MAKALAH EPIDEMIOLOGI UKURAN ASOSIASI KHU

MAKALAH EPIDEMIOLOGI
UKURAN ASOSIASI (KHUSUS) PENYAKIT DIARE DI WILAYAH DALAM
PAGAR

Dosen Pembimbing:
Dr. Qomariyatus Sholihah,Dipl.hyp,ST.,M.Kes
19780420 200501 2 002
Nova Annisa,S.Si,MS

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada :

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia nikmat, rahmat, dan hidayah bagi umat-Nya. Atas ridho-Nya jualah kami dapat
menyelesaikan makalah Epidemiologi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari kami adalah untuk
memenuhi tugas.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah ikut berpartisipasi
dalam terlaksananya makalah ini.Terutama ucapan terimakasih kepada ibu Dr. Qomariyatus Sholihah,
Dipl.hyp, ST., M.Kes dan ibu Nova Annisa,S.Si,MS selaku dosen pembimbing mata kuliah
Epidemiologi. Tak lupa juga ucapan terimakasih kepada teman-teman yang selalu memberikan

dukungan dan semangat hingga terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa maklah ini masih mempunyai kekurangan. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran, bimbingan, serta nasihat yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Besar harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
dalam meningkatkan prestasi belajar, serta membina mental seorang pelajar Indonesia seutuhnya.
Amin.

Banjarbaru, 28 Desember 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 48
3.1 Metodologi Penenlitian............................................................................. 48
3.1.1 Rancangan Penelitian........................................................................... 48
3.1.2 Populasi dan Sampel............................................................................ 48
3.1.3 Instrumen Penelitian............................................................................. 48
3.1.4 Variabel Penelitian................................................................................ 48
3.1.5 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 48
3.1.6 Prosedur Penelitian.............................................................................. 49
3.1.7 Pengumpulan dan Pengolahan Data.................................................... 49

3.1.8 Cara Analisis Data................................................................................ 50
3.1.9 Biaya Penelitian.................................................................................... 50
3.1.10 Kerangka Konsep dan Hipotesis......................................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 52
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................... 52
4.2 Pembahasan........................................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 58

5.1 KESIMPULAN.......................................................................................... 58
5.2 SARAN.................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 60
INDEKS......................................................................................................... 63
LAMPIRAN.................................................................................................... 64

DAFTAR TABEL

2.1

Tabel
Tabel 2 x 2 eksposur faktor risiko dan penyakit

Halaman
15

2.2

Notasi Tabel 2 x 2 Pola I Desain Penelitian Kasus-Kontrol


21

2.3

Notasi Tabel 2 x 2 Pola II Desain Penelitian Kasus-Kontrol

22

4.1

Data Perhitungan Resiko Relatif (RR)

52

4.2

Hasil Uji SampleAir Baku (Air Sungai)

52


4.3

Hasil Uji Sample Air Baku (Air Diolah)

53

DAFTAR GAMBAR

1

Gambar
Rancangan Penelitian Kohort

Halaman
14

4.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


54

4.2

Kondisi Air Sungai

54

4.3

Air Sungai Yang Telah Diolah

55

4.4

Kegiatan Sehari-hari Masyarakat yang Tinggal di Daerah
Sungai

55


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Surat Izin Penelitian
2. Surat Pernyataan Persetujuan Sebelum Penelitian (Informed Consent)
3. Hasil Uji Laboratorium Air
4. Lampiran Perhitungan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan
dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat
dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Konsep penyebab dan
proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat kesuatu proses
kejadian penyakit yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifat dengan
penyebab serta dengan lingkungan. Tujuan dari epidemiologi adalah memberikan gambaran
mengenai penyebaran, kecenderungan, dan riwayat alamiah penyakit, menjelaskan penyebab dari
suatu penyakit, meramalkan kejadian suatu penyakit, serta mengendalikan penyebaran penyakit dan

masalah kesehatan lainnya di masyarakat. Epidemiologi menggunakan beragam alat-alat ilmiah, dari
kedokteran dan statistik sampai sosiologi dan antropologi. Banyak penyakit mengikuti arus migrasi
penduduk, sehingga pemahaman tentang bagaimana penduduk bergerak mengikuti musim sangat
penting untuk memahami penyebaran penyakit tertentu pada populasi tersebut. Epidemiologi tidak
hanya berkutat pada masalah penyebaran penyakit, tetapi juga dengan cara penanggulangannya
(Amiruddin. 2011).
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari
hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air
dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah
tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga
mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi
pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan
sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Dewasa ini sungai sering disalah gunakan,
yang akhirnya menyebabkan sungai menjadi tercemar. Pencemaran sungai adalah tercemarnya air

sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan
unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu
kesehatan manusia.Pencemar sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif,
dan asam/basa. Dampak yang disebabkan oleh pencemaran air adalah timbulnya berbagai penyakit,
salah satunnya adalah penyakit diare. Diare merupakan salah satu penyakit menular yang angka

kesakitan dan kematiannya relatif tinggi. Diare adalah berak-berak lembek sampai cair (mencret),
bahkan dapat berupa cair saja, yang lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) yang
ditandai dengan gejala dehidrasi, demam, mual dan muntah, anorexia, lemah, pucat, keratin
abdominal, mata cekung, membran mukosa kering, pengeluaran urin menurun, dan lain
sebagainya.Penyakit menular ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, agen penyebab
penyakit, dan pejamu. Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting
karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara
termasuk Indonesia. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun.
Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun (Depkes R.I. 2000).
Epidemiologi, penyebab penyakit perlu diketahui dengan maksud untuk mengetahui proses
terjadinya penyakit dan berupaya mencegah beraksinya faktor penyebab itu. Dilihat dari segi
epidemiologis, kejadian penyakit umumnya dengan sejumlah penyebab. Sebaliknya satu penyebab
juga menyebabkan beberapa penyakit.Salah satu unsur pokok yang terdapat pada epidemiologi ialah
mempelajari tentang frekuensi masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia dan atau
masyarakat. Dengan demikian untuk dapat memahami epidemiologi dengan baik, haruslah dapat
dipahami pula tentang frekuensi masalah kesehatan tersebut. Pengukuran Asosiasi yang merupakan
hal penting dalam mengetahui penyebaran penyakit. Ukuran Asosiasi berkaitan dengan bagaimana
kejadian atau lingkungan yang berbeda berhubungan satu sama lain atau bagaimana suatu asosiasi
sebab akibat memang ada untuk meyebabkan penyakit. Dengan mengetahui ukuran asosiasi dapat
mengetahui berapa besar kemungkinan bahwa hubungan antar kejadian terbentuk akibat variablevariabel sebab akibat (Budiarto. 2003).

Epidemiologi dikenal beberapa ukuran, yakni resiko relative, rasio laju insidensi, rasio odds,
beda risiko, beda laju insidensi dan penggunaan ukuran. Ukuran-ukuran ini digunakan untuk
mempermudah perhitungan epidomiologi karena masing-masing dari ukuran tersebut memiliki
perbedaan fungsi. Ukuran asosiasi ini digunakan untuk merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi
antara suatu eksposur/faktor risiko dan kejadian suatu penyakit memasukkan suatu perbandingan
frekuensi penyakit antara dua atau lebih kelompok dengan berbagai derajat eksposur.

1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana mengetahui penyebab penyakit diare di daerah Dalam Pagar dan menghitung
rasio penyakit diare?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui ukuran asosiasi penyakit diare dan penyebabnya.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.Mengidentifikasi tingkatan penyakit diare di daerah Dalam Pagar.
2.Mengidentifikasi hubungan penyakit diare dengan keadaan lingkungan
sekitar serta perilaku kehidupan sehari-hari dimasyarakat.
1.4. Manfaat Penelitian
1.Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi masyarakat
sekitar agar masyarakat lebih meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan.

2.Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan referensi
bagi mahasiswa.
3.Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi akan pentingnya
kesehatan lingkungan.
4.Hasil penelitian ini dapat mengingatkan kembali pencegahan penyakit diare
dan penanggulangan penyakitnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari 3 kata dasar yaitu epi yang memiliki arti
pada atau tenang, demos yang memiliki arti penduduk, dan logos yang memiliki arti ilmu
pengetahuan, jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan pada
saat ini, epidemiologi adalah salah satu cabang dari ilmu kesehatan untuk menganalisa distribusi dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan yang bertujuan untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangannya. Pengertian epidemiologi menurut beberapa ahli :
1. Menurut Hirsch (1883) epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis
penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan dengan
kondisi eksternal (Kristiani, 2012).
2. Menurut Greenwood (1970) mengatakan bahwa “epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan
segala macam kejadian yang mengenai kelompok (herd) penduduk”. Dalam kutipan ini adanya
penekanan pada kelompok penduduk yang mengarah kepada distribusi suatu penyakit (Kristiani,
2012).
3. Menurut Brian Mac Mahon (1970) epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab
frekuensi penyakit pada manusia dan penyebab terjadi distribusi semacam itu. Dalam kutipan ini
sudah mulai menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab terjadinya distribusi dari suatu
penyakit (Kristiani, 2012).
4. Menurut ahli lainnya Wade Hampton Frost (1972) mendefinisikan “Epidemiologi sebagai suatu
pengetahuan tentang fenomena massal (mass phenomen) penyakit infeksi atau sebagai riwayat
alamiah (natural history) penyakit menular”. Dalam kutipan ini bahwa pada waktu itu perhatian
epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai
masyarakat/massa (Kristiani, 2012).
5. Menurut Abdel R. Omran (1974) epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi
keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya serta
akibat–akibat yang terjadi pada kelompok penduduk (Kristiani, 2012).
6. Menurut Abdel R. Omran (1974) epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai terjadinya
penyakit pada populasi manusia (Kristiani, 2012).
7. Menurut Robert H. Fletcher (1991) epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang
distribusi dan determinan penyakit dalam populasi (Kristiani, 2012).
8. Menurut Lewis H. Rohf & Beatrice J. Selwyn epidemiologi adalah deskripsi tentang perbedaan
terjadinya peristiwa yang menjadi perhatian medis di subkelompok masyarakat, di mana populasi
dibagi menurut beberapa karakteristik yang diyakini terkena penyakit tersebut (Kristiani, 2012).

9.

Menurut Lilienfeld(1977) epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang
berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi
(Kristiani, 2012).

10. Menurut Moris (1964) epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu
penduduk (Kristiani, 2012).
11. Definisi epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis 2000 menyatakan bahwa
epidemiologi adalah “studi yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan keadaan
kesehatan pada populasi serta penerapannya untuk pengendalian masalah kesehatan” (Kristiani,
2012).
12.

Menurut WHO “Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari
peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa
sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah tersebut”.
Epidemiologi sebagai ilmu diagnosa kesehatan masyarakat, terus menerus berkembang dari

pengalaman menghadapi sepak terjang penyakit sebagai fenomena massa. Ketika wabah penyakit
menular melanda bangsa-bangsa di dunia, epidemologi diartikan sebagai ilmu tentang epidemik
(wabah). Untuk mengatasi suatu wabah yang tengah berkecamuk, perlu diketahui bagaimana
menjalarnya wabah tersebut dengan mengamati siapa-siapa yang terserang, dimana wabah
menyerang, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyerang sejumlah orang tertentu.
Sesuai peranannya pada masa itu epidemiologi dirumuskan sebagai ilmu tentang fenomena massa
penyakit infeksi (Frost, 1927).
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari ilmu Kesehatan Masyarakat (Public Health)
yang menekankan perhatiannya terhadap keberadaan penyakit ataupun masalah kesehatan lainnya
dalam masyarakat. Keberadaan penyakit dalam masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara
kuantitatif. Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu metode pendekatan yang
banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah kesehatan (M.N Bustan, 2006).
Menurut asal katanya, secara etimologis, Epidemiologi bearti ilmu mengenai kejadian yang
menimpa penduduk. Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, di mana epi = upon, pada atau tentang
demos = people, penduduk dan logia = knowledge, ilmu. Nama epidemiologi sendiri berkaitan dengan
sejarah kelahirannya dimana epidemiologi memberikan perhatian tentang penyakit yang mengenai
penduduk. Penyakit yang banyak menimpa penduduk pada waktu itu hingga akhir abad 19 adalah
penyakit wabah atau epidemic. Epidemiologi memberikan perhatian tentang epidemic yang banyak
menelan korban kematian, dan begitulah nama Epidemiologi tidak bisa dilepaskan dengan epidemi itu
sendiri (M.N Bustan, 2006).

Secara etimologis epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang berhubungan
dengan peristiwa yang banyak terjadi pada rakyat, yakni penyakit dan kematian yang diakibatkannya
yang disebut epidemi. Epidemiologi merupakan studi distribusi dan determinan kesehatan yang terkait
keadaan atau peristiwa dalam populasi tertentu, dan aplikasi studi ini untuk mengendalikan masalah
kesehatan (Murti, Bhisma. 2011).
Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai
sebab akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi antara manusia (pejamu)
dengan berbagai sifatnya (Biologis, Fisiologis, Psikologis, Sosiologis dan Antropologis) dengan
penyebab (Agent) serta dengan lingkungan (Enviroment) (Nur Nasry Noor, 2000). Menurut salah
seorang ahli John Bordon, Model segitiga epidemiologi menggambarkan interaksi tiga komponen
penyakit yaitu Manusia (Host), penyebab (Agent) dan lingkungan (Enviromet).
Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan pemahaman masingmasing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan antar ketiga komponen
tersebut”. Model ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemilogi dan cocok
untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab peran agent (yakni mikroba) mudah di
isolasikan dengan jelas dari lingkungan (Purnawinadi, 2014).
Pada saat ini dengan perkembangan teknologi seperti sekarang ini memicu jangkauan
epidemiolgi semakin meluas. Secara garis besarnya jangkauan atau ruang lingkup epidemiologi
antara lain :
1. Epidemiologi penyakit menular
Penyakit menular atau infeksi penyakit merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
bakteri, virus, maupun parasit, tetapi tidak disebabkan oleh faktor fisik. Penyakit menular termasuk
penyakit yang menakutkan karena penyakit ini masih sulit dalam pengobatannya dan bisa
menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Hal ini yang telah banyak memberikan peluang
dalam usaha pencegahan dan penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia
mengatasi berbagai gangguan penyakit menular dewasa ini merupakan salah satu hasil yang
gemilang dari epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilans pada mulanya hanya ditujukan pada
pengamatan penyakit menular secara seksama, ternyata telah memberikan hasil yang cukup berarti
dalam menangulangi berbagai masalah penyakit menular dan juga penyakit tidak menular (Dinfania,
2010).
2. Epidemiologi penyakit tidak menular
Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang tidak menular seperti cacat fisik, gangguan
mental, dan kelainan-kelainan lain pada organ tubuh manusia. Penyakt tidak menular menjadi

penyebab kematian terbesar di Indonesia. Pada saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha
mencari berbagai factor yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak
menular seperti kanker, penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun lainnya, termasuk
masalah meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bidang ini
banyak digunakan terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat dengan
berbagai gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai bidang industri yang banyak
mempengaruhi keadaan lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial
budaya (Dinfania, 2010).
3. Epidemiologi klinik
Hal ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang saat ini dikembangkan oleh para klinisi
yang bertujuan untuk membekali para klinisi/dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin
ilmu epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas medis terutama
para dokter sering menggunakan prinsip-prinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara
individual. Mereka lebih berorientasi pada penyebab dan cara mengatasinya terhadap kasus secara
individu dan biasanya tidak tertarik unutk mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara
penularan dan sifat penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi
tersebut, merupakan data informasi yng sangat berguna dalam analisis epidemiologi tetapi harus pula
diingat bahwa epidemiologi bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi merupakan suatu
disiplin ilmu yang memeliki metode pendekatan serta penerapannya secara khusus (Dinfania, 2010).
4. Epidemiologi kependudukan
Epidemiologi kependudukan merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang
menggunakan sistem pendekatan epidemiolgi dalam menganalisi berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan bidang demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan
demografis yang terjadi didalam masyarakat. Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak
hanya memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam
hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat
berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa,
yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan
kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini
peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan sebagai dasar dalam
mengambil kebijakan dan dalam menyusun perencanaan yang baik. Juga sedang dikembangkan
epidemiologi sistem reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga berencana dan
kependudukan (Dinfania, 2010).

5. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Hal ini merupakan salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalis masalah,
mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan pemecahan masalah tersebut
secara menyeluruh dan terpadu. Sistem pendekatan epidemiologi dalam perencanaan kesehatan
cukup banyak digunakan oleh para perencana kesehatan baik dalam bentuk analisis situasi,
penentuan priorita dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan yang bersifat umum
maupun dengan sasaran khusus (Dinfania, 2010).
6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Hal ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari serta menganalisis
keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang
bersifat fisik, kimia, biologis maupun sosial budaya, serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini
sangat berguna dalam analisis tingkat kesehatan pekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan
kerja serta penyakit akibat kerja (Dinfania, 2010).
7. Epidemiologi kesehatan jiwa
Epidemiologi kesehatan jiwa merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah
gangguan jiwa dalam masyarakat, baik mengenai keadan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu,
maupun analisis berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat yang lebih banyak mengarah ke
masalah kejiwaan disertai dengan perubahan sosial masyarakat menuntut suatu cara pendekatan
melalui epidemiologi sosial yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat bahwa
dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah kesehatan individu saja, tetapi
telah merupakan masalah sosial masyarakat (Dinfania, 2010).
8. Epidemiologi gizi
Saat ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini erat
hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup masyarakat. Pendekatan masalah
gizi masyarakat melaui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang
berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis dan
terutama yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat. Penanggulangan maslah gizi
masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi yang lebih mengarah kepada penanggulangan
berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak
hanya terbatas pada sasaran individu atau lingkungan kerja saja (Dinfania, 2010).
Perkembangan epidemiologi sedemikian pesatnya merupakan tantangan bagi tenaga
kesehatan yang harus lebih cermat dalam mengambil tindakan-tindakan yang tidak melenceng dari

jangkauan tersebut. Adapun yang menjadi pemicu perkembangan pesat tersebut adalah
perkembangan pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih yang menununtut peningkatan
kebutuhan masyarakat utamanya dalam bidang kesehatan sehingga kehidupan masyarakat yang
semakin kompleks. Selain itu, metode epidemiologi yang digunakan untuk penyakit menular dapat
juga digunakan untuk penyakit non-infeksi.Ruang lingkup kajian epidemiologi mencakup penyakit
menular wabah, penyakit menular bukan wabah, penyakit tidak menular, dan masalah kesehatan
lainnya. Secara praktis ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu studi mengenai fenomena dan studi mengenai penduduk. Epidemiologi memiliki
beberapa keistimewaan diantaranya :
a.

Epidemiologi yangmempelajari populasi (kelompok orang), tetapi tidak
mempelajari individu.

b.

Epidemiologi yang mempelajari perbandingan antara satu kelompok dengan
kelompok lainnya dalam masyarakat.

c. Epidemiologi yang mempelajari apakah kelompok dengan kondisi tertentu lebih sering memiliki
suatu karakteristik tertentu daripada kelompok tanpa kondisi tersebut. Kelompok yang lebih sering
memiliki karakteristik tertentu tersebut dinamakan kelompok beresiko tinggi sedangkan kelompok
yang kurang memiliki karakteristik tertentu dinamakan kelompok beresiko rendah.
(Sukmaardy, 2010).
Tujuan dari epidemiologi adalah memberikan gambaran mengenai penyebaran, kecenderungan,
dan riwayat alamiah penyakit, menjelaskan penyebab dari suatu penyakit, meramalkan kejadian suatu
penyakit, serta mengendalikan penyebaran penyakit dan masalah kesehatan lainnya di masyarakat.
Tujuan epidemiologi menurut seorang ahli adalah untuk :
a. mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko penyakit/masalah kesehatan;
b. menentukan tingkat, jangkauan atau luasnya penyakit/masalah kesehatan
mempelajari perjalanan alamiah dan prognosis penyakit di masyarakat
c. mengevaluasi cara-cara pencegahan dan penatalaksanaan, baik yang sudah ada sebelumnya
maupun yang baru, dan
d. menyediakan dasar bagi pengembangan keputusan dan kebijakan kesehatan.
(Gordis, 2004).
Kegunaan epidemiologi adalah untuk memperoleh informasi mengenai riwayatalamiah
penyakit, proses terjadinya suatu penyakit, serta informasi mengenaipenyebaran penyakit pada
berbagai kelompok masyarakat. Selain itu jugaepidemiologi dapat digunakan untuk mengelompokkan
penyakit, membuat program pemeliharaan kesehatan, dan membuat cara-cara untuk mengevaluasi

program pemeliharaan kesehatan yang dilakukan.Kegunaan epidemiologi makin meluas tidak hanya
mengenai penyakit tetapi mengenai masalah-masalah kesehatan lainnya. Epidemiologi tidak hanya
digunakan untuk keadaan-keadaan kesehatan yang bersifat populasi tetapi juga di klinik kedokteran
yang umumnya bersifat individual atau bersifat populasi maka populasinya terbatas dan berciri khusus
yaitu para penderita klinik tersebut. Epidemiologi juga banyak digunakan untuk mengevaluasi program
pelayanan kesehatan. Selain perannya yang tradisional yaitu mencari dan atau menentukan etiologi
penyakit (Budiarto, 2003).
Salah satu ahli menyatakan bahwa epidemiologi berguna dalam 9 hal yaitu:
a. Penelitian sejarah- apakah kesehatan masyarakat membaik atau menjadi
lebih buruk ?
b. Diagnosis komunitas-masalah kesehatan yang aktual dan yang potensial?
c. Kerjanya pelayanan kesehatan-Efficacy, Effectiveness, Efficiency
d. Resiko individual dan peluang-Actuarial risks, penilaian bahaya kesehatan
e. Melengkapi gambaran klinik-penampilan penyakit yang berbeda
f. Identifikasi sindroma “Lumping and spitting”
g. Mencari penyebab Case control and cohort studies
h. Mengevaluasi simptoms dan tanda-tanda
i. Analisis keputusan klinis (Last, 1987).
Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari
epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi dan determinan penyakit atau fenomena
lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk
memperoleh informasi tentang penyebab penyakit, misalnya:
1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat keracunan makanan dapat
digunakan untuk mengungkapkan makanan yang tercemar dan menemukan penyebabnya
2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara karsinoma paru-paru
dengan asbes
3. Menetukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaabn hewan konsisten dengan data
epidemiologis. Misalnya, percobaan tentang terjadinya karsinoma kandung kemih pada hewan
yang diolesi tir. Untuk mengetahui apakah hasil percobaan hewan konsisten dengan kenyataan
pada manusia, dilakukan analisis terhadap semua penderita karsinoma kandung kemih lebih
banyak terpajan oleh rokok dibandingkan dengan bukan penderita
4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun
perencanaan, penanggulangan masalah kesehatan, serta menentukan prioritas masalah

kesehatan masyarakat; misalnya: Keuntungan atau kelebihan rancangan kasus control yaitu,
memungkinkan meneliti penyakit-penyakit yang jarang terjadi, memungkinkan meneliti penyakit
yang memiliki masa laten yang lama antara paparan dan manifestasi klinis, dapat dilaksanakan
pada periode waktu yang singkat, jika dibandingkan dengan penelitian kohort, penelitian kasus
control relative lebih murah, dan dapat meneliti beberapa hal sekaligus yang memiliki potensi
sebagai penyebab penyakit.Akan tetapi, rancangan ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti,
kemungkinan adanya bias recall karena informasi mengenai paparan diperoleh dari riwayat dahulu
berdasarkan wawancara, validasi dari informasi mengenai adanya paparan bisa jadi sulit untuk
dilakukan, informasinya tidak legkap, atau bahkan tidak memungkinkan, hanya memusatkan
perhatian pada satu penyakit saja, biasanya tidak dapat menyediakan informasi mengenai angka
kejadian penyakit, secara umum tidak lengkap, pemilihan kontrol yang tepat bisa jadi merupakan
hal yang sulit, metode penelitian bisa jadi sulit dipahami oleh orang yang bukan ahli epidemiologi
dan interpretasi hasil bisa jadi sulit (Meirik, 2012).
b. Cohort
Studi Kohort adalah rancangan studi yang memepelajari hubungan antara paparan dan penyakit,
dengan melakukan perbandingan antara kelompok terpapar

dan kelompok tidak terpapar,

berdasarkan status paparan. Ciri studi ini pemilihan subjek berdasarkan kan status paparannya, dan
kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subjek dalam perkembangannya mengalami
penyakit atau tidak. Risiko Relatif digunakan untuk menghitung rasio antara dua kelompok serta
membandingkan insidensi antara kelompok yang terpapar dengan kelompok yang tidak terpapar.
Penggunaan lain dari risiko relatif yakni dapat digunakan dalam angka serangan untuk mengukur
resiko pajanan terhadap makanan atau pajanan terhadap zat kimia atau risiko di industri. Pada
umumnya rancangan kohort merupakan penelitian epidemiologi longitudinal prospektif, yaitu:
a) Dimulai dari status keterpaparan
b) Arahnya selalu maju

Rancangan penelitian kohor dapat digambarkan sebagai berikut:

Efek
Faktor Risiko (FR)

ya

Populasi

Populasi

tida
k

subjek:
Sampel orang
sehat tanpa
sakit

ya
Populasi

Waktu

tida
k

Arah pengumpulan data
Gambar 1 rancangan Penelitian kohort

Penelitian ini dimulai dengan memilih sampel kelompok (subjek) sehat dari suatu populasi.
semua subjek penelitian harus bebas dari penyakit atau efek yang diteliti. Setelah itu subjek-subjek
dengan maupun tanpa paparan faktor risiko diikuti terus secara prospektif sampai timbul efek atau
penyakit tertentu. Hasilnya memberikan nilai perhitungan asosiasi yang disebut Risiko relatif (Relative
Risk).
Desain Cohort ini merupakan desain prospektif (melihat ke masa yang akan datang). Dalam
penelitian prospektif, paparan diukur sekarang dan hasilnya (sakit atau tidak) diukur di masa yang
akan datang. Dengan demikian, pengambilan data dimulai dari individu yang terpapar dan tidak
terpapar, kemudian diikuti ke depan apakah ia menderita sakit atau tidak(Meirik, 2012).
Sebagai suatu asosiasi, untuk memudahkan analisis terhadap data penelitian kohor, perlu
adanya pemahaman kerangka tabulasi yang baku. risiko relatif dapat digambarkan dalam suatu
matriks empat sel 2 x 2 yang mempresentasikan adanya eksposur faktor risiko dan penyakit (Ryadi,
dkk., 2010).

Tabel 2.1
Tabel 2 x 2 eksposur faktor risiko dan penyakit:

Eksposur
(+)
(-)
Total

Outcome/ efek
(+)
(-)
A
B
C
D
(a+c)
(b+d)

Total
(a+b)
(c+d)

Pada kerangka tabel tersebut, yang disebut dengan insiden kasus kelompok terpapar adalah a/
(a+c), sedangkan insiden kasus kelompok tidak terpapar adalah b/(b+d).
Dimana risiko relatif pada penelitian kohor adalah:

RR=

insiden kasus terpapar
insidenkasustidakterpapar

RR=

a/(a+ c)
(b+d ) a(b+ d)
a
=
×
=
b/(b+d ) (a+ c)
b
b( a+c )

Interpretasi:
1) RR = 1 , faktor risiko bersifat netral, risiko kelompok terpapar sama dengan kelompok tidak
terpapar.
2) RR > 1 , Confient Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan sakit.
3) RR < 1 , Confient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit (Bustan,
2006).
Beberapa keuntungan dari penelitian Cohort antara lain, informasi mengenai paparan subyek
bisa lengkap, termasuk pengendalian mutu data dan pengalaman sebelumnya, memberikan urutan
waktu yang jelas antara paparan dan penyakit, terdapat
a. Data frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat dimasyarakat dapat digunakan untuk
menyusun rencana kebutuhan pelayanan kesehatan disuatu wilayah dan menentukan prioritas
masalah.
b. Bila dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insidensi tetanus neonatorum disuatu
wilayah cukup tinggi maka data tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi yang efektif dan
efisien dalam menggulangi masalah tersebut, misalnya dengan mengirirm petugas lapangan untuk
memberikan penyuluhan pada ibu-ibu serta mengadakan imunisasi pada ibu hamil.
(Budioro, 2007). Metode penelitian Epidemiologi dapat di lakukan dengan berbagai macam,
beberapa di antaranya adalah :
a. Rancangan Kasus control

Rancangan penelitian kasus kontrol dilakukan untuk membantu menentukan apakah sebuah
paparan/ karakteristik tertentu berhubungan dengan sebuah outcome. Selain untuk menentukan
hubungan yang bersifat causal (penyebab), penelitian kasus kontrol juga memiliki potensi untuk
mencari hubungan yang bersifat non-causal misalnya karena adanya chance (kesempatan) atau
pengaruh faktor lain yang berhubungan dengan baik paparan maupun outcome penyakit (Meirik,
2012). Pada metode kasus kontrol ini dilakukan perbandingan antara kasus (orang yang
mengalami sakit) dengan kontrol (individu yang tidak memiliki penyakit), dalam hal adanya paparan
/ karakteristik tertentu di masa sebelumnya, yang memiliki potensi sebagai penyebab / faktor risiko.
Dengan demikian, dalam studi kasus kontrol, hasilnya diukur sekarang dan eksposur diperkirakan
dari masa lalu.Titik awalnya dimulai dari subyek yang memiliki penyakit / kondisi yang diteliti
(kasus). Adanya karakteristik atau adanya paparan pada riwayat kasus inilah yang kemudian
direkam atau dicatat.
Demikian pula pada kelompok pembanding atau kontrol, dilakukan pencatatan mengenai
kesempatan untuk meneliti beberapa outcome sekaligus yang terkait dengan paparan tertentu,
memungkinkan perhitungan angka insidensi (absolute risk) dan RR (relative risk), metodologi dan
hasil penelitian mudah dipahami oleh kalangan non-ahli epidemiologi, memungkinkan meneliti
paparan-paparan yang relatif jarang didapatkan.Meskipun demikian, rancangan kohort ini juga
memiliki beberapa kekurangan seperti, kurang sesuai untuk penyakit-penyakit yang jarang terjadi
karena dibutuhkan subyek dalam jumlah yang besar, tidak sesuai apabila terdapat waktu yang cukup
panjang antara paparan dan manifestasi klinis penyakit. Tetapi, hal ini dapat diatasi dengan model
penelitian cohort retrospektif (historical cohort)yaitu sebagai berikut :
1. Pola paparan dapat mengalami perubahan selama penelitian tersebut dilaksanakan. Sebagai
contoh, seumpama ketika kita meneliti mengenai paparan berupa kontrasepsi oral, dapat terjadi
perubahan komposisi selama pelaksaan penelitian yang mempengaruhi hasilnya menjadi kurang
relevan.
2. Upaya untuk mempertahankan tingkat follow up yang tinggi (jumlah subyek

yang bisa dilakukan

follow up) bisa jadi merupakan hal yang sulit.
3. Rancangan kohort cukup mahal untuk dilaksanakan karena biasanya dibutuhkan jumlah subyek
yang besar.
4. Data baseline selain dari faktor paparan mungkin hanya sedikit karena banyaknya subyek
menjadikan tidak mungkin untuk dilakukan wawancara yang lama. (Meirik, 2012).
b. Cross-sectional

Penelitian cross-sectional dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara penyakit
dan penyebab yang mungkin seperti halnya dalam penelitian kasus control maupun kohort. Hanya
saja, dalam penelitian cross-sectional, baik variable tergantung maupun variabel independen (hasil
dan paparan) keduanya diukur pada saat yang bersamaan yaitu di masa sekarang. Jadi, penelitian
ini lebih merupakan potret pada suatu waktu dari yang diamati.
Bentuk paling sederhana dari sebuah survey di populasi adalah pengukuran prevalensi
penyakit pada satu waktu. Penelitian cross-sectional memiliki beberapa kegunaan seperti, survei
nasional multi tujuan (Riskesdas atau riset kesehatan dasar Indonesia), misalnya untuk mempelajari
tren faktor risiko atau gejala, identifikasi penyebab penyakit, dan evaluasi kebutuhan kesehatan.
Kegunaan berikutnya seperti, penelitian untuk mengetahui prevalensi penyakit, dan kegunaan
selajutnya yaitu penelitian etiologi penyakit, khususnya yang tidak memiliki onset (tanggal mulai
gejala) yang jelas, misalnya pada penyakit bronkhitis kronis. Aktivitas Epidemiologi, antara lain:
1.

Pengumpulan dan analisis pencatatan vital (kelahiran dan kematian)

2. Pengumpulan dan analisis data morbiditas dari rumah sakit, lembaga kesehatan, klinik, dokter dan
industri
3. Pemantauan penyakit dan masalah kesehatan komunitas yang lain
4.

Investigasi kejadian luar biasa yang mengarahkan program pemberantasan atau pencegahan
epidemik dan masalah kesehatan komunitas yang lain

5. Merancang dan melaksanakan penelitian kesehatan
6.

Merancang dan melaksanakan registrasi kesehatan untuk masalah yang menjadi

perhatian

seperti: cacat lahir, insidens kanker, atau penggunaan napza
7. Skrining (penapisan) untuk penyakit
8. Penilaian efektivitas keberadaan pengobatan yang baru
9. Mendeskripsikan riwayat alamiah penyakit
10. Identifikasi individu atau kelompok pada populasi umum terhadap

peningkatan risiko

perkembangan penyakit tertentu
11. Identifikasi keterkaitan etiologi penyakit
12.

Identifikasi masalah kesehatan masyarakat dan pengukuran besar distribusi, frekuensi, atau
dampak pada kesehatan masyarakat (Amiruddin, 2011).
Jika kita berbicara tentang epidemiologi tentu saja berkaitan dengan industri. Penyakit akibat

kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan
kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artificial atau man mad
disease. Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang

digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja. Pada umumnya faktor penyebab
dapat dikelompokkan dalam 5 golongan antara lain: golongan fisik (suara/bising), radiasi, suhu
(panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik), golongan
kimiawi (bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan
kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut), golongan biologis (bakteri, virus
atau jamur), golongan fisiologis (biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja),
golongan psikososial (lingkungan kerja yang mengakibatkan stress). Pemanfaatan epidemiologi K3
sangat dibutuhkan dalam rangka menganalisis status kesehatan seorang pekerja.
Setelah kita tahu makin banyaknya penyakit yang ditimbulkan karena penyakit akibat kerja
berdasarkan data yang diperoleh dari International Labor Organization (ILO) bahwa setiap hari terjadi
1.1 juta kematian yang disebakan oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan.
Sesuai dengan pengertiannya, epidemiologi K3 berguna untuk mnganalisis keadaan kesehatan
tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja, baik yang bersifat fisik, kimiawi,
biologis maupun sosial budaya, serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam
analisis tingkat kesehatan pekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit
akibat kerja. Dalam beberapa situasi, epidemiologi K3 juga digunakan untuk menaksir kesehatan
seorang pekerja yang sudah terkena suatu paparan (Bonita, 2006).
Ukuran asosiasi termasuk salah satu dari tiga ukuran dalam epidemiologi. Ukuran asosiasi
merupakan ukuran yang didasarkan akibat pemaparan dari suatu penyakit dan berfungsi untuk
mengukur keeratan hubungan statistik antara faktor tertentu dengan kejadian penyakit yang diduga
merupakan akibat pemaparan tersebut. Hubungan antara pemaparan dan akibatnya diukur dengan
menggunakan Risiko Relatif (Relative Risk) dan Rasio Odds (Odds Ratio) (Bustan,2006).
Ukuran asosiasi juga merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu eksposur/faktor
risiko dan kejadian suatu penyakit. Memasukkan suatu perbandingan frekuensi penyakit antara dua
atau lebih kelompok dengan berbagai derajat eksposur. Beberapa ukuran asosiasi juga digunakan
untuk mengestimasi efek penyakit yang ditimbulkan (Azwar,1999). Ukuran asosiasi terdiri dari :
1. Ukuran Rasio
1.1 Risiko Relatif
Risiko relatif adalah ukuran yang menunjukkan besarnya resiko untuk mengalami penyakit
pada populasi terpapar dibandingkan dengan populasi tidak terpapar. Resiko relatif atau Relative Risk
dipakai dalam studi epidemiologi untuk menjelaskan apakah ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen atau ratio antara dua proporsi. Ratio antara 2 proporsi ini

