuluan
“Ketika pohon terakhir tumbang, sungai terakhir kering, dan ikan terakhir mati, maka
kita akan sadar uang tidak bisa kita makan” (Greenpeace). Slogan tersebut adalah
contoh betapa isu lingkungan semakin disorot publik. Istilah environmental
accounting yang menggambarkan kepedulian sektor bisnis terhadap lingkungan pun

makin sering terdengar. Meski demikian, laporan WALHI (Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia) beberapa tahun terakhir masih menunjukkan berbagai kasus
kerusakan lingkungan akibat operasi bisnis perusahaan.
Fitriasari (2012) menyatakan penyesuaian peran akuntan terkait tuntutan akuntabilitas
lingkungan antara lain: kebutuhan akuntan dalam hal transparansi pelaporan kinerja
lingkungan, kebutuhan akuntan sebagai penyedia informasi dampak operasi
perusahaan atas lingkungan, dan kebutuhan akuntan sebagai penyedia informasi
dampak ekonomi dari aktivitas perusahaan terkait lingkungan. Perhatian dunia
akuntansi terhadap isu lingkungan juga tampak dari meningkatnya jumlah penelitian
tentang environmental disclosure. Menurut Rupley et al. (2012), meski fokus utama
shareholders adalah kinerja finansial perusahaan, terdapat pula non-shareholder
stakeholders yang memperhatikan isu-isu yang tidak berhubungan langsung dengan

kinerja finansial seperti isu lingkungan.
Bagi perusahaan di Indonesia, environmental disclosure termasuk kategori voluntary
diclosure (pengungkapan yang bersifat sukarela) kecuali untuk perusahaan di bidang

sumber daya alam (UU No.40 tahun 2002 tentang Perseroan Terbatas). Sebagian

1

besar negara lain juga belum mewajibkan pengungkapan lingkungan, hanya beberapa
negara maju, antara lain: Amerika Serikat, Denmark, Swedia, dan Jepang yang telah
menetapkan environmental disclosure sebagai mandatory disclosure (pengungkapan
yang bersifat wajib).
Dalam konteks Indonesia, voluntary environmental disclosure berarti perusahaan
memiliki pilihan untuk mengungkapkan informasi lingkungannya atau tidak,
sementara di negara lain yang telah mewajibkan pengungkapan lingkungan, voluntary
environmental disclosure berarti pengungkapan informasi lingkungan secara lebih

luas daripada yang telah diwajibkan oleh otoritas terkait.
Secara umum, teori-teori yang mendorong voluntary environmental disclosure dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu teori dalam perspektif sosial yang menekankan
pentingnya environmental disclosure sebagai kewajiban sosial perusahaan kepada publik
dan teori dalam perspektif ekonomi yang meyakini environmental disclosure akan
memberikan economic benefit bagi perusahaan (Susi, 2007). Menurut economic based
voluntary disclosure theory, environmental disclosure berhubungan positif dengan
economic performance (Clarkson et al., 2006), maka, perusahaan dengan kinerja

lingkungan

yang

baik

akan

memperluas

environmental

disclosure

untuk

mendefirensiasikan dirinya dengan perusahaan dengan kinerja lingkungan yang buruk
(Dye, 1985; Verrecchia, 1983 dalam Clarkson et al., 2006).
Di samping melalui environmental disclosure yang dilakukan perusahaan, penilaian
kinerja lingkungan juga dapat dilihat diamati melalui public disclosure programe,

2

yaitu publikasi hasil penilaian kinerja lingkungan yang dilakukan pihak ketiga. Di
Indonesia, penilaian tersebut dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup lewat
PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja). Di luar negeri, antara lain terdapat
EPA (Environmental Protection Agency) dan CERES (Coalition for Environmentally
Responsible Economic).

Penelitian sebelumnya banyak membahas faktor-faktor yang melatarbelakangi
environmental disclosure dan environmental performance, cost and benefit dari

kedua kebijakan tersebut, serta implikasi kedua kebijakan tersebut terhadap economic
performance.

Hasil penelitian yang beragam menyebabkan perdebatan tentang relevansi isu
lingkungan bagi sektor bisnis tak kunjung usai. Sebagian pihak menilai, akuntabilitas
lingkungan yang sifatnya tidak wajib tersebut sangat costly namun tidak pasti
mendatangkan manfaat ekonomi. Di samping itu, hasil-hasil penelitian juga
menunjukkan environmental disclosure, yang idealnya selaras dengan environmental
performance,

justru tidak menggambarkan kinerja lingkungan aktual atau

environmental performance perusahaan.

Adapun yang dimaksud urgensi dalam penelitian ini adalah apakah praktik
environmrntal disclosure yang bersifat sukarela perlu dilakukan atau tidak menurut
economic perspective. Selanjutnya, ketika sebagian pihak mendorong pengungkapan

lingkungan, justru pengungkapan tersebut tidak menggambarkan kinerja lingkungan
aktual, oleh sebab itu, penyebab terjadinya fenomena tersebut perlu diketahui.

3

Berdasarkan realita di atas, penelitian ini akan berusaha menjawab dua persoalan
berikut :
1.

Berdasarkan perspektif ekonomi, apakah voluntary environmental

disclosure direkomendasikan untuk dilakukan?

