Buku Panduan Ujian Kompetensi Program Farmasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Apoteker sebagai pelaku utama dalam pelayanan kefarmasian yang bertugas
sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan di beri wewenang sesuai
dengan kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak
dan kewajibannya.Kompetensi dan wewenang apoteker tersebut menunjukkan kemampuan
professional yang baku dan merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan
tersebut. Apoteker kesehatan yang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesinya akan mendapatkan perlindungan hukum.Apoteker sebagai pendukung upaya kesehatan dalam menjalankan tugasnya
harus dibina dan diarahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
yang berlaku. Pembinaan dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi dan kemampuannya, sehingga selalu tanggap terhadap permasalahan
kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya.Perkembangan ilmu kefarmasian yang pada awalnya adalah sekedar meracik
bahan-bahan alam (galenik) kemudian berkembang menjadi penemuan dan sintesa
senyawa bahan obat dan kemudian diproduksi secara massal dengan intervensi ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser
orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu pada pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus
pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang
bertujuan untuk meningkatan kualitas hidup pasien.Sebagai konsekwensi perubahan orientasi tersebut apoteker dituntut untuk
meningkatkan kompetensinya yang meliputi : pengetahuan, ketrampilan dan perilaku
untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi
tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring
penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan
terdokumentasi dengan baik.Apoteker harus menyadari dan memahami kemungkinan terjadinya kesalahan
pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh karena itu apoteker
dalam menjalankan praktik harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.Kondisi tersebut dipayungi secara legal oleh undang-undang No 36 tahun 2009
tentang kesehatan yaitu pasal 108 yang menyatakan bahwa (1) praktek kefarmasian
yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat,
dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahliandan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2)
ketentuan mengenai pelaksanaan praktek kefarmasian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.Sedang menurut peraturan pemerintah nomer 51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian disebutkan bahwa pasal 1 poin 1 pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat, atau resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional. Pasal 1 poin 4 adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Selanjutnya pada pasal 2 peraturan pemerintah nomer 51 tahun 2009, disebutkan
bahwa : (1) peraturan pemerintah ini mengatur pekerjaan kefarmasian dalam
pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran dan pelayanan sediaan farmasi.
Pekerjaan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
Kemudian dijelaskan lagi pada pasal 33 ayat (1) tenaga kefarmasian terdiri atas: a.
Apoteker dan b. Tenaga Teknis kefarmasian. (2) tenaga teknis kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari : Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.Pada perkembangan selanjutnya ketika pasal 108 undang-undang nomer 36 tahun
2009 di judicial review oleh mahkamah konstitusi, maka putusan sidang mahkamah
konstitusi secara subtanstif justru menguatkan kedudukan pasal 108 tersebut
sebagaimana kutipan putusan. mahkamah konstitusi. Berikut pasal 108 ayat (1)
undang-undang nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran Republik
Indonesia tahun 2009 nomer 144), tambahan lembaran Republik Indonesia nomer
5063) sepanjang kalimat, “……harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan “ bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang tidak dimaknai bahwa tenaga
kesehatan tersebut adalah tenaga kefarmasian dan dalam hal tidak ada tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan tertentu dapat melakukan praktek kefarmasian secara
terbatas, antara lain dokter dan/atau dokter gigi, bidan, dan perawat yang melakukan
tugasnya dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan jiwa dan diperlukan
tindakan medis segera untuk menyelamatkan pasien (dibacakan dalam sidang MK
tanggal 27 juni 2011).Berdasarkan uraian tersebut di atas maka jurusan Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Maliki Malang akan berupaya membina calon
apoteker sedini mungkin agar kelak jika lulus nanti mereka mempunyai kompetensi
yang kuat sebagai salah satu bagian tenaga kesehatan. Sehingga kami
mengharapkan mereka dapat menjadi bagian dalam upaya pembangunan kesehatan
masyarakat Indonesia.Adapun langkah dini untuk membentuk kompetensi calon lulusan apoteker di
program studi farmasi UIN Malang ini adalah dilakukannya kegiatan ujian kompetensi.
