View of Kewirausahawan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Minahasa Utara

  Journal of Business and Economics Juni 2008 Available online at:

  • – 27

  Vol. 7 No. 1, p 17

  lemlit@unklab.ac.id

ISSN: 1412-0070

  

Kewirausahawan Usaha Kecil Menengah (UKM)

di Kabupaten Minahasa Utara

Sinjo J. Laoh*

  

Fakultas Ekonomi Universitas Klabat

This research examines the influence of six characteristics of entrepreneur and the resource management towards

competitive advantages of some UKM in Kabupaten Minahasa Utara. It finds that commitment and determination, leadership,

opportunistic character, risk tolerance, creativity, independency, and adaptability could significantly influence the competitive

advantages at manager level than at employee level. Nevertheless, at manager and employee level motivation has significant

effect while it is insignificant at assistant manager level. Meanwhile, resource management is the only variable that affect the

competitive advantages at all levels, i.e manager, assistant manager and employee levels.

  Key words: entrepreneur, resource, competitive advantages

LATAR BELAKANG

  Hasil sensus ekonomi tahun 2006 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa di luar sektor pertanian terdapat 22,7 juta unit usaha di negeri ini. Untuk kategori usaha permanen sekitar 12,8 juta unit (56,4 persen), sedangkan usaha tidak permanent sekitar 9,9 juta unit (43,6 persen). Jika lebih dirinci lagi maka jumlah usaha mikro adalah 18,95 juta unit (83,5 persen), usaha kecil 3,59 juta unit (15,8 persen). (Untuk pembahasan selanjutnya, tim

  penulis akan lebih focus pada pembahasan mengenai usaha kecil dan menengah).

  Berdasarkan UU No. 9 tahun 1995, Usaha Kecil adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.00,- (lima ratus juta rupiah). Ciri-ciri usaha kecil antara lain: Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah.

  Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha; Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP; Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha; Sebagai usaha akses ke perbankan dalam hal keperluan modal sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. (Lumpkin, 2003). Contoh usaha kecil antara lain: usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja; pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya; pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubel air, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan; peternakan ayam, itik dan perikanan; koperasi berskala kecil. Sedangkan untuk Usaha Menengah sebagaimana dimaksud dalam Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha

  Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tdak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Ciri-ciri usaha menengah antara lain:

  Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi; Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan system akuntansi denga teratur, sehingga meudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan; Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll; Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll; Sudah akses kepada sumber- sumber pendanaan perbankan; Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

  Contoh usaha menengah antara lain: usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah; usaha perdagangan (grosir) termasuk export dan impor; usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garmen, dan jasa transportasi taksi dan bus antar propinsi; usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan loga; usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan marmer buatan. Tantangan ke depan UKM untuk mampu bersaing di era perdagangan bebas, baik di pasar domestic maupun di pasar ekspor sangat ditentukan oleh dua kondisi utama. (Allen, 1997). Pertama, lingkungan internal yang harus diperbaiki, yang mencakup aspek kualitas sumber daya manusia, terutama wirausahawan (entrepreneur), penguasaan teknologi dan informasi, struktur organisasi, system manajemen, budaya bisnis, kekuatan modal dan jaringan bisnis dengan pihak luar. Kedua, lingkungan eksternal harus juga kondusif, hal-hal yang terkait dengan kebijakan pemerintah, aspek hokum, kondisi persaingan pasar, kondisi ekonomi-sosial-kemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan perubahan ekonomi global. Secara nasional, pilihan strategi dan kebijakan untuk pemberdayaan dalam memasuki era pasar global menjadi sangat penting bagi Christy (1986), Perkembangan unit usaha kecil dan menengah di Minahasa Utara sendiri cukup tinggi, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Minahasa Utara sampai dengan bulan September 2007, total yang tercatat secara resmi adalah 199 unit usaha. Tantangan yang sangat besar dihadapai oleh si entrepreneuar untuk mengembangkan usahanya terlebih untuk memiliki keunggulan dalam rangka memenangkan persaingan. (Dessler, 2003). Tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam hal ini adalah menjaga kelangsungan usaha-usaha yang telah ada, sebab selain memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan daerah, juga menekan tingkat pengangguran, sebab terjadi penyerapan tenaga kerja yang sebagian besar berasal dari masyarakat sekitar.

  Untuk meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage) agar mampu memenangkan persaingan dan menjaga kelangsungan usaha maka perlu untuk diketahui factor-faktor penentu yang mempengaruhi tercapainya keunggulan kompetitif oleh seorang wirausahawan dalam menjalankan usahanya. (Stoqdill, 1974). Dalam penelitian ini, keunggulan kompetitif dipengaruhi oleh karakteristik wirausahawan itu sendiri yang terbagi atas enam karakter utama serta cara pengelolaan sumber daya usaha yang dimiliki.