2. Mengapa mungkin terjadi environmental disclosure-performance gap?
Dengan menjawab kedua persoalan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi-kondisi yang menyebabkan environmental disclosure bersifat
recommended atau tidak untuk dilakukan, menurut perspektif ekonomi. Disamping

itu, penelitian ini mencoba menganalisis penyebab terjadinya environmental
disclosure-performance gap. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

penjelasan secara holistik bagi perusahaan, stakeholder , serta akademisi dalam
memanfaatkan dan memahami praktik environmental disclosure.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur, yang artinya menjadikan
tulisan-tulisan, baik dari buku teks, artikel jurnal, artikel media massa, teks-teks
internet, maupun tulisan yang tidak dipublikasikan sebagai refrensi dalam melakukan
analisis pokok-pokok masalah yang dibahas dalam penelitian (FE UKSW, 2005).
Adapun langkah-langkah analisis dalam penelitian ini adalah:

4

1. Menjelaskan

konsep

environmental

disclosure

dan

environmental

performance beserta masing-masing biaya dan manfaatnya dalam rangka

memberikan gambaran yang utuh tentang kedua kebijakan tersebut
2.

Menjelaskan

hubungan

antara

environmental

disclosure

dengan

environmental performance baik menurut teori maupun menurut hasil

pnelitian-penelitian sebelumnya, dengan tujuan menunjukkan bahwa kondisi
environmental disclosure yang secara teoritis idealnya menggambarkan
environmental performance tidak selalu terjadi

3. Menjelaskan perbandingan latar belakang kebijakan environmental disclosure
menurut perspektif ekonomi dan perspektif sosial untuk memberi penjelasan
tentang dasar perumusan rekomendasi dan menjelaskan terjadinya disclosureperformance gap yang berpotensi berasal dari perbedaan perspektif tersebut.

4. Menggambarkan perbandingan pengaruh environmental performance dan
environmental disclosure terhadap economic performance perusahaan di

negara maju dan negara berkembang berdasarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya untuk menunjukksn bahwa perbedaan karakteristik stakeholder di
negara maju dan berkembang akan berimplikasi pada perbedaan respon pasar
5. Menjelaskan konsekuensi ekonomi bagi poor environmental performers dalam
rangka memberikan pertimbangan bagi perumusan rekomendasi, khusus untuk
perusahaan dengan kinerja lingkungan buruk

5

6. Menganalisis kondisi-kondisi yang menyebabkan environmental disiclosure
menjadi recomended atau tidak untuk dilakukan perusahaan menurut perspektif
ekonomi

dengan

cara

menggambarkan

perbandingan

antara

biaya

pengungkapan lingkungan dengan economic benefit yakni respon pasar
terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan dengan kinerja baik maupun
buruk, kemudian membandingkan rekomendasi tersebut dengan latar belakang
environmental disclosure secara teoritis.

7. Menganalisis penyebab terjadinya environmental disclosure-performance gap
dengan cara mengubungkannya dengan perbedaan latar belakang atau motivasi
perusahaan dan perbedaan cost-benefit untuk masing-masing kebijakan tersebut.

6

Kerangka Berpikir Persoalan Penelitian 1
Praktik
Voluntary
Environmental
Disclosure

Pro :
Economic Based
Voluntary
Disclosure Theory

Kontra :
Perspektif ekonomi
tradisional

Teori Rujukan:
Propiertryy Cost
of Environmental
Disclosure

Perusahaan berkinerja
lingkungan baik akan
memperluas pengungkapan

Perusahaan berkinerja
lingkungan buruk akan
meminimalkan pengungkapan

Realita :
-Hubungan disclosure dengan
economic performance
-Dampak ekonomi bagi poor
environmental performers

Perumusan
rekomendasi
berdasarkan relevansi
teori dengan fakta

Kerangka Berpikir Persoalan Penelitian 2
Environmetal
Disclosure

Perbedaan cost & benefit
dari environmental
disclosure dan performance

GAP

Environmental
Performance

Perbedaan perspektif
(ekonomi dan sosial) dalam
environmental disclosure
7

Penyebab
disclosureperformance gap

Environmental Disclosure

Environmental disclosure atau pengungkapan lingkungan adalah pengungkapan

informasi-informasi terkait manajemen dan kinerja lingkungan perusahaan di masa
lalu, masa kini, dan masa datang, termasuk dampak ekonomi dari tiap-tiap kebijakan
lingkungan tersebut (Berthelot et al, 2003 dalam Ling 2007). Environmental
disclosure bisa terdapat pada bagian sustainability report, CSR report, ataupun notes
to financial statement dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan. Banyak

perusahaan yang menggunakan format pengungkapan lingkungan versi GRI (Global
Reporting Initiative), ataupun standar tersendiri yang diterbitkan otoritas terkait di

negara masing-masing.
Bagi perusahaan di Indonesia, environmental disclosure termasuk kategori voluntary
diclosure (pengungkapan yang bersifat sukarela) kecuali untuk perusahaan dibidang

sumber daya alam (UU No.40 tahun 2002 tentang Perseroan Terbatas). Maka, dalam
konteks Indonesia, voluntary environmental disclosure berarti perusahaan memiliki
pilihan untuk mengungkapkan informasi lingkungannya atau tidak, sementara di
negara

lain

yang

telah

mewajibkan

pengungkapan

lingkungan,

voluntary

environmental disclosure berarti pengungkapan lingkungan secara lebih luas atau

item-item yang diungkapkan lebih banyak daripada standar yang diwajibkan oleh
otoritas terkait.
Ministry of Environment Japan (2005) dalam Ikhsan (2008) menjelaskan secara garis

besar ada tiga hal yang perlu diungkapkan terkait akuntansi lingkungan, yaitu:

8

Proses dan hasil kegiatan lingkungan mencakup pengumpulan keseluruhan
hasil dari penerapan akuntansi lingkungan dan menyajikan ringkasan hasil kegiatan
konservasi lingkungan yang utama. Alasan-alasan peningkatan atau penurunan
kegiatan konservasi lingkungan dibanding periode sebelumnya serta kebijakan
konservasi lingkungan di masa kini dan masa depan.
Item-item dasar penyusun akuntansi lingkungan, meliputi status ( periode
target dan lingkup pengumpulan aktivitas lingkungan), indeks dan perhitungan
standar biaya konservasi lingkungan, rincian dari manfaat kegiatan konservasi
lingkungan dan standar perhitungannya, rincian dari keuntungan ekonomi yang
terkait

kegiatan

konservasi

lingkungan,

standar

pengumpulan

untunk

mengkonsolidasikan akuntansi lingkungan, dan revisi terhadap kebijakan akuntansi
lingkungan yang penting.
Hasil yang dikumpulkan dari akuntansi lingkungan, hal-hal terkait hasil
akuntansi lingkungan tersebut antara lain: biaya konservasi lingkungan, keuntungan
ekonomi maupun non ekonomi terkait kegiatan konservasi lingkungan.

9

Berikut adalah perbandingan biaya dan pengungkapan lingkungan (Beierle,
2003) :
Biaya Pengungkapan Lingkungan

Manfaat Pengungkapan Lingkungan

Cost of collecting and reporting
information , biaya kategori ini paling
tinggi jumlahnya dibanding biaya
lainnya. Chemical Manufacturers
Association memperkirakan rata-rata
biaya pengumpulan dan pelaporan data
lingkungan mencapai $1,5 juta untuk
tahun pertama dan $800.000 untuk
tahun berikutnya serta menghabiskan
150.000 jam pegawai untuk suatu
periode pelaporan (EPA,1995 dalam
Beierle,2003)

Normative benefits : Manfaat pada
tataran normatif dari pengungkapan
lingkungan adalah memberikan
informasi dan edukasi bagi komunitas
sekitar perusahaan tentang risiko
lingkungan yang mereka hadapi terkait
operasi perusahaan. Publik
berpandangan bahwa mereka memiliki
hak untuk mengetahui risiko tersebut.

Cost of dealing with public reaction ,
ketika pengungkapan menunjukkan
kinerja lingkungan yang sangat baik,
publik mungkin meragukan kredibilitas
informasi tersebut dan menudingnya
self-serving. Ketika pengungkapan
dilakukan secara tidak maksimal, akan
terjadi kemungkinan misinterpretasi
publik. Namun, ketika full disclosure
dilakukan, LSM, pemerintah, dan
kompetitor mungkin menggunakannya
sebagai celah mencari kesalahan
perusahaan.

Substantive benefits : Ada dua
komponen dari manfaat jenis ini.
Pertama, pengungkapan lingkungan
akan membantu perusahaan untuk
mampu menargetkan, memahami, dan
mengevaluasi dampak lingkungan
besarta cara mengatasinya. Kedua,
meningkatnya keberanian publik untuk
berdialog dan bekerja sama dengan
perusahaan dalam rangka
meminimalkan dampak lingkungan dari
operasi perusahaan.

Cost of unintended use of data , potensi
penyalahgunaan informasi lingkungan
oleh mata-mata dan teroris. Ketika
jumlah, konten, dan proses produksi
kimiawi diungkapkan, ada
kemungkinan para kompetitor
mengetahui rahasia produksi
perusahaan. Sementara, fasilitas kimia
di suatu lokasi juga mungkin menjadi
serangan teroris.

Instrumental benefits: Pengungkapan
lingkungan akan mendorong
peningkatan kinerja lingkungan yang
selanjutnya akan membantu perusahaan
memenuhi regulasi terkait lingkungan
dan mengurangi tekanan publik terkait
lingkungan.