Ujian ini merupakan evaluasi pembelajaran per dua tahun yang diadakan setiap akhir
semester 4 dan semester 7. Ujian kompetensi ini dilakukan secara bertingkat yaitu
ujian kompetensi I untuk mahasiswa yang telah menempuh empat semester, ujian
kompetensi II untuk mahasiswa yang telah menempuh 7 (tujuh) semester. Semua
mahasiswa diwajibkan mengikuti ujian ini karena sebagai prasyarat untuk dapat
mengikuti Ujian Skripsi.Ada dua model ujian kompetensi yang dilakukan yaitu yang pertama ujian berupa evaluasi pengetahuan yang diajarkan oleh dosen melalui matakuliah-matakuliah semester sebelumnya secara terintegrasi dengan model soal berupa MCQ (multiple
choice question). Yang kedua adalah model OSCE dimana dalam uji ini akan menilai
kemampuan komunikasi dan praktek, dengan model pertanyaan open question. Di sini, calon apoteker akan dihadapkan oleh seorang pasien. Dan akan dinilia kemampuan calon apoteker dalam melakukan parktek kefarmasian.
B. Tujuan
Secara umum Tujuan ujian kompetensi ini adalah : sebagai sarana evaluasi pembelajaran mahasiswa calon lulusan program studi farmasi dan membentuk kompetensi calon lulusan Apoteker dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
C. kompetensi
Kompetensi yang diharapkan dengan penyelenggaraan ujian kompetensi ini adalah bertumpu pada standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh IAI (Ikatan Apoteker
Indonesia).
Adapun Sembilan kompetensi tersebut secara lengkap bisa di lihat di Buku Standar Kompetensi Indonesia yang terdiri dari standar pokok kompetensi, unit kompetensi, elemen kompetensi kriteria kerja dan unjuk kerja. Sedangkan 9 pokok standar kompetensi tersebut adalah:
1. Mampu melakukan praktek kefarmasian secara professional dan etik
2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi
3. Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
4. Mampu menformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku
5. Mempunyai ketrampilan dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
6. Mampu berkontribusi dalam Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
7. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku
8. Mempunyai ketrampilan organisasi dan mampu membangun hubungan interpersonal dalam melakukan praktik kefarmasian
9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan kefarmasian
BAB II PELAKSANAAN UJIAN A. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UJIAN KOMPETENSI
1. Peserta melakukan pendaftaran ujian di bagian administrasi jurusan Farmasi
2. Peserta mendapatkan tanda peserta ujian kompetensi
3. Peserta wajib mematuhi tata tertib ujian yang telah ditetapkan
4. Pengawas Ujian hadir di tempat ujian 30 menit sebelum ujian dimulai
5. Peserta ujian hadir di tempat ujian 15 menit sebelum ujian dimulai
6. Peserta mengikuti pelaksanaan ujian mulai awal hingga berakhirnya ujian
7. Pengawas Ujian melakukan pemeriksaan semua berkas ujian dan mengumpulkan ke panitia ujian
8. Panitia bertugas menerima dan mendistribusikan lembar jawaban kepada dosen yang bertugas
9. Dosen yang bertugas mengumpulkan hasil penilaian kepada panitia.
10. Panitia mengumumkan kelulusan peserta ujian yang telah disyakan oleh ketua jurusan selambat-lambatnya 3 hari setelah nilai ujian diterima
11. Peserta yang lulus ujian akan mendapatkan sertifikat kelulusan ujian kompetensi.
12. Sertifikat kelulusan ujian kompetensi I-II adalah syarat untuk dapat melaksanakan ujian skripsi.
13. Peserta yang tidak lulus ujian wajib mengikuti ujian ulang.
14. Panitia memberi kesempatan ujian ulang (remidi) kepada peserta yang tidak lulus ujian pada waktu yang akan ditentukan kemudian.
15. Peserta yang akan ikut ujian ulang wajib mendaftarkan diri terlebih dahulu untuk ikut ujian ulang ke bagian administrasi jurusan.
16. Panitia Ujian Kompetensi hanya mengadakan ujian remedial 2 kali. Jika mahasiswa remidi lebih dari dua kali maka mahasiswa wajib mematuhi aturan yang ditetapkan prodi.
17. Peserta Ujian yang lulus dan akan mengikuti ujian kompetensi lanjutan wajib menunjukkan sertifikat kelulusan ujian kompetensi sebelumnya.
