MAKALAH Kiat Mencari Jodoh Menurut Ajara

I.

Pendahuluan
Untuk persoalan jodoh, setiap orang hendaknya bersungguh-sungguh, baik laki-laki

maupun perempuan harus proaktif dan selektif. Tidak ada dikotomi bahwa laki-laki harus
mencari dan perempuan harus menunggu (ikhtiar), namun tidak keluar dari norma dan
syariat.
Agar pernikahan bersemi dengan indah, maka dalam memilih jodoh hendaknya kita
sangat mengutamakan ajaran Islam, seperti yang dipesankan Rasulullah SAW. “…lihatlah
agamanya maka kalian akan mendapatkan semuanya…“. Dengan memiliki pasangan yang
agamanya baik dan benar, maka rumah tangga kita akan menjadi sakinah, mawaddah dan
warahmah.
Pertanyaannya, “Jodohku Siapa…?”. Jodoh, memang merupakan misteri kehidupan,
karena untuk hal yang satu ini terkadang membuat seseorang sangat bimbang dalam
menentukan keputusannya. Jangankan untuk menerima seseorang menjadi pasangan
hidupnya kelak, dalam persoalan menerima tawaran ta’aruf saja terkadang masih terlalu
banyak ‘kriteria’ yang dipakai. Sampai-sampai kriteria yang dipasangpun sudah tidak
memenuhi kriteria syar’i lagi, seperti harus yang ‘smart’, tinggi, putih, cantik, ganteng, kaya,
sarjana, dan lainnya.
Tidak salah memang untuk memasang kriteria seperti itu, hanya saja menurut beliau

hendaknya kita tidak mempersulit diri untuk persoalan ini. Persoalan fisik adalah titipan dari
Allah SWT, kita tidak pesan sama Allah waktu mau dilahirkan! biar hitam asal hatinya putih,
biar pendek asal akhlaknya tinggi, biar kurang ganteng asal taqwa, biar kurang cantik tapi
sholehah.
Insya Allah, tidak akan menyesal bagi yang memilih pasangan hidup berdasarkan
agamanya. Jika di dunia ini ada surga, maka surga itu adalah pernikahan yang bahagia.
Rasulullah SAW berkata ‘Baiti Jannati”, Rumahku Surgaku. Kebahagiaan merupakan hal
yang relatif.
Tiap orang mempunyai ukuran kebahagiaan yang berbeda-beda. Namun saya yakin
kebahagiaan yang hakiki dapat kita peroleh hanya dengan jalanNya. Ingin memiliki rumah
tangga yang bisa kita jadikan surga kita didunia? Ikutilah petunjuk Rasulullah SAW.

1

A. Motivasi Dan Jalan Yang Ditempuh
Motivasi utama para remaja mencari calon pasangan hidup pada umumnya
karena dorongan libido, sulit bagi nalar mereka bagaimana tanpa dorongan seksual
seseorang dapat mencari jodoh, padahal telah banyak pasangan yang melangsungkan
pernikahan bukan karena dorongan seksual, tetapi karena kedewasaan intlektualnya
bahkan karena ketinggian spiritualitasnya, sehingga mampu menetralisir emosinya.

Ibarat orang mau makan, biasanya nafsu makan itu menjadi pendorong awal, tetapi toh
masih bisa diimbangi dengan kesadaran ilmiyah menyangkut nutrisi yang dibutuhkan,
sehingga dapat memilih mana makanan yang sehat dan mana yang tidak.
Membangun motivasi ini bukan hal sederhana apalagi bagi ABG. Remaja pada
umumnya setelah berkenalan dengan lawan jenis, dan libido telah mendorongnya jatuh
cinta, maka semua jalan/alternatif menjadi buntu, dunia menjadi sempit, tidak ada lagi
yang namanya kedewasaan berfikir dan kesadaran agama. Oleh karena itu peran orang
tua dan pendidikan sangatlah menentukan bagi lahirnya kedewasaan dan kesadaran
tersebut, sehingga motivasi remaja dalam memilih jodoh dapat dibangun.
Pada umumnya para remaja mendapatkan jalannya sendiri-sendiri, ada yang
karena terjadinya pertemuan yang intens (seprofesi), ada yang secara aktif melakukan
pendekatan, ada yang melalui perantara, lewat biro jodoh, chating dan lain-lain, bahkan
ada yang mencari jodoh melalui dukun.
Sebenarnya agama itu memberi kebebasan, semua jalan bisa ditempuh, yang
penting pertama, tidak sesat, seperti perdukunan dan guna-guna, kedua; tidak dengan
maksiat, yaitu perkenalan yang tidak mengandung dosa, seperti menjaga aurat, tidak
menyepi berdua, kalau mau bicara di pasar dan sebagainya. Ta’aruf yang halal menurut
Islam untuk menjajaki calon pasangan yang dicari sesuai kriteria agama. Ketiga; melalui
perantara orang-orang shalih/ alim. Hal ini lebih baik karena mereka lebih netral,
mengetahui konsep agama dan konsep kafa’ah sehingga sang perantara akan berusaha