  Kelompok wirausahawan unit UKM yang menjadi sampel dalam penelitian ini kemduian dibedakan atas tingkat jabatan masing-masing responden, yaitu, manajer, asisten manajer, dan karyawan. (Ebert, 2003).

  Secara khusus, penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. a. Apakah komitmen dan determinasi berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif? b. apakah kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif? c. apakah obsesi terhadap kesempatan berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif? d. apakah toleransi terhadap resiko dan ketidakpastian berpengaruh secara signifkan terhadap keunggulan kompetitif? e. apakah kreativitas, kemandirian, dan kesanggupan beradaptasi berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif? f. apakah kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif? 2. Apakah pengelolaan sumber daya berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif? Kerangka Konseptual. Kerangka konseptual yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini, dihubungkan dengan perumusan masalah dan hipotesa yang telah ditetapkan untuk diteliti adalah:

PERUMUSAN MASALAH

  Figur 1. Kerangka Konseptual

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAWAN

  regression)

  untuk mencari pengaruh antara tiap-tiap Karakteristik terhadap Keunggulan Kompetitif. Analisis yang sama juga digunakan untuk mencari pengaruh antara Pengelolaan Sumber Daya terhadap Keunggulan Kompetitif.

  Cakupan dan Pembatasan Masalah. Penelitian

  konseptual tersebut, Karakteristik Wirausahawan dan Pengelolaan Sumber Daya adalah variable bebas (independent), sedangkan Keunggulan Kompetitif sebagai variable terikat (dependent). Karakteristik Wirausahawan terbagi lagi atas enam variable yang masing-masing tidak saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain (hal ini dapat dibuktikan dengan Uji Multikolinearitas yang terdapat dalam Lampiran B), sehingga digunakan analisis regresi sederhana (simple

  Hipotesis. H1o: Komitmen dan determinasi tidak

  berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif; H2o: kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif; H3o: obsesi terhadap kesempatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif; H4o: toleransi terhadap resiko dan ketidakpastian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif. H5o: kreativitas, kemandirian, dan kesanggupan beradaptasi tidak berpengaruh secara

  1. Komitmen dan Determinasi

  2. Kepemimpinan

  3. Obsesi Terhadap Ketidakpastian

  4. Kreativitas, kemandirian & Kesanggupan beradaptasi

  5. Motivasi untuk menjadi lebih baik Keunggulan Kompetitif Pengelolaan Sumber Daya

  Karakteristik Kewirausahawan. Dalam kerangka

  ini membahas tentang keunggulan kompetitif pada kelompok wirausahawan untuk unit usaha kecil dan menengah, khususnya yang berada di Kabupaten Minahasa Utara. Dalam pembahasannya, keunggulan keunggulan kompetitif, dan yang kedua adalah pengelolaan sumber daya. Ruang lingkup pelaksanaan penelitian ini dibatasi untuk wirausahawan pada unit usaha kecil dan menengah yang berada pada delapan Kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data hasil kuesioner yang dibagikan kepada 54 orang responden yang berasal dari tujuh jenis usaha yang berbeda, kemudian dibagi lagi atas tiga level berdasarkan jabatannya masing-masing, yaitu manajer, asisten manajer, dan karyawan.

  

Vol. 7, 2008 Kewirausahawan Usaha Kecil Menengah (UIKM) di Kabupaten 19

  pengelolaan sumber daya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif.

   Tinjauan Pustaka. Secara sederhana arti

  wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. (Burn, 2007). Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Kegiatan wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau berkelompok. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan

  Sedangkan kewirausahawan(entrepreneurship) merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru/kreatif dan berbeda/inovatif. Ada juga yang mengartikannya sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha), serta berusaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber daya melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Setelah melakukan analisa terhadap lebih dari 50 studi yang meneliti tentang karakteristik wirausahawan yang sukses, Timmons (1994) menyimpulkan bahwa terdapat enam jenis karakteristik utama yang membentuk seorang wirausahawan yang unggul. (Fishman, 2006). Karakteristik pertama adalah komitmen dan determinasi yang menunjukkan intensitas/ kemampuan/kekuatan seorang wirausahawan dalam mengejar sebuah kesempatan; kedua adalah kepemimpinan, yaitu kemampuan seorang wirausahawan untuk menetapkan dan mengkomunikasikan visi yang jelas, dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan serta mampu memotivasi dan menuntun orang lain; ketiga, obsesi terhadap kesempatan, yaitu intensitas dan hasrat yang dimiliki oleh seorang wirausahawan untuk mengejar dan mewujudkan visi yang dimilikinya; keempat, toleransi terhadap resiko dan ketidakpatian, yaitu kemampuan seorang wirausahawan untuk mengatasi perubahan, tekanan, dan konflik yang terjadi di sekitarnya; karakteristik kelima adalah kreativitas, kemandirian dan kesanggupan untuk beradaptasi/fleksibilitas, yaitu seberapa besar kemauan seorang wirausahawan untuk berpikir terbuka, mau belajar, dan mengembangkan perspektif serta kemampuannya; yang keenam adalah motivasi untuk menjadi lebih baik, yaitu tujuan akhir yang mendorong seorang wirausahawan untuk menjalankan/ mengembangkan usahanya untuk mencapai kesuksesan.

