Produk Hukum tentang Penelitian, Perizinan dan Publikasi Karya Ilmiah

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2007
TENTANG
PENGALOKASIAN SEBAGIAN PENDAPATAN BADAN USAHA
UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN PEREKAYASAAN,
INOVASI, DAN DIFUSI TEKNOLOGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pengalokasian Sebagian Pendapatan
Badan
Usaha

Untuk
Peningkatan
Kemampuan
Perekayasaan, Inovasi, dan Difusi Teknologi;

Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem
Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4219);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGALOKASIAN
SEBAGIAN
PENDAPATAN
BADAN

USAHA
UNTUK
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEREKAYASAAN, INOVASI,
DAN DIFUSI TEKNOLOGI.

BAB I . . .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-2-

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksudkan dengan :
1. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut
kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk
memperoleh informasi, data dan keterangan yang
berkaitan

dengan
pemahaman
dan
pembuktian
kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau
hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta
menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori
ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya
untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau
menghasilkan teknologi baru.
3. Perekayasaan
adalah
kegiatan
penerapan
ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bentuk disain dan

rancang bangun untuk menghasilkan nilai, produk,
dan/atau proses produksi dengan mempertimbangkan
keterpaduan sudut pandang dan/atau konteks teknikal,
fungsional, bisnis, sosial budaya, dan estetika.
4. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan,
dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan
penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan
yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam
produk atau proses produksi.
5. Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan
hasil inovasi secara lebih ekstensif oleh penemunya
dan/atau pihak-pihak lain dengan tujuan untuk
meningkatkan daya guna potensinya.

6. Badan . . .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA


-3-

6. Badan Usaha adalah badan atau lembaga berbadan
hukum yang melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
7. Insentif adalah pemberian kemudahan/keringanan yang
diberikan kepada Badan Usaha dalam rangka upaya
peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan
difusi teknologi.
8. Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh dari
penjualan barang dan jasa yang berhubungan dengan
kegiatan utama badan usaha.
9. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, dan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB II
ALOKASI SEBAGIAN PENDAPATAN
BADAN USAHA
Pasal 2

(1) Badan Usaha mengalokasikan sebagian pendapatannya
untuk meningkatkan kemampuan perekayasaan, inovasi,
dan difusi teknologi dalam meningkatkan kinerja
produksi dan/atau daya saing barang dan/atau jasa yang
dihasilkan.
(2) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi badan usaha swasta berbentuk perseoran
terbatas, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, dan Koperasi.
Pasal 3
Badan Usaha sebagaimana dimaksud
mengalokasikan sebagian pendapatan
kemampuannya.

dalam Pasal 2
sesuai dengan

BAB III . . .

PRESIDEN

REPUBLIK INDO NESIA

-4-

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN
KEMAMPUAN PEREKAYASAAN, INOVASI,
DAN DIFUSI TEKNOLOGI
Pasal 4
Peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi
teknologi dilakukan melalui kegiatan:
a. penelitian, pengembangan dan/atau penerapan teknologi;
dan/atau
b. pemanfaatan hasil penelitian dan
perguruan tinggi dan/atau lembaga
pengembangan.

pengembangan
penelitian dan


Pasal 5
(1) Dalam melakukan kegiatan peningkatan kemampuan
perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi, badan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dapat
melakukan kemitraan dengan perguruan tinggi, lembaga
penelitian dan pengembangan, dan badan usaha lain.
(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berbentuk lisensi, kerjasama, dan pelayanan jasa ilmu
pengetahuan dan teknologi.

BAB IV
INSENTIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Badan Usaha yang mengalokasikan sebagian pendapatan
untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi,
dan difusi teknologi dapat diberikan insentif.
(2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk
insentif perpajakan, kepabeanan, dan/atau bantuan

teknis penelitian dan pengembangan.
(3) Besar . . .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-5-

(3) Besar dan jenis insentif perpajakan dan kepabeanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan
sepanjang diatur dalam ketentuan Peraturan Perundangundangan di bidang perpajakan dan kepabeanan.
Pasal 7
(1) Bantuan
teknis
penelitian
dan
pengembangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dapat
berupa penempatan tenaga ahli dan/atau pemanfaatan
fasilitas laboratorium di lembaga penelitian dan

pengembangan pemerintah.
(2) Bantuan
teknis
penelitian
dan
pengembangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberikan
untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. kegiatan yang dilakukan di luar negeri;
b. kegiatan pengawasan dan/atau pengujian rutin
terhadap kualitas produk, bahan, peralatan, produk
dan/atau proses;
c.

