PRA PROPOSAL TESIS KAJIAN KENYAMANAN TER

PRA PROPOSAL TESIS

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL DAN KUALITAS
KESEHATAN DALAM ARSITEKTUR TRADISIONAL
MASYARAKAT ADAT ‘BOTI’
KAB. TIMOR TENGAH SELATAN

Disusun Oleh:
Apridus Kefas Lapenangga
145402235

PROGRAM MAGISTER ARSITEKTUR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ARSITEKTUR TRADISIONAL MASYARAKAT BOTI
1.1.1 Arsitektur tradisional masyarakat Boti
Arsitektur tradisional merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang kita

yang memiliki nilai-nilai tinggi dan lahir dari kebudayaan kelompok masyarakat yang
tinggal pada daerah-daerah tertentu. Pada daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan
(TTS) – Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), arsitektur tradisional yang masih diwarisi
secara umum adalah ‘Ume Kbubu’ (rumah bulat : rumah masyarakat) dan ‘Lopo’
(pendopo: di depan ‘Ume Kbubu’ sebagai tempat menerima tamu) yang menyebar
hampir di seluruh wilayah kabupaten. Sejalan dengan perkembangan waktu, posisi
arsitektur tradisional masyarakatnyapun mulai mengalami pergeseran fungsi sampai ke
titik yang memprihatinkan. Fungsi ‘Ume Kbubu’ yang sebelumnya adalah rumah tinggal
bergeser menjadi dapur yang posisinya justru berada dibelakang rumah yang dibangun
permanen dari bahan beton, sedangkan ‘Lopo’ sudah mulai jarang dibangun.

Gambar 2.1 Rumah bulat/Ume Kbubu, sebagai rumah tinggal masyarakat Boti
sumber: http://blog-Agus Lahinta's Page
Suku Boti Keramahan dalam Kesederhanaa.html

Kehidupan masyarakat yang terus berkembang makin menyurutkan nilai-nilai
budaya yang terkandung di dalamnya. Namun dalam fenomena yang terjadi di daerah
ini masih ada satu kelompok masyarakat yang tetap melestarikan dan menjunjung tinggi
nilai-nilai budaya warisan nenek moyang, yaitu kelompok masyarakat adat suku Boti.
Suku Boti tinggal di bagian selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah suku kuno

di pedalaman Pulau Timor. Mereka tinggal di dua wilayah, yakni Boti Dalam dan Boti
Luar. Jumlah penduduk Boti Dalam 307 jiwa, sedangkan Boti Luar lebih dari 2.500 jiwa.
Boti Dalam mewarisi dan mempraktikkan semua tradisi lokal yang masih unik dengan
agama asli yang disebut Uis Neno Ma Uis Pah, dewa langit dan bumi. Boti Luar sudah
beragama, yakni ada yang menganut agama Kristen Protestan dan ada pula yang
meyakini agama Katolik. Meski sama-sama tinggal di Desa Boti, penduduk Boti Dalam
tinggal di areal tersendiri, seluas 3.000 meter persegi yang diberi pagar kayu. Dari
kehidupan masyarakat inilah kita dapat belajar lebih banyak lagi tentang hubungan
antara kearifan dan arsitektur tradisional.

1.1.2 Kenyamanan termal
Kenyamanan termal merupakan salah satu komponen penting yang tidak boleh
terpisahkan dengan ruang binaan arsitektur. Aspek ini berhubungan dengan nilai rasa
setiap personal pengguna bangunan. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah
penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya (Satwiko, 2003). Untuk
menciptakan kenyamanan termal, kita harus memahami lebih dari sekedar mekanisme
hilangnya panas dari badan manusia, tetapi lebih dari itu yakni juga memahami kondisi
lingkungan sekitar terkait udara dan kelembaban. Kombinasi dari suhu udara,
kelembaban relatif


(relative humadity/RH), gerakan udara

dan mean radiant

temperature/MRT (titik tengah suhu) menghasilkan kenyamanan termal1.
1

Heating, Cooling, Lighting: Design Methods for Architects (2007)