  Selain enam karakteristik wirausawahan di atas, factor lain yang dianggap berpngaruh dalam peningkatan daya saung dan keberhasilan usaha yang dikelola oleh seorang wirausahawan adalah pengelolaan sumber daya yang dimiliki. (McGrath, 2000). Sumber daya yang dimaksudkan meliputi sumber daya manusia (human

  resources)

  dan sumber daya keuangan (financial resources). Menurut pendapat para peneliti dan teoritis, asset sumber daya manusia dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan karena setiap manusia memiliki pengetahuan dan kompleksitas social yang sulit ditiru oleh orang lain.

  Keunggulan kompetitif (competitive advantage) menurut Michael Porter (1980) berasal dari nilai sebuah membayar. Untuk mencapai keunggulan kompetitif, Michael Porter 1980 mengemukakan beberapa pilihan strategi yang tercakup dalam Strategi Generik (

  Porter’s Three Generic Strategies).

  Yang pertama, kepemimpinan Biaya, dimana perusahaan atau pengusaha berusaha menjadi produsen dengan biaya produksi atau harga jual yang paling rendan dan biasanya ditandai dengan adanya strategi penentuan berusaha menjadi unik/berbeda dari yang lain. (Sahlman, 1999). Yang terakhir ialah Fokus, dimana perusahaan/pengusaha hanya memilih untuk bersaing dalam cakupan persaingan yang sempit dalam sebuah industri. Namun untuk kepentingan penelitian ini, dimana objek penelitian adalah wirausahawan unit UKM yang pengelolaannya sangat sederhana, maka pembahasan mengenai keunggulan kompetitif tidak dipisahkan atas tiga strategi yang telah dikemukakan sebelumnya, melainkan dianggap sebagai satu variable yang utuh.

  Manfaat Penelitian. Penelitian ini diharapkan

  dapat memberi manfaat bagi: wirausahawan unit usaha kecil dan menengah. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan karakteristik dan factor lainnya yang perlu dikembangkan oleh para wirausahawan unit UKM di setiap level untuk meningkatkan keunggulan kompetitif usahanya masing-masing; pemerintah Kabupaten Minahasa Utara. Melalui kesimpulan yang diperoleh lewat penelitian ini Pemkab Minut dapat merancang program-program untuk merangsang peningkatan daya saing wirausahawan unit UKM di Minahasa Utara dengan daerah-daerah lain di Indonesia; calon wirausawahan: melalui penelitian ini banyak calon wirausahawan baru yang dapat mempersiapkan diri dengan melihat factor-faktor penting penunjang kebersihan usaha yang akan mereka jalankan; Tim Peneliti: Penelitian ini sangat berguna bagi tim peneliti untuk mengaplikasikan teknik-teknik riset, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan melakukan analisa menggunakan rumus statistic untuk penarikan kesimpulan; Peneliti berikutnya, Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti-peneliti berikutnya, namun dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki dalam pelaksanaannya, maka diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat lebih disempurnakan, sehingga memberikan hasil dan kesimpulan yang lebih baik.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan metode statistic deskriptif digunakan untuk melakukan pengelompokkan, peringkasan, dan penyajian data hasil tabulasi kuesioner, yaitu teknik untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean) dari jawaban yang diberkan oleh setiap responden. Sedangkan statistic inferensial digunakan untuk pengolahan menggunakan rumus statistic sehingga dapat ditarik kesimpulan atas karakteristik populasi, yaitu dengan uji hipotesis, uji multikolinear, dan uji regresi. Tabel 1. Jenis Usaha, Nama Sampel, dan Daerah Pengambilan Sampel

  No Jenis/Sektor usaha Nama Sampel Daerah Pengambilan Sampel

  1. Rumah Makan Rumah makan sederhana Airmadidi Rumah makan Victoria Kolongan Rumah makan Pisces Kolongan Rumah makan Sukur Jaya Sukur Rumah makan Klabat Sukur Café Bali Sukur

  2. Perdagangan Eceran Mini Market Bella Kawiley Toko Bella Kawiley Mini Market M121 Kawiley Duta Mart Kolongan Mini Market Victoria Sukur Saga Mart Tumaluntung Glory Mart Tumaluntung CV. Coklat Airmadidi Kios Windy Wandy Airmadidi