10

Environmental Performance

Environmental performance mencakup segala upaya yang dilakukan perusahaan

dalam rangka menciptakan lingkungan yang baik atau green (Suratno et al, 2007).
Perusahaan dianggap bertanggung jawab terhadap lingkungan karena operasi
perusahaan mempeburuk kualitas lingkungan (Ikhsan, 2008). Di Indonesia penilaian
kinerja lingkungan dilakukan Kementrian Lingkungan Hidup lewat PROPER
(Program Penilaian Kinerja). Lewat program ini diharapkan kinerja lingkungan
meningkat karena penilaian investor mungkin dipengaruhi peringkat PROPER.
Tingkat
Penaatan
Lebih dari
Taat

Peringkat Warna

Emas

Hijau

Taat

Biru

Area dan Metode Penilaian
Lingkup Penilaian
Metoda Penilaian
1.SistemManajemen
Lingkungan
2.Pemanfaatan Limbah
(Reduce, Reuse,
Recovery) dan
Konservasi Sumber Daya
3.Pengembangan
Masyarakat (Community
Development)
1.Pencamaran air
2.Pencemaran laut

Belum Taat

Merah

3.Pencemaran udara
4.Pengelolaan limbah B3

Hitam
5.Penerapan AMDAL
Tabel 1. Lingkup Penilaian PROPER

11

1.Orientasi
terhadap upaya
yang dilakukan
2.Pengukuran
kinerja dengan
sistem pembobotan

1.Orientasi
terhadap upaya
yang dilakukan
2.Pengukuran
kinerja penaatan
secara
komprehensif

Berikut adalah perbandingan biaya dan manfaat terkait kinerja lingkungan :
Environmental Cost
(Hansen dan Mowen, 2007)
Environmental prevention cost : biaya
atas aktivitas pencegahan
diproduksinya limbah yang dapat
merusak lingkungan. Contoh: evaluasi
dan pemilihan pemasok, evaluasi dan
pemilihan alat pencegah polusi, dan
audit risiko lingkungan.
Environmental detection cost : biaya
atas aktivitas dalam rangka menentukan
bahwa produk, proses, dan aktivitas lain
di perusahaan telah memenuhi standar
lingkungan yang berlaku atau tidak.
Contoh : pengembangan ukuran kinerja
lingkungan, pengujian pencemaran, dan
pengukuran tingkat pencemaran.
Environmental internal failure cost:
biaya dalam rangka menghilangkan dan
mengolah limbah ketika diproduksi.
Aktivitas kegagalan internal memiliki
satu dari dua tujuan berikut: (1)
memastikan limbah yang diproduksi
tidak dibuang ke lingkungan, atau (2)
mengurangi tingkat limbah yang
dibuang sehingga jumlahnya tidak
melewati standar.
Environmental external failure cost :
biaya atas aktivitas yang dilakukan
setelah pelepasan limbah ke
lingkungan. Biaya kegagalan eksternal
yang direalisasi adalah biaya yang
ditanggung perusahaan, misalnya biaya
pembersihan tanah yang tercemar.
Sementara, biaya kegagalan eksternal
yang tidak direalisasi disebabkan
perusahaan namun dialami dan dibayar
oleh pihak eksternal, misalnya
perawatan medis karena polusi udara.

Environmental Benefit
(Ikhsan, 2009)
Environmental benefits merupakan
manfaat penerapan akuntansi
lingkungan, yang dapat berupa
penghematan biaya maupun pendapatan
lingkungan. Pendapatan lingkungan
aktual dapat berupa subsidi dan awards
eksternal yang berupa penerimaan
tunai, ataupun laba dari penjualan daur
ulang limbah. Sementara itu,
penghematan biaya lingkungan dapat
berupa pembebasan pajak terkait
proyek manajamen lingkungan, serta
penghindaran biaya yang lebih besar
karena kegagalan memenuhi regulasi
lingkungan, seperti ganti rugi kepada
masyarakat jika perusahaan terbukti
melakukan pencemaran yang
merugikan publik.

12

Latar Belakang Environmental Disclosure : Economic Perspective VS Social
Perspective

Social Perspective
Stakeholder theory berfokus bahwa
keberlangsungan hidup perusahaan
akan bergantung dari dukungan
stakeholder , seperti pelanggan,
karyawan, pemegang saham,
pemerintah, dan elemen sosial lain di
sekitar perusahaan, yang akan
memperhatikan isu lingkungan.
Environmental disclosure merupakan
salah satu cara untuk membentuk
persepsi stakeholder (Clarkson, 1995
dalam Susi, 2009)

Acccountability theory berfokus bahwa
atas nama etika, maka perusahaan perlu
mengungkapkan kewajiban yang harus
dan telah dilakukan terkait lingkungan
sebagai bentuk tanggung atas jawab
operasinya yang telah berdampak
terhadap lingkungan (Susi, 2009)
Legitimacy theory berfokus bahwa
legitimacy gap (ketika perusahaan
hanya mengejar profit tanpa
memperhatikan norma dan nilai sosial),
menyebabkan perusahaan mendapat
sorotan dari komunitas sosial dan harus
meresponnya untuk tetap mendapat
social legitimacy, salah satunya lewat
environmental disclosure (Oliver 1991;
Goodstein 1994, dalam Susi, 2009)

Economic Perspective
Proprietary Cost of Environmental
Disclosure berfokus bahwa perusahaan
hanya akan melakukan environmental
disclosure jika benefit yang didapatkan
melebihi cost untuk melakukannya, maka
perusahaan akan mengungkapkan good
news saja, untuk mendiferensiasikan diri
dari perusahaan berkinerja lingkungan
buruk, yang akan minim mengungkapkan
karena bad news mereka berpotensi
menimbulkan proprietary cost
(menurunkan arus kas masa depan)
(Verrechia,1983; Dye,1985; Watts &
Zimmerman,1986, dalam Susi 2009).
Political Cost Theory of Environmental
Disclosure berfokus bahwa kepedulian
terhadap lingkungan untuk
meminimalkan cost berupa tekanantekanan politis dalam menjalankan
operasi bisnisnya dari pemerintah
maupun lembaga non pemerintah yang
terjadi ketika perusahaan tidak
mempedulikan isu lingkungan (Watts
dan Zimmerman, 1978 dalam Susi, 2009)

