PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATAPELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA MAN 2 MODEL PALU | Nur | Mitra Sains 7036 23524 1 PB

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN GAYA
KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATAPELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA MAN 2 MODEL PALU
Atipa Nur1, I Nengah Kundera dan Lilies N. Tangge2
Atipanur8@gmail.com
1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Tadulako
2
Dosen Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
This study was based on learning paradigm which are students centered. Impediment on the
implementation of learning model which guided students to be actively searching and finding the
concept during learning at MAN 2 Model Palu has become the main grounds to this study. This
study was aimed to analyze the influence of the inquiry learning model toward students’ learning
achievement, difference on students’ learning achievement between the students whose cognitive
style were field independent and those who were field dependent, as well as the interaction between
learning model and cognitive style on Biology subject of the XI grade Science Program at MAN 2
Model Palu. The method was the quasi-experiment with the implementation of the 2 x 2 factorial
designs. The population was comprised of 150 students, clustered into four classes, whereas the

sample was selected through the assignment of random sampling technique, thus two classes with
48 stiudents were selected..The data collected in this study was the post-test result score analyzed
by the two-way ANNOVA technique. The result proved that: there was an influence of inquiry
learning model toward students’ learning achievement and there was a difference on learning
achievement between students with field independent cognitive style and field dependent cognitive
style, however, there was no existence of interaction between learning model and cognitive style
toward students’ learning achievement.
Keywords: Inquiry learning model, cognitive style, Biology learning achievement.
pembelajaran merupakan suatu keharusan.
Hal ini menunjukkan bahwa mengajar yang
didesain guru harus berorientasi pada aktivitas
siswa. Pernyataan tersebut didukung oleh
Dahar (2011) yang menyarankan agar siswasiswa hendaknya belajar melalui partisipasi
secara aktif dengan konsep dan prinsipprinsip agar mereka dianjurkan untuk
memperoleh pengalaman dan melakukan
eksprimen-eksprimen yang mengizinkan
mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu
sendiri.
Namun
kenyataannya,

dalam
implementasi
masih
banyak
kegiatan
pembelajaran yang mengabaikan aktivitas
siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis,
di MAN 2 Model Palu, pembelajaran pada
umumnya kurang memperhatikan keaktifan
siswa. Hal ini
disebabkan guru masih

Mata pelajaran biologi merupakan salah
satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) yang sangat besar pengaruhnya dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Biologi menyediakan berbagai
pengalaman belajar untuk memahami konsep
dan proses sains. Permendiknas RI No. 41

(2007)
menyebutkan
bahwa
proses
pembelajaran pada setiap satuan pendidikan
dasar dan menengah harus interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, dan
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
minat,
dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Apabila
dicermati
apa

yang
dikemukakan
dalam
Permen
tersebut
menunjukkan bahwa peran aktif siswa dalam

57

58 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 4, Oktober 2016 hlm 57-66

menggunakan pembelajaran yang terpusat
pada guru (teacher centered) yaitu model
pembelajaran yang bersifat konvensional
dalam hal ini adalah pembelajaran langsung
yang didominasi dengan metode ceramah,
indikasinya adalah guru lebih banyak
memberikan pengajaran yang bersifat
instruksi (perintah), sementara siswa hanya
berperan sebagai objek belajar yang pasif, di

mana siswa hanya sekedar diberi informasi
tentang konsep-konsep, dan teori-teori sains
semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan
kegiatan-kegiatan penyelidikan sehingga
mereka kurang mampu menemukan sendiri
konsep-konsep
tersebut
dan
tidak
memperhatikan karakter siswa. Hal ini
berakibat pada nilai hasil
belajar yang
rendah.
Reta (2012) mengemukakan bahwa
salah satu karakteristik siswa yang harus
dipertimbangkan
dalam
memilih
dan
menerapkan suatu model pembelajaran dan

pencapaian hasil belajar adalah perbedaan
gaya kognitif siswa. Gaya kognitif sangat
berhubungan dengan cara dan sikap siswa
dalam belajar yang dapat mempengaruhi
prestasi belajarnya. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa dalam pembelajaran, pendidik dituntut
untuk dapat menilai tipe gaya kognitif siswa,
kemudian memilih dan menerapkan model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan
perbedaan gaya kognitif siswa tersebut.
Berdasarkan kesenjangan harapan dan
kenyataan yang telah diuraikan dalam
paragraf-paragraf
sebelumnya,
maka
diperlukan pergeseran paradigma dalam
pembelajaran biologi di MAN 2 Model Palu,
yaitu: pembelajaran berpusat kepada guru
menjadi pembelajaran berpusat kepada siswa.
Untuk mencapai hal tersebut maka

dibutuhkan model pembelajaran yang kreatif
dan inovatif.
Trna (2012) mengemukakan bahwa
perlu untuk mencari metode pengajaran yang
inovatif/
pembelajaran
yang
akan
menyebabkan pendidikan sains lebih efektif
dan peningkatan motivasi belajar siswa untuk