mengetahui calon yang akan dipertemukan, menyangkut agama, keturunan, kedudukan
dan tingkat kesetaraan antara keduanya. Keempat; adalah dengan shalat istikharah
yang dilakukan ketika belum memiliki kecenderungan pilihan, sebab kecenderungan
itu akan membuat istikharahnya terhijab.

2

B. Kriteria Wanita Shalihah
“Wanita itu dinikahi karena empat hal: pertama karena kecantikannya, kedua
karena hartanya, ketiga karena nasabnya dan keempat karena agamanya, maka
pilihlah karena agamanya, hidupmu akan bahagia” (HR Bukhari dan Muslim).
Urutan ”cantik, harta, nasab (Keturunannya) dan agama” adalah cara bicara Nabi SAW
sesuai naluri lawan bicaranya (Al Hadis) yaitu pemuda, sehingga cantik menjadi urutan
pertama, padahal

urutan dimaksud sebenarnya

dibalik, yaitu “ agama, nasab,

kedudukan/harta, baru kecantikan”. Bahkan Rasulullah SAW melarang dan mengancam

laki-laki yang memilih wanita bukan karena agama:
“Jangan kalian mengawini wanita karena kecantikannya, bisa jadi kecantikannya
akan membuatnya sombong. Dan jangan pula karena hartanya, bisa jadi
kekayaannya membuat dia melawan, tetapi kawinilah wanita karena agamanya.
Sesungguhnya hamba sahaya yang hitam lagi pesek namun beragama itu lebih
baik.”(HR Ibnu Majah)
Agama yang dimaksud bukan hanya ilmu agama (knowledge) tapi “dzaatuddin”,
memiliki kesadaran agama. Pilihan agama berada pada peringkat tertinggi karena pertama;
meyakini bahwa perjodohan yang ia alami adalah pilihan Tuhan yag terbaik, sehingga akan
berusaha menjaganya, menyelesaikan semua masalah melalui ajaran agama, dan dapat
menerima kenyataan hidup dalam rumah tangga dengan modal keyakinan terhadap janji
Tuhan sehingga konsekwensinya harus kuat bertawakkal. Kedua; taat kepada suaminya
selama pasangannya itu tidak maksiat kepada Allah, ; ketiga; menjaga diri dan harta
suaminya, dengan menahan diri belanja sesuatu yang tidak prioritas dan kurang bermanfaat
bagi keluarganya. Keempat; berusaha memberikan kasih sayang kepada suami dengan
mensyukuri dan merispon positif, apapun yang diberikan kepadanya (mawaddah).
Mencari gadis yang memiliki keempat potensi tersebut bukan hal mudah, sehingga
disamping mengenal betul kehidupan keluarganya, juga tidak dapat mengabaikan
pendekatan spiritual.
Rahasia perumpamaan ladang bagi wanita (Al Baqarah: 223) antara lain bahwa ladang

lebih menentukan unggulnya bibit yang akan dilahirkan, daripada benihnya. Betapapun
unggul benih, jika lahannya gersang, maka disamping akan banyak memakan biaya dan
tenaga, juga tidak mampu menjamin keunggulan bibit yang akan terlahir.
3