  3. Pengolahan Tepung dan Minyak Kelapa PT. Poleko Airmadidi

  4. Pabrik Pengolahan VCO PT. Healtiest VCO Airmadidi

  5. Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan PT. Tirta Investama Airmadidi PT. AKE abadi Airmadidi

  6. Usaha Agen Perjalanan Wisata CV. Reginald Travel Airmadidi PT . Paradisa Jaya Pandu Klabat Airmadidi

  7. Koperasi Koperasi Nelayan Firfa Kema KSU Klabat Minut Airmadidi Koperasi Karyawan Usaha Bersama Airmadidi KSU Wira Prima Airmadidi KSU Arjuna Airmadidi KSU Kema Manunggal Kema KSP Inti Bina Usaha Airmadidi

  Populasi dan Sampel. Populasi dari penelitian ini

  adalah Pewirausahawan UKM di Kabupaten Minahasa Utara, menurut informasi jumlah anggota populasi yang terdaftar didalam Dinas Perdagangan dan Tenaga Kerja sampai saat ini berjumlah 200 pewirausahawan belum ditambah yang belum terdaftar lainnya. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dibagi dalam beberapa bagian menurut varietas jenis usaha yang dilakukan untuk melihat apa adanya korelasi antar jenis usaha terhadap karakteristik pewirausahawan.

  Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan menggabungkan area sampling dan juga

  convenience sampling

  . Teknik ini membutuhkan lebih sedikit biaya dibandingkan metode pengambilan sampel lainnya. Sedangkan convenience sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana telah ada kesepakatan bersama demi kelancaran pengambilan data. Sampel yang diambila dibedakan atas jenis usaha itu:

  Instrumen Pengumpulan Data. Data yang

  diperlukan untuk Penelitian ini adalah mengenai enam karakteristik dan cara pengelolaan sumber daya yang dianggap mempengaruhi keunggulan kompetitif wirausahawan uni Usaha Kecil dan Menengah. Untuk pengumpulan data yang dibutuhkan dari responden, maka tim peneliti menggunakan kuesioner yang modelnya terdapat pada Lampiran C. Prosedur Pengumpulan

  Setelah didapatkan data yang terbagi atas tiga kelompok besar tersebut, kemudian dilakukan uji multikolinear dengan metode Pearson Correlation menggunakan software SPSS yang terdapat dalam Lampiran B. Hasil uji multikolinear menunjukkan bahwa setiap karakteristik wirausahawan yang diteliti tidak menunjukkan adanya saling ketergantungan antara satu karakteristik dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kebanyakan nilai r > 0.7, sehingga dapat digunakan analisa regresi sederhana untuk menghubungkan masing- masing variabel karakteristik terhadap variabel keunggulan kompetitif. Analisa regresi sederhana yang sama juga digunakan untuk menhubungkan variabel pengelolaan sumber daya terhadap variabel keunggulan kompetitif. Data output hasil analisis regresi menggunakan software SPSS terdapat dalam Lampiran D.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Rumus Statistik . Untuk memprediksi nilai variable

  Dari keseluruhan 54 kuesioner yang dijalankan semuanya diisi dengan lengkap dan memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam proses penghitungan data menggunakan software Microsoft Excel. Dari total 54 kuesioner tersebut kemudian dibagi atas tiga bagian berdasarkan jabatan dalam tiap-tiap jenis usaha, yang terdiri atas manajer sejumlah 24 kuesioner, asisten manajer sejumlah 14 kuesioner, dan karyawan sejumlah 16 kuesioner.

  B Std. Error 1 (constant) .340 .877 .388 .702 komitmen .699 .224 3.115 .005

  Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  Tabel 2. Komitmen dan Determinasi untuk Level Manajer Coefficients (a) No.

  . Berdasarkan pada table Coefficients baris KOMITMEN DAN DETERMINASI p-value = .005 kurang dari α = 0.05, maka hipotesis null ditolak.

  KOMPETITIF = .340 + .699 KOMITMEN DAN DETERMINASI

  Dengan menggunakan software SPSS untuk regresi sederhana dihasilkan output berikut ini: Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan pertama pada level manajer, yaitu komitmen dan determinasi, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN

  dan interpretasi:

  di atas, maka dilakukan uji hipotesis: H1 : Komitmen dan determinasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisa regresi sederhana melalui software SPSS. Hasil/output yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai p-value (angka pada kolom Sig.) dengan tingkat signifikansi, α = 0.05. Jika p- value kurang dari nilai α, maka hipotesis null ditolak dan menerima hipotesis alternatif. Hasil

  determinasi berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif? Untuk menjawab pertanyaan

