PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI TK ABA KALIBULUS ROGOBANGSAN BIMOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN

  

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI

MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI TK ABA KALIBULUS ROGOBANGSAN

BIMOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN

Setiani

Alumni PAI FAI UCY

  

Difla Nadjih

Dosen FAI UCY

abstract

  The efforts of kindergarten teachers in instilling character of early childhood through Islamic Education were studied at ABA Kalibulus Kindergarten, Rogobangsan, Bimomartani Ngemplak, Sleman District. This qualitative research takes respondents from teachers and principals of the existing number of ABA Kalibulus kindergarten through interviews. Observation and documentation are also used in data retrieval. The data then analyzed inductively with the approach of Islamic Education. The conclusion reveals that the instilled childhood character above are Religious, Discipline, Tolerance, Hard Work, Creative, Independent, Friendly / Communicative, Reading, Responsibility, Leadership and Polite. In addition, teacher learning efforts in instilling the character of children are conducted by eating together with nutritious foods, taking advantage of the PHBI (Memorial Days of Islam) moment for moral development, Java Game songs, Field trip or out-of-school learning experience, and writing a story book. The method used is the Method of Habituation, Storytelling Method, Conversation Method, Exemplary Method, Method of Giving Task, Demonstration Method. The suggestion says that teachers of Kindergarten ABA Kalibulus and related parents are to consider improving cooperation between school and parents / guardians of students so that there will emerge strong conformity in the instilling children character.

  Keywords: effort, teacher, character, Islamic Education A. Pendahuluan

  Pembentukan karakter anak di Indonesia merupakan amanat dasar Pancasila dan UUD 1945. Secara spesifik, amanat tersebut ditegaskan dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakater serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

SETIANI DAN DIFLA NADJIH

  nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

  1

  warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lickona juga menegaskan karakter yang baik meliputi memahami, peduli, dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai etika dasar. Pendidikan karakter memiliki peran membantu siswa dan komunitas sekolah untuk memahami nilai-nilai yang baik dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai tersebut. Karakter kemduian diartikan oleh Suyatno sebagai nilai- nilai, sikap, dan

  2 perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat luas.

  Majid dan Dian Andayani menyimpulkan bahwa pendidikan karakter sebaiknya menggunakan pendekatan agama karena setiap agama berujung pada pembentukan karakter. Pendidikan agama Islam (PAI) kepada anak sejak usia dini kemudian menjadi suatu hal yang penting dilakukan karena anak diarahkan pada perkembangan jasmani dan rohani, sehingga membentuk kepribadian utama yang sesuai dengan

  3

  ajaran agama Islam. Haryani dan Hallawani kemudian melanjutkan bahwa nilai-nilai agama telah tertanam kuat pada diri seorang anak maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan memiliki kemampuan untuk mencegah dan menangkal serta membentengi diri mereka dari berbagai pengaruh negatif. Sebaliknya jika nilai-nilai keagamaan itu tidak ditanamkan dan dikembangkan secara maksimal maka yang akan muncul adalah perilaku-perilaku yang akan kurang baik dan cenderung menyimpang dari aturan agama. Oleh karena itu, tidaklah heran kalau akhir-akhir ini makin disadari betapa pentingnya pendidikan bagi anak usia dini karena perkembangan kepribadian, sikap mental dan intelektual

  4 sangat ditentukan dan banyak dibentuk pada usia ini.

  Penelitian bertujuan menggali upaya guru TK dalam menanamkan karakter melalui PAI di sekolahnya, khususnya TK ABA Kalibulus. TK sebgai bagian dari pendidikan usia dini telah diakui oleh Suyatno dalam peran besarnya dalam pendidikan karakter. Pendidikan anak usia dini merupakan investasi bangsa; jika ingin mengembangkan bangsa Indonesia, menjadi bangsa dengan nasionalisme, integritas, dan karakter

  5 yang kuat, maka dimulai sejak anak usia dini.

  TK Kalibulus sendiri telah memiliki prestasi membanggakan. Kepala sekolah pernah menjadi guru berprestasi se-Kecamatan Ngemplak. pendidiknya juga ada yang berhasil menjadi guru berprestasi sekecamatan Ngemplak sekaligus juara 5 dalam lomba guru berprestasi se-Kabupaten Sleman pada tahun 2012.