Wanita beragama mampu menggunakan sifat-sifat

keibuannya hanya untuk

membimbing anak-anaknya. Sifat keibuan wanita ini didukung oleh dua hal, pertama;
wanita itu memiliki rasa cinta lebih besar yang karenanya besar pula pengorbanan demi
anak-anaknya, kedua; memiliki kelembutan rasa yang karenanya anak-anak lebih dekat
dan dalam kehangatan dekapannya (Quraish Shihab). Dua sifat menonjol itu tidak dapat
diganti oleh siapapun dan sangat diperlukan bagi pertumbuhan anak. Tetapi jika dua sifat itu
tidak untuk anak-anaknya (keluar dari fitrah), maka efek negatifnya justru akan lebih besar.
Seperti rasa cinta wanita terhadap harta, memiliki resistensi tinggi dalam persaingan
hidup, atau jika kelembutan rasa yang dimiliki ibu (cerewet) itu untuk suami, maka akan
sangat negatif. Ibu cerewet terhadap anak-anaknya sangat positif (Ayah Edi), sedang
cerewet terhadap suami menjadi sebaliknya.
Adapun memilih wanita karena keturunan yang baik, keuntungannya antara lain,

pertama; ia memiiki genetika yang sangat potensial untuk dibentuk menjadi manusia yang
baik, kedua; memiliki sifat-sifat yang telah dibentuk oleh lingkungannya, ketiga;
mendapatkan do’a dari nenek moyangnya yang memungkinkan hati menjadi lunak untuk
mendapat bimbingan agama dan kebanaran.
Memilih wanita karena kedudukan atau kekayaan pada umumnya, Pertama, kedudukan
dan kekayaan (yang wajar) itu berkaitan dengan kecerdasan, pengetahuan dan ketrampilan,
Kedua, Kedudukan juga berkitan dengan etika, menjaga adat istiadat dan tata pergaulan alias
berbudaya.
Sedang memilih wanita karena kecantikannya tidak ada kelebihan kecuali kecantikan
itu sendiri.

C. Kriteria Laki-laki yang Bertanggung Jawab
Pada dasarnya kriteria pertama laki-laki yang baik adalah sama dengan kriteria wanita
yaitu agama, keturunan, kedudukan dan ketampanan. Hanya saja agama bagi laki- laki,
adalah :
a. Untuk menjaga benih dalam dirinya, tidak dicemari dengan maksiat-maksiat.
b. Membuatnya (secara agama) mampu memilih ladang dan mengolahnya dengan baik,
atau memilih dan membimbing istrinya kelak.
4


Kriteria kedua bagi laki-laki adalah memiliki “Qawwam” kemandirian atau
tanggung jawab yang didukung oleh dua hal. Pertama; punya kelebihan diantara lakilaki lain dalam hal tertentu, yang secara subjektif-eksklusif menjadi magnit yang
mengikat pasangannya. Kedua; punya harta yang dibelanjakan untuk keluarganya (An
Nisa’: 34)
Adapun nasab itu penting bagi laki-laki, karena posisinya sebagai pembawa
bibit, sehingga laki-laki diibaratkan sebagai petani yang memilih ladang subur,
mengolah sekaligus membawa dan menjaga bibit yang dimiliki.
Wali perempuan

harus mengetahui agama dan tanggung jawab calon

menantunya, karena sadar

bahwa kepadanyalah ladang buah hatinya itu akan

diserahkan. (Al Baqarah 223).

5

II. Memaksimalkan Menjemput Jodoh

Seorang muslim tidak baik hanya berpangku tangan dalam menghadapi ketentuan Allah
termasuk mencari jodoh. Dalam hal ini akan sedikit dipaparkan langkah-langkah sekiranya
bias kita lakukan dalam penantian seorang pendamping hidup sebagai ikhtiar kita selaku
manusia dalam menjemput jodoh. Ada dua cara uantuk berusaha :
A. Ikhtiar Batin
1. Menjaga Kesucian dan Memperbaiki diri
Setiap orang tentu sangat mendambakan memiliki pasangan hidup yang baik, yang bisa
menjaga kesucian dirinya, memiliki pengetahuan agama yang baik dan benar serta memiliki
tujuan hidup yang mulia yaitu hanya mencari ridho Allah semata. Pasangan hidup yang
demikian sudah tentu menjadi pasangan yang baik, yang mau diajak susah dan senang dalam
mengarungi bahtera rumah tangga demi mencari ridho Allah semata
wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah
buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki
yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka
(yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi
mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).
2. Rajin berdoa
Sebagaimana yan telah kita ketahui bersama bahwa manusia itu adalah makhluk yang
sangat lemah, tiada daya kekuatan yang dimilikinya, kecuali atas izin dan pertolongan Allah.
Sementara itu, kita juga mengerti bahwa jodoh itu ditangan Allah dan bukan ditangan salah

seorang makhluknya. Untuk itu siapa saja yang menginginkan jodohnya segera datang
sangat dianjurkan banyak berdoa kepada Allah. dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan
Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai
penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
3. Memperbanyak ibadah Sunnah
Kita semua pasti merindukan pasangan hidup yang baik lahir dan batinnya serta tentu
kita tidak ingin tertupu oleh penampilan luarnya yang menawan dan mengikat hati, padahal
yang ada dibalik itu semua adalah sebenarnya sangatlah buruk. Untuk mencegah itu semua,
maka Allah telah memberikan jalan keluar yang baik buat hambanya yang disampaikan
6

lewat lesan Nabinya yaotu melakukan istikhoroh memohon kepadaNya, agar diberikan yang
terbaik diantara pilihan yang ada atau kalau semuanya buruk agar diganti yang lebih baik
Agar jodoh kita semakin cepat datang, kita juga perlu mendekati Allah dengan ekstra
dekat. Caranya tidak hanya mengandalkan ibadah wajib, tapi juga dengan menambah
ibadah-ibadah sunnah seperti sholat tahajjud, sholat dhuha, shaum, tilawah Al Qur’an, infaq,
dan lain-lain. Lakukan ibadah sunnah ini secara rutin setiap hari agar iman kita bertambah
dan doa kita semakin dikabulkan Allah Swt.
4. Tawakal
Serahkan segalanya kepada Allah SWT. Tawakal itu harus berkhusnuzhon kepada

Allah swt. Pada dasarnya, Allah swt menghendaki kita menikah. Karena menikah merupakan
perbuatan baik. Tidak mungkin Allah menjerumuskan kita kepada hal-hal yang tidak baik.
Kita sudah meniatkan untuk itu dan merasa sudah tawakal kepada Allah swt. Tapi ternyata,
kita lebih sering tidak khusnuzhon kepada Allah SWT. Padahal Allah selalu menginginkan
segala kebaikan kepada kita. Hanya kita tidak menyikapi kebaikan Allah itu dengan baik.
5. Sabar
Tidak semua orang mendapatnkan jodoh secara cepat, tapi ada yang lambat, bahkan
didunia didunia boleh jadi dia belom dipertemukan dengan jodohnya dan insya Allah akan di
pertemukan saat di akhirat kelak. Dalam menghadapi kenyataan ini kita harus bersabar.
Jangan keluar dari sikap sabar dengan mengambil jalan pintas yang dilarang orah agama
seperti menggunan aji pelet, menikah dengan orang kafir dan lain sebagainya.
B. Ikhtiar Lahir
1. Tampil menarik
Allah telah menjadikan dalam diri manusia fitrah yang mencintai akan keindahan.
Maka sesuatu yang indah akan mampu menyentuh fitrah manusia ini, sehingga dirinya akan
menjadi tertarik terhadanya. Dengan demikian berpenampilan menarik adalah akan lebih
disukai oleh kebanyakan orang. Sesungguhnya Allah menyukai hambanya selalu
berpenampilan menarik sebagai salah satu bentuk mensyukuri nikmat yang diberikanNya
2. Menyatakan hasrat secara langsung
Bisa juga seorang wanita mendapatkan jodoh dengan cara menyatakan langsung

kepada lelaki yang baik agamanya bahwa kita siap menikah dengannya. Ini adalah cara yang
7

masih asing dalam budaya Indonesia. Namun cara ini sebenarnya Islami, karena pernah
dilakukan Khadijah ra kepada Nabi Muhammad SAW. Khadijah ra yang lebih dahulu
menyatakan hasratnya kepada Nabi melalui perantaranya.
Tsabit al Bunnani berkata, “Aku berada disisi Anas, dan disebelahnya ada anak
perempuannya. Anas berkata, seorang wanita datang kepada Rosulullah SAW. menawarkan
dirinya seraya berkata, “wahai Rosulullah apakah engkau berhasrat kepadaku? “ (dan
didalam satu riwayat yang lain wanita itu berkata, wahai Rosulullah aku datang hendak
memberikan diriku kepadamu) maka putri Anas berkata, betapa sedikitnya perasaan
malunya, Anas berkata dia lebih baik dari padamu dia menginginkan Nabi lalu menawarkan
dirinya kepada beliau” (HR : Bukhori).
3. Memiliki kriteria yang tidak muluk
Mengapa jodoh sulit datang kepada kita? Salah satunya mungkin disebabkan karena
kriteria jodoh kita terlalu muluk. Kita ingin jodoh yang mapan, ganteng/cantik, berpangkat,
keturunan baik-baik dan beriman. Keinginan semacam itu sah-sah saja, tapi jika hal tersebut
dijadikan

syarat

untuk

jodoh

kita

maka

kita

telah

mempersulit

diri

sendiri.

Itulah sebabnya Rasulullah mengatakan jika kita tidak dapat memperoleh semuanya, maka
pilihlah yang agamanya paling baik. Hal itu berarti mungkin saja jodoh kita orang yang
miskin, tidak berpangkat, bukan keturunan orang baik, akan tetapi kita perlu menerimanya
asalkan memiliki agama/akhlaq yang baik. Jangan kita menginginkan kesempurnaan dari
orang lain, sedangkan diri kita tidaklah sempurna.
4. Memperluas pergaulan
Cara lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah memperluas pergaulan. Dengan
pergaulan yang luas kita juga lebih banyak mendapatkan pilihan. Seringkali jodoh itu datang
bukan dari perkenalan langsung, tapi dari kenalan teman kita. Itulah gunanya pergaulan yang
luas. Ibarat seorang nelayan yang menebarkan jaringan yang luas untuk mendapatkan ikan
yang lebih banyak.
5. Meminta bantuan orang lain
Cara lain agar cepat mendapatkan jodoh adalah meminta tolong kepada orang lain
yang reputasinya baik. Orang tersebut bisa saja guru mengaji, murobbi, teman, orang tua,
saudara, dan lain-lain. Jangan malu-malu untuk meminta bantuan kepada mereka dan jangan
8

malu-malu juga untuk mengulangi permintaan kita secara rutin agar orang tersebut ingat
bahwa kita meminta bantuan kepadanya.

III. Mengenal Ta’aruf
Secara bahasa ta’aruf bisa bermakna ‘berkenalan’ atau ‘saling mengenal’. Asalnya
berasal dari akar kata ta’aarafa. Seperti ini sudah ada dalam Al-Qur’an. Simak saja firman
Allah (yang artinya),: “Hai manusia sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari
seorang pria dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersukusuku agar kalian saling mengenal (ta’arofu) …” (QS. Al Hujurat: 13).
Kata li ta’aarafuu dalam ayat ini mengandug makna bahwa, aslinya tujuan dari
semua ciptaan Allah itu adalah agar kita semua saling mengenalyang satu terhadap yang lain.
Sehingga secara umum, ta’aruf bisa berarti saling mengenal. Dengan bahasa yang jelas
ta’aruf adalah upaya sebagian orang untuk mengenal sebagian yang lain.
Jadi, kata ta’aruf itu mirip dengan makna ‘berkenalan’ dalam bahasa kita. Setiap kali
kita berkenalan dengan seseorang, entah itu tetangga, orang baru atau sesama penumpang
dalam sebuah kendaraan umum misalnya, dapat disebut sebagai ta’aruf. Ta’aruf jenis ini
dianjurkan dengan siapa saja, terutama sekali dengan sesama muslim untuk mengikat
hubungan persaudaraan. Tentu saja ada batasan yang harus diperhatikan kalau perkenalan itu
terjadi antara dua orang berlawanan jenis, yaitu pria dengan wanita. Untuk itu umat islam
sudah menganjurkan memberlakukan hijab bagi wanita muslimah, yang bukan hanya berarti
selembar jilbab dan baju kurung yang menutupi tubuhnya dari pandangan pria yang bukan
mahram, tapi juga melindungi pergaulannya dengan lawan jenis yang tidak diizinkan syari’at
islam.
Ta’aruf atau perkenalan yang dianjurkan dalam islam adalah dalam batas-batas yang
tidak melanggar aturan islam itu sendiri. untuk hal-hal lain yang lebih kompleks islam tentu
juga memiliki aturannya. Adab pergaulan, adab berkenelan, adab mengenal sesama muslim,
juga memiliki aturan yang harus diperhatikan. Jadi jangan sekali-kali mencampuradukkan
antara anjuran berkenalan atau mengenal sesama muslim dengan larangan-larangan agama
seputar proses berkenalan tersebut. Bila dilakukan, maka hal itu sama saja dengan
mencampuradukkan antara makanan halal dengan haram.