  Hasil analisis dan interpretasi data digunakan untuk menjawab masalah penelitian ini, yakni pengaruh enam karakteristik wirausahawan dan pengelolaan sumber daya terhadap keunggulan kompetitif. (Harvard, 1999). Jumlah seluruh data set/total sampel untuk pengujian setiap hipotesis adalah 54 sampel yang terbagi atas 24 sampel untuk level manajer, 14 sampel untuk level asisten manajer dan 16 sampel untuk level karyawan. Secara spesifik, tujuh masalah penelitian serta analisis dan pembahasannya adalah sebagai berikut: Apakah komitmen dan

  Data.Semua data yang digunakan dalam penelitian ini

  Prosedur Analisis Data. Setelah data didapatkan maka dilakukan pemeriksaan dan pengelompokkan data.

  terikat jika nilai variable bebas diketahui, maka digunakan model regresi sederhana, yakni: y = b + b 1. x dimana nilai

  notasi: n = jumlah observasi; x = variabel bebas; y = variabel terikat; b = koefisien konstanta; b 1 = koefisien regresi

  value > α, maka H diterima dan menolak Ha. Keterangan

  ditolak dan menerima Ha Apabila p-

  diperoleh dari hasil kuesioner yang dijalankan kepada respondent yang telah dipilih sebelumnya. Sedangkan data tentang UKM yang dijadikan sampel penelitian diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Minahasa Utara.

  α (α = 0.05), yaitu: Apabila p-value <

  (2) Model regresi digunakan sebagai alat analisis statistik disebabkan karena alat analisis parametrik seperti regresi mempunyai kemampuan inferensi yang lebih kuat dibandingkan alat analisis non-parametrik. (Pakroo, 2006). Untuk uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan nilai p (p-value) terhadap nilai

  (∑ ) (∑ ) (∑ )(∑ ) (∑ ) (∑ )

  (1)

  (∑ ) (∑ )(∑ ) (∑ ) (∑ )

  dan b 1 diperoleh dari:

  b

  α, maka H

  • .035 .279 -.124 .903

  Error 1 (constant) -.119 .789 -.150 .882 Kepemimpinan .838 .207 4.055 .001

  Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan kedua pada level manajer, yaitu kepemimpinan, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF = -

  .119 + .838 KEPEMIMPINAN

  . Berdasarkan hasil pada table Coefficients baris KEPEMIMPINAN dengan p- value = .001 kurang dari α = 0.05, maka hipotesis null ditolak.

  Tabel 6. Kepemimpinan untuk Level Asisten Manager Coefficients (a) No.

  Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  B Std.

  Error 1 (constant) 2.961 .976 3.034 .010 Kepemimpi nan

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan kedua pada level asisten manajer, yaitu kepemimpinan, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF

  = 2.961 - .035 KEPEMIMPINAN

  . Berdasarkan hasil pada table Coefficients baris KEPEMIMPINAN dengan p-value = .903 lebih dari α = 0.05, maka hipotesis null diterima.

  • 1.269 .225
  • .334 .264

  Tabel 7. Kepemimpinan untuk Level Karyawan Coefficients (a)

  No. Model Unstandardized Coefficients t Sig.

  B Std.

  Error 1 (Constant) .697 1.310 .532

  1 Kepemimpinan .749 .360 2.079

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan kedua pada lebel karyawan, yaitu kepemimpinan, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF

  = .697 + .749 KEPEMIMPINAN.

  Berdasarkan hasil pada table Coefficients baris KEPEMIMPINAN dengan p-value = .056 lebih dari α = 0.05, maka hipotesis null diterima. c. Apakah obsesi terhadap

  kesempatan berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif?. Untuk menjawab apakah

  No. Model Unstandardized Coefficients t Sig.

  B Std.

  Tabel 4. Komitmen dan Determinasi untuk Level Karyawan Coefficients (a)

  dan determinasi (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif

  Tabel 3. Komitmen dan Determinasi untuk Level Asisten Manajer Coefficients (a)

  No Model Unstandardized Coefficients

  T Sig. B Std.

  Error 1 (constant) .807 .522 1.545 .148 komitmen dan determinasi .607 .150 4.053 .002

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan pertama pada level asisten manajer, yaitu komitmen dan determinasi, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN

  KOMPETITIF = .807 + .607 KOMITMEN DAN DETERMINASI.

  Berdasarkan hasil pada table Coefficients baris KOMITMEN DAN DETERMINASI dengan p-value = .002 kurang dari α = 0.05, maka hipotesis null ditolak.

  No. Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  Tabel 5. Kepemimpinan untuk Level Manajer Coefficients (a)

  B Std.

  Error 1 (constant) 4.668 1.034 4.516 .000 komitmen dan determinasi

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan pertama pada level karyawan, yaitu komitmen dan determinasi, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF =

  4.668 - .334 KOMITMEN DAN DETERMINASI.

  Berdasarkan hasil pada table

  Coefficients

  baris KOMITMEN DAN DETERMINASI dengan p-value = .225 lebih dari α = 0.05, maka hipotesis null diterima. b.

  Apakah kepemimpinan berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif? Untuk menjawab

  apakah KEPEMIMPINAN berpengaruh cukup signifikan terhadap KEUNGGULAN KOMPETITIF, maka perlu dilakukan uji hipotesis: H1 : Kepemimpinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Hasil dan interpretasi: Dengan menggunakan software SPSS untuk regresi sederhana dihasilkan output berikut ini:

  OBSESI TERHADAP KESEMPATAN berpengaruh cukup signifikan terhadap KEUNGGULAN KOMPETITIF, maka perlu dilakukan uji hipotesis: H1 : Obsesi terhadap kesempatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Hasil dan interpretasi. Dengan menggunakan software SPSS untuk regresi sederhana dihasilkan output berikut ini: Tabel 8. Obsesi Terhadap Kesempatan untuk toleransi terhadap resiko dan ketidakpastian

  Level Manager Coefficients (a) berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan

  Unstandardized kompetitif? Untuk menjawab apakah TOLERANSI T Sig.

  No. Model Coefficients

  TERHADAP RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN

  B Std. Error

  berpengaruh cukup signifikan terhadap KEUNGGULAN

  1 (Constant) .325 .528 .616

  1 KOMPETITIF, maka perlu dilakukan uji hipotesis: H1 : Obsesi terhadap

  5.26 Toleransi terhadap resiko dan ketidakpastian tidak .730 .139 kesempatan

  8

  berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif kompetitif. Hasil dan interpretasi: Dengan menggunakan software SPSS untuk regresi sederhana dihasilkan output berikut ini.

  Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan ketiga pada level manajer, Tabel

  11. Toleransi Terhadap Resiko dan yaitu obsesi terhadap kesempatan, model yang dihasilkan Ketidakpastian untuk Level Manajer Coefficients adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF = (a) .325 + .730 OBSESI TERHADAP KESEMPATAN.

  Si Unstandardized T g.

  Berdasarkan hasil pada table Coefficients baris OBSESI

  Coefficients No. Model

  TERHADAP KESEMPATAN dengan p-value = .000 Std. kurang dari α = 0.05, maka hipotesis null ditolak.

  B Error (Constant) Toleransi

  Tabel 9. Obsesi Terhadap Kesempatan untuk Level

  1.17

  1 Terhadap .799 .678

  1

  9 Asisten Manajer Coefficients (a) Resiko Dan Unstandardized Ketidakpasitan Coefficients T Sig.

  3.37 No. Model .619 .183 Std.

  3 B Error

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif

  1 (Constant) .479 .448 1.068

  1 Obsesi Terhadap .686 .126 5.462 Kesempatan

  Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif karakteristik wirausahawan keempat pada level manajer, yaitu toleransi terhadap resiko dan ketidakpastian, model yang dihasilkan adalah sebagai

  Tabel 10. Obsesi Terhadap Kesempatan untuk Level berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF = .799 + .619 Karyawan Coefficients(a)

TOLERANSI TERHADAP RESIKO DAN

  Unstandardized KETIDAKPASTIAN.

  Berdasarkan hasil pada table Coefficients T Sig.

  No. Model Coefficients

  baris TOLERANSI TERHADAP RESIKO Std.

  B

  DAN KETIDAKPASTIAN dengan p-value = .003

  Error kurang dari α = 0.05, maka hipotesis null ditolak. 1 (Constant) 4.768 1.101 4.331

1 Obsesi Terhadap

  • .359 .280 Kesempatan 1.281

  Tabel

  12. Toleransi Terhadap Resiko dan (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif

  Ketidakpastian untuk Level Asisten Manager Coefficients (a)

  Unstandardized

  Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk

  Si Coefficients T

  karakteristik wirausahawan ketiga pada level asisten

  No. Model g.

  Std.

  manajer, yaitu obsesi terhadap kesempatan, model yang B

  Error

  dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN

  (Constant) 1 3.654 .703 5.194

  1 KOMPETITIF = .479 + .686 OBSESI TERHADAP Toleransi KESEMPATAN.

  Berdasarkan hasil pada table Coefficients

  Terhadap Resiko

  • .262 .217 -1.206

  baris OBSESI TERHADAP KESEMPATAN dengan p- Dan

  Ketidakpastian

  value = .000 kurang dari α = 0.05, maka hipotesis null ditolak. Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif karakteristik wirausahawan ketiga pada level Karyawan, yaitu obsesi terhadap kesempatan, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF = Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk 4.768 - .359 OBSESI TERHADAP KESEMPATAN. karakteristik wirausahawan keempat pada level asisten

  Berdasarkan hasil pada table Coefficients baris OBSESI manajer, yaitu toleransi terhadap resiko dan TERHADAP KESEMPATAN dengan p-value = .221 lebih ketidakpastian, model yang dihasilkan adalah sebagai dari α = 0.05, maka hipotesis null diterima. d. Apakah berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF = 3.654-.262

TOLERANSI TERHADAP RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN.

  No. Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  Error

  1 (Constant) Kreativitas, Kemandirian Dan Kesanggupan Beradaptasi

  .092 .681 .135

  1 .770 .187 4.130

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan kelima pada level asisten, yaitu kreativitas, kemandirian dan kesanggupan beradaptasi, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF = .092 + .770

  KREATIVITAS, KEMANDIRIAN DAN KESANGGUPAN BERADAPTASI

  . Berdasarkan hasil pada table

  Coefficients

  baris KREATIVITAS, KEMANDIRIAN DAN KESANGGUPAN BERADAPTASI dengan p-value = .001 kurang dari α = 0.05, maka hipotesis null ditolak.

  Tabel 16. Kreativitas, Kemandirian dan Kesanggupan Beradaptasi untuk Level Karyawan Coefficients (a)

  B Std.

  No. Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  Error

  1 (Constant) Kreativitas, Kemandirian Dan Kesanggupan Beradaptasi 4.183 1.251 3.344

  1

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan kelima pada level karyawan, yaitu kreativitas, kemandirian dan kemampuan beradaptasi, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF =

  4.183 - .226 KREATIVITAS, KEMANDIRIAN DAN KESANGGUPAN BERADAPTASI

  . Berdasarkan hasil pada table

  Coefficients

  baris KREATIVITAS, KEMANDIRIAN DAN KESANGGUPAN BERADAPTASI dengan p-value = .528 lebih dari α = 0.05, maka hipotesis null diterima.

  f. Apakah motivasi untuk menjadi lebih baik berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif? Untuk menjawab apakah MOTIVASI

  UNTUK MENJADI LEBIH BAIK berpengaruh cukup signifikan terhadap KEUNGGULAN KOMPETITIF, maka perlu dilakukan uji hipotesis: H1 : Kreativitas,

  B Std.

  Tabel 15. Kreativitas, Kemandirian dan Kesanggupan Beradaptasi untuk Level Asisten Manajer Coefficients (a)

  KOMPETITIF = 2.245 + .327 TOLERANSI TERHADAP RESEIKO DAN KETIDAKPASTIAN.

  1 .327 .243 1.344

  Berdasarkan hasil pada table

  Coefficients

  baris TOLERANSI TERHADAP RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN dengan p-value = .251 lebih dari α = 0.05, maka hipotesis null diterima.

  Tabel 13. Toleransi Terhadap Resiko dan Ketidakpastian untuk Level Karyawan Coefficients (a)

  No. Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  B Std.

  Error

  1 (Constant) Toleransi Terhadap Resiko Dan Ketidakpastian

  Untuk menjawab apakah KREATIVITAS, KEMANDIRIAN, DAN KESANGGUPAN BERADAPTASI berpengaruh cukup signifikan terhadap KEUNGGULAN KOMPETITIF, maka perlu dilakukan uji hipotesis: H1 :Kreativitas, kemandirian, dan kesanggupan beradaptasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Hasil dan interpretasi. Dengan menggunakan software SPSS untuk regresi sederhana dihasilkan output berikut ini: Tabel 14. Kreativitas, Kemandirian dan Kesanggupan

  e.Apakah kreativitas, kemandirian, dan kesanggupan beradaptasi berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif?

  Berdasarkan hasil pada table Coefficients baris TOLERANSI TERHADAP RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN dengan p-value = .200 lebih dari α = 0.05, maka hipotesis null diterima.

  2.245 .879 2.555

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan keempat pada level karyawan, yaitu toleransi terhadap resiko dan ketidakpastian, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN

  • .226 .350 -.647

  Berdasarkan hasil pada table Coefficients baris KREATIVITAS, KEMANDIRIAN DAN KESANGGUPAN BERADAPTASI dengan p-value =

  Beradaptasi untuk Level ManajerCoefficients (a)

  No. Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  B Std.

  Error

  1 (Constant) Kreativitas, Kemandirian Dan Kesanggupan Beradaptasi

  • .581 1.042 -.558

  1 1.023 .292 3.503

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan kelima pada level manajer, yaitu kreativitas, kemandirian dan kesanggupan beradaptasi, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

  KEUNGGULAN KOMPETITIF = -.581 + 1.023 KREATIVITAS, KEMANDIRIAN DAN KESANGGUPAN BERADAPTASI.