pengumpulan data;

d. survei efisiensi atau studi manajemen;
e.

riset pasar dan/atau promosi penjualan; dan


f.

pembelian dan/atau pembayaran royalti teknologi
dari entitas lain di luar negeri.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bantuan teknis
penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Bagian Kedua
Tata Cara Permohonan, Penghentian,
dan Perpanjangan Insentif
Pasal 8
(1) Badan Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) mengajukan permohonan untuk mendapatkan
rekomendasi insentif secara tertulis kepada Menteri.
(2) Pengajuan . . .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-6-

(2) Pengajuan
permohonan
rekomendasi
insentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan
proposal kegiatan dan bentuk insentif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan
permohonan rekomendasi insentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 9
(1) Menteri membentuk Tim Pengkajian dan Penilaian, guna
melakukan
pengkajian
dan
penilaian
terhadap
permohonan insentif.
(2) Hasil pengkajian dan penilaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri dalam bentuk
saran dan pertimbangan.
(3) Pengkajian dan penilaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. kegiatan peningkatan kemampuan perekayasaan,
inovasi, dan difusi teknologi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4;
b. potensi peningkatan kinerja produksi dan/atau daya
saing barang dan/atau jasa;
c.

pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan di
dalam negeri; dan

d. penggunaan sumber daya dalam negeri.
(4) Pengkajian dan penilaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dengan menjaga kerahasiaan informasi
yang diperoleh.
(5) Pengkajian dan penilaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak permohonan insentif diterima secara lengkap.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan
dan tata kerja Tim Pengkajian dan Penilaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 10 . . .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-7-

Pasal 10
(1) Menteri dapat memberikan atau tidak memberikan
rekomendasi insentif dengan memperhatikan saran dan
pertimbangan Tim Pengkajian dan Penilaian.
(2) Menteri menyampaikan pemberitahuan persetujuan atau
penolakan pemberian rekomendasi insentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja sejak penerimaan saran dan pertimbangan Tim
Pengkajian dan Penilaian.
Pasal 11
(1) Dalam hal Menteri memberikan rekomendasi insentif,
rekomendasi disampaikan kepada Badan Usaha dengan
tembusan kepada instansi pemerintah yang berwenang
dalam pemberian insentif.
(2) Badan Usaha mengajukan permohonan insentif kepada
instansi pemerintah yang berwenang disertai dengan
rekomendasi insentif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) Tata cara pengajuan permohonan insentif perpajakan dan
kepabeanan
dilakukan
sesuai
dengan
ketentuan
Peraturan Perundang-undangan di bidang perpajakan
dan kepabeanan.
Pasal 12
Dalam hal Menteri tidak memberikan rekomendasi insentif,
pemberitahuan disampaikan kepada Badan Usaha disertai
dengan alasannya.
Pasal 13
(1) Dalam hal pemberian insentif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) berupa bantuan teknis penelitian
dan pengembangan, instansi pemerintah yang berwenang
dapat menghentikan atau memperpanjang pemberian
insentif.
(2) Penetapan penghentian atau perpanjangan pemberian
insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh instansi pemerintah yang berwenang setelah
meminta saran dan pertimbangan Menteri.
(3) Menteri . . .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-8-

(3) Menteri menyampaikan saran dan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada instansi
pemerintah yang berwenang dengan memperhatikan
saran dan pertimbangan Tim Pengkajian dan Penilaian.
(4) Penghentian atau perpanjangan pemberian insentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan pimpinan instansi pemerintah yang berwenang
sesuai
dengan
ketentuan
Peraturan
Perundangundangan.

Bagian Ketiga
Pelaporan
Pasal 14
(1) Pada setiap akhir tahun dan akhir kegiatan, Badan Usaha
yang mendapat insentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) wajib menyerahkan laporan kegiatan
peningkatan kemampuan, perekayasaan, inovasi, dan
difusi teknologi kepada Menteri.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat pencapaian kegiatan yang telah
dilakukan dan kriteria sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat (3).
(3) Menteri dapat melakukan verifikasi laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) guna memberikan
saran dan pertimbangan penghentian atau perpanjangan
insentif kepada instansi pemerintah yang berwenang.
(4) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
dengan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Peraturan Pemerintah
diundangkan.