9

Kemudian dalam makna khusus proses pengenalan sesorang terhadap pria atau
wanita yang akan dipilih sebagai pasangan hidup sering juga disebut sebagai ta’aruf. Sebagai
istilah ta’aruf tentu saja bebas nilai, sampai ada hal-hal yang memuat aplikasi dari hal-hal
yang dianjurkan atau diwajibkan, atau sebaliknya, justru hal-hal yang tidak baik atau
dilarang..

Proses Ta'aruf
proses taaruf yang syar’i sehingga menuju pernikahan yang barakah? Yang pertama
yaitu tidak boleh menunggu, misalnya jarak antara ta’aruf dengan pernikahan selama satu
tahun. Si akhwat diminta menunggu selama satu tahun karena ikhwannya harus bekerja
terlebih dahulu atau harus menyelesaikan kuliah dulu. Hal ini jelas menzalimi akhwat kerana
harus menunggu, dan juga apa ada jaminan bahawa saat proses menunggu itu tidak ada
syaitan yang mengganggu?? Yang kedua adalah tidak boleh malu-malu, jadi kalau memang
sudah bersedia untuk menikah sebaiknya segera untuk mengajukan diri untuk bertaaruf.
Apabila malu maka akan lambat prosesnya.
Etika selama bertaaruf yaitu jangan terburu-buru menjatuhkan cinta. Misalnya ketika
kita mendapatkan satu biodata calon pasangan tanpa mengenal lebih dalam, tiba-tiba sudah
yakin dengan pilihan itu. Alangkah baiknya jika mengenal lebih dalam mulai dari
kepribadian,fizikal,dan juga latar belakang keluarganya, sehingga nanti tidak seperti
membeli kucing dalam sangkar. Akan tetapi tidak terburu-buru dalam menjatuhkan cita itu
juga tidak boleh terlalu lama dan bertele-tele. Sebaiknya menanyakan hal yang penting dan
to the point. Hal ini juga untuk menghindari godaan setan yang lebih dahsyat lagi.

Pertama, ta’aruf itu sebenarnya hanya untuk penjajagan sebelum menikah. Jadi
kalau salah satu atau keduanya tidak merasa sreg bisa menyudahi ta’arufnya. Ini lebih baik
daripada orang yang pacaran lalu putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah bertaut
sehingga kalau tidak cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta’aruf, yang Insya
Allah niatnya untuk menikah Lillahi Ta’ala, kalau tidak cocok bertawakal saja, mungkin
memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun merugikan.

10

Kedua, ta’aruf itu lebih fair. Masa penjajakan diisi dengan saling tukar informasi
mengenai diri masing-masing baik kebaikan maupun keburukannya. Informasi bukan cuma
dari si calon langsung, tapi juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru ngaji,
orang tua si calon). Jadi si calon enggak bisa ngaku-ngaku dirinya baik. Ini berbeda dengan
orang pacaran yang biasanya semu dan penuh kepura-puraan. Yang perempuan akan dandan
habis-habisan dan malu-malu (sampai makan pun jadi sedikit gara-gara takut dibilang rakus).
Yang laki-laki biarpun lagi bokek tetap berlagak kaya traktir ini itu (padahal dapet duit dari
minjem temen atau hasil ngerengek ke ortu tuh).
Ketiga, dengan ta’aruf kita bisa berusaha mengenal calon dan mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Hal ini bisa terjadi
karena kedua belah pihak telah siap menikah dan siap membuka diri baik kelebihan maupun
kekurangan. Ini kan penghematan waktu yang besar. Coba bandingkan dengan orang
pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap merasa belum bisa mengenal pasangannya.
Bukankah sia-sia belaka?
Keempat, melalui ta’aruf kita boleh mengajukan kriteria calon yang kita inginkan.
Kalau ada hal-hal yang cocok Alhamdulillah tapi kalau ada yang kurang sreg bisa
dipertimbangan dengan memakai hati dan pikiran yang sehat. Keputusan akhir pun tetap
berdasarkan dialog dengan Allah melalui sholat istikharah. Berbeda dengan orang yang
mabuk cinta dan pacaran. Kadang hal buruk pada pacarnya, misalnya pacarnya suka
memukul, suka mabuk, tapi tetap bisa menerima padahal hati kecilnya tidak menyukainya.
Tapi karena cinta (atau sebenarnya nafsu) terpaksa menerimanya.
Kelima, kalau memang ada kecocokan, biasanya jangka waktu ta’aruf ke khitbah
(lamaran) dan ke akad nikah tidak terlalu lama. Ini bisa menghindarkan kita dari berbagai
macam zina termasuk zina hati. Selain itu tidak ada perasaan “digantung” pada pihak
perempuan. Karena semuanya sudah jelas tujuannya adalah untuk memenuhi sunah
Rasulullah yaitu menikah.
Keenam, dalam ta’aruf tetap dijaga adab berhubungan antara laki-laki dan
perempuan. Biasanya ada pihak ketiga yang memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhalwat
(berdua-duaan) kecil yang artinya kita terhindar dari zina.