B. Metode Penelitian

  Penelitian kualitatif ini menggunakan responden dari para guru dan kepala sekolah sesuai jumlah yang ada TK ABA Kalibulus. Pengumpulan

  PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data kemuduian dianalisis. Moeleong mengatakan bahwa analisis data merupakan pengorganisasian data, yaitu mengatur, mengurutkan

  6

  memberi kode, mengelompokkan dan mengkategorikan. analisis data dilaksankan melalui pendekatan PAI secara induktif.

C. Pembahasan

  Proses pembentukan karakter yang diteliti difokuskan pada yang telah ada dalam rencana kegiatan harian kelas A dan B TK ABA Kalibulus, peneliti mendapatkan beberapa poin nilai pendidikan karakter bagi anak usia dini. Hal penting itu antara lain; nilai karakter yang dikembangkan, upaya pembelajaran serta metode yang dipergunakan.

  1. Karakter Anak di TK ABA Kalibulus

  Dari proses pembentukan karakter yang terdapat di dalam rencana kegiatan harian kelas A dan B TK ABA Kalibulus, peneliti mendapatkan beberapa poin nilai pendidikan karakter untuk dikembangkan menjadi suatu pembentukan karakter yaitu antara lain : a.

  Religius Dalam pengamatan dapat diketahui bahwa keseharian anak diajarkan; 1.

  Kegiatan doa sebelum dan sesudah belajar, terwujud dari peserta didik membaca doa sebelum dan sesudah belajar serta menghafalkan surat pendek, bacaan salat dan asmaul husna.

  2. Mengucapkan rukun islam secara urut, peserta didik mengenal rukun islam. wawancara dengan guru nurbaiti yaitu :

  “Dalam menanamkan nilai religius salah satunya anak dibiasakan untuk selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Apabila dalam berdoa ada anak yang tidak berdoa maka guru wajib mendekati dan mengajak untuk berdoa. Dengan pembiasaan seperti ini diharapkan peserta didik dapat membiasakan diri untuk selalu mengingat Allah,

  7 dimana saja dan kapan saja”.

  b.

  Kedisiplinan Hasil observasi; 1. Kegiatan awal masuk sekolah tepat waktu, peserta didik tidak ada yang terlambat dan saat bel berbunyi peserta didik langsung berbaris sebelum masuk kelas.

  2. Kegiatan doa sebelum dan sesudah belajar, terwujud dari sikap peserta didik yang setelah dipimpin untuk berdoa langsung mengikuti berdoa.

  3. Kegiatan mencuci tangan, peserta didik dapat mengantri ketika mau mencuci tangan.

  Wawancara dengan ibu Tutik Wahyuni; “Guru disini melatih peserta didiknya agar disiplin, agar kelak

SETIANI DAN DIFLA NADJIH

  saat dewasa mereka terbiasa dengan perilaku yang baik dan tidak menjadi orang yang pemalas. Mendidik anak supaya disiplin tidak gampang, harus dilatih secara konsisten dan guru harus memberikan suri tauladan agar anak dapat menirukannya. Misalnya ada anak yang sedang berlarian tidak mau baris saat bel sudah berbunyi, guru di sini tidak hanya memanggil-manggil anak saja tetapi juga harus mengajak dan mencontohkan saat bel berbunyi guru langsung siap untuk

  8

  baris di depan kelas.” c. Toleransi

  Hasil pengamatan oleh peneliti berupa Kegiatan berbaris sebelum masuk kelas dan sebelum cuci tangan, anak yang terlambat baris dibelakang, tidak berebut untuk baris di depan.

  Ibu Sriasih menjelaskan dalam wawancara sebagai berikut; “Sikap toleransi sangat penting dikembangkan sejak masih TK, agar ketika dewasa nanti anak terbiasa. Selain dalam kegiatan inti disekolah, ada kegiatan spontan yang dilakukan agar sikap toleransi ini dimiliki oleh anak. Seperti contohnya yang dilakukan di sekolah kami adalah ketika puasa ramadhan peserta didik dianjurkan untuk zakat fitrah di sekolah. Semua anak di data, apabila ada anak yang kurang mampu atau warga sekitar tempat tinggal anak ada yang kurang mampu maka zakat fitrah akan diberikan mbak.