B. MODEL DAN MATERI UJIAN
Blueprint Uji Kompetensi Apoteker Indonesia metode MCQ’s (Cognitive Based-Test)
memiliki 6 (enam) tinjauan yaitu: 1. Area kompetensi, 2. Domain kompetensi, 3. Tingkatpemahaman, 4. Praktik kefarmasian, 5. Farmakoterapi, 6. Penyelesaian masalah
kefarmasian. Masing-masing tinjauan berisi beberapa aspek penting yang
menggambarkan fokus penilaian kemampuan peserta pada tinjauan tersebut. Matriks blueprint UKAI metode MCQ’s (CBT) dapat dilihat pada lampiran 1. Berikut deskripsi dari masing-masing tinjauan.2.1 Tinjauan 1: Area Kompetensi
Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi 4 (empat) aspek yaitu:
1. Landasan ilmiah Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah kemampuan untuk menerapkan ilmu biomedik dasar (biologi molecular-genetik, anatomi, fisiologi, biokimia, mikrobiologi, imunologi, biostatistik), ilmu farmasi (farmasetika, farmakologi, kimia farmasi, farmakognosi), ilmu sosial-perlaku-administrasi farmasi, dan ilmu klinik-farmasi dalam praktik kefarmasian
2. Ketrampilan personal Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah kemampuan kepemimpinan, pengambilan keputusan, kerjasama tim, komunikasi, organisasi, hubungan inter- personal, kolaborasi interpersonal dan interprofesional.
3. Ketrampilan manajemen & organisasi: Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah ketrampilan manajemen diri, pengelolaan tempat kerja, pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan sumber daya finansial, pengelolaan perbekalan farmasi, dan penjaminan mutu.
4. Ketrampilan kefarmasian: Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah ketrampilan dalam perancangan, pembuatan, pendistribusian, penyiapan, peracikan, pencampuran sediaan steril, penyerahan sedian farmasi, pemberian informasi terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan, identifikasi, penetapan dan pengelolaan masalah penggunaan dan keamanan penggunaan obat, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan masyarakat.
5. Praktik profesional, legal dan etik Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah kemampuan praktik yang
berfokus pada pasien, bersikap jujur, menunjukkan integritas, akuntabilitas,
tanggungjawab dan komitmen, kepatuhan pada aspek legal praktik kefarmasian,
standar praktik profesi, pedoman praktik dan kode etik profesi apoteker.6. Komunikasi, informasi dan edukasi Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah ketrampilan penyiapan informasi, komunikasi, edukasi, dan diseminasi informasi secara akurat dan efektif kepada individu, komunitas dan masyarakat untuk menjamin ketepatgunaan sediaan farmasi.
7. Mawas diri dan pengembangan diri Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah kesadaran diri, kemampuan inovasi, jiwa kewirausahaan (entrepreneurship), evaluasi diri dan komitmen pada upaya pengembangan diri dan profesi secara berkelanjutan.
Distribusi masing-masing aspek dalam tinjauan ini sebagai berikut:
No Area Kompetensi Prosentase
1 Landasan ilmiah 15-20 %
2 Ketrampilan personal 5-10 %
3 Ketrampilan manajemen & organisasi 10-15 %
4 Ketrampilan kefarmasian 25-35 %
5 Praktik professional, legal & etik 10-15 %
6 Komunikasi, informasi dan edukasi 5-10 %
7 Mawas diri & pengembangan diri 5-10 %
Tinjauan 2: Domain Kompetensi
2.2 Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi 3 (tiga) aspek yaitu:
1. Kognitif Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah pengetahuan dan pengembangan kemampuan intelektual untuk membangun kemampuan praktik kefarmasian.
2. Pengetahuan prosedural Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah pengetahuan tentang prosedur yang berlaku dalam melakukan tindakan kefarmasian.
3. Konatif Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah cara bersikap dengan melibatkan empati dalam menerapkan nilai-nilai profesional pada praktik kefarmasian.
Distribusi masing-masing aspek dalam tinjauan ini sebagai berikut:
No Dimensi Perilaku Persentase1 Kognitif 40-50 %
2 Pengetahuan prosedural 35-45 %
3 Konatif 10-15 %
2.3 Tinjauan 3: Tingkatan pemahaman
Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi 3 (tiga) aspek yaitu:
1. Recall of Knowledge Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah kemampuan mengingat item- item spesifik dalam pengambilan keputusan/tindakan profesi.