ISSN: 2302-2027

ilmu pengetahuan. Metode pengajaran
tersebut meliputi ilmu pendidikan berbasis
penyelidikan (inquiry).
Lebih lanjut
dijelaskan bahwa siswa dalam pelajaran IBSE
(Inquiry-Based Science Education) didorong
untuk dapat memecahkan masalah secara

mandiri dan kompeten. Selain itu, kegiatan
penyelidikan memberikan konteks berharga
bagi peserta didik untuk memperoleh,
mengklarifikasi, dan menerapkan pemahaman
tentang konsep-konsep sains.
Senada dengan pendapat Nugroho, dkk.
(2012) yang mengemukakan bahwa salah
satu
model
pembelajaran
yang
mengedepankan siswa aktif adalah model
pembelajaran
inkuiri.
Pada
model
pembelajaran
ini
siswa
benar-benar

ditempatkan sebagai subjek yang belajar, dan
guru berperanan sebagai pembimbing dan
fasilitator. Dengan demikian siswa senantiasa
berperan aktif dalam proses pembelajaran
untuk mencari dan menemukan konsep. Ini
tergambar dalam lima tahapannya yang terdiri
dari (1) menyampaikan masalah; (2)
mengumpulkan data dan verifikasi; (3)
mengumpulkan data dan eksperimen; (4)
merumuskan penjelasan dan (5) menganalisa
proses inkuiri (Uno, 2007).
Proses
tahapan
tersebut
menggambarkan bahwa para siswa didorong
untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan
dijejali dengan pengetahuan. Oleh karena itu
model pembelajaran inkuiri dapat melatih
siswa
mengemukakan

pendapat
dan
menemukan sendiri pengetahuan yang
berguna untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya dan mengetahui gaya kognitif
siswa, guru dapat memaksimalkan potensi
yang ada pada diri siswa dan memberikan
pembelajaran sesuai dengan gaya kognitif
untuk meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, telah
dilakukan
penelitian
pengaruh model
pembelajaran inkuiri dan gaya kognitif
terhadap hasil belajar
siswa pada mata
pelajaran biologi di kelas XI IPA MAN 2
Model
Palu.


Atipa Nur,. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Siswa pada …………59

METODE
Penelitian ini dirancang dengan
menggunakan eksperimen semu (quasi
eksperimen), dengan desain faktorial 2 x 2.
Variabel bebas adalah model pembelajaran,
variabel terikat adalah hasil belajar dan
variabel moderator adalah gaya kognitif.
Desain penelitian adalah Pretest-Postest
control group design. Populasi dalam
penelitian adalah semua kelas XI IPA yang
berjumlah 108 orang yang terdistribusi dalam
empat kelas. Sampel diambil secara random
sejumlah dua kelas yaitu kelas eksperimen
dengan model pembelajaran inkuiri dan kelas
kontrol dengan model pembelajaran langsung.
Data diperoleh dari pre-test, tes gaya kognitif
dan pos-test hasil belajar siswa. Teknik
pengambilan data menggunakan instrumen
tes hasil belajar dan tes gaya kognitif.
Instrumen hasil belajar terlebih dahulu
divalidasi, diuji reliabilitas, kemudian diuji
coba. Instrumen tes gaya kognitif adalah
Group Embedded Figures Test (GEFT), yang

dikembangkan oleh Witkin, dkk (1977).
Hipotesis yang telah dirumuskan diuji dengan
menggunakan analisis varian dua jalur (two
way anava) dan t-test . Sebelum pengujian
hipotesis dilakukan terlebih dahulu pengujian
normalitas data dengan Kolmogorof-Smirnov
dan pengujian homogenitas
dengan
menggunakan uji Levene test. Pengolahan
data dan analisis data dalam proses
perhitungannya
dilakukan
dengan
menggunakan alat bantu komputer program
statistik SPSS 16.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pada penelitian ini deskripsi data gaya
kognitif diperoleh dari pemberian tes gaya
kognitif dengan menggunakan Group
Embedded Figures Test (GEFT). Deskripsi
data gaya kognitif siswa disajikan pada Tabel
berikut:

Tabel Deskripsi Data Gaya Kognitif Siswa
Gaya Kognitif

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

N

Mean

N

Mean

12

7,08

11

7,09

FI

12

12,67

13

12,46

Jumlah

24

FD

Berdasarkan hasil yang disajikan pada
Tabel deskripsi data gaya kognitif siswa
menunjukkan bahwa deskripsi data gaya
kognitif siswa untuk kedua kelompok relatif
seimbang.
Deskripsi data pretest diperoleh dari
pengolahan skor pretest sedangkan deskripsi
data hasil belajar diperoleh dari pengolahan
skor postest.
Berdasarkan output SPSS, menunjukkan
bahwa: (1) Data pretest kedua kelompok
memiliki kemampuan awal yang sama. (2)
Data postest kelompok ekperimen dan
kelompok kontol
berbeda. Kelompok

24

ekperimen dengan model pembelajaran
inkuiri memiliki hasil postest yang lebih
tinggi dengan mean 23,83 dibanding
kelompok
kontrol
dengan
model
pembelajaran langsung yaitu 21,96. (3) Data
postest berdasarkan gaya kognitif berbeda.
Kelompok siswa yang memiliki gaya kognitif
FI memiliki hasil postest yang lebih tinggi
dengan mean 25,32 dibanding kelompok
siswa yang memiliki gaya kognitif FD yaitu
20,26.
Grafik yang menjelaskan distribusi
frekuensi hasil belajar berdasarkan model
pembelajaran disajikan pada Gambar 1.

60 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 4, Oktober 2016 hlm 57-66

Frekuensi

10
5
0
16 17

19 20 22 23 25 26 28 29
Titik Tengah Interval Kelas

ISSN: 2302-2027

Skor hasil
belajar
pembelajaran
langsung
Skor hasil
belajar
pembelajaran
inkuiri

Gambar 1 Grafik Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan
bahwa skor hasil belajar siswa yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri
memperoleh frekuensi terbesar pada titik
tengah interval
23 dengan frekuensi 9
(37,5%) lebih tinggi bila dibandingkan
dengan skor perolehan siswa yang mengikuti
model pembelajaran langsung
dimana
frekuensi terbesar hanya mencapai titik
tengah interval 22
dengan frekuensi 8

(33,3%). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti
model pembelajaran inkuiri lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang
mengikuti model pembelajaran langsung.
Grafik yang menjelaskan distribusi
frekuensi hasil belajar berdasarkan gaya
kognitif disajikan pada Gambar 2.

Frekuensi

15
10
5
0
16

19 22 22 25 25 28
Titik Tengah Interval Kelas

HasilL
Belajar
GK FD
Hasil
Belajar
GK FI

Gambar 2 Grafik Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Gaya Kognitif

Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan
bahwa skor hasil belajar siswa kelompok FI
memperoleh frekuensi terbesar pada titik
tengah interval 25 dengan frekuensi 12
(46,2%) dan titik interval tertinggi yaitu 28
dengan frekuensi 7 (26,9%) lebih tinggi bila
dibandingkan dengan skor perolehan siswa
kelompok FD, dimana frekuensi terbesar
hanya mencapai titik tengah interval 19
dengan frekuensi 10 (43,5%), dan titik
interval tertinggi yaitu 25 dengan frekuensi 3
(13,0%). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa yang memiliki gaya
kognitif FI lebih tinggi dibanding hasil belajar
siswa yang memiliki gaya kognitif FD.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis
varians dua jalur dengan kriteria pengujian
hipotesis, diperoleh nilai signifikansi model
pembelajaran adalah 0,001. Signifikansi <

0,05 berarti hipotesis diterima. Artinya hasil
belajar antara kelompok eksperimen dengan
model pembelajaran inkuiri dan kelompok
kontrol dengan model pembelajaran langsung
berbeda nyata. Dari hasil pengujian
disimpulkan bahwa model pembelajaran
inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis
varians dua jalur dengan kriteria pengujian
hipotesis, diperoleh nilai signifikansi gaya
kognitif adalah 0,000. Signifikansi < 0,05
berarti hipotesis diterima. Dari hasil
pengujian disimpulkan bahwa ada perbedaan
hasil belajar antara siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent (FI) dengan siswa
yang memiliki gaya kognitif field dependent
(FD).