Setiap komponen yang merupakan bagian dari kenyamanan termal ini perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan arsitektur. Arsitektur yang direncanakan harus
mampu memberikan kenyamanan baik secara fisik maupun psikis bagi para
penghuninya. Sejak dahulu kala arsitektur tradisional sudah mampu menghadirkan
ruang yang tidak hanya sekedar sebagai tempat berlindung namun lebih dari itu sudah
menjadi sebuah ruang tempat beristirahat dengan tingkat kenyamanan yang baik bagi
penghuninya. Kenyamanan ini dihadirkan melalui sebuah proses pemikiran tradisional
dengan memanfaatkan kondisi lingkungan yang ada termasuk penggunaan material
alami di sekitarnya. Kombinasi yang baik antara material alami yang ramah lingkungan
dan dasar pemikiran pemanfaatan keadaan alam (iklim, suhu, kelembaban, matahari,
angin, dan lain-lain) menghasilkan sebuah konsep ruang yang nyaman secara termal

sehingga fisik dan psikis penghuninya menjadi nyaman.
Arsitektur Rumah Bulat (Ume Kbubu) mewujudkan kenyaman thermal melalui
sebuah dasar pemikiran yang begitu luar biasa dengan memanfaatkan keadaan ikilim
dan material alami yang ada di sekitarnya.


Pergerakan udara
Udara yang terus bergerak akan mempengaruhi kecepatan panas yang hilang baik
dengan cara konveksi ataupun penguapan. Gerakan udara sangat efektif pada saat
cuaca panas dan sebaliknya menjadi masalah pada saat cuaca dingin, namun dalam
cuaca apapun pergerakan udara juga dapan menjadi masalah bila memiliki
kecepatan gerak di atas rata-rata. Kecepatan pergerakan udara yang nyaman
berkisar antara 20-60 kaki/menit (feet/minute (fpm)) atau sama dengan kurang lebih
0,6-2 mph (meters/hour atau meter/jam)2. Pada rumah adat ini pergerakan udara
dalam ruang dioptimalkan melalui bentuk bangunan dan pemilihan materialnya.

2

Heating, Cooling, Lighting: Design Methods for Architects (2007)


Material untuk dinding bangunan adalah papan atau bilah bambu yang dipasang
vertical dan memiliki celah sehingga sirkulasi udara terus berjalan lancer meskipun
tanpa jendela. Sedangkan bentuk bangunan hadir dengan denah bulat dan bangun
ruang yang berbentuk kubah yang

memiiki potensi untuk merespon angin dari

berbagai arah sekaligus bersifat aerodinamis sehingga tidak terhempas oleh terpaan
angin yang lebih kencang.

Gambar 2.1 Rumah bulat/Ume Kbubu, denah bulat dan berbentuk kubah
sumber: http://blog-Agus Lahinta's Page
Suku Boti Keramahan dalam Kesederhanaa.html



Suhu ruang
Suhu ruang dioptimalkan dengan tungku pembakaran di dalamnya, ruang akan tetap
hangat sepanjang hari. Suhu lingkungan luar yang dingin sepanjang tahun (kecuali
Oktober-Nvember) tidak begitu mengganggu karena suhu ruang tetap terasa hangat

walaupun pada malam hari, sedangkan pada siang hari tidak menjadi pengganggu
karena pola hidup masyarakat lebih banyak berada pada ruang penerima
(Lopo/pendopo) di depan ataupun di ladang. Material atap dari alang-alang juga
cukup membantu dalam pengaturan suhu ruang yaitu mampu menyimpan panas
pada malam hari untuk menjaga suhu runag tetap hangat.



Kelembaban udara (relative humidity/RH)
Kelembaban relatif udara (RH) yang normal bila kita merasa nyaman dan kulit dalam
keadaan kering wajar dengan RH antara 50-60 %3. Secara geografis daerah ini juga
berada pada iklim tropis lembab sehingga kelembaban merupakan hal penting yang
perlu diperhatikan dalam mengupayakan kenyamanan. Dalam

kehidupan

masyarakat ‘Boti’ kelembaban yang sesuai dicapai dengan sirkulasi udara yang baik
serta didukung dengan tungku perapian dalam ruangan. Tungku ini sebenarnya
dimanfaatkan masyarakat sebagai media untuk memasak sekaligus menjadi sarana
untuk pengawetan bahan makana secara tradisional yang disimpan di loteng dalam

rumah bulat tersebut.