13

Secara umum ada dua perpektif yang menjelaskan latar belakang perusahaan
melakukan environmental disclosure. Pertama, persepektif sosial, yang berisi teoriteori yang berlandaskan pendekatan etis atau normatif (stakeholder theory, legitimacy
theory, accountability theory). Kedua, perpektif ekonomi, yang berisi teori-teori yang

murni berdasarkan pertimbangan cost-benefit (theory of discretionary cost, theory of
political cost) (Susi, 2009).

Perpektif ekonomi sendiri telah mengalami perubahan paradigma, karena perspektif
ekonomi tradisional yang meyakini bahwa kepedulian lingkungan hanya akan
menurunkan daya saing perusahaan karena menimbulkan biaya besar (Blanco et al,
2009) tampaknya telah terbantahkan dengan banyaknya fakta empiris yang
menyatakan

bahwa

kepedulian

perusahaan

terhadap

isu

lingkungan

akan

meningkatkan pula kinerja ekonomi perusahaan.
Cornier dan Magnan (2003) berpendapat economic incentives merupakan faktor yang
mempengaruhi kebijakan environmental disclosure. Semakin luas informasi yang
diungkapkan akan meminimalkan asimetri informasi antara manajemen dan
stakeholder sehingga dapat menurunkan information cost. Turunnya information cost

menguntungkan perusahaan, antara lain karena: akan meningkatkan citra perusahaan
di mata investor, meningkatkan stock liquidity, meningkatkan stock valuation
multiplies dan menurunkan cost of capital. Di sisi lain perusahaan harus mengingat

pengungkapan lingkungan berpotensi menimbulkan biaya, karena ketika informasi

14

yang diungkapkan terlalu self-serving, maka akan ada celah untuk mengkritik
kredibilitas informasi tersebut.
Hubungan Environmental Disclosure dengan Environmental Performance
Secara teoritis, environmental disclosure akan berhubungan positif dengan
environmental performance karena menurut discretionary disclosure theory (Al

Tuwaijri et al.,2004) dan voluntary disclosure theory (Dye, 1985; Verecchia, 1983
dalam Patten 2002) pelaku kinerja lingkungan yang baik akan mengungkapkan
kinerjanya, karena hal tersebut merupakan good news bagi pelaku pasar dan dapat
mendiferensiasikan dirinya dengan pelaku kinerja lingkungan yang buruk, yang akan
lebih minimal atau tidak melakukan pengungkapan, maka semakin baik kinerja
lingkungan akan semakin luas pengungkapan lingkungan.
Faktanya, Greenpeace menyoroti banyaknya terjadi fenomena green washing, artinya
upaya pembentukan public image sebagai perusahaan, termasuk lewat pengungkapan,
padahal faktanya kinerja lingkungan perusahaan berbeda dari yang dicitrakan.
Fenomena tersebut disebut Marquis dan Toffel (2012) sebagai corporate symbolic
compliance yakni upaya perusahaan menunjukkan kepatuhan terhadap regulasi

lingkungan lewat pengungkapan lingkungan semata, tanpa ingin memperbaiki kinerja
lingkungan aktualnya.
Di sisi lain, good environmental performers mungkin memilih meninimalkan atau
meniadakan pengungkapan karena ternyata terdapat pihak ketiga dengan tujuan sosial
atau politik tertentu yang berpotensi menggunakan environmental disclosure sebagai

15

celah untuk mencari kesalahan perusahaan terkait lingkungan.( Li et al., 1997 dalam
Al-Tuwaijri et al, 2004).
Maka tak heran, apabila salah satu masalah yang belum terselesaikan terkait
akuntansi lingkungan adalah bagaimana mencapai konsistensi antara environmental
disclosure dengan environmental performance (Chen and Metcalf, 1980; Hughes et

al., 2001, Al Tuwaijri et. al., 2004 dalam Clarkson, 2006). Font 2012 menyebut
fenomena tersebut sebagai disclosure-performance gap
Berikut adalah beberapa kasus environmental performance-disclosure gap:
Nama Peneliti dan
Tahun
Font (2012)

Graf dan
(2011)

Patten (2002)

Judul Penelitian

Corporate Social
Responsibility:
The DisclosurePerformance Gap.
Kock Do Directors With
A Political
Background Make
Firms Greener?

The relation
between
environmental
performance and
environmental
disclosure: a
research note
Hora
dan Relationship
Subramanian
Between
(2013)
Environmental
Disclosure dan
Enviornmental
Performance.