2. Pharmaceutical Calculation Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini mencakup kemampuan melakukan perhitungan yang dibutuhkan pada pembuatan, penyiapan, peracikan, penyerahan, penggunaan, dan pengelolaan obat
3. Reasoning ability
Fokus penilaian pada tinjauan ini adalah kemampuan untuk memberikan
landasan ilmiah sebagai dasar dalam pengambilan keputusan/tindakan profesi.
Distribusi masing-masing aspek dalam tinjauan ini sebagai berikut:
No Tingkat Pemahaman Persentase1 Recall of Knowledge 20-30 %
2 Pharmaceutical Calculation 20-30 %
3 Reasoning ability 40-45 %
2.4 Tinjauan 4: Praktik Kefarmasian
Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi 5 (lima) aspek yaitu:
1. Pembuatan dan pengembangan sediaan farmasi Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah kemampuan dalam perancangan, pengembangan, pembuatan, pengujian mutu dan penjaminan mutu sediaan farmasi (dosage form) serta peracikan dan penyiapan sediaan extemporare, dengan mempertimbangkan sifat fisikokimia bahan aktif dan bahan tambahan, aspek biofarmasetik, farmakokinetik, farmakodinamik, bentuk sediaan, rute pemakaian, regulasi, persyaratan standar, teknik pembuatan, sarana-prasana, pengemasan, pelabelan, penyediaan informasi penggunaannya.
2. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah kemampuan dalam pengelolaan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengamanan, penyaluran, serta penjaminan mutu sediaan.
3. Pelayanan sediaan farmasi dan alat kesehatan Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah kemampuan melakukan pelayanan obat yang mencakup verifikasi administrasi, farmasetik dan klinik, identifikasi dan penyelesaian masalah terkait obat, rekomendasi pemilihan obat dan pengaturan dosis, penyerahan dan pemberian informasi & edukasi terkait sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk menjamin efikasi dan keamanan penggunaannya.
4. Pelayanan informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah kemampuan penelusuran informasi, analisis, evaluasi, pengorganisasian, komunikasi dan diseminasi informasi tentang sediaan farmasi dan alat kesehatan secara akurat dan efektif kepada individu dan masyarakat untuk menjamin ketepatgunaannya, identifikasi masalah, perancangan strategi intervensi/edukasi, dan implementasi upaya pengelolaan penyakit kronis dan peningkatan kesehatan masyarakat.
Distribusi masing-masing aspek dalam tinjauan ini sebagai berikut:
No Praktik Kefarmasian Persentase1 Pembuatan sediaan farmasi 25-35 %
2 Pengelolaan sediaan farmasi & alat kesehatan 15-20 %
3 Pelayanan sediaan farmasi dan alat kesehatan 25-35 %
4 Pelayanan informasi sediaan farmasi & alat kesehatan 10-15 %
2.5 Tinjauan 5: Farmakoterapi
Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi 11 (sebelas) aspek farmakoterapi yang dikelompokkan berdasarkan penatalaksanaan obat pada gangguan sistem organ atau gangguan lainnya. Fokus penilaian pada aspek tinjauan ini adalah kemampuan untuk:
- Memahami dan menginterpretasikan kondisi patofisiologi sebagai dasar pemilihan obat yang rasional dan menjamin keberhasilan terapi.
- Memahami mekanisme kerja obat, proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat, pengaturan dosis, pertimbangan pemilihan bentuk sediaan dan rute pemberian obat, serta pertimbangan farmakoekonomi sebagai dasar penggunaan obat yang rasional.
- Mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi informasi terkait obat, kondisi dan berbagai faktor spesifik pasien dalam menentukan pilihan terapi, pengaturan regimen dosis, serta pemberian informasi yang tepat & akurat untuk meningkatkan keberhasilan terapi.
- Mengidentifikasi gejala adanya gangguan ringan (minor illness), menilai kebutuhan pasien, menetapkan tindakan (merujuk atau memberikan terapi), dan
- Mengevaluasi dan mengelola regimen obat melalui pemantauan kondisi pasien, komunikasi efektif dengan pasien, serta kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk memastikan efikasi dan keamanan penggunaan obat.
