MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI I KODE ETI

MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi I
yang diampu oleh Rifa’ul Mahmudah, S.E

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sari Wahyu Aprilia (Akuntansi 2)
Verayuningsih (Akuntansi 2)
Ulfi Mukrimah (Akuntansi 2)
Siti Aisah (Akuntansi 2)
Mutoharoh (Akuntansi 2)
Sherli Puji Astuti (Akuntansi 2)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SAINS AL – QUR’AN (UNSIQ) JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2015

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1.

Latar belakang .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1.

Pengertian profesi akuntan ....................................................................... 3

2.2.


Pengertian Kode Etik ................................................................................ 4

2.3.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik ........................................................... 4

2.4.

Perumusan Dan Kode Etik Profesi Akuntan di Indonesia........................ 8

2.5.

Penegakan Etika Profesi Akuntan di Indonesia.................................. 9

2.6.

Beberapa Pelanggaran Kode Etik Akuntan di Indonesia. ...................... 11

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
3.1.


Kesimpulan ............................................................................................. 14

3.2.

Saran ...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, wajah dunia seakan mendapatkan pukulan
berat dari banyaknya tragedi-tragedi kemanusiaan, bisnis dan politik yang
akhirnya bermuara pada derita krisis global saat ini. Banyaknya kejadian
memilukan didunia ini cenderung disebabkan oleh banyaknya pengabaian etika
dalam berbagai lini kehidupan masyarakat dunia. Salah satu lini kehidupan
masyarakat dunia ini adalah kegiatan bisnis. Kebutuhan hidup masyarakat dunia

tidak mungkin terpenuhi tanpa adanya kegiatan bisnis.
Dalam sepuluh tahun terakhir, cukup banyak tragedi kehancuran bisnis yang
terjadi di dunia, tragedi ini memberi dampak penderitaan yang cukup signifikan
pada kehidupan masyarakat luas dan tak sedikit korban yang berjatuhan
karenanya. Sebagian besar tragedi ini dipicu oleh adanya pengabaian etika dalam
setiap kegiatan bisnis. Secara singkat, pengabaian etika adalah dilakukannya
suatu kegiatan yang dianggap benar oleh para pengambil keputusan, namun
membawa dampak merugikan atau dianggap salah oleh pihak lain. Contoh
pengabaian etika itu sendiri antara lain adalah, praktek kecurangan dalam
pembuatan laporan keuangan, penyuapan, window dressing, dan lain sebagainya.
Berkaca dari beberapa kejadian yang memilukan tesebut, para praktisi bisnis
dan keuangan dunia mulai memperluas area manajemen resiko mereka. Dari
yang awalnya hanya berfokus pada area manajemen resiko bisnis, mereka mulai
menyadari bahwa mereka perlu menerapkan manajemen dalam lingkup etika.
Dalam literature, manajemen di lingkup etika ini disebut manajemen resiko
etika. Dalam Brooks (2004) dinyatakan, Para praktisi bisnis kini mulai
menyadari bahwa meskipun manajemen risiko cenderung berfokus kepada
masalah-masalah non-etis, bukti yang ada menunjukkan bahwa penghindaran
bencana dan kegagalan juga memerlukan perhatian kepada masalah risiko etika.
Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak

menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat.

1

Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan masyarakat,
tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap
merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.
Melihat realita yang demikian kritisnya kondisi dari berbagai lapisan
kehidupan yang ada, maka salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
mempelajari adanya kode etik masing-masing lini dan dijalankan
ketentuan masing

sesuai

yang diharapkan semua aspek kehidupan dapat berjalan

seimbang dengan tujuan bersama tanpa merugikan di salah satu pihak.

2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian profesi akuntan
Menurut International Federation of Accountants (dalam Regar,2003) yang
dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang
mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan
akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan
atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.
Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan
oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit,
akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.
Kode

Etik

Profesi

Akuntansi

(sebelumnya


disebut

Aturan

Etika

Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh
anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan
Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf
profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang
bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Tujuan profesi akuntansi
adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi,
mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.
Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi:
1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem
informasi.
2. Profesionalisme.