Hasil
Aspek CSR yang memiliki disclosureperformance gap terbesar adalah
informasi lingkungan
Perusahaan dengan direksi para politisi
melakukan pengungkapan lingkungan
dalam rangka pembentukan image
semata, bukan berkomitmen sungguh
terhadap lingkungan
Terdapat hubungan negatif antara
environmental disclosure dan
performance, perusahaan dengan
limbah yang semakin banyak justru
makin luas mengungkapkan, demikian
pula sebaliknya
Perusahaan dengan environmental effort
yang besar justru menurunkan tingkat
environmental disclosurenya

16

Penelitian Cho et al. (2012) di Amerika Serikat menemukan bahwa perusahaan yang
terdaftar di Dow Jones Sustainability Index (DJSI) melakukan environmental
disclosure dengan lebih ekstensif untuk membentuk reputasi sebagai “green
company”, padahal kinerja lingkungan perusahaan-perusahaan tersebut tidak sebaik

yang mereka ungkapkan. Penyebabnya pasar ternyata lebih memperhatikan
environmental disclosure daripada peringkat kinerja lingkungan perusahaan.

Hubungan Environmental Performance dan Environmental Disclosure dengan
Economic Performance

Economic performance merupakan kinerja keuangan secara makro dari perusahaan-

perusahaan dalam industri sejenis (Suratno et al, 2006). Pengukuran economic
performance dapat menggunakan capital market based (profitability, price earning
ratio, dll) maupun accounting based meassure (rasio-rasio dalam neraca dan laporan

rugi laba) (Nuraini, 2010).
Meski hasilnya beragam, berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dapat
disimpulkan, bahwa secara umum penelitian di negara berkembang menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan serta hubungan negatif antara environmental
performance dan evironmental disclosure dengan economic performance, sementara

penelitian di negara maju secara umum menunjukkan pengaruh yang signifilkan
artaupun hubungan yang positif.

17

Hasil Penelitian di Negara Maju
Nama Peneliti dan
Tahun
Gozali, Janice,
dan Verhoeven
(2002)

Lokasi

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Australia

The Economic
Consequences of
Voluntary
Environmental
Information Disclosure

Yusoff dan
Lehman (2005)

Australia
dan
Malaysia

International
Differences On
Corporate
Envioronmental
Disclosure Practices: A
Comparison Between
Malaysia And Australia

Al-Tuwaijri,
Christensen, and
Hughes (2004)

Amerika
Serikat

Ling (2007)

Amerika
Serikat

The Relations Among
Environmental
Disclosure,
Environmental
Performance, and
Economic
Performance: A
Simultaneous Equations
Approach
Voluntary
Environmental
Disclosure Strategy and
Environmental
Disclosure Quality

Positive
environmental
disclosure
berpengaruh positif
terhadap kinerja
perusahaan di pasar
modal
Environmental
disclosure
berpengaruh
signifikan terhadap
economic
performance
perusahaan di
Australia
Environmental
performance dan
environmnetal
disclosure
berhubungan
positif dengan
profitabilitas

Clarkson , Yue Li,
Richardson, dan
Vasvari (2006)

Amerika
Serikat

Revisiting the Relation
Between Environmental
Performance and
Environmental
Discosure: An
Empirical Analysis

18

Environmnetal
disclosure
meningkatkan
investasi dalam hal
brand image dan
research and
development
program
Environmental
performance
berhubungan
positif dengan
economic
performance

Nama Peneliti dan
Tahun

Lokasi

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

King, A. dan Lenox
M. (2001)

Amerika
Serikat

Does it Really Pay to be
Green? An Empirical
Study of Firm
Environmental and
Financial Performance

Beatty dan
Shimshack (2010)

Amerika
Serikat

“The Impact of Climate
Change Information:
New Evidence from the
Stock Market

Lyon dan
Shimshack (2011)

Amerika
Serikat

Konar dan Cohen
(2001)

Amerika
Serikat

Environmental
Disclosure: Evidence
from Newsweek’s
Green Companies
Rankings
Does Market Value
Environmental
Performance?

Environmental
performance
berhubungan
positif dengan
economic
performance
Informasi kinerja
terkait perubahan
iklim berpengaruh
siginifikan
terhadap capital
market return
Kinerja lingkungan
yang baik
meningkatkan
abnormal return

Plumlee, Brown,
Hayes, dan
Marshall (2011)

Amerika
Serikat

Voluntary
environmental
disclosure quality and
firm value: Further
evidence

Kinerja lingkungan
berpengaruh positif
terhadap market
value
Environmental
disclosure
berbanding terbalik
dengan cost of
capital

Hasil Penelitian di Negara Berkembang
Nama Peneliti
dan Tahun
Nuraini (2011)

Lokasi

Judul Penelitian

Indonesia Pengaruh Environmental
Performance dan
Environmental Disclosure
Terhadap Economic
Performance (Studi pada
Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia)

19

Hasil
Baik Environmental
performance maupun
environmental
disclosure tidak
berpengaruh signifikan
terhadap economic
performance

Nama Peneliti
dan Tahun
Almalia dan
Wijayanto
(2007)

Handayani
(2010)

Susi (2009)

Yusoff dan
Lehman (2005)

Sarumpaet
(2005)

Elijido-Ten
(2004)

Smith, Yahya,
dan Amarudin
(2007)