  Itulah salah satu contoh sekolah kami dalam menanamkan

  9 sikap toleransi.

  d.

  Kerja keras Beberapa praktek yang diamati yang mendorong anak untuk siap melakukan kerja keras. Kegiatan tersebut anatara lain;

  1. Kegiatan mewarnai gambar gunung dan mengisi gambar letusan gunung dengan guntingan kertas, peserta didik bisa menyelesaikan semua pekerjaan yang diberikan pendidik.

  2. Kegiatan memberi angka pada benda. Peserta didik bisa mengerjakan tanpa bantuan pendidik.

  3. Kegiatan membuat kupu-kupu dengan botol bekas milkuat. Peserta didik dapat membuat hasil karya tersebut.

  Hasil wawancara langsung dengan guru ibu Sriasih; yaitu : “Kami di sini selalu menerapkan sikap kerja keras di dalam melaksanakan kegiatan. Anak dibiasakan untuk berusaha, tidak pantang menyerah dalam melakukan kegiatan. Contoh dalam kerja keras tersebut yaitu saat membuat kupu-kupu dari botol bekas milkuat, peserta didik terlihat bersusah payah dalam membuatnya. Tetapi setelah mereka bersusah payah akhirnya berhasil juga. Guru disini berperan memberikan semangat pantang menyerah pada peserta didik. Kalau mau berhasil ya

  10

  harus bekerja keras, jangan pantang menyerah.” e. Kreatif

  PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  Pengamatan dalam pengembangan kreatifitas berupa; 1. Kegiatan mewarnai gambar gunung. Hasil mewarnai peserta didik terlihat bagus.

  2. Kegiatan mewarnai gambar kereta api. Hasil mewarnai peserta didik terlihat menarik, sangat kreatif.

  3. Kegiatan mencetak dengan jari. Peserta didik bebas berkreasi membuat gambar apa saja dari jarinya.

  4. Kegiatan membuat kupu-kupu dari botol bekas milkuat. Peserta didik belajar berkreasi dengan memanfaatkan barang bekas.

  Berikut hasil wawancara dengan ibu Wartiyem yaitu : “Kreativitas anak tergantung dari kreativitas guru, kalau guru tidak mau kreatif dalam pembelajaran, maka akan mematikan kreativitas anak. Guru harus berusaha sekreatif mungkin, kami di sini berusaha kreatif dengan cara membuat sendiri alat peraga edukatif untuk memudahkan dalam pengajaran. Misalnya membuat kupu- kupu dari bekas botol milkuat. Hal ini dapat menambah kreativitas anak juga. Karena mereka menggunakan barang-barang bekas

  11 dalam pembuatannya”.

  f.

  Mandiri Pengamatan memberikan gambaran sebagai berikut; 1. Kegiatan melompat dengan dua kaki. Peserta didik dapat melakukan sendiri tanpa dibantu pendidik.

  2. Kegiatan mewarnai gambar. Peserta didik dapat mengambil peralatan sendiri di rak masing-masing.

  3. Kegiatan mengurutkan gambar kambing. Peserta didik dapat mengerjakan sendiri tanpa dibantu dan setelah selesai di taruh di meja guru dengan diberi nama masing-masing. wawancara dengan ibu Nurbaiti; yaitu :

  “Kemandirian anak sebaiknya diterapkan sejak masih dini agar setelah dewasa nanti mereka terbiasa dengan sikap mandiri. Memberikan arahan kepada peserta didik TK harus sabar dan dibiasakan setiap hari. Dan yang penting guru harus selalu mengawasi dan memantau anak. Misalnya saja saat kegiatan mewarnai, dulu peserta didik tidak mau mengambil crayon, majalah di rak masing-masing, tapi atas kesabaran dan pembiasaan yang terus menerus akhirnya peserta didik sekarang ini sudah

  12

  mandiri mengambil peralatannya sendiri di rak masing- masing”.

  g.

  Bersahabat / komunikatif Dalam pengamatan ditemukan; 1. Kegiatan bercerita tentang gunung meletus. Peserta didik dapat mengungkapkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pendidik.