Diperlukan

individu

yang

dengan

jelas

dapat

diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang
akuntansi.
3. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh
dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

3

4. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa

terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh
akuntan.

2.2. Pengertian Kode Etik
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan
tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar
atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada
pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional.
2.3. Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
1) Prinsip Etika,
2) Aturan Etika, dan
3) Interpretasi Aturan Etika.
1) Prinsip Etika
a) Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap

anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
b) Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
c) Integritas
Untuk memelihara clan meningkatkan kepercayaan publik, Setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
d) Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehatihatian, kompetensi clan ketekunan, Berta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
4

memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
f) Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada
hak atau kiewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
g) Perilaku Profesional
Setiap Anggota harus berperilaku yang konsisten dalam reputasi profesi
yang baik clan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas clan obyektivitas.
2) Aturan Etika
a) Independensi, Integritas, Obyektivitas
 Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu
mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa
profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan
publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam
penampilan (in appearance).
 Integritas dan Objektivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan
integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interst) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji
material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak
lain.
b) Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
 Standar Umum
 Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan
pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable)
diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
 Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib
melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional.
 Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan
mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa
profesional.

5

 Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data
relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi
simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa
profesionalnya.
 Prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan:
 Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan
keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau
 Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi
material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut
agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan
tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap
laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi
yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI.
Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat
penyimpangan seperti tersebut diatas. Dalam kondisi tersbeut,
anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini
selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data
akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu,
dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi
dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas
prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan laporan
yang menyesatkan.
c) Tanggung Jawab kepada Klien  Informasi Klien yang rahasia
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien
yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak
dimaksudkan untuk:
 Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai
dengan aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip
akuntansi.
 Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti
panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang
kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
 Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota
sesuai dengan kewenangan IAI atau
 Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau
pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan
yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegasan disiplin anggota.

6

d) Tanggungjawab kepada rekan seprofesi
 Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan
perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan
seprofesi.
 Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik
pendahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit
menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang
sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta
tujuan yang berlainan.
 Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis
permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
 Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikataan atestasi
yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang
dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali
apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memnuhi ketentuan
perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang
berwenang.
e) Tanggungjawab dan Praktik Lain
Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau
mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya
Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan
mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi
pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak
merendahkan citra profesi.
3) Interpretasi Etika
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh
Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari
anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam
penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
interpretasi dan atau aturan etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interpretasi baru untuk menggantikannya.
Kepatuhan Kepatuhan terhadap kode etik, seperti juga dengan semua
standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada
pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan
anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan
oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan
pelanggaran.

7

Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak
menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang
ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau
menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4. Perumusan Dan Kode Etik Profesi Akuntan di Indonesia
Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan
Indonesia. Draft Kode Etik Akuntan Indonesia sudah disusun jauh sebelum
kongres IAI yang pertama, namun baru disahkan untuk pertama kalinya pada
kongres IAI yang kedua dalam bulan Januari 1972 dan mengalami perubahan
dan penyesuaian dalam setiap kongres. Sampai dengan tahun 1998, di Indonesia
telah diadakan beberapa kali pergantian Kode Etik.
Kode Etik Akuntan Indonesia yang pertama lahir dari konggres IAI III pada
tanggal 2 Desember 1973. Kode Etik ini 90 % merupakan Kode Etik AICPA
yang berlaku di Amerika Serikat saat itu. Kode Etik yang ke dua sebenarnya
belum pernah disahkan oleh IAI karena sangat kontroversial. Ciri khusus dari
Kode Etik ini adalah Kode Etik ini bukan saja untuk Akuntan Publik tetapi juga
untuk Akuntan Manajemen, Akuntan Pemerintah dan Akuntan Pendidik.
Kode Etik yang ke tiga disahkan dalam konggres IAI V di Surabaya pada
tanggal 20-30 Agustus 1986. Menurut Harahap (1991), Kode Etik ini lahir antara
dua kutub ide yang berkembang. Kutub pertama menghendaki agar Kode Etik
hanya mengatur profesi Akuntan Publik saja, sedangkan kutub yang lain
menghendaki agar Kode Etik mengatur semua akuntan berregister tanpa kecuali
di manapun ia berkiprah. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam
konggres IAI VIII bahwa Kode Etik IAI dimaksudkan sebagai panduan dan
aturan bagi seluruh anggota baik yang berpraktik sebagai akuntan publik,
bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya.
Keempat kalinya, Kode Etik IAI dirumuskan dalam kongres IAI VI ditambah
dengan masukan-masukan yang diperoleh dari seminar sehari.

8

Pemutakhiran Kode Etik Akuntan Indonesia dilaksanakan tanggal 15 Juni
1994 di hotel Daichi Jakarta serta hasil pembahasan sidang Komisi Kode Etik
dalam kongres IAI VII di Bandung. Kongres menghasilkan ketetapan bahwa
Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri atas:
1. Kode Etik Akuntan Indonesia yang disahkan dalam kongres VI IAI di
Jakarta terdiri atas 8 BAB dan 11 pasal ditambah dengan 2.
2. Pernyataan Etika Profesi No.1 sampai dengan 6 yang disahkan dalam
kongres IAI VII di Bandung tahun 1994.

2.5.

Penegakan Etika Profesi Akuntan di Indonesia.
Di Indonesia, penegakan Kode Etik (Prosiding Kongres VIII, 1998)

dilaksanakan oleh sekurang–kurangnya enam unit organisasi, yaitu :
1. Kantor Akuntan Publik.
Ketaatan terhadap kode etik adalah tanggung jawab pimpinan KAP dimana
anggota itu bekerja. Managing partner dan partner serta manager KAP
melaksanakan pengawasan terhadap ditaatinya perilaku ini.
2. Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik – IAI.
Di lingkungan Kompartemen Akuntan Publik, usaha pengawasan ini
diwujudkan dalam bentuk "Peer Review" yang penyelenggaraannya
dilaksanakan oleh Seksi Pengendalian Mutu di lingkungan kepengurusan IAI
di Kompartemen tersebut. Pengawasan oleh Unit Peer Review yang khusus
dibentuk untuk mengawasi sesama KAP sampai saat ini belum pernah
terlaksana.
3. Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik – IAI.
Badan ini merupakan unit organisasi yang melaksanakan peradilan pada
tingkat pertama

terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

anggota IAI kompartemen akuntan pendidik.

9

4. Dewan Pertimbangan Profesi IAI.
Dewan ini berfungsi sebagai peradilan tingkat banding untuk kasus-kasus
yang telah diputuskan hukumnya berdasar keputusan pada tingkat Badan
Pengawas Profesi. Dewan ini melaksanakan peradilan untuk kasus-kasus
pelanggaran lainnya yang tidak berkaitan dengan akuntan publik.
5. Departemen Keuangan RI.
Yaitu: Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, misalnya Direktorat
Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai. Ia sebagai pemberi ijin praktek
Akuntan Publik. Pengawasan yang dilakukannya pada umumnya untuk
menilai apakah KAP yang diberi ijin telah melaksanakan ketentuanketentuan yang berhubungan dengan keputusan Menteri Keuangan tentang
perijinan pembukaan KAP (SK Menkeu 43/KMK 017/1997) tanggal 27
Januari 1997 tentang jasa akuntan publik.
6. BPKP.
Berdasarkan Keppres 31/th 1983, wewenangnya adalah melaksanakan
pengawasan

terhadap KAP. Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP

melakukan evaluasi tentang kepatuhan KAP terhadap perizinan yang
diberikan dan terhadap pelaksanaan tugas profesional akuntan publik.
Selain keenam unit organisasi tadi, pengawasan terhadap Kode Etik
diharapkan dapat dilakukan sendiri oleh para anggota dan pimpinan KAP. Hal
ini tercermin di dalam rumusan Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 2,
yang berbunyi :
2. Setiap anggota harus selalu mempertahankan nama baik profesi dan etika
profesi serta hukum negara di mana ia melaksanakan tugasnya.
3. Setiap anggota harus selalu mempertahankan integritas dan obyektifitas
dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia akan
bertindak jujur, tegas dan tanpa pretensi. Dengan mempertahankan
obyektifitas, ia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan / permintaan
pihak tertentu / kepentingan pribadinya.

10

Selanjutnya dalam pasal 2 ayat (1) b disebutkan bahwa: "Jika seorang
anggota

mempekerjakan

staf

dan

ahlinya

untuk

pelaksanaan

tugas

profesionalnya, ia harus menjelaskan kepada mereka keterikatan akuntan pada
Kode Etik. Dan ia tetap bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut secara
keseluruhan. Ia juga berkewajiban untuk bertindak sesuai Kode Etik. Jika ia
memiliki ahli lain untuk memberi saran / bila merekomendasikan ahli lain itu
kepada kliennya”.
2.6. Beberapa Pelanggaran Kode Etik Akuntan di Indonesia.
Meskipun telah dibentuk unit organisasi penegakan etika sebagaimana
disebutkan di atas, namun demikian pelanggaran terhadap kode etik ini masih
ada. Berdasarkan Laporan Dewan Kehormatan dan Pengurus Pusat IAI dalam
kongres IAI, pelanggaran terhadap Kode Etik dan sengketa secara umum
meliputi sebagai berikut :
1. Kongres V (1982-1986), meliputi : 1) Publikasi (penawaran jasa tanpa
permintaan, iklan, pengedaran buletin KAP). 2) Pelanggaran Obyektifitas
(mengecilkan penghasilan, memperbesar biaya suatu laporan keuangan). 3)
Isu pengawas intern Holding mempunyai KAP yang memeriksa perusahaan
anak Holding tersebut). 4) Pelanggaran hubungan dengan rekan seprofesi.
Dan 5) Isu menerima klien yang ditolak KAP lain dalam perang tarif.
2. Kongres VI (1986-1990), meliputi : 1) Publikasi (ucapan selamat hari Natal,
Tahun Baru, Merger pada perusahaan bukan klien, selebaran, iklan). 2)
Perubahan opini akuntan tanpa bukti pendukung yang kuat. 3) WTP tanpa
kertas kerja memadahi. 4) Surat akuntan pengganti. 5) Sengketa membawa
kertas kerja keluar KAP. 6) Wan Prestasi pembayaran fee. Dan 7) Pengaduan
pemegang saham minoritas tentang Laporan Keuangan, KAP dituduh
memihak.
3. Kongres VII (1990-1994), jumlah kasus 21 buah melibatkan 53 KAP,
pengaduan terutama berasal dari instansi pemerintah dan BUMN pemakai
Laporan (50 % pengaduan), perusahaan klien (30 %), sisanya oleh KAP dan
pengurus IAI (20 %). Pengaduan meliputi : 1) Dua pengaduan Bappepam

11

tentang kualitas kerja. 2) Sebuah pengaduan Bapeksta tentang cap dan tanda
tangan tanpa opini dan tentang pernyataan akuntan terkait pasal 47 KUHD
(35 KAP). 3) Pengaduan Direktor Asuransi Ditjen Lembaga Keuangan
tentang penyimpangan Laporan AT dan PAI. 4) Pengaduan Deputi BPKP
atas audit perusahaan daerah sesuai NPA. 5) Pengaduan Deputi BPKP
tentang penawaran atas kerja sama dalam rangka pemberian jasa akuntan. 6)
Pengaduan PT Taspen tentang audit tidak sesuai NPA. 7) Pengaduan klien
KAP tentang audit tidak sesuai NPA, laporan audit terlambat, tidak sesuai
PAI, dua opini berbeda dua KAP untuk klien periode sama, tugas tidak
selesai dan berkas hilang. 8) Pengaduan antar KAP tentang komunikasi
akuntan pengganti dan akuntan terdahulu. Dan 9) Pengaduan iklan oleh
pengurus IAI.
4. Konggres VIII (1994-1998), meliputi: objektivitas, komunikasi, standart
teknis dan kerahasiaan.
Adanya kesalahan sama, yang terulang dari tahun ke tahun tersebut
disebabkan karena pengurus lini pertama sampai tingkat atas yaitu Dewan
Kehormatan bersifat tertutup. Hal ini menunjukkan kekurangseriusan IAI dalam
menyelesaikan masalah secara tuntas.
Sidang Komisi Kongres IAI VIII bagian Pendahuluan Kode Etik IAI
menyatakan bahwa: “Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua
standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman
dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga
ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik,
dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik
oleh organisasi, apabila diperlukan terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika
perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh
badan pemerintah yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya
untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku.“

12

Menurut Yani (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran kode
etik, meliputi:
1. Faktor ekstern (uncontrollable), yaitu : 1) Kurangnya kesadaran anggota
masyarakat (termasuk anggota KAP) akan kepatuhan terhadap hukum. 2)
Honorarium yang relatif rendah untuk pekerjaan audit yang ditawarkan klien–
klien tingkat menengah dan kecil. 3) Praktek-praktek yang tidak benar dari
sebagian usahawan yang menyulitkan independensi akuntan publik. Dan 4)
Masih sedikitnya Badan Usaha yang membutuhkan jasa akuntan publik,
khususnya dibidang audit.
2. Faktor intern (controllable), yaitu : 1) Tidak adanya perhatian yang sungguh–
sungguh dari sebagian pimpinan KAP akan mutu pekerjaan audit mereka. 2)
Orientasi yang lebih mementingkan keuntungan Finansial dari pada menjaga
nama baik KAP yang bersangkutan. 3) Pendapat bahwa perbuatan–perbuatan
yang melanggar etik ini tidak atau kecil kemungkinannya diketahui pihak lain.
4) Kurangnya kesadaran untuk mengutamakan etik dalam menjalankan profesi
oleh sebagian anggota IAI-KAP. Dan 5) Mutu pekerjaan audit yang ada
kalanya tidak dapat dipertanggungjawabkan karena penggunaan tenaga yang
berkualitas kurang baik.
Menurut Agoes (1996), beberapa hambatan dalam penegakan kode etik
antara lain :
1. Sikap anggota profesi yang mendua, pada satau sisi menolak setiap
pelanggaran terhadap kode etik tetapi pada sisi lain memberikan pembenaran
atas pelanggaran tersebut.
2. Adanya sifat sungkan dari sesama anggota profesi untuk saling mengadukan
pelanggaran kode etik. 3) Belum jelasnya aturan tentang mekanisme
pemberian sanksi dan proses peradilan atas kasus-kasus pelanggaran baik
dalam Anggaran Dasar maupun dalam Anggaran Rumah Tangga. Dan 4)
Belum dapat berfungsinya secara efektif BPP dan DPP sebagai akibat dari
belum jelasnya peraturan dalam AD/ART.

13

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Persamaan dari kode etik adalah sama-sama suatu sistem norma, nilai dan
aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan
baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik
menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode
etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Dan perbedaan dari
setiap kode etik suatu profesi setiap etika profesi mempunyai kode etik masingmasing dan tersendiri yang dibuat oleh badan yang mengatur etika profesi
tersebut. Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar
kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum, tapi pelanggaran kode etik akan
diperiksa oleh majelis kode etik dari setiap profesi tersebut.
3.2.

Saran
Harus ada lembaga yang berbeda-beda dalam menaungi berbagai profesi

yang ada, dimana lembaga tersebut merupakan sekumpulan orang yang memiliki
profesi yang sama dengan tujuan dapat menciptakan tatanan etik dalam
pekerjaan. Dan semua lembaga-lembaga profesi tersebut harus memiliki tujuan
yang satu yaitu mengutamakan profesionalitias dalam bekerja yang dilihat dari
kepatuhan menjadikan kode etik profesi sebagai pedoman. Etika profesi
akuntansi diatur oleh suatu badan atau organisasi yang bertanggung jawab di
lingkup akuuntansi seperti Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI),Ikatan Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) sedangkan untuk etika profesi yang lain diatur oleh
organisasi yang berbeda sesuai dengan profesinya masing-masing.

14

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Akuntan_publik di akses 17/10/2015
Kode-etik-profesi-akuntan-publik.Pdf - IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)
http://rose-mia.blogspot.co.id di akses 17/10/2015