Lokasi

Judul Penelitian

Indonesia Pengaruh Environmental
Performance dan
Environmental Disclosure
Terhadap Economic
Performance
Indonesia Pengaruh Environmental
Performance Terhadap
Environmental Disclosure
dan Economic
Performance Serta
Environmental Disclosure
Terhadap Economic
Performance
Indonesia The Occurance of
Environmental
Disclosures In The Annual
Report
Australia International Differences
dan
On Corporate
Malaysia Envioronmental
Disclosure Practices: A
Comparison Between
Malaysia And Australia
Indonesia The Relation Between
Environmental
Performance and
Financial Performance of
Indonesian Companies
Malaysia Determinants of
Environmental Disclosure
In a Developing Country:
An Application of
Stakeholder Theory
Malaysia Evironmental Disclosure
and Performance
Reporting in Malaysia

20

Hasil
Environmental
disclosure berpengaruh
negatif signifikan
terhadap economic
performance
Baik environmental
performance maupun
environmnetal
disclosure tidak
berpengaruh signifikan
terhadap economic
performance

Tidak ada hubungan
antara environmental
disclosure dengan
profitabilitas
Environmental
disclosure tidak
berpengaruh terhadap
economic performance
perusahaan di Malaysia
Kinerja lingkungan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja keuangan
Environmental
disclosure tidak
berpengaruh terhadap
economic performance
Environmental
disclosure berhubungan
negatif dengan
economic performance

Nama Peneliti
dan Tahun
Suratno,
Darsono, dan
Mutmainah
(2006)

Lokasi

Judul Penelitian

Indonesia Pengaruh Environmental
Performance Terhadap
Environmental Disclosure
Dan Economic
Performance: Studi
Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek
Jakarta Periode 2001-2004

Hasil Penelitian
Environmental
performance
berpengaruh positif
signifikan terhadap
economic performance

Secara umum, penelitian di negara berkembang (Indonesia dan Malaysia)
menunjukkan bahwa kinerja dan pengungkapan lingkungan tidak berpengaruh
signifikan ataupun berhubungan negatif terhadap kinerja ekonomi perusahaan. Realita
tersebut sesuai dengan penelitian Nuswantara (2008) bahwa tekanan pasar terhadap
isu lingkungan yang relatif rendah dan tidak ada standar mengenai akuntansi
lingkungan menyebabkan akuntabilitas lingkungan perusahaan di Indonesia lebih
rendah dibanding perusahaan di negara maju dengan perhatian publik yang lebih
tinggi terhadap isu lingkungan.
Penelitian di negara maju umumnya menunjukkan bahwa kinerja dan pengungkapan
lingkungan berpengaruh signifikan ataupun berhubungan positif terhadap kinerja
ekonomi perusahaan. Ganzi et al. (2004) menyatakan bahwa dibesarnya pengaruh
ekonomi dari socially responsible investment community di sana menjadi faktor kunci
penyebabnya. Socially responsible investment sendiri merupakan perspektif investasi
yang tidak hanya memperhatikan faktor return namun

juga environment

sustainabiliity (www.forbes.com). Di sisi lain, meski sebagian pihak mendorong

21

perusahaan melakukan environmental disclosure, Commision for Environmental
Cooperation (CEC) (2006) menyatakan informasi lingkungan yang diungkapkan

sering tidak sesuai dengan kebutuhan pasar, sehingga informasi lingkungan tidak
menjadi pertimbangan signifikan dalam penilaian perusahaan.
Konsekuensi Ekonomi Bagi Poor Environmental Performers
Berdasarkan pengamatan peneliti, studi tentang dampak ekonomi bagi perusahaan
dengan kinerja lingkungan buruk belum banyak dilakukan, namun berdasarkan data
yang diperoleh, secara umum pasar merespon negatif kinerja lingkungan yang buruk.
Nama Peneliti dan
Tahun
Gupta dan Goldar
(2004)

Lokasi
India

Tagle (2006)

Chile

Romi dan Sam
(2008)

Amerika
Serikat

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Do Stock Markets
Penalize
EnvironmentUnfriendly
Behaviour? Evidence
From India
How Do Capital
Markets Respond To
Environmental News?

Kinerja lingkugan
yang buruk
menyebabkan
negative abnormal
return di pasar modal.

Determinants of
Environmental
Sanction Disclosure:
Firm Fears of
Impairment to
Reputation and
Legitimacy.

22

Bad environmental
news yang diungkap
media nasional
menyebabkan harga
saham turun secara
signifikan
Kinerja lingkugan
yang buruk
menyebabkan
negative abnormal
return di pasar modal.

Nama Peneliti dan
Tahun
Dasgupta,
Laplante,
Mamingi (1997)

Heal

Lokasi

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Argentina,
Chile,
Filipina,
Meksiko

Capital Market
Responses To
Environmental
PerformanceIn
Developing Countries
Do Principal Pay ?

Negative
environmental events
menyebabkan
menurunnya market
value
Poor environmental
performance
berdampak negatif
terhadap firm
performance

Amerika
Serikat

Apakah Environmental Disclosure Direkomendasikan untuk Dilakukan?
The question whether or not it pays to be green can not have an unconditional
answer (Reindhart, 1999 dalam Blanco et al, 2009).