Atipa Nur,. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Siswa pada …………61

Berdasarkan hasil perhitungan analisis
varians dua jalur dengan kriteria pengujian
hipotesis, diperoleh nilai signifikansi interaksi
model pembelajaran dan gaya kognitif adalah
0,413. Signifikansi > 0,05 berarti hipotesis
ditolak. Dari hasil pengujian disimpulkan
bahwa tidak ada interaksi antara model
pembelajaran dan gaya kognitif terhadap
hasil belajar siswa.
Pembahasan
Berdasarkan analisa data penelitian dan
pengujian hipotesis sebagaimana diuraikan
sebelumnya menunjukkan bahwa variabel
bebas (model pembelajaran) memberikan
pengaruh terhadap variabel terikat (hasil
belajar siswa). Demikian pula untuk variabel
moderator (gaya kognitif) memberikan
pengaruh terhadap variabel terikat (hasil
belajar siswa). Namun tidak ada interaksi
antara variabel bebas (model pembelajaran)
dan variabel moderator (gaya kognitif)
terhadap variabel terikat (hasil belajar siswa).
Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap
Hasil Belajar Siswa
Hasil analisis data dan pengujian
hipotesis variabel bebas (model pembelajaran)
terhadap variabel terikat (hasil belajar siswa),
menunjukkan bahwa model pembelajaran
inkuiri dan pembelajaran langsung berbeda
secara signifikan dalam pencapaian hasil
belajar. Hasil belajar siswa yang mengikuti
model pembelajaran inkuiri lebih tinggi dari
hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran langsung.
Perbedaan hasil belajar dalam penelitian
ini disebabkan karena model pembelajaran
inkuiri memberikan pengalaman-pengalaman
belajar melalui penemuan-penemuan yang
memberikan pengaruh pada penemuan
konsep.
Model
pembelajaran
inkuiri
melibatkan siswa secara langsung, dengan
melibatkan siswa secara langsung dalam
proses
pembelajaran
maka
akan
mengoptimalkan kemampuan siswa dalam
proses pembelajaran untuk mencari dan

menemukan suatu konsep pada suatu materi
pelajaran. Penjelasan ini didukung oleh
pendapat Sanjaya (2013) yang menyatakan
bahwa
model
pembelajaran
inkuiri
menekankan aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya
model pembelajarn inkuiri menempatkan
siswa sebagai subyek belajar. Kelompok
siswa yang mengikuti model pembelajaran
inkuiri terbimbing nampak lebih aktif
berusaha untuk mendapatkan pengetahuannya
sendiri untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
Keterlibatan
siswa
dalam
pembelajaran dapat nampak dari setiap
tahapan model pembelajaran inkuiri.
Kelompok siswa yang mengikuti model
pembelajaran langsung, memiliki nilai ratarata lebih rendah dibanding dengan kelompok
siswa yang mengikuti model pembelajaran
inkuiri. Hal ini disebabkan karena model
pembelajaran langsung berorientasi kepada
guru. Guru memegang peranan yang dominan
dan siswa tidak dituntut untuk menemukan
materi itu. Guru menganggap siswa sebagai
obyek yang selalu siap untuk menerima
segala instruksi dari guru. Sehingga guru
cenderung mentransfer semua pengetahuan
mereka kepada siswa tanpa memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,
yaitu dengan memberi kesempatan untuk
menemukan dan menggali sendiri materi
pelajaran.
Dalam
penyelenggaraan
pembelajaran siswa dijadikan sebagai
penerima yang pasif dan hanya menghafal
tanpa belajar untuk berpikir. Sehingga
pengajaran bukanlah untuk menanamkan
konsep tetapi lebih mengarah pada hafalan
dan mengingat fakta-fakta.
Hasil penelitian ini memberikan
petunjuk bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing
memiliki
keunggulan
dibandingkan dengan model pembelajaran
langsung dalam hal meningkatkan hasil
belajar siswa dan temuan ini memberikan
implikasi
perlunya
penerapan
model
pembelajaran inkuiri. Temuan ini didukung

62 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 4, Oktober 2016 hlm 57-66

oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Asma (2013) yang menemukan bahwa model
pembelajaran inkuiri lebih unggul daripada
model
pembelajaran
langsung
dalam
mempengaruhi hasil belajar siswa. Nugroho
(2012), Anggareni (2013) Nurochma dkk
(2013) dan Rukmana (2013) serta Sutama
(2014), dimana dalam penelitian mereka
menemukan bahwa pembelajaran inkuiri
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
siswa yang ditunjukkan lewat perbedaan hasil
belajar siswa.
Pengaruh Gaya Kognitif terhadap Hasil
Belajar Siswa
Hasil analisis data dan pengujian
hipotesis dapat diketahui bahwa ada
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
siswa yang memiliki gaya kognitif FI dengan
siswa yang memiliki gaya kognitif FD.
Artinya siswa yang memiliki gaya kognitif FI
memberikan hasil belajar yang lebih baik,
yaitu lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memiliki gaya kognitif FD.
Perbedaan hasil belajar dalam penelitian
ini disebabkan karena
setiap individu
mempunyai karateristik yang berbeda-beda
dalam menerima imformasi. Sebagaimana
uraian sebelumnya bahwa perbedaan gaya
kognitif berimplikasi pada perbedaan individu
dalam
menerima,
mengingat,
mengorganisasikan, memproses, memikirkan,
dan memecahkan masalah. Diperkuat oleh
pendapat Uno (2010) yang menyatakan
bahwa sebagai karakteristik perilaku,
karakteristik individu yang memiliki gaya
kognitif yang sama belum tentu memiliki
kemampuan yang sama, apalagi individu yang
memiliki gaya kognitif yang berbeda,
kecenderungan perbedaan kemampuan yang
dimilikinya lebih besar. Gaya kognitif telah
dilaporkan menjadi salah satu faktor penting
yang dapat mempengaruhi prestasi siswa pada
berbagai mata pelajaran di sekolah (Altun, A.,
& Cakan, M, 2006).
Implikasi dari karakter yang dimiliki
oleh siswa nampak selama kegiatan

ISSN: 2302-2027

pembelajaran berlangsung. Siswa yang
memiliki gaya kognitif field independent (FI)
nampak lebih tekun belajar, bekerja keras,
berusaha semaksimal mungkin, dan tidak
membuang-buang waktu karena mereka
merasa tertantang untuk mencapai prestasi
lebih tinggi. Siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent lebih cenderung
pada hal-hal yang memerlukan analisis, dan
mampu mengorganiskan informasi secara
mandiri dalam menyelesaikan masalah
dibandingkan dengan siswa yang memiliki
gaya kognitif field dependent. Hal ini
diperkuat oleh landasan teori bahwa
seseorang yang memiliki gaya kognitif field
independent lebih menyukai bidang-bidang
yang
membutuhkan
keterampilanketerampilan analitis seperti matematika,
fisika, biologi, teknik serta aktivitas-aktivitas
mekanik (Slameto, 2010).
Berdasarkan motivasi intrinsik dan
kemandirian yang dimiliki oleh siswa FI,
maka
mereka
mampu
mengorganisir
pengetahuan sendiri atau merestrukturisasi
kognitif
sehingga
mereka
dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.
Interaksi formal dengan guru hanya dilakukan
untuk mengerjakan tugas, lebih suka bekerja
sendiri dan berkompetisi. Hal ini nampak
ketika guru melemparkan pertanyaan mereka
antusias menjawab dan ketika diberikan
tugas-tugas yang kompleks dan bersifat
analitis cenderung mereka melaksanakan dan
menyelesaikan dengan baik dan ketika
jawaban mereka kurang sempurna mereka
berusaha maksimal memproses imformasi
dengan lebih baik lagi. Hal ini sesuai dengan
landasan teori konstruktivistik bahwa pada
dasarnya setiap individu sejak kecil sudah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang
dikonstruksi oleh anak sebagai subyek, maka
akan menjadi pengetahuan yang bermakna,
Piaget dalam (Sanjaya, 2013).
Sebaliknya implikasi dari karakter
siswa yang field dependent (FD) pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung adalah

Atipa Nur,. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Siswa pada …………63

cenderung menerima materi apa adanya, agak
sulit menghubungkan konsep-konsep dalam
materi dengan pengetahuan awal yang telah
mereka miliki. Karena kurang mampu dalam
menganalisis dan mengorganiskan informasi
secara mandiri, maka mereka lebih suka
mendapatkan petunjuk guru atau organisasi
materi yang disiapkan oleh guru, serta lebih
suka bekerja sama dengan teman-temannya
dari pada bekerja sendiri. Mereka akan lebih
baik bekerja sama dengan orang lain dalam
situasi organisasi yang terstruktur dengan
baik. Sesuai dengan pendapat Reta (2012)
dalam penelitiannya bahwa field dependent
cenderung memandang suatu pola sebagai
keseluruhan dan kerap lebih berorientasi pada
sesama manusia dan hubungan sosial. Selain
itu, siswa yang memiliki gaya kognitif field
dependent mudah mengingat informasi yang
berkaiatan dengan hubungan sosial, tetapi
sulit mengolah materi pelajaran yang tidak
terstruktur.
Berdasarkan motivasi ekstrinsik dan
tingkat kemandirian yang dimiliki oleh siswa
field dependent, maka mereka mengalami
kesulitan
dalam
mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, hal ini nampak
ketika mengemukakan pendapat berdasarkan
persepsinya
sendiri
tentang
masalah
konstektual. Olehnya itu mereka lebih
cendrung berinteraksi
dengan temantemannya untuk bisa menyelesaikan masalah
yang mereka hadapi.
Pembelajaran biologi merupakan salah
satu bidang sains yang membutuhkan
keterampilan analitis, sebaliknya siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent kurang
mampu
dalam
menganalisis
dan
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri,
mereka menerima imformasi apa adanya.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran biologi
mereka menunjukkan hasil belajar yang lebih
rendah. Hal ini sesuai dengan landasan teori
konstruktivistik bahwa pengetahuan yang
hanya
diperoleh
melalui
proses
pemberitahuan
tidak
akan
menjadi
pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan

tersebut hanya untuk diingat sementara
setelah itu dilupakan, Piaget dalam (Sanjaya,
2013).
Temuan dalam penelitian ini didukung
oleh beberapa hasil penelitian, yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Kasim, A (2014)
menemukan bahwa pebelajar yang memiliki
gaya kognitif FI memiliki kemampuan
pemecahan masalah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok pebelajar
yang memiliki gaya kognitif FD. Zainuddin
(2002) dan Rufi’i (2012) menemukan bahwa
siswa yang memiliki gaya kognitif field
independent (FI) lebih tinggi perolehan
belajarnya dibandingkan dengan siswa gaya
kognitif field dependent (FD). Moertiningsih
(2012) dan Arvianto dkk (2013) menemukan
bahwa siswa dengan gaya kognitif field
independent mempunyai prestasi lebih baik
daripada siswa dengan gaya kognitif field
dependent.
Berdasarkan hasil penelitian ini dan
penelitian-penelitian
sebelumnya
dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar antara siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent dengan siswa yang
memiliki gaya kognitif field dependent.
Pengaruh Model Pembelajaran dan Gaya
Kognitif terhadap Hasil Belajar siswa.
Berdasarkan
hasil analisis dan
pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa
tidak ada interaksi antara model pembelajaran
dengan gaya kognitif terhadap hasil belajar,
hal ini ditunjukkan dari hasil uji Anova
dengan nilai signifikansi 0,413 > 0,05. Hal ini
mengindikasikan bahwa model pembelajaran
dan gaya kognitif secara bersama-sama tidak
memberikan konstribusi terhadap hasil belajar
siswa,
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa model pembelajaran memberikan
dampak tersendiri terhadap hasil belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar
siswa yang mengikuti model pembelajaran
inkuiri, yaitu memperoleh hasil belajar lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang

64 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 4, Oktober 2016 hlm 57-66

mengikuti model pembelajaran langsung. Hal
ini disebabkan karena hasil belajar siswa
berkaitan dengan proses yang dialami siswa
dalam
menerima
informasi.
Semakin
bermakna proses yang dialami siswa maka
semakin baik hasilnya, sehingga model
pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan
pengaruh yang kuat terhadap hasil belajar.
Keunggulan model pembelajaran inkuiri
dalam meningkatkan hasil belajar khususnya
materi sistem pernapasan relevan dengan
karakter materi pembelajaran yang sifatnya
memerlukan pengalaman langsung untuk
memahami konsep dan kemampuan berfikir
analitis. Hal ini diperkuat oleh landasan teori
yang menyatakan bahwa model pembelajaran
inkuiri
adalah
rangkaian
kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses
berfikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,
2013).
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa gaya kognitif memberikan dampak
tersendiri terhadap hasil belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang
memiliki gaya kognitif FI, memperoleh hasil
yang lebih baik dibanding siswa FD baik pada
model pembelajaran inkuiri maupun pada
model pembelajaran langsung. Hal ini
memberikan indikasi bahwa tidak ada
pengaruh interaksi antar model pembelajaran
dan gaya kognitif siswa. Hal ini disebabkan
karena siswa yang memiliki gaya kognitif FI
lebih percaya diri dalam bekerja, motivasi
muncul dari dalam dirinya,
memiliki
keinginan yang kuat untuk menkonstruksi
pengetahuannya sendiri, dengan mengenali
akan kemampuan yang dimilikinya sehingga
mereka cenderung untuk bekerja sendiri tanpa
tergantung kepada orang lain.
Didukung oleh pendapat Changju Shi
(2011) yang menyatakan bahwa setiap
preferensi gaya menawarkan kekuatan yang
signifikan dalam belajar dan bekerja.
Akibatnya, jika siswa dapat mengenali
kekuatan mereka, mereka dapat mengambil

ISSN: 2302-2027

keuntungan dari cara mereka belajar terbaik.
Selain itu, dengan menyadari daerah gaya
yang mereka tidak menggunakan, maka
mereka akan mengembangkannya, sehingga
siswa dapat meningkatkan belajar dan daya
kerjanya. Ciri tersebut didapatkan pada siswa
yang memiliki gaya
kognitif field
independent.
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh
pendapat Rahardjo (2010) dalam Kasim, A
(2014) yang menyatakan bahwa dalam suatu
analisis varian faktorial, jika variabel bebas
dan variabel moderator masing-masing
diduga kuat memberikan pengaruh terhadap
variabel terikat, maka pengaruh interaksi
antara variabel bebas dan variabel moderator
terhadap variabel terikat, diharapkan lemah
atau tidak signifikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Ratumanan (2003) dan Arvianto dkk
(2013) yang menemukan bahwa tidak terdapat
pengaruh interaksi yang signifikan antara
model pembelajaran dan gaya kognitif
terhadap hasil/ prestasi belajar siswa. Kasim,
A (2014) menemukan bahwa tidak terdapat
interaksi antara strategi dengan gaya kognitif
terhadap kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian dari berbagai teori
dan hasil-hasil penelitian yang mendukung
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak
ada interaksi antara model pembelajaran
dengan gaya kognitif terhadap hasil belajar
siswa khususnya materi sistem pernapasan,
karena karakter pembelajaran inkuiri sangat
sesuai dengan karakter tuntutan materi
pembelajaran sehingga memberikan pengaruh
yang sangat kuat terhadap hasil belajar tanpa
dipengaruhi oleh gaya kognitif siswa.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh
model pembelajaran inkuiri terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran biologi di

Atipa Nur,. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Gaya Kognitif terhadap Hasil Belajar Siswa pada …………65

kelas XI IPA MAN 2 Model Palu. Hasil
belajar siswa pada kelompok yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
inkuiri lebih tinggi dari pada kelompok yang
diajar dengan model pembelajaran langsung.
(2) Ada perbedaan hasil belajar antara siswa
yang memiliki gaya kognitif field independent
dan siswa yang memiliki gaya field
dependent. Siswa yang memiliki gaya
kognitif field independent lebih tinggi hasil
belajarnya dari pada siswa yang memiliki
gaya kognitif field dependent. (3) Tidak ada
interaksi antara model pembelajaran inkuiri
dan gaya kognitif terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran biologi di kelas XI IPA
MAN 2 Model Palu. Hal ini mengindikasikan
bahwa antara model pembelajaran dan gaya
kognitif bekerja secara sendiri-sendiri
terhadap hasil belajar siswa.
Rekomendasi
Saran bagi guru dan peneliti lain yang
disampaikan dalam penulisan ini adalah perlu
menerapkan model pembelajaran inkuiri pada
mata pelajaran biologi, khususnya pada
materi sistem pernapasan dan hendaknya guru
membiasakan siswa untuk mandiri dalam
menemukan konsep dengan menerapkan
model-model pembelajaran yang merangsang
mereka
untuk
mengkonstruksi
pengetahuannya
serta
memperhatikan
perbedaan gaya kognitif siswa yaitu gaya
kognitif field independent dan field dependent
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan penuh keikhlasan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Taufik, S.Ag M.Ag Kepala MAN 2 Model
Palu, Bapak Ridwan, S.Ag. Kepala Tata
Usaha dan Rekan profesi MAN 2 Model Palu
yang senantiasa memberikan motivasi dan
doa kepada penulis untuk penyusunan artikel
ini untuk layak dipublikasikan.

DAFTAR RUJUKAN
Altun, A., & Cakan, M. 2006. Undergraduate
Students’ Academic Achievement, Field
Dependent/Independent
Cognitive
Styles and Attitude toward Computers.
Educational Technology & Society, 9
(1): 289-297.
Anggareni N. W., Ristiati N. P., Widiyanti N.
L. P. M. 2013. Implementasi Strategi
Pembelajaran
Inkuiri
Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis dan
Pemahaman Konsep IPA Siswa SMP. eJournal
Program
Pascasarjana
Universitas
Pendidikan
Ganesha
Program Studi IPA.Vol.3.
Arvianto, I. R., Mardiyana, dan Usodo, B.
2013.
Eksperimentasi
Model
Pembelajaran Kooperatif TGT Berbasis
Assesment For Learning (AfL) Ditinjau
dari Gaya Kognitif Siswa. Jurnal
Elektronik Pembelajaran Matematika,
1(7): 672-681.
Asma, 2012. Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri dan Motivasi Berprestasi
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa
kelas X SMA Negeri 1 Tinombo. Tesis
tidak diterbitkan. Universitas Tadulako:
Program Studi Pendidikan Sains,
Program Pascasarjana.
Changju Shi 2011A Study of the Relationship
between Cognitive Styles and Learning
Strategies. Higher Education Studies,
1(1)
Dahar, R. W. 2011. Teori-tori Belajar dan
pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Kasim, A. 2014. Pengaruh Strategi
Pembelajaran Kooperatif Think Pair
Share
Terhadap
Kemampuan
Pemecahan Masalah Ekologi dengan
Gaya Kognitif Berbeda. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: Program Studi
Teknologi Pembelajaran Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.

66 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 4 Nomor 4, Oktober 2016 hlm 57-66

Moertiningsih E.P.U. 2011. Eksperimentasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Yang Dimodifikasi Ditinau dari
Gaya Kognitif Siswa Kelas VII SMP
Negeri di Kabupaten Grobogan. Tesis
tidak diterbitkan. Surakarta: Program
Studi
Pendidikan
Matematika
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Nugroho S., Suparmi, Sarwanto. 2012.
Pembelajaran IPA Dengan Metode
Inkuiri
Terbimbing
Menggunakan
Laboratorium Riil Dan Virtuil Ditinjau
Dari Kemampuan Memori Dan Gaya
Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri,1 (3): 235244.
Nurochma, R., Maridi, dan Ariyanto, J. 2013.
Pengaruh
Penggunaan
Strategi
Pembelajaran Guided Inquiry Terhadap
Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
Ditinjau dari gaya Gaya Belajar Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten Tahun
Pelajaran
2011/2012.
Pendidikan
Biologi, 5(1): 34-48
Pathway. 2011. The Pathway to Inquiry
Based Science Teaching. D2.1 The
Features of Inquiry Learning: theory,
research and practice.
Ratumanan.
2003.
Pengaruh
Model
Pembelajaran dan Gaya Kognitif
Terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa SLTP di Kota Ambon. Jurnal
Pendidikan Dasar, 5(1):1-10.
Reta. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis
Masalah
Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Ditinjau
dari Gaya Kognitif Siswa. SMA Negeri
1 Gianyar. Artikel Program Studi
Pendidikan IPA Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Ganesha.
Rufi’i. 2011. Dampak Gaya Kognitif
Terhadap Perolehan Belajar konsep
Statistika. Jurnal wahana, Teknologi
Pembelajaran
Pascasarjana
Universitas PGRI Adi Buana, 57 (2):
88-96.
Rukmana, H. G. T., Suciati,. Indrowati, M.
2013. Penerapan Model Pembelajaran
Guided Inquiry Disertai Teknik

ISSN: 2302-2027

Roundhouse
Untuk
meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Biologi
Siswa kelas XI-IPA III SMA Negeri 1
Teras
Boyolali
Tahun
Ajaran
2011/2012. Pendidikan Biologi, 5(1):
26-33
Sanjaya, W. 2013. Strategi Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sutama, I. N., Arnyana, I. B. P., Swasta, I. B.
J. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terhadap Keterampilan Berpikir
Kritis dan Kinerja Ilmiah pada Pelajaran
Biologi Kelas XI IPA. Singaraja:
Universitas
Pendidikan
Ganesha
Program Studi Pendidikan IPA. eJournal Program Pascasarjana, Vol.4
Trna. 2012. Implementation of Inquiry- Based
Science Education In Science Teacher
Training. Journal of Educational and
Instructional Studies in the World.
Czech Republik: Masaryk University, 2
(23): 199-209.
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran.
Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi
Aksara
Uno, Hamzah B. 2010. Orientasi Baru
Dalam
Psikologi
Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.
Witkin, H. A., C. A., Moore, Goodenough.,
and P. W. Cox. 1977. Field Dependent
and Field Independent Cognitive Styles
and Their educational Implications.
Review of Educational Research.
Winter, 47 (1): 1 – 64.
Zainuddin. 2002. Studi Tentang Penerapan
Belajar Kooperatif Model STAD dengan
Konsentrasi Gaya Kognitif FI dan FD
Siswa Pada Pembelajaran Fungsi di
Kelas II Madrasah Aliyah Negeri I
Palu. Tesis tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 1 1

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN MODEL TERPADU MADANI PALU | Mahmud Halidi | Mitra Sains 4153 13351 1 PB

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI MELALUI KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DI KELAS IV SDN MODEL TERPADU MADANI PALU | Maroangi | Mitra Sains 4134 13286 1 PB

0 0 8

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 PALU YANG MENGIKUTI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL INKUIRI UNTUK GAYA BELAJAR YANG BERBEDA | Ma'bud | Mitra Sains 6292 20802 1 PB

0 1 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 2 PALU | Aziza | Mitra Sains 7028 23492 1 PB

0 0 9

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS XI IPA MAN 2 MODEL PALU | Nurhaeda | Mitra Sains 7027 23488 1 PB

0 0 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MIND MAPPING DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA TENTANG BIOLOGI DI KELAS IX SMP NEGERI 6 PALU | Buntu | Mitra Sains 8524 27998 1 PB

0 0 10

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA MAN 2 MODEL PALU | Herlina | JSTT 6956 23225 1 PB

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK DAN KEMAMPUAN AWAL PADA HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA MAN 1 PALU

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

1 1 9