Pencahayaan
Pencahayaan dalam bangunan ini cukup terbatas karena hanya memiliki satu pintu
dan tanpa jendela. Pada malam hari hanya mengandalkan lampu pelita dengan
bahan bakar dari minyak Damar. Pencahayaan memang sengaja dibatasi karena
masyarakat yang sepanjang hari berada di ladang untuk bertani terkena silau
cahaya matahari sehingga otot mata yang terus bekerja perlu mendapat

terapi

peregangan dengan ruang yang sedikit lebih gelap.

1.1.3 Kualitas kesehatan
Ruang arsitektur yang direncanakan tidak hanya nyaman namun harus mencapai
standar kesehatan sehingga penghuni yang tinggal di dalamnyapun sehat. Namun
kualitas kesehatan ini tidak semata-mata dihasilkan dari perencanaan arsitektur yang
baik tetapi juga harus di dukung dengan pola hidup sehat dari orang atau penghuni di
dalamnya. Untuk mencapai standar kesehatan, minilmal sebuah arsitektur di daerah

3

Fisika Bangunan 1 (2003)

tropis lembab seperti di daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan ini harus
mempertimbangkan pengaruh iklim pergerakan udara, kelembaban, suhu, dan
pencahayaan di dalamnya. Oleh karena itu arsitektur yang baik seharusnya memiliki
ventilasi silang, bukaan yang optimal, sudut kemiringan atap, serta material alam yang
tanggap terhadap pengaruh iklim yang ada.
Secara kasat mata dapat dinilai bahwa arsitektur Rumah Bulat ini

masih berada

di bawah standar kesehatan karena secara arsitektural tidak memiliki bukaan yang
optimal dan ventilasi silang. Bangunan ini berbentuk bulat dengan satu pintu masuk
serta tidak memiliki jendela dan lantai yang tetap natural dengan permukaan tanah yang
tidak ditutupi apapun. Namun saat melihat lebih dekat lagi justru bangunan ini mampu
memenuhi standar kesehatan yang ada. Dinding yang terbuat dari bilah/belahan bambu
memiliki celah-celah sebagai jalur keluar masuknya udara, kelembaban yang baik
dicapai dengan tungku api didalamnya, yakni panas dari pembakaran mampu menekan

kelembaban udara yang berlebihan, dan juga mampu mengatur suhu di dalamnya
menjadi tetap hangat (daerah Timor Tengah Selatan relatif dingin sepanjang tahun
kecuali Oktober-November), sedangkan pencahayaan memang sangat dibatasi karena
pola kehidupan masyarakat yang umumnya petani, sepanjang hari berada di ladang
sehingga otot mata yang seharian silau terkena pengaruh cahaya matahari justru
mendapat terapi peregangan dengan ruang yang sedikit lebih gelap.

1.2 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Seturut perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi yang begitu pesatnya
mempengaruhi pola berpikir masyarakat untuk hidup serba modern, termasuk dalam
merencanakan arsitektur sebagai tempat tinggalnya. Namun kemajuan yang terus
mempengaruhi kehidupan masyarakat belum mampu menembus kehidupan tradisional
masyarakat Boti yang begitu menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Kehidupan yang begitu

teratur dijalankan oleh segenap masyarakat Boti dan sebaliknya masyarakat yang
tinggal diluar dari kelompok masyrakat Boti terus terpengaruh dengan modernitas
kehidupan dan perlahan-lahan meninggalkan arsitektur tradisional sebagai warisan
budaya nenek moyang.
Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini, antara lain:



Perkembangan

zaman

dengan

teknologi

yang

begitu

maju

menyebabkan

masyarakat mulai meniggalkan arsitektur tradisional sebagai sesuaitu hal yang
dianggap kuno atau ketinggalan zaman.