Dalam konteks perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang buruk, secara teoritis
(discretionary theory, propierty cost of voluntary disclosure) perusahaan akan
mempersempit atau tidak melakukan voluntary environmental disclosure untuk
menutupi bad news tersebut. Penelitian ini tidak merekomendasikan hal tersebut
karena meski perusahaan tidak melakukan voluntary environmental disclosure,
seringkali akan tetap ada penilaian kinerja lingkungan yang dilakukan pihak ketiga
(pemerintah, media dan LSM) yang hasilnya dipublikasikan. Fakta menunjukkan
bahwa pasar memang tidak selalu merespon positif ketika perusahaan melakukan
kinerja lingkungan dengan baik, namun pasar sering bereaksi negatif terhadap
perusahaan dengan kinerja lingkungan buruk, termasuk pasar modal di India dan

23

Chili yang notabene nya merupakan negara berkembang dengan perhatian publik
terhadap isu lingkungan yang relatif rendah
Berdasarkan realita tersebut, maka perusahaan dengan kinerja lingkungan buruk
sebaiknya melakukan voluntary environmental disclosure dalam rangka pembentukan
reputasi sebagai friendly-environmental company sebagai upaya pembelaan untuk
meminimalkan respon negatif pasar. Hal ini juga menunjukkan perusahaan berkinerja
lingkungan buruk tidak bisa mendasarkan keputusan environmental disclosure pada
economic perspective (propietary cost of voluntary disclosure) yang menyatakan

tidak perlu mengungkapkan kinerja lingkungan yang buruk untuk menghindari
timbulnya cost akibat bad news tidak sepenuhnya berlaku ketika perhatian publik
terhadap isu lingkungan tinggi seperti masa kini karena akan ada pihak ketiga yang
menilai kineja lingkungan perusahaan, dan fakta menunjjukkan penilaian buruk dari
pihak ketiga tersebut akan menurunkan kinerja ekonomi perusahaan.
Dewasa ini, tampaknya perusahaan berkinerja lingkungan buruk harus lebih
mendasarkan praktik environmenrtal disclosure pada social perspective (legitimacy
theory, stakeholder theory) bahwa ketika lingkungan tidak diperhatikan, maka

legitimasi dari stakeholder akan turun (terbukti dari respon negatif pasar) dan
perusahaan dapat mengubah persepsi stakeholder tersebut lewat pengungkapan
lingkungan (stakeholder theory).
Rekomendasi tersebut didukung penelitian Cho et al. (2012) yang menyatakan the
worst environmental performers berhasil menggunakan pengungkapan sukarela untuk

24

menghindari dampak negatif dari buruknya kinerja mereka menunjukkan bahwa pasar
lebih mempercayai pengungkapan lingkungan daripada peringkat kinerja lingkungan
menurut pihak ketiga.
Dalam konteks perusahaan memiliki kinerja lingkungan yang baik, voluntary
environmental disclosure direkomendasikan jika karakteristik stakeholder memiliki

perhatian yang tinggi terhadap isu lingkungan, karena faktor tersebutlah yang
menyebabkan environmental disclosure mampu meningkatkan kinerja ekonomi
perusahaan. Jika syarat tersebut terpenuhi, perusahaan harus juga membandingkan
manfaat ekonomi tersebut dengan biaya pengungkapan lingkungan, antara lain: cost
of collection and reporting, cost of dealing with public reaction, cost of unintended
use of data (Beierle, 2003), sesuai economic perspective (propierty cost of disclosure
theory). Jika pengungkapan lingkungan tidak berpotensi mendatangkan economic
benefit, perusahaan tidak perlu melakukannya, selain karena pertimbangan cost-

benefit, pihak ketiga pun tidak akan menilai negatif kinerja lingkungannya sehingga
kemungkinan respon negatif pasar tidak perlu dikhawatirkan.
Studi di negara maju umumnya menunjukkan environmental disclosure akan
berhubungan positif atau berpengaruh signifikan untuk meningkatkan kinerja
ekonomi perusahaan. Di sisi lain, studi di negara berkembang umumnya
menunjukkan environmental disclosure berhubungan negatif atau tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja ekonomi perusahaan.

25

Mengapa Mungkin Terjadi Environmental Disclosure-Performance Gap ?
Realita menunjukkan bahwa kondisi environmental disclosure yang idealnya
menggambarkan environmental performance perusahaan seringkali tidak terjadi. Font
et al.(2012) menyebutnya dengan istilah disclosure-performance gap.
Perusahaan dengan environmental disclosure yang tampak jauh lebih baik daripada
kinerja lingkungannya yang aktual ingin memanfaatkan adanya potensi peningkatan
kinerja ekonomi karena tingginya perhatian stakeholder terhadap isu lingkungan,
tanpa harus meningkatkan kinerja lingkungannya. Hal tersebut dilakukan karena
“mempercantik” pengungkapan lingkungan dengan informasi yang self-serving
sebagai strategi untuk membentuk citra environmental-friendly company lebih murah
dilakukan

daripada

perusahaan

harus

benar-benar

meningkatkan

kinerja

lingkungannya yang akan berbiaya besar (biaya pencegahan, penilaian, kegagalan
internal, kegagalan eksternal). Ironisnya konidis ini juga terjadi pada perusahaan
dengan direksi para politisi, yang sering mengaku peduli pada isu lingkungan (Graf
dan Kock,2011).
Realita di atas didukung studi yang menunjukkan pasar lebih memilih mempercayai
atau

menilai