  2. Kegiatan bermain. Peserta didik bermain bersama, tidak mengganggu teman lain.

  3. Kegiatan menirukan gerakan burung terbang. Peserta didik

  SETIANI DAN DIFLA NADJIH bergandengan bersama membuat lingkaran.

  Hasil wawancara dengan ibu Tutik Wahyuni adalah sebagai berikut: “Dalam menerapkan sikap komunikatif anak diajak untuk terbiasa menceritakan pengalamannya ketika selesai melakukan kegiatan. Misalnya saja menceritakan pengalaman saat liburan atau saat rekreasi”.

  13 h.

  Gemar membaca Gemar membaca terlihat pada waktu kegiatan istirahat, ada beberapa anak kelas B membaca majalah dan buku cerita yang ada di kelas. Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas B2. Berikut hasil wawancaranya:

  “Agar peserta didik kami gemar membaca, usaha yang kami lakukan adalah dengan membuat buku cerita sendiri, buku tersebut kami gambar, warnai sendiri dan ditulis dengan tulisan yang sederhana dan gampang dibaca oleh anak.”

  14 i.

  Peduli lingkungan Pengamatan dilakukan hingga menmukan hal-hal berikut; 1. Kegiatan istirahat. Peserta didik dapat membuang sampah pada tempatnya.

  2. Kegiatan bercakap-cakap tentang banjir. Pendidik memberikan contoh mengambil dan membuang sampah pada tempatnya.

  3. Kegiatan mencetak dengan jari. Peserta didik tidak mengotori meja maupun tembok. j.

  Tanggung Jawab Dalam observasi kegiatan yang menjadi nilai tanggung jawab adalah sebagai berikut:

  1. Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah makan. Peserta didik dapat bertanggung jawab membuang sampah.

  2. Kegiatan membuat kupu-kupu dari botol bekas milkuat. Peserta didik mengambil sampah yang berserakan setelah selesai membuat kupu- kupu.

  Pembentukan karakter peduli lingkungan dan tanggung jawab ini erat hubungannya. Karena di TK ABA Kalibulus penerapan tanggung jawab berhubungan dengan menjaga kebersihan dan peduli lingkungan. Hasil wawancaranya menguatkan;

  “Penerapan tanggung jawab di TK ABA Kalibulus ini seperti dalam kegiatan yaitu: setelah selesai istirahat, guru mengajak untuk menyapu kelas terlebih dahulu agar kelas menjadi bersih kembali setelah tadi digunakan untuk beraktivitas. Dalam hal ini guru juga memberi contoh mbak, tidak hanya menyuruh saja kepada anak. Dengan kebiasaan menjaga kebersihan maka akan tercipta rasa peduli lingkungan dan tanggung jawab.”

  15 k.

  Kepemimpinan Nilai kepemimpinan terlihat ketika kegiatan awal masuk kelas, ada

  PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  salah satu anak maju untuk memimpin barisan. wawancara dengan guru kelas A menghasilkan; “Saya melatih kepemimpinan dengan cara sebelum masuk kelas memberikan kesempatan kepada anak untuk maju, berani memimpin di depan barisan. Selain itu kami di sini melatih kepemimpinan anak dengan cara pada waktu upacara bendera petugas upacaranya adalah peserta didik”.

  16 l.

  Sopan santun Dalam observasi, kegiatan bernilai sopan santun adalah; 1. Kegiatan sebelum masuk sekolah. Peserta didik bersalaman dan mengucapkan salam dengan pendidik ketika sampai di sekolah.

  2. Kegiatan baris. Setelah baris dan sebelum masuk kelas bersalaman dengan pendidik masing-masing kelas.

  3. Kegiatan bermain. Setelah bermain membereskan dan mengembalikan mainan pada tempatnya.

  4. Kegiatan praktek langsung mengucapkan terima kasih bila mendapat hadiah. Ketika anak mendapat hadiah, mereka dapat mengucapkan terima kasih.

  Wawancara dengan kepala sekolah berisi: “Nilai sopan santun memang harus diajarkan sejak TK, jika anak sudah mengenal nilai sopan santun dari kecil, maka mereka dapat menghargai orang lain. Sekolah kami mempunyai Profil 5S mbak, maksudnya adalah senyum, sapa, salam, sopan, dan santun. Kelima profil inilah yang selalu kami lakukan agar anak juga terbiasa melakukannya. Guru memberikan contoh 5S tersebut ketika bertemu dengan warga sekolah. Dan Alhamdulillah atas kerjasama dari guru, wali murid dan semua warga sekolah, peserta didik setiap pagi terbiasa setelah sampai di sekolah langsung menemui guru untuk menyapa dan bersalaman dengan guru”.