11

Doa bagi laki-laki yang berharap jodoh :
ROBBI HABLII MIILANDUNKA ZAUJATAN THOYYIBAH AKHTUBUHA WA
ATAZAWWAJ BIHA WATAKUNA SHOIHIBATAN LII FIDDIINI WADDUNYAA
WAL AAKHIROH, artinya : Ya Robb berikanlah kepadaku istri yang terbaik dari sisi-Mu,
istri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama,
urusan dunia dan akhirat.

Doa bagi wanita yang berharap jodoh :
ROBBI HABLII MIN LADUNKA ZAUJAN THOYYIBAN WAYAKUUNA SHOHIBAN
LII FIDDIINI WADDUNYAA WAL AAKHIROH, artinya : Ya Robb berikanlah kepadaku
suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama,
urusan dunia & akhirat.

ROBBANAA HABLANAA MIN AZWAJINAA WADZURRIYAATINAA QURROTA
A’YUN WAJ ALNAA LIL MUTTAQIINA IMAAMAA QS ; 25:74 : Dan orang2 yang
berkata : Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri2 kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang2 yang bertakwa.

12

Kesimpulan
Ta’aruf adalah Proses saling mengenal antara seseorang dengan orang lain. Dengan
maksud untuk bisa saling mengerti dan memahami. Sedangkan dalam Konteks Pernikahan,
maka ta’aruf di maknai sebagai “Aktivitas saling mengenal, mengerti dan memahami untuk
tujuan meminang atau menikahi”.
Dalam uraian di atas, sudah diterangkan bahwa Islam tidak mengenal adanya budaya
pacaran, melainkan ta’aruf sebagai upaya pengenalannya. Ta’aruf di sini artinya luas, bukan
hanya untuk mengenal calon suami atau istri, tetapi juga bisa dijadikan sarana pendekatan
dalam hal berbisnis seperti yang dilakukan oleh Rasulullah yang kemudian berujung ke
pernikahan.
Berta'aruf pun memiliki etika dan aturannya dalam islam, sehingga tidak disalah
artikan ta'aruf menjadi pacaran. Penjabarannya telah disebutkan di atas, bahwa seorang lakilaki dalam menjalani proses ta’aruf tidak dibenarkan hanya berdua dengan calon istrinya,
melainkan harus ada yang menemani mereka, paling utama adalah wali (keluarganya).
Saran
Ta’aruf di lakukan ketika laki-laki benar-benar telah siap untuk menikah sehingga,
dalam proses ta’arufnya tidak akan terjadi hal yang sia-sia. Oleh karena itu bila seorang lakilaki belum siap betul untuk menikah, maka sebaiknya dia terlebih dahulu mempersiapkan
dirinya. Semoga kita semua senantiasa berada dalam lindungannya dan terjaga dari
perbuatan-perbuatan tercela yang merugikan dan dibenci oleh Allah SWT.

13

Daftar Pustaka
http://beritaactual.wordpress.com/2012/12/08/mencari-jodoh/
http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=14
http://eduside.blogspot.com/2014/02/kiat-cara-mencari-jodoh-menurut-ajaranislam.html#sthash.NKRSXSfs.dpuf
http://eduside.blogspot.com/2013/07/perbedaan-pengertian-taaruf-dengan.html
http://www.eramuslim.com

http://lenterakecil.com/bila-jodoh-tak-kunjung-tiba/
http://remajaislam.com/414-apa-itu-taaruf

14