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

Agar . . .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-9-

Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Pemerintah
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Juni 2007
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Juni 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 78

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 35 TAHUN 2007
TENTANG
PENGALOKASIAN SEBAGIAN PENDAPATAN BADAN USAHA
UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN PEREKAYASAAN,
INOVASI, DAN DIFUSI TEKNOLOGI

I. UMUM
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi telah memberikan arah pengaturan guna mewujudkan tujuan
memperkuat daya dukung ilmu pengetahuan dan teknologi bagi keperluan
mempercepat pencapaian tujuan negara, serta meningkatkan daya saing
dan kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam
pergaulan internasional.
Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kerangka
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi tidak terlepas dari peran Badan Usaha sebagai
salah satu unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai
salah satu unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan
Usaha mempunyai fungsi penting di dalam menumbuhkan kemampuan
perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi untuk menghasilkan barang
dan jasa yang memiliki nilai ekonomis. Oleh karena itu, Badan Usaha
sebagai salah satu unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bertanggung jawab pula untuk meningkatkan secara berkelanjutan dan
terus menerus daya guna dan nilai guna sumber daya ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dimilikinya.
Penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor usaha
diharapkan akan meningkatkan rantai pasokan (supply chain), baik
melalui peningkatan kebutuhan masyarakat (tarikan pasar) yang pada
gilirannya akan meningkatkan pula inovasi (technological push) sebagai
upaya untuk merubah perilaku masyarakat. Pada tahap inilah
penguasaan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi
menjadi sangat penting.
Sejalan . . .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-2-

Sejalan dengan hal tersebut, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002
tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, di dalam ketentuan Pasal 28 ayat (1)
disebutkan
bahwa
“Badan
Usaha
mengalokasikan
sebagian
pendapatannya untuk meningkatkan kemampuan perekayasaan, inovasi,
dan difusi teknologi dalam meningkatkan kinerja produksi dan daya saing
barang dan jasa yang dihasilkan”. Ayat (2) menyebutkan bahwa “Anggaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat digunakan dalam lingkungan
sendiri dan dapat pula digunakan untuk membentuk jalinan kemitraan
dengan unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi lain”.
Selanjutnya, ketentuan Pasal 28 ayat (3) menyebutkan “Ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah”.
Melaksanakan amanat dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002
tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, dan dalam rangka pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi, Peraturan Pemerintah ini disusun untuk
mendorong partisipasi dunia usaha untuk melakukan upaya peningkatan
kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi. Adanya
Peraturan Pemerintah ini bukan untuk menghambat kegiatan dunia
usaha, tetapi untuk lebih meningkatkan partisipasi dunia usaha ke dalam
kegiatan-kegiatan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi sebagai
upaya untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian nasional dalam
perdagangan internasional.
Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai
pengalokasian sebagian pendapatan Badan Usaha untuk peningkatan
kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi teknologi yang meliputi
pengaturan tentang batasan yang dapat dikategorikan sebagai upaya
untuk peningkatan kemampuan perekayasaan, inovasi, dan difusi
teknologi; batasan Badan Usaha; bentuk, kriteria dan tata cara pemberian
insentif.
II.

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4 . . .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-3-

Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Kemitraan melalui lisensi dilaksanakan atas dasar izin yang
diberikan oleh pemegang hak kekayaan intelektual kepada pihak
lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati
manfaat ekonomi dari suatu hak yang diberikan perlindungan
dalam jangka waktu dan syarat tertentu.
Kemitraan melalui kerjasama dilaksanakan atas dasar hubungan
timbal balik dengan berprinsip mempertukarkan dan/atau
mengintegrasikan sumber daya tertentu untuk mendapatkan
keuntungan sinergis.
Kemitraan melalui pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan teknologi
dapat dilaksanakan antara lain dalam bentuk pendidikan dan
pelatihan dan/atau bentuk-bentuk interaksi antara penyedia dan
pengguna jasa ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan rekomendasi insentif adalah keterangan
tertulis yang menyatakan bahwa usulan dari Badan Usaha layak
untuk mendapatkan insentif.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Keanggotaan Tim Pengkajian dan Penilaian meliputi wakil-wakil
dari instansi yang terkait dengan bidang penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang akan dilakukan dan bentuk insentif yang diminta.
Ayat (2) . . .

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-4-

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Dengan ketentuan ini maka kegiatan yang mendapat
insentif adalah kegiatan yang mempunyai nilai tambah bagi
barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan dari kegiatan
tersebut.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4734