  17 2.

   Kegiatan Pembelajaran Karakter Anak Di TK ABA Kalibulus

  Bentuk upaya guru dalam membentuk karakter anak di TK ABA Kalibulus adalah sebagai berikut: 1.

  Makan bersama dengan makanan yang bergizi.

  Pemenuhan kebutuhan gizi yang baik diharapkan dapat meningkatkan kekuatan serta kecerdasan anak. Pemberian makan dilaksanakan setiap hari sabtu. Dalam kegiatan makan bersama ini, penanaman nilai karakter yang dapat diajarkan tentang religius, mandiri dan empati.

  2. Memanfaatkan moment PHBI (Peringatan Hari Besar Islam untuk pembinaan akhlak.

  Bentuk kegiatan peringatan hari besar islam ini misalnya peringatan hari raya idul adha. Peserta didik dilatih iuran bersama-sama untuk membeli kambing. Daging kambing dimasak dengan orang tua/wali peserta didik. Sementara daging di masak, peserta didik diberikan SETIANI DAN DIFLA NADJIH kegiatan bercerita tentang hari raya idul adha.

  3. Permainan lagu-lagu jawa Macam-macam permainan lagu-lagu jawa seperti sluku-sluku bathok, dakon, dan cublak-cublak suweng. Karakter yang diajarkan dalam permainan lagu-lagu jawa ini diantaranya adalah religius dalam permainan sluku-sluku bathok, kejujuran dalam dakon, dan cublak-cublak suweng.

  4. Field trip atau pengalaman belajar di luar sekolah

  Field trip ini dilaksanakan sebulan sekali. Hal ini dilaksanakan agar

  anak dapat belajar secara langsung, tidak bosan dengan kegiatan yang hanya monoton di kelas saja. Pengalaman belajar ini dilaksanakan dengan mengunjungi beberapa tempat misalnya kandang sapi, pasar, melihat cara pembuatan telur asin, cara pembuatan tahu dan cara pembuatan emping. Nilai karakter yang dapat diajarkan pada anak diantaranya mandiri, kreatif, peduli lingkungan, peduli sosial, sopan santun, percaya diri, toleransi, dan kerja keras. Dengan diadakannya field trip ini diharapkan pendidikan karakter dapat langsung dirasakan oleh peserta didik.

  5. Pembuatan buku cerita Dalam menanamkan gemar membaca pada peserta didik, maka upaya guru yang dilakukan adalah dengan membuat buku cerita sendiri.

  Buku cerita digambar dan dibuat sendiri oleh guru, dengan kata-kata yang sederhana, mudah dibaca dan dipahami oleh anak.

  3. Metode Pembelajaran Karakter Anak Di TK ABA Kalibulus

  Metode merupakan faktor penting yang tidak boleh diabaikan dalam pembelajaran. Dengan metode yang tepat guna, sesuai kebutuhan peserta didik, maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai. Beberapa metode yang digunakan di TK ABA Kalibulus dalam upaya membentuk karakter adalah sebagai berikut: 1.

  Metode Pembiasaan Karakter dapat dibentuk melalui pembiasaan, pembiasaan bersikap dan berbuat sesuai dengan ajaran agama atau suri tauladan guru atau orang tua. Di TK ABA Kalibulus, metode pembiasaan yang dilakukan dalam kegiatan berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum dan sesudah makan, mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya,

  18 profil 5S (senyum, sapa, salam, sopan, dan santun).

  2. Metode Bercerita Kegiatan bercerita merupakan kegiatan menuturkan suatu informasi yang berisi tentang suatu hal. Metode ini digunakan untuk mengembangkan perilaku dan kemampuan dasar pada anak usia dini. Dengan cerita maka secara tidak langsung kita mengajak anak untuk berkomunikasi yang akan menambah kreativitas dan daya fantasi anak serta dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak.

  PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  Di TK ABA Kalibulus, metode bercerita ini sangat menarik perhatian peserta didik karena mereka lebih memahami materi yang akan disampaikan. Metode ini digunakan guru untuk mengenalkan tentang tolong menolong, manfaat menjaga lingkungan, dan bahaya-bahaya dari gejala alam seperti gunung meletus, dan banjir. Peserta didik terlihat terbawa oleh cerita yang dibacakan guru, setiap ada pertanyaan langsung ada yang menjawab. Setelah dibacakan cerita guru menanyakan tentang

  19 apa yang tadi sudah disampaikan, dan rata-rata anak bisa menjawab.

  3. Metode Bercakap-cakap Salah satu cara anak untuk belajar adalah bercakap-cakap. Pada saat bercakap-cakap anak juga akan belajar bagaimana bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Informasi yang sesuai dengan usia, kebutuhan, tingkat kemampuan kognitif anak akan membantu anak dalam memahami dan mengatasi masalah yang dihadapi.

  Di TK ABA Kalibulus, salah satu metode bercakap-cakap digunakan untuk menyampaikan informasi tentang banjir. Bagaimana asal terjadinya

  20 banjir, bahaya banjir dan bagaimana bila saudara kita mengalami banjir.

  4. Metode Keteladanan Metode keteladanan sering digunakan dalam rangka mengenalkan nilai-nilai pendidikan islam, karena pada anak usia dini dikenal sebagai peniru ulung, artinya anak mudah meniru semua perilaku yang ada di lingkungan sekitarnya. Metode ini juga dikenal ampuh daripada hanya diberikan nasihat. Contoh dari metode keteladanan adalah guru datang ke sekolah tepat waktu, kegiatan mencuci tangan, membuang sampah pada

  21 tempatnya.

  5. Metode Pemberian Tugas Metode ini diberikan pada waktu pengajaran klasikal. Contohnya kegiatan mewarnai gambar kereta api, disini peserta didik disuruh mewarnai yang sudah dicontohkan oleh guru, akan tetapi warnanya

  22 terserah pada anaknya.

  6. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan. Contohnya adalah dalam kegiatan pembuatan kupu- kupu dari botol bekas milkuat. Di sini anak melihat, mendengarkan dan meniru cara membuat kupu-kupu dengan botol bekas milkuat, tetapi

  23 dalam pembuatan sayap kupu-kupu sesuai dengan kreativitas anak.

  Temuan di atas berbeda jauh dari kajian Suyatno. Penanaman karakter perlu diperkenalkan kepada anak sejak usia dini karena perlakuan yang diberikan akan terpateri kuat di dalam diri anak. Karakter itu meliputi nilai-nilai universal dan nasionalisme dengan cara-cara

SETIANI DAN DIFLA NADJIH

  sederhana yang mudah dilakukan anak. TK disarankan untuk mencanangkan karakter yang dikembangkan di sekolah dan disosialisasikan kepada guru dan orangtua. Guru selanjutnya memodel- kan karakter yang baik agar dapat dicontoh dan ditiru oleh anak-anak. Pembentukan karakter juga dapat dilakukan melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari dan melalui kegiatan inti. Saran lainnya, Pendidikan karakter dilakukan melalui pembelajaran terpadu dalam tema-tema yang ada. Penilaian karakter hendaknya otentik melalui pengamatan secara periodik

  24 dan terencana.

D. Kesimpulan

  Pembentukan karakter anak usia dini di TK ABA Kalibulus disimpulkan sebagai berikut:

  1. Karakter Anak yang dibentuk adalah Religius, Kedisiplinan, Toleransi, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Bersahabat / komunikatif, Gemar membaca, Tanggung Jawab, Kepemimpinan, Sopan santun

  2. Upaya pembelajaran guru dalam membentuk karakter anak dengan cara : makan bersama dengan makanan yang bergizi, memanfaatkan moment PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) untuk pembinaan akhlak, Permainan lagu-lagu jawa, Field trip atau pengalaman belajar di luar sekolah, dan Pembuatan buku cerita.

  3. Metode yang digunakan adalah Metode Pembiasaan, Metode Bercerita, Metode Bercakap-cakap, Metode Keteladanan, Metode Pemberian Tugas, Metode Demonstrasi.