  • 1.054 .683 -1.542

  B Std. Error

  1 (Constant) Motivasi Untuk Menjadi Lebih Baik

  .384 1.303 .295

  1 .778 .334

  2.33

  2

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif

  2. Apakah pengelolaan sumber daya berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif? Untuk menjawab apakah

  PENGELOLAAN SUMBER DAYA berpengaruh cukup signifikan terhadap KEUNGGULAN KOMPETITIF, maka perlu dilakukan uji hipotesis: H1 :Pengelolaan sumber daya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Hasil dan interpretasi: Dengan menggunakan software SPSS untuk regresi sederhana dihasilkan output berikut ini: Tabel 20. Pengelolaan Sumber Daya untuk Level Manajer Coefficients (a)

  • 1.358
  • .367 .270

  No. Model Unstandardized Coefficients t Sig.

  Error

  B Std.

  1 (Constant) Pengelolaan Sumber Daya

  • .040 .677 -.059

  1 .868 .188 4.623

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk pengelolaan sumber daya pada level manajer, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

  KEUNGGULAN KOMPETITIF = -.040 + .868 PENGELOLAAN SUMBER DAYA

  . Berdasarkan hasil pada table Coefficients baris PENGELOLAAN SUMBER DAYA dengan p-value = .000 kurang dari α = 0.05, maka hipotesis null ditolak.

  Tabel 21. Pengelolaan Sumber Daya untuk Level Asisten Manajer Coefficients (a)

  No. Model Unstandardized Coefficients t Sig.

  B Std.

  Error 1 (Constant) .364 .652 .559

  No. Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  Berdasarkan hasil pada table Coefficients baris MOTIVASI UNTUK MENJADI LEBIH BAIK dengan p- value = .035 k urang dari α = 0.05, maka hipotesis null ditolak.

  Tabel 19. Motivasi Untuk Menjadi Lebih Baik untuk Level Karyawan Coefficients (a)

  Coefficients

  kemandirian, dan kesanggupan beradaptasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Hasil dan interpretasi: Dengan menggunakan software SPSS untuk regresi sederhana dihasilkan output berikut ini: Tabel 17. Motivasi Untuk Menjadi Lebih Baik untuk Level Manajer Coefficients (a)

  No. Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  B Std.

  Error

  1 (Constant) Motivasi Untuk Menjadi Lebih Baik

  1 1.118 .184 6.061

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan keenam pada level manajer, yaitu motivasi untuk menjadi lebih baik, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN

  KOMPETITIF = -1.054 + 1.118 MOTIVASI UNTUK MENJADI LEBIH BAIK.

  Berdasarkan hasil pada table

  baris MOTIVASI UNTUK MENJADI LEBIH BAIK dengan p- value = .000 kurang dari α = 0.05, maka hipotesis null ditolak.

  baris MOTIVASI UNTUK MENJADI LEBIH BAIK dengan p- value = .199 lebih dari α = 0.05, maka hipotesis null diterima. Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan keenam pada level karyawan, yaitu motivasi untuk menjadi lebih baik, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN KOMPETITIF = .384 + .778 MOTIVASI UNTUK MENJADI LEBIH BAIK.

  Tabel 18. Motivasi Untuk Menjadi Lebih Baik untuk Level Asisten Manajer Coefficients (a)

  No. Model Unstandardized Coefficients T Sig.

  B Std.

  Error

  1 (Constant) Motivasi Untuk Menjadi Lebih Baik 4.134 .972 4.254

  1

  (a) Dependent Variable: Keunggulan Kompetitif Dari tabel Coefficients, dapat disimpulkan untuk karakteristik wirausahawan keenam pada level asisten manajer, yaitu motivasi untuk menjadi lebih baik, model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: KEUNGGULAN

  KOMPETITIF = 4.134 - .367 MOTIVASI UNTUK MENJADI LEBIH BAIK.

  Berdasarkan hasil pada table

  Coefficients

  1

  • .740 .210 3.531

  sebagai karakter yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif; Para karyawan perlu mengembangkan

  pengelolaan sumber daya

  merupakan variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan kompetitif.

  Saran. Dari hasil penelitian ini, maka saran yang

  dapat diberikan adalah: Para manajer harus berusaha meningkatkan kinerja dari assiten manajer dan karyawan, serta mengontrol kerja yang dilakukan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif; Para asisten manajer perlu mengembangkan kepemimpinan,

  toleransi terhadap resiko

  dan ketidakpastian serta

  motivasi

  komitmen dan determinasi, kepemimpinan, obsesi terhadap kesempatan, toleransi terhadap resiko

  motivasi

  serta kretivitas, kemandirian dan

  kesanggupan beradaptasi