Distribusi masing-masing aspek dalam tinjauan ini sebagai berikut:
No Farmakoterapi Persentase
1 Sistem kardiovaskuler 10-12 %
2 Infeksi 20-25 %
3 Sistem endokrin 5-10 %
4 Sistem pernafasan 5-10 %
5 Sistem gastrointestinal 10-15 %
6 Sistem renal, saluran kemih 5-8 %
7 Sistem syaraf dan kesehatan jiwa 8-10 %
8 Tulang dan persendian 8-10 %
9 Kulit 3-5 %
10 Mata, hidung, telinga, dan tenggorokan 3-5 % Onkologi, imunologi, nutrisi, gawat darurat, vaksin, 11 dan
8-10 % produk biologi Keterangan: Rincian kategori terapi pada masing-masing aspek tinjauan ini dapat dilihat pada Lampiran 2
Tinjauan 6: Penyelesaian Masalah Kefarmasian
2.6 Dalam tinjauan ini aspek yang dinilai meliputi 5 (lima) aspek utama dalam
penyelesaian masalah kefarmasian untuk memastikan tersedianya sediaan farmasi yang bermutu, penggunaan obat yang rasional, aman dan efektif, pelaporan masalah terkait obat, dan penarikan sediaan farmasi. Fokus penilaian pada strategi penggalian data dan informasi, ketepatan penetapan masalah dan solusinya, implementasi solusi, monitoring
efektifitas dan keamanan penggunaan sedian farmasi, serta kemampuan dalam
menerapkan dan mematuhi ketentuan perundang-undangan, kode etik profesi dan standar praktik sebagai wujud tanggungjawab profesi.Distribusi masing-masing aspek dalam tinjauan ini sebagai berikut: No Penyelesaian Masalah Kefarmasian Persentase
1 Penggalian data dan informasi 10-15 %
2 Analisis, interpretasi data dan penetapan masalah 25-35 %
3 Penetapan penyelesaian masalah 25-35 %
4 Monitoring dan evaluasi 10-15 %
5 Pencatatan & pelaporan 3-5 %
Lampiran 2. Daftar Obat Pada Tinjauan Farmakoterapi No Kelompok Farmakoterapi Jenis Terapi
01 Sistem kardiovaskuler
02 Infeksi
03 Sistem endokrin
04 Sistem pernafasan
05 Sistem gastrointestinal
06 Sistem renal, saluran kemih
07 Sistem syaraf dan kesehatan jiwa
08 Tulang dan persendian
09 Kulit
10 Mata, hidung, telinga, dan tenggorokan
11 Onkologi, imunologi, nutrisi, gawat darurat, vaksin, dan produk biologi No Kelompok Farmakoterapi Jenis Terapi
- Hipertensi esensial
- Ischemic heart diseases-angina
- Acute coronary syndrome
01 Sistem kardiovaskuler
- Stroke ishemik - transient ischemic attack
- Hiperlipidemia • Upper respiratory tract infection
- Lower respiratory tract infection
- Influenza • Tuberkulosis • Urinary tract disease
02 Infeksi
- Gastrointestinal infection
- Parasitic diseases
- Sexual trannmission disease
- Superficial fungal infection
- HIV-AIDS
- Viral hepatitis (A, B)
- Diabetes Melitus
03 Sistem endokrin • Thyroid disorder
- • • Osteoporosis • Asma • Chronic obstructive pulmonary
04 Sistem pernafasan
disease
- Cough and cold • • Rhinitis
- Gastroesophageal reflux disease
- Diare and konstipasi
- Nausea and vomiting (non post
05 Sistem gastrointestinal
operative
- nausea vomiting, non cancer)
- Non ulcer dyspepsia • • Peptic ulcer
- Acute renal failure
- Chronic renal failure
06 Sistem renal, saluran kemih
- Drug enhance renal disease • • Benign prostate hyperthropy (BPH)
- Depression • Schizophrenia • Generalised Anxiety disease
07 Sistem syaraf dan kesehatan jiwa • Psychosis
- Epilepsi • Parkinson disease • • Stroke • Acute pain
- Gout • Headache • Migraine
08 Tulang dan persendian
- Mentrual • Chronic pain
- Musculoskeletal • • Osteoarthritis)
- Dermatologic drug reaction and self-treatable
- skin disorder (dermatitis, cutaneous drug
- reaction, hyper pigmentation)
09 Kulit
- Acne vulgaris
- Psoriasis • Sun care
- Hair treatment • • Insect bites
- Glaukoma • Allergic rhinitis
- Conjunctivitis • Tinnitus, otitis media
10 Mata, hidung, telinga, dan tenggorokan
- Pharingitis • Dry eyes
- Motion sickness
- Cancer treatment and chemotherapy
- Assesment of nutritionstate and nutrition
- requirements
- Vaksin dan Toxoid • Anemia • Coagulation disorder
- Allergic and pseudo allergic
- Poisoning
11 Onkologi, imunologi, nutrisi, gawat darurat, vaksin dan produk biologi
PESERTA
Peserta ujian adalah mahasiswa aktif jurusan Farmasi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang terdiri dari :
1. Peserta Ujian Kompetensi I Adalah mahasiswa yang telah menempuh proses belajar mengajar di jurusan
Farmasi semester selama 4 semester
2. Peserta Ujian Kompetensi II Adalah mahasiswa yang telah menempuh proses belajar mengajar di jurusan
Farmasi selama 7 semester
JADWAL PELAKSANAAN UJIAN
Pelaksanaan ujian kompetensi 4 dan 7 dilaksanakan satu minggu setelah Ujian Akhir Semester.
PEMBIAYAAN
Pembiayaan Pelaksanaan ujian di tanggung oleh Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan.
BAB III PENILAIAN DAN KELULUSAN A. Penilaian model soal MCQ (multiple choice question) Model soal MCQ merupakan model soal pilihan ganda yang terdiri dari gabungan
beberapa matakuliah sesuai dengan tingkat ujian kompetensi. skor penilaian dari ujian ini adalah 0 sampai 200. Minimal nilai kelulusan adalah 60. Mahasiswa dinyatakan tidak lulus jika nilainya kurang dari 60.
B. Penilaian model soal OSCE (Objective Structured Clinical Examaination)
- Bidang ilmu yang dijadikan materi ujian OSCE ada 3 (tiga) bidang ilmu , yaitu bidang ilmu Farmasi Komunitas, bidang ilmu Farmasi Klinis dan Bidang Ilmu Teknologi Farmasi.
- Tiap bidang ilmu diujikan dalam 2 (dua) station.
- Alokasi waktu untuk tiap station adalah 10 menit. I (satu) menit sebelum waktu selesai, aka ada pemberitahuan.
- Nilai tiap bidang ilmu merupakan nilai rata-rata dari nilai tiap station pada bidang ilmu tersebut.
- Kelulusan tiap bidang ilmu ditetatpkan dengan skor minimal 65.
- Peserta OSCE yg tdk lulus suatu bidang ilmu harus mengulang OSCE bidang ilmu tersebut.
- Peserta yang mengulang OSCE suatu bidang ilmu harus mengulang semua station pada bidang ilmu tersebut.
- Peserta OSCE yang tidak lulus lebih dari satu bidang ilmu, dianggap tidak lulus OSCE dan harus mengulang OSCE semua bidang ilmu.
10
CONTOH SOAL FARMASI KOMUNITAS Tn agus membawa copy resep ke Apotek anda, bermaksud menebus sisa obat.
Kerjakan etiket, copy resep dan berikan KIE kepada pasien Apotek Sehat Medika
Jl Panggung 67 Malang Apoteker : Hajar S Apt
SIA : 776/223-APT-01 SIPA : 12/SIPA-12/2012 COPY RESEP
Tanggal R :20/1/18 No :3 Resep dr : Sri Tgl : 23/1/18 Untuk : Tn Agus (42th)
R/ Amlodipin 5 mg XXV S 1-0-0 -det XV- R/ Erlamicetin SM I S tdd 1 -ndet-
Resep Asli Apotek PCC
BUKU PANDUAN UJIAN KOMPETENSI
18
CHECK LIST PENILAIAN KIE
Nama Mahasiswa : NIM : Nama Instruktur : Tanggal :
NO LANGKAH/KEGIATAN BOBOT NILAI
1
2
1 Mengucapkan Salam
1
2 Memperkenalkan Diri
1
3 Menanyakan identitas
2 pasien
4 Penggalian Informasi
3 Pasien
5 Pemberian Informasi
3 Aturan Pakai Obat
6 Pemberian Edukasi
3
7 Pembuatan Etiket
3
8 Pembuatan Copy
2 Resep Nilai skor X 100% =
16 Keterangan : 0 = Tidak dilakukan 1 = Dilakukan, tetapi tidak sempurna 2 = Dilakukan dan Sempurna
BUKU PANDUAN UJIAN KOMPETENSI
19
CONTOH SOAL COMPOUNDING Tn agus membawa resep ke Apotek anda bermaksud menebus sisa obatnya.