  Pendidik TK ABA Kalibulus dan orang tua terkait dalam pembentukan karakter anak disarankan lebih meningkatkan kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua/wali peserta didik agar pendidikan dan pemantuan perkembangan anak sesuai dengan apa yang diajarkan di sekolah, sehingga pembentukan karakter dapat tercapai dengan baik.

  Catatan Akhir 1 Undang-undang No 20 Tahun 2003, Himpunan Peraturan Perundang- undangan RI Tahun 2003, Jakarta: CV Eko Jaya, 2004, h. 7. 2 Slamet Suyanto, “Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini,” Jurnal Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012, h. 1-10 3 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosdakarya, 2005, h. 139. 4 Sri Haryani dan ABA Firdaus al-Hallawani, Mendidik Anak Sejak Dini, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2003, h. 87. 5 6 Suyanto, “Pendidikan Karakter…” Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rusdakarya, 2000, h. 103. 7 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Nurbaiti, selaku guru kelas A di TK ABA Kalibulus pada tanggal 20 Mei 2013. 8 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Tutik Wahyuni, selaku guru kelas B1 di TK ABA Kalibulus pada tanggal 21 Mei 2013. 9 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Sriasih, selaku guru kelas B2 di TK ABA Kalibulus pada tanggal 22 Mei 2013.

  PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 10 Ibid. 11 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Wartiyem, selaku guru pendamping kelas B2 di TK ABA Kalibulus pada tanggal 22 Mei 2013. 12 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Nurbaiti, selaku guru kelas A di TK ABA Kalibulus pada tanggal 20 Mei 2013. 13 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Tutik Wahyuni, selaku guru kelas B1 di TK ABA Kalibulus pada tanggal 21 Mei 2013. 14 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Sriasih, selaku guru kelas B2 di TK ABA Kalibulus pada tanggal 22 Mei 2013. 15 Ibid. 16 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Nurbaiti, selaku guru kelas A di TK ABA Kalibulus pada tanggal 20 Mei 2013. 17 Hasil wawancara langsung dengan Ibu Eka Indarti selaku kepala sekolah, di TK ABA Kalibulus pada tanggal 23 Mei 2013. 18 Ibid. 19 Wawancara dengan ibu Nurbaiti dan observasi langsung di kelas A, pada tanggal 20 Mei 2013 di TK ABA Kalibulus. 20 Ibid. 21 Wawancara dengan kepala sekolah dan observasi, pada tanggal 24 Mei 2013 di TK ABA Kalibulus. 22 Wawancara dengan ibu Tutik Wahyuni dan observasi langsung di kelas B1, pada tanggal 21 Mei 2013 di TK ABA Kalibulus. 23 Wawancara dengan ibu Sri Asih dan observasi langsung di kelas B2, pada tanggal 22 Mei 2013 di TK ABA Kalibulus. 24 Suyanto, “Pendidikan Karakter…” Daftar Pustaka

  Undang-undang No 20 Tahun 2003. Himpunan Peraturan Perundang- undangan RI Tahun 2003. Jakarta: CV Eko Jaya, 2004. Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis

  Kompetensi. Bandung: Rosdakarya, 2005

  Lexy J. Moeloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rusdakarya, 2000

  Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya, 2005. __________. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT

  Remaja Rosdakarya, 2011 Ali Nugraha,dkk., Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.

  Dapartemen Agama RI. Al- Qur’an dan Terjemahnya. Hibana S. Rahman. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

  Yogyakarta: PGTKI Press, 2002 Kementerian Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan

  Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), tahun 2010

  __________, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 Tahun

  2008 tentang Guru (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2008)

  Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Pedoman Pelaksanaan

  Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemnedinas, 2011

SETIANI DAN DIFLA NADJIH

  Lexy J. Moeloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rusdakarya, 2000

  M. Furqon Hidayatullah. Guru Sejati: Membangun Insan Karakter Kuat

  & Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka, 2009

  Ngainun Naim. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

  Slamet Suyanto, “Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini,” Jurnal

  Pendidikan Anak, Volume 1, Edisi 1, Juni 2012, h. 1-10

  Soegeng Santoso. Dasar-Dasar Pendidikan TK, Jakarta: Universita Terbuka, 2006. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik edisi V. Jakarta, Rineka Cipta, 2002.