Kesadaran masyarakat TTS secara umum yang semakin menurun terhadap
pentingnya asitektur tradisional sebagai warisan budaya.

1.3 RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang permasalahan yang ada maka dapat disimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut :


Meningkatkan kesadaran masyarakat TTS pada umumnya akan pentingnya
arsitektur tradisional yang memiliki dasar pemikiran kontekstual yang sesuai dengan
lingkungannya dalam menghadirkan sebuah ruang yang arsitektural dan nyaman
bagi penghuninya.

1.4 TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang ada maka dapat disimpulkan
beberapa tujuan dari penelitian ini, yakni:


Menjelaskan manfaat yang terkandung dalam arsitektur tradisional yang mampu
berintegrasi dengan arsitektur yang lebih modern, namun tetap efektif dan efisien

sehingga dapat mengembalikan kepedulian dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya arsitektur tradisional tersebut sebagai warisan budaya.

1.4.2 Sasaran Penelitian
Untuk mencapai tujuan di atas maka dapat dirumuskan beberapa sasaran ya
perlu dilakukakn sebagai berikut, antara lain:


Menggali konsep dasar arsitektur tradisional Boti dalam menghadirkan kenyamanan
termal dengan kualitas ruang yang sehat.



Menelusuri pola kehidupan masyarakat yang tinggal di dalam arsitektur tradisional
boti sebagai subjek yang memanfaatkan arsitektur tersebut menjadi hunian yang
nyaman.



Mempelajari arsitektur (rumah tinggal) yang berkembang pada

masyarakat TTS

yang mulai meninggalkan arsitektur tradisional dalam hubungan kenyamanan termal
dan kualitas kesehatan.

1.5 METODE PENELITIAN

1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Ada beberapa metode yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan
data, yankni sebagai berikut:
1. Data primer



Interview; yaitu dengan mewawancarai langsung (sifat wawancara
terstruktur) terhadap masyrakat lokal yang tinggal di daerah Boti.
Wawancara ini didukung dengan menggunakan audio recording untuk
merekam pembicaraan karena subjek yang diwawancarai menggunakan
bahasa daerah.



Observation; yaitu dengan turun langsung ke lokasi penelitian dan
mengamati langsung keadaan fisik, aktifitas dan perilaku masyarakatnya.



Visual survey; yaitu dengan pengamatan langsung untuk merasakan
ruang objek penelitian tersebut. Hal ini dicapai dengan pemetaan, sketsa,
dan rekaman gambar foto.

2. Data sekunder



Document review; yaitu dengan melihat referensi atau literatur terkait
(buku/pustaka) yang berhubungan dengan objek penelitian. Data ini
diperoleh dari perseorangan, instansional (PUSKESMAS terdekat pada
lokasi), museum daerah, perpustakaan daerah, maupun dari media
elektronik (televise, radio, dan teknologi informasi internet).

Data Kuantitatif


Peta lokasi (peta Kab. TTS, peta lokasi kampung adat/foto udara, peta
persebaran perumahan dalam kawasan)








Peta aktifitas masyarakat (activity mapping and behavior mapping)
Gambar bentuk dan ukuran rumah tradisional ‘Ume Kbubu’
Data penduduk (jumlah, jenis kelamin, usia, kepadatan)
Keadaan iklim dan cuaca lokasi
-

Curah hujan

-

Arah angin

-

Kelembaban udara

-

Suhu ruangan

-

Tingkat radiasi matahari

-

Orientasi matahari



Data kesehatan masyarakat setempat

Data kualitatif






Konservasi energi
-

Penerangan alami

-

Penerangan buatan

Kenyamanan termal
-

Penghawaan alami

-

Penghawaan buatan

Standar kesehatan rumah tinggal
-

Kualitas udara dalam ruangan

1.5.2 Metode Analisis Data
Secara umum tulisan ini membahas tentang konsep kearifan lokal dalam
masyarakat Boti dan secara teknis melakukan perhitungan yang terukur terhadap tingkat
kenyaman thermal serta bagaimana melihat standar kesehatan ruangnya. Data mentah
yang diperoleh dari lapangan kemudian diolah dan dklasifikasi sesuai sifat data. Data
yang terkumpul kemudian dianalisis dengan referensi atau literature yang berhubungan
dengan teori penelitian yang diangkat sehingga tetap memiliki kaitan.
Data kuantitatif yang berhubungan dengan perhitungan dan simulasi komputer
diolah dengan metode konvensional namun tidak membatasi perhitungan secara
manual untuk lebih memastikan tingkat keakuratan simulasi.