Kerjakan Resep berikut dengan tepat dan cepat Puyer hanya dibagi, tidak perlu dibungkus
Apotek Sehat Medika Jl Panggung 67 Malang
Apoteker : Hajar S Apt SIA : 776/223-APT-01 SIPA : 12/SIPA-12/2012
COPY RESEP Tanggal R :20/1/18 No :3 Resep dr : Sri Tgl : 23/1/18 Untuk : Tn Agus (42th)
R/ Amlodipin 5 mg Captopril 20mg GG 50 mg Mfla Pulv dtd no XXV S 1-0-0 -det XV- R/ Amoxicillin tab
XV S tdd 1 -det-
Resep Asli Apotek PCC
BUKU PANDUAN UJIAN KOMPETENSI
20
CHECK LIST PENILAIAN COMPOUNDING DAN DISPENSING
Nama Mahasiswa : NIM : Nama Instruktur : Tanggal :
NO LANGKAH/KEGIATAN BOBOT NILAI
1
2
1 PERHITUNGAN
3 BAHAN
2 PENGAMBILAN
3 BAHAN
3 CARA PENGERJAAN
3
4 HASIL SEDIAAN
3 Nilai skor X 100% =
8 Keterangan : 0 = Tidak dilakukan 1 = Dilakukan, tetapi tidak sempurna 2 = Dilakukan dan Sempurna
BUKU PANDUAN UJIAN KOMPETENSI
21
CONTOH SOAL FARMASI INDUSTRI
1. Sebuah industri farmasi memiliki lini produksi yang khusus membuat obat berbentuk tablet. Industri farmasi tersebut memproduksi 50000 tablet ibuprofen dalam 1 siklus produksi. Formula tablet ibuprofen yang akan diproduksi, sebagai berikut :
Pertanyaan :
1. Lakukan analisa kebutuhan jumlah bahan aktif yang diperlukan untuk membuat 50000 tablet ibuprofen.
BUKU PANDUAN UJIAN KOMPETENSI
22
CHECK LIST FORMULASI NOMOR 1
Nama Mahasiswa : NIM : Nama Instruktur : Tanggal :
BOBO NILAI NO LANGKAH/KEGIATAN T
1
2
1 PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN BAHAN AKTIF
3 PRODUKSI
2 PEMILIHAN BAHAN TAMBAHAN
3 (EKSIPIEN)
Nilai skor X 100% = Nilai Akhir
4 Keterangan : 0 = Tidak dilakukan 1 = Dilakukan, tetapi tidak sempurna 2 = Dilakukan dan Sempurna
BUKU PANDUAN UJIAN KOMPETENSI
23
2. Seorang farmasis industri di bagian RnD melakukan pengembangan tablet paracetamol dengan mengacu pada formula tablet paracetamol chewable dibawah ini :
Pertanyaan :
1. Lakukan analisa komponen bahan yang harus diganti dan ditambahkan untuk menghasilkan formula tablet paracetamol yang benar.
BUKU PANDUAN UJIAN KOMPETENSI
24
25 CHECK LIST FORMULASI NOMOR 2
Nama Mahasiswa : NIM : Nama Instruktur : Tanggal :
NO LANGKAH/KEGIATAN BOBO T NILAI
1
2
1 PERBEDAAN KRUSIAL ANTARA TABLET DAN TABLET CHEWBLE
3
2 EKSIPIEN YANG HARUS DIHILANGKAN UNTUK MENGHASILKAN TABLET PCT
3
3 EKSIPIEN YANG HARUS DIMODIFIKASI UNTUK MENGHASILKAN TABLET PCT
3 Nilai skor X 100% = Nilai Akhir
6 Keterangan : 0 = Tidak dilakukan 1 = Dilakukan, tetapi tidak sempurna 2 = Dilakukan dan Sempurna