adalah proporsi faktor resiko penyakit positif (terpapar) dengan faktor resiko penyakit negatif (tidak
terpapar). Relative risk biasanya dipakai untuk penelitian kohort (Anonim1, 2010)
Risiko relatif sering disebut sebagai rasio risiko (risk ratio) adalah perbandingan risiko peristiwa
tertentu pada kelompok-kelompok orang yang berbeda. Risiko relatif (RR) biasanya digunakan untuk
memperkirakan paparan terhadap sesuatu yang dapat mempengaruhi kesehatan. Risiko relatif adalah
rasio angka insidensi penyakit karena paparan dibandingkan dengan angka insidensi penyakit yang
sama tanpa terpapar, dengan rumus sebagai berikut:
Relative Risk = Angka insidensi penyakit dalam kelompok yang terpapar
Angka insidensi penyakit dalam kelompok tanpa terpapar
Risiko relatif digunakan hanya sebagai pengukur probabilitas, dengan ini dapat dipertanyakan
berapa peluang kelompok menjadi sakit jika mereka terpapar dan berapa peluang mereka tidak kena
sakit kalau tidak terpapar (Magnus, 2010).
Risiko relatif berhubungan dengan penelitian kohort. Penelitian kohort disebut juga penelitian insiden
atau penelitian prospektif karena dikaitkan dengan waktu pengumpulan datanya, bukan menyatakan
hubungan antara eksposur dan efeknya. Kelebihan utama dari penelitian ini adalah metodenya yang
memungkinkan mengamati bagaimana suatu faktor keterpaparan berlangsung hingga memungkinkan
terjadinya efek.
1.2 Rasio Odds (OR)
Odds ratio (OR) atau rasio odds adalah kemungkinan paparan faktor risiko pada kelompok
kasus dengan kemungkinan paparan faktor risiko pada kelompok kontrol (Kasjono dan Kristiawan,
2009). Definisi lain odds ratio menurut Magnus (terj., Belawati, dkk., 2010) adalah ukuran yang
digunakan untuk menjelaskan asosiasi yang di dapatkan dalam penelitian kasus-kontrol. Ukuran ini
menggunakan tabel 2x2 dengan notasi yang sama untuk menjelaskannya. Terdapat dua pola desain
tabulasi pada penelitian kasus-kontrol. Pola desain tersebut yaitu sebagai berikut:

Penyakit
(+)
(-)
Total

Tabel 2.2
Notasi Tabel 2 x 2
Pola I Desain Penelitian Kasus-Kontrol
Eksposur
(+)
(-)
(a)
(b)
(c)
(d)
(a+c)
(b+d)
Tabel 2.3.

Total
(a+b)
(c+d)
(a+b+c+d)

Notasi Tabel 2 x 2
Pola II Desain Penelitian Kasus-Kontrol
Penyakit
Eksposur
(+)
(-)
(+)
(a)
(c)
(-)
(b)
(d)
Total
(a+b)
(c+d)
(Ryadi dan Wijayanti, 2011).

Total
(a+c)
(b+d)
(a+b+c+d)

Tabel Odds ratio merepresentasikan probabilitas untuk berada dalam kelompok yang sesuai
(concordant group), dimana huruf (a) mewakili kelompok yang terpajan dan sakit serta (d) mewakili
kelompok yang tidak terpajan dan tidak sakit., atau berada dalam kelompok yang tidak sesuai
(discordant group), dimana (b) mewakili kelompok yang tidak terpajan namun sakit serta (c) mewakili
kelompok yang terpajan namun tidak sakit. Baik pada pola I maupun pola II, rumus untuk mencari
rasio odds-nya yaitu :

¿ ( Odds Ratio )=

( a ) x (d )
( b ) x(c)

Pada dasarnya kedua pola tersebut menunjukkan hasil rasio odds yang sama, hanya berbeda
pada penempatan eksposur dan outcome-nya pada sistem tabulasi. Pada umumnya, pola II lebih
banyak digunakan. Rasio odds digunakan dalam penelitian kasus-kontrol dan bukan penelitian kohort.
Hal ini karena desain dan ukuran penelitian kohort terkait secara integral, dan tidak dibenarkan untuk
mengubah salah satunya tanpa mengubah yang lain. Kita tidak mungkin menyamakan kelompok yang
tidak terpajan di dalam penelitian kohort dengan jumlah kasus dan kontrol yang tidak terpajan di
dalam penelitian kasus-kontrol. Pada penelitian kasus-kontrol dengan perhitungan rasio odds-nya
sampel kasus harus bersifat tetap, sedangkan pada kohort bisa bertambah. Oleh karena jumlah
sampel kasus tetap, maka harus dilihat pada peluang seseorang untuk mendapatkan pajanan yang
menjadikannya sakit bukan risiko seseorang menjadi sakit (Magnus, Belawati, dkk., 2010).
Pada penelitian kasus-kontrol, studi kasus yang digunakan dalam penelitian bukan kasus
insidensi, tetapi sering berupa prevalensi (mencakup kasus baru dan kasus lama), sedangkan untuk
penelitian kohort, studi kasus yang digunakan berupa kasus insidensi sehingga RR (risiko relatif) pada
kasus-kontrol tidak dapat dihitung langsung dengan perhitungan pada metode kohort. Karena data
yang di dapat pada kasus-kontrol lebih banyak prevalensi, maka RR yang digunakan adalah RR yang
disebut rasio odds (Ryadi dan Wijayanti, 2011).
Jika penyakit yang hendak diselidiki itu merupakan penyakit yang relatif langka, misalnya penyakit
kanker atau kardiovaskular, dan sampel kelompok kontrol ditentukan tanpa bergantung pada pajanan,
maka rasio odd akan merepresentasikan aproksimasi RR. Ini terjadi karena a