Simulation method; yaitu dengan mensimulasi data mentah dari lapangan menjadi
lebih terukur. Simulasi merupakan metode yang dapat merepresentasikan dunia
nyasa menggunakan software untuk mendapatkan hasil yang mendekati keadaan
sesungguhnya. Simulasi ini dilakukan dengan menggunakan software computer

(program ekotech) untuk mengukur kenyaman termal ruangan bangunan/objek yang
ditentukan.

1.5.3 Metode Menarik Kesimpulan
Setelah melakukan analisis data, maka data yang tekumpul disortir untuk
membatasi penumpukan data yang tidak diperlukan dalam laporan penelitian. Dari hasil
analisa yang dilakukan maka dibuat ringkasan sementara yang berhubungan dengan
penelitian. Ringkasan ini yang nantinya akan dikembangkan dalam penulisan lebih
lanjut. Dalam penulisan ini, untuk menarik kesimpulan menggunakan metode deduktif
karena hasil analisa yang diperoleh pada tahapan sebelumnya dipadukan dan
disesuaikan dengan teori yang berkenaan dengan fokus penelitian untuk menarik
kesimpulan.

1.5.4 Lingkup Pembahasan
Tulisan ini menjelaskan ‘Ume Kbubu’ sebagai arsitektur tradisional yang memiliki
kemampuan tanggap terhadap iklim dengan kualitas kesehatan yang baik bagi penghuni
di dalamnya serta arsitektur rumah masyarakat TTS umumnya yang

mulai

meninggalkan arsitektur tradisional. Lingkup pembahasan tulisan ini mencakup
kenyaman termal dan kualitas kesehatan ruang pada arsitektur Ume Kbubu sebagai
rumah tinggal serta kenyamanan termal dan kualitas kesehatan ruang arsitektur
masyarakat TTS yang sudah tidak menggunakan arsitektur tradisional.

1.6 KEASLIAN PENELITIAN
Judul sejenis :


Kajian kenyamanan termal pada rumah tinggal dengan model innercourt
-

Topik

: kenyamanan termal

-

Fokus

: model innercourt

-

Perbedaan

: perbedaan pada fokus penulisan, yakni fokus pada tulisan ini

lebih mengarah pada konsep desain yang terkandung dalam arsitektur tradisiona
yang mampu menghadirkan kenyamanan termal dalam arsitektur tersebut.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN


Adapun sistematika penulisan pada ini adalah sebagai berilut:
BAB I

PENDAHULUAN, bab ini terdiri dari: latar belakang arsitektur masyarakat

Boti, latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian,
metode penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.




BAB II TINJAUAN PUSTAKA, bab ini terdiri dari:
BAB III METODOLOGI, bab ini terdiri dari: fenomenologi sebagai paradigm
penelitian, metode penelitian, bahan dan alat penelitian, parameter dan variabel
penelitian, tahapan penelitian, rancangan proses penelitian.



BAB IV GAMBARAN OBJEK STUDI, bab ini terdiri dari: gambaran umum lokasi,
arsitektur tradisional Boti





BAB V JADWAL PENELITIAN, bab ini terdiri dari: jadwal penelitian.
KESIMPULAN DAN SARAN, bab ini terdiri dari: kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
Groat, Linda and David Wang (1954). Architectural Research Methods, John Wiley
Sons, Inc. Canada
Lechner, Norbert (2007). Heating, Cooling, Lighting: Design Methods for Architects,
Auburn University
Satwiko, Prasasto (2001). Fisikea Bangunan 1, Andi Yogyakarta
http://blog-Agus Lahinta's Page Suku Boti Keramahan dalam Kesederhanaa.html
http://suku boti - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm