PRINSIP DAN STRATEGI PENERAPAN “PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP” DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI
PRINSIP DAN STRATEGI PENERAPAN “PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP” DALAM PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI Dwinanta Utama
Kedeputian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
E-mail: dwinanta@ekon.go.id
Abstract Public Private Partnership (PPP), recently is becoming popular issue among stakeholders in infrastructure development in Indonesia. In other countries, infrastructure facilities such as Toll Road, Water Supply Network, Electricity Power, Harbour, Airport, Health Services, and Education have already been using PPP scheme. PPP is needed due to the limitation of government budget, infrastructure life time based on the quantity and the quality, and also the private sector skill/technology capability. In term of infrastructure quality competitiveness, based on the survey resulted in the World Competitiveness Report 2008-2009, showed that Indonesia is on the 96th rank among 134 countires surveyed. It can be argued that Indonesian infrastructure quality is still low in comparison to the other South East Asian Countries, even from its neighborhood countries. Government budget for infrastructure investment including transportation in 2010-2014 is very limited namely around 32% including from bilateral and multilateral loan. Therefore the 62% government budget remains must be fulfilled by another scheme such as Public Private Partnership.
Kata kunci: public private partnership, penyediaan infrastruktur transportasi
1. PENDAHULUAN
Private Partnership (PPP), semakin menjadi
perhatian para pemangku kepentingan dalam pembangunan Infrastruktur di Indonesia akhir- akhir ini. Diluar negeri fasilitas infrastruktur seperti Jalan Tol, Jaringan Air Minum, Listrik, Pelabuhan Laut dan Udara, pelayanan kesehatan dan pendidikan telah banyak yang menggunakan skema ini. Akan sangat bermanfaat bila para perencana dan pengambil keputusan dalam pembangunan infrastruktur bagi pelayanan publik memahami lebih dalam tentang bentuk kerjasama ini sebagai salah satu alternatif dalam pengadaan infrastruktur atau pelayanan kepada warganya. Dalam skema ini pemerintah dapat membagi tugas penyelenggaraan infrastruktur dan pelayanan swasta, sehingga pemerintah dapat lebih berkonsentrasi kepada tugas-tugas lainnya yang lebih penting.
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) atau Public
Penjara, Rumah Sakit, Asrama Polisi dll. Prinsip yang dianut secara mendasar dalam KPS adalah Efektifitas dan Efisiensi Biaya; Transfer Resiko kepada swasta; Nilai uang yang di peroleh (value
for money).
Membandingkan dengan negara-negara di Eropa saat ini, ternyata sekitar 60% KPS disana masih dialokasikan untuk proyek jalan tol. Begitu juga di Indonesia sebagian besar KPS adalah dalam bentuk pengusahaan jalan tol. Namun tentunya KPS ini tidak hanya untuk melayani pembangunan jalan tol saja tapi perlu dikembangkan untuk pelayanan publik lainnya di Indonesia seperti Jaringan Kereta Api, Pelayanan Angkutan Umum, Rumah Sakit, Sekolah dan lain- lain. Perlu kiranya diteliti lebih dalam lagi aspek- aspek apa yang membuat bisnis jalan tol lebih diminati, dan menerapkannya/ menurunkannya untuk pelayanan lain agar para penanam modal swasta dapat membantu penyelenggaraan pelayanan di sektor lain.
Pelaksanaan KPS pada masa yang akan datang akan menjadi trend dengan pendekatan
Multifunction Approach, yakni integrasi dari
berbagai fungsi seperti perumahan, prasarana (infrastruktur), sarana perdagangan,
________________________________________________________________________________________________________________
Prinsip Dan Strategi Penerapan...............( Dwinanta Utama)145
Diterima 1 November 2010; terima dalam revisi 8 Desember 2010; layak cetak 20 Desember 2010
Negara-negara lain sudah melaksanakan KPS sekitar lima puluh tahun yang lalu seperti Portugal dan Inggris untuk jalan Tol juga Belanda, Amerika, Jepang untuk infrastruktur lainnya seperti Gedung Kantor Pemerintahan, Sekolah, trend Multiactor Approach dimana pihak-pihak yang terlibat dalam kerjasama ini semakin banyak seperti Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Investor, Kontraktor, Konsultan, Bank dan lain-lain.
Tantangan utama dari pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang optimal dan berkesinambungan. Untuk itu sistem transportasi yang handal dan efisien adalah pilar utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal, karena sistem transportasi merupakan urat nadi perekonomian. Selain itu sistem transportasi yang handal dan efisien akan menurunkan biaya produksi barang dan jasa.
terdapat dua Badan Usaha Milik Negara sebagai operator yaitu Angkasa Pura I dan Angkasa Pura
2.3. Pengertian Public Private Partnership (PPP)
Analisis dilakukan berdasarkan data sekunder, kemudian dikaitkan dengan referensi-referensi yang ada.
2.2. Metode
II. Sedangkan proyek PPP yang sedang diusulkan meliputi Bandara Kertajati, Jawa Barat; Bandara Sentani Jayapura Papua; Bandara Juwata Tarakan di Kalimantan Timur serta pengembangan Bandara Sultan Thaha, di Jambi.
2. BAHAN DAN METODE
2.1. Data PPP di Sektor Transportasi (Bappenas, 2010)
International Container Terminal (JICT) serta Terminal Peti Kemas Makasar.
Sinergi tersebut secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Sistem pelayanan kereta api Soekarno-Hatta Airport – Manggarai sepanjang kurang lebih 35 km.
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 3, Desember 2010 Hlm.145-151
Loan
___________________________________________________________________________________
146Desain Konstruksi Pemeliharaan Operasional
Bank Pelayanan Publik
Gambar 1. Sinergi dalam Public Private Partnership (PPP) (Pemerintah Pusat/Pemda) Special Purpose Company (SPC)
KPS adalah antara lain terbatasnya dana Pemerintah, Infrastruktur yang sudah tidak memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas, keahlian (teknologi) yang dimiliki sektor swasta.
Di sektor transportasi laut telah beroperasi 4 proyek PPP yaitu Terminal Kontainer Koja, Terminal Kontainer Tanjung Perak, Jakarta
bertanggungjawab atas pelaksanaan suatu proyek mulai dari Desain, Konstruksi, Pemeliharaan dan Operasional. Hal-hal yang menyebabkan diperlukannya
Purpose Company (SPC) yang
1) Pemerintah atau pemerintah daerah selaku regulator; 2) Perbankan/konsorsium selaku penyandang dana; dan 3) Pihak Swasta/BUMN/BUMD selaku Special
Proyek-proyek PPP di sektor transportasi yang saat ini siap (sedang) dalam taraf pelelangan antara lain adalah :
b. Pembangunan rel kereta api untuk mengangkut batu bara antara Puruk Cahu – Bangkuang, di Provinsi Kalimantan Tengah (185 km).
c. Pengembangan Pelabuhan Batu Ampar, di Pulau Batam (Fasiltas Kontainer). Untuk investasi di jalan tol sampai saat ini telah ada 24 investor swasta yang beroperasi dengan masa konsesi antara 23 tahun sampai dengan 40 tahun, dan 27 proyek investasi jalan tol lainnya sedang dalam tahap persiapan.
Secara teori, inti dari PPP adalah keterkaitan/sinergi yang berkelanjutan (kontrak kerjasama jangka panjang) dalam pembangunan proyek untuk meningkatkan pelayanan umum (pelayanan publik), antara: berupa : pemerintah pusat.
1. BOT (Build, Operate, Transfer), Swasta Persiapan yang perlu dilakukan dalam proses
membangun, mengoperasikan fasilitas dan PPP biasanya meliputi Pra Sudi Kelayakan, mengembalikannya ke pemerintah setelah Desain Awal, AMDAL, Sosialisasi, Kelayakan masa konsesi/kontrak berakhir. Keuangan, Pengadaan/ Pelelangan.
2. BTO (Build, Transfer, Operate), Swasta Sedangkan kriteria yang dipergunakan dalam
membangun, menyerahkan asetnya ke proses pengadaan/tender adalah : Biaya; Tarif; pemerintah dan mengoperasikan fasilitas Desain; Proses Pemeliharaan. sampai masa konsesi/kontrak berakhir. Setelah infrastruktur tersebut terbangun kinerja
3. ROT (Rehabilitate, Operate, Transfer), dari KPS ini pun bisa dilihat berdasarkan : 1.
Swasta memperbaiki, mengoperasikan Revenue atau pendapatan yang diperoleh; 2. fasilitas dan mengembalikannya ke Efisiensi yang dihasilkan; 3. Penanganan Resiko; pemerintah setelah masa konsesi/kontrak dan 4. Inovasi yang dihasilkan. berakhir.PPP unit atau Badan yang bertugas secara
4. BOO (Build, Own, Operate), Swasta aktif untuk memfasilitasi Kerjasama Pemerintah
membangun, swasta merupakan pemilik dan Swasta saat ini adalah BAPPENAS c.q.fasilitas dan mengoperasikannya. Direktorat Pengembangan Kerjasama Pemerintah
5. O&M (Operation and Maintenance), Untuk dan Swasta. Adapun peraturan-peraturan yang
kasus khusus, pemerintah membangun, mendasari KPS dapat dilihat di PP 1/2008 tentang swasta mengoperasikan dan memelihara. Investasi Pemerintah, juga terutama di Perpres 67/2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Untuk bentuk BOT dan BTO, ada masa Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur. kontraknya dan jika masa kontrak telah berakhir Perpres ini telah diperbaiki menjadi Perpres maka proyek harus diserahkan ke pemerintah dan 13/2010. Salah satu aspek penting dalam perpres selanjutnya pemerintah bisa mengelola sendiri ini adalah apresiasi terhadap ide atau inovasi dari atau ditenderkan lagi. pihak swasta dalam proposal yang diajukan, dalam
PPP di Indonesia sebenarnya sudah bentuk nilai atau score tambahan bila proposal dilaksanakan sejak tahun 1974 yaitu sejak adanya tersebut dilelangkan. Hal ini tentunya juga perlu Undang-Undang yang mengatur tentang direspons sebelumnya dengan siapnya grand pembangunan jalan tol. Sampai saat ini, strategy dari pemerintah agar ide-ide yang akan pelaksanaan PPP ini masih fokus pada dilaksanakan tidak menyimpang dari grand strategy tersebut.
Tabel 1. Peraturan yang Mengatur Pelaksanaan KPS di Indonesia Peraturan KPS Peraturan Terkait Non- KPS
- Peraturan Lintas Peraturan Sektor Peraturan Terkait Lain
Perpres 54/2010
Sektor
tentang Pengadaan Barang/Jasa
Perpres 13/2010 Jalan Tol (PP PP 6/2006 (Pengelolaan
Pemerintah
Perpres 67/2005
- 15/2005) BMN/D)
- Keppres 80/2003
Kereta Api (UU PP 50/2007 (Tata Cara Perpres 42/2005
tentang Pengadaan (KKPPI) 23/2007) Pelaksanaan Kerjasama
Barang/Jasa
Daerah) PMK 38/2006 ttg SPAM (PP
Pemerintah
(dukungan Pem.)
- 16/2005) PP 1/2008 (Investasi
- UU 17/2003 tentang
Pemerintah) Permenko 3/2006 Listrik (UU
Keuangan Negara
(Tata Cara
- 15/1985) PP 38/2007 (Pembagian
- UU 25/2007 tentang
- Penyusunan Daftar Pelabuhan (UU Urusan Pemerintahan)
Penanaman Modal
- Prioritas Proyek) 17/2008 ttg Perpres 36/2005 diubah
- Permenko 4/2006 Pelayaran) oleh Perpres 65/2006 dan
(Tata Cara Evaluasi Telekomunikasi Proyek yang (UU 36/1999) (Pengadaan Tanah)
- Per Ka BPN 3/2007
Membutuhkan Duk. Bandara (UU Permendagri 22/2009 Pem) 1/2009) (Juknis Tata Cara
Kerjasama Daerah)
Sumber : Bastary, 2009
________________________________________________________________________________________________________________
Prinsip Dan Strategi Penerapan...............( Dwinanta Utama)147
Diterima 1 November 2010; terima dalam revisi 8 Desember 2010; layak cetak 20 Desember 2010
Argentina Indonesia Phillipines Brazil Korea China Vietnam Thailand Malaysia Infrastruktur
3. Dukungan Pemerintah: Dukungan pemerintah kepada Badan Usaha dilakukan dengan memperhatikan prinsip pengelolaan dan pengendalian risiko keuangan dalam APBN /APBD.
21 68 104
43
71 Telepon 57 100 105
62
17
47
37
86
31 Sumber : World Competitiveness Report, 2008-2009
Beberapa ketentuan yang tercantum dalam PERPRES 67/2005 antara lain adalah :
1. Definisi Kegiatan penyediaan infrastruktur
meliputi: membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur, mengelola (operasional), memelihara.
2. Jenis Infrastruktur meliputi: Transportasi (pelabuhan laut, sungai, danau, bandar udara, dan jaringan rel KA), Jalan tol dan jembatan tol, Pengairan (air baku); Air minum (sarana pengambilan air baku, jaringan transmisi dan distribusi, dan instalasi pengolahan); Sampah dan air limbah; Jaringan telekomunikasi, Listrik (pembangkitan, transmisi, dan distribusi); Migas (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi, dan distribusi).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
82
3.1. Daya Saing Infrastruktur Indonesia
Dari aspek daya saing, hasil survey World
Competitiveness Report tahun 2008-2009
menempatkan Indonesia pada peringkat 96 dari 134 negara yang disurvey untuk kualitas infrastruktur (World Economic Forum, 2009).
Dari gambaran tabel 2, dapat dilihat bahwa kualitas infrastruktur Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Timur. Bahkan kualitas infrastruktur di Indonesia masih dibawah negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.
3.2. Kebutuhan Infrastruktur
Berbagai kajian menunjukkan bahwa dengan kapasitas fiskal yang ada saat ini, Indonesia akan mengalami kesulitan dalam membangun infrastruktur jika hanya menggunakan dana pemerintah saja. Agar infrastruktur dapat berperan maksimal dalam menunjang perekonomian, para ahli seringkali menggunakan angka 5%--6% dari Product Domestic Regional
Bruto (PDRB) sebagai rule of thumb alokasi untuk
pembangunan infrastruktur. Indonesia masih berada dalam kisaran rata-rata 2%--3% dari PDRB. Dengan kebutuhan yang demikian besar maka kerjasama pemerintah dan swasta dalam pola Public Private Partnership (PPP) merupakan opsi yang harus terus dikembangkan. Infrastruktur yang memiliki tingkat pengembalian finansial yang tinggi seperti jalan tol, pelabuhan kontener, terminal bandara, pembangkit listrik, dapat dikerjasamakan dengan swasta melalui pola PPP. Sementara itu Pemerintah akan lebih fokus untuk membangun infrastruktur yang secara komersial tidak layak, namun secara sosial ekonomi sangat dibutuhkan masyarakat seperti air bersih, sanitasi, irigasi, jalan desa, listrik perdesaan dan berbagai infrastruktur perdesaan lainnya (Susantono,
2009).
Sesuai dengan prediksi Bappenas, dana pemerintah untuk memenuhi kebutuhan investasi untuk infrastruktur 2010-2014 sangat terbatas, yaitu hanya Rp. 451 Triliun dari kebutuhan total investasi Rp. 1.429 Triliun. Artinya kemampuan maksimal pemerintah untuk mengalokasikan dananya bagi pembangunan infrastruktur hanya sekitar 32% termasuk dana pinjaman dari bilateral dan multilateral. Sehingga dengan demikian kebutuhan sisanya sebesar 68% diharapkan dapat dipenuhi melalui suatu proyek kerjasama antara pemerintah dan swasta (PPP).
Dari seluruh biaya infrastruktur yang dibutuhkan maka biaya infrastruktur transportasi mencapai 26%.
___________________________________________________________________________________
14858
82
89
85
96
94
98
18
58
97
35
19 Jalan Raya 89 106 94 110
13 51 102
32
17 Kereta Api
76
58
86
20 Listrik 102
7
28
66
48
17 Pelabuhan Laut 92 104 100 123
29 54 112
48
16 Bandara 123
75 89 101
26
74
92
28
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 3, Desember 2010 Hlm.145-151
100% 94, 3% 94, 1% 60% 80% 96, 5% 95, 0% 92,9% 20% 40% 0% 3,5% 5,0% 5,7% 5,9% 7,1% 2004 2005 2006 2007 2008 Nasi onal A sing Gambar 2. Prosentase Kebutuhan Biaya Infrastruktur Transportasi di Indonesia Gambar 4. Peran Armada Pelayaran Nasional (Bappenas, 2010) Tahun 2004-2008 (Bappenas, 2010)
3.3. Biaya Logistik
3.5. Pentingnya KPS dalam Penyediaan
Biaya penanganan logistik Indonesia relatif
Infrastruktur
masih sangat tinggi, yaitu rata-rata sekitar 14,08% Konsep KPS dalam penyediaan infrastruktur dari total penjualan. Jika dibanding dengan pelayanan publik akan semakin penting di masa negara maju seperti Jepang, biaya logistik hanya mendatang. Hal ini disebabkan beberapa mencapai 4,8% dari total penjualan. Hal ini pertimbangan antara lain : keterbatasan sumber menunjukkan bahwa penanganan logistik di daya pemerintah, meningkatnya permintaan, in- Indonesia masih perlu ditingkatkan efisiensinya. efisiensi dalam pelayanan, kualitas dan kuantitas Japan 4.88 pelayanan rendah, penguasaan teknologi, Indonesia (Avg) 14.08 menghilangkan monopoli dan birokrasi. Makassar 11.70 Untuk itu prinsip kerjasama tersebut perlu Medan 15.61 memperhatikan aspek-aspek Keadilan, Surabaya 13.67 Keterbukaan, Transparansi, Persaingan yang Jabotabek 0.00 5.00 10.00 15.00 15.32 20.00 sehat, Akuntabel dan Saling menguntungkan.
3.6. KPS dalam Penyediaan Infrastruktur Jabotabek Surabaya Medan Makassar Japan Indonesia (Avg) Transportasi Logistics Costs 15.32 13.67 15.61 11.70 14.08 4.88 Definsi proyek kerjasama adalah penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui perjanjian
kerjasama atau pemberian izin pengusahaan
Gambar 3. Perbandingan Biaya Penanganan
antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah
Logistik (Bappenas, 2010) dengan Badan Usaha.
Jenis Infrastruktur yang dapat dikerjasamakan meliputi pelayanan jasa kebandarudaraan;
3.4. Peran Armada Pelayaran Nasional
penyediaan dan/atau pelayanan jasa Peran armada pelayaran nasional relatif masih kepelabuhan; penyediaan dan/atau pelayanan rendah dalam angkutan ekspor-impor. Untuk sarana dan prasarana perkeretaapian; angkutan luar negeri, pangsa pasar armada infrastruktur jalan, meliputi jalan tol dan jembatan nasional hanya sebesar 7,1%, sedang armada tol. asing mencapai 92,9%. Untuk angkutan dalam
Dukungan Pemerintah akan meliputi perijinan; negeri, pangsa pasar armada nasional mencapai kontribusi dan insentif fiskal; pengadaan tanah; 79,4% sedang armada asing mencapai 20,6%. jaminan proyek KPS.
Kerjasama pemerintah dengan Badan Usaha akan mempertimbangkan aspek-aspek : kesesuaian dengan RPJM dan Renstra sektor infrastruktur, kesesuaian lokasi proyek dengan RTRW serta keterkaitan antar sektor infrastruktur dan antar wilayah.
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi meliputi : Pra-studi Kelayakan, Rencana bentuk kerjasama, Rencana pembiayaan proyek dan
________________________________________________________________________________________________________________
Prinsip Dan Strategi Penerapan...............( Dwinanta Utama)149
Diterima 1 November 2010; terima dalam revisi 8 Desember 2010; layak cetak 20 Desember 2010
3.7. Kendala dan Permasalahan Proyek KPS Infrastruktur Transportasi
- Akses sektor swasta lebih besar
3.10. Kebijakan Utama KPS Tahun 2010 Melakukan revisi Peraturan Presiden No.
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 3, Desember 2010 Hlm.145-151
___________________________________________________________________________________
150UU Angkutan Jalan Raya UU No.14/1992 UU No. 22/2009 UU Perkeretaapian UU No.13/1992 UU No. 23/2007 UU Pelayaran UU No. 21/1992 UU No. 17/2008 UU Penerbangan UU No. 15/1992 UU No. 1/2009 UU Jalan UU No. 13/1980 UU No. 38/2004
Tabel 3. Reformasi Undang-Undang di Sektor Transportasi Sektor Monopoli Negara (UU Lama) Pasar Terbuka (UU Baru)
Penanaman Modal (BKPM) untuk mendukung dan memfasilitasi proyek-proyek yang akan dibiayai dengan skema KPS mulai dari persiapan proyek, pola promosi yang terencana untuk bisa mendapatkan investor berkualitas serta pemberian fasilitasi untuk mempermudah percepatan implementasi proyek-proyek tersebut.
Memulai operasi fasilitas dukungan bagi KPS. Memberi peran pada Badan Koordinasi
Menerbitkan PPP Book untuk mempromosikan proyek KPS di Indonesia. PPP Book di desain untuk menginformasikan proyek- proyek KPS yang sudah siap dilaksanakan.
67/2005 tentang kerjasama pemerintah dengan swasta dalam pembangunan infrastruktur dengan Peraturan Presiden No.13/2010. Feature utama revisi ini adalah dukungan pemerintah pada akuisisi dan pembebasan lahan.
Guna menunjang program peningkatan pelayanan, maka pemerintah telah melakukan reformasi di sektor transportasi dengan merevisi undang-undang terkait, seperti dapat dilihat pada tabel 3.
kerjasama, jadwal proses dan cara penilaian.
3.9. Reformasi UU di Sektor Transportasi
Regulasi Baru bersifat : Multi operator, Pemisahan yang tegas antara peran regulator, operator dan kontraktor, Desentralisasi, Dukungan pemerintah lebih besar.
tunggal, Tumpang tindih peran antara regulator, operator dan kontraktor, Terpusat, Dukungan pemerintah minim, Akses sektor swasta minim.
Permasalahan pada pengadaan lahan/tanah. Izin tambahan masih diperlukan/diminta oleh Pemerintah Daerah. Terbatasnya proses sosialisasi proyek-proyek KPS. Peraturan perundang-undangan terkait infrastruktur masih belum seluruhnya tersedia.
3. Implementasi
Terbatasnya dukungan Pemerintah, a.l berupa: jaminan dari Pemerintah, dukungan pengadaan tanah, dan fasilitas fiskal. Komitmen dan kapasitas government contracting agency perlu ditingkatkan. Kurangnya jumlah penawaran dari investor yang kredibel. Kurangnya dana yang dibutuhkan bagi proyek yang ditawarkan, terutama untuk proyek-proyek jangka panjang. Proses lelang masih memakan waktu yang lama.
2. Aspek Finansial dan Pelelangan Proyek
Pada umumnya proposal proyek KPS (PPP) kurang memenuhi standar internasional. Studi kelayakan / Pra studi kelayakan kurang detail. Kurangnya analisis dan upaya mitigasi risiko investasi. Informasi yang diberikan kepada calon investor belum memadai. Koordinasi dan proses penyiapan proyek KPS masih perlu diperbaiki.Transparansi dan kepastian proyek KPS dianggap masih kurang oleh investor.
1. Dalam Tahap persiapan
Kendala yang dihadapi dalam proyek KPS infrastruktur transportasi di Indonesia antara lain adalah:
3.8. Reformasi Regulasi di Sektor Transportasi
DAFTAR PUSTAKA
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) semakin menjadi perhatian para pemangku kepentingan Bappenas, 2010. “Public Private Partnership dalam pembangunan Infrastruktur di Indonesia, Infrastructure Projects in Indonesia 2010- karena dana pemerintah untuk memenuhi 2014”. kebutuhan investasi infrastruktur 2010-2014 sangat terbatas. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 67
Kebutuhan sisa anggaran untuk Tahun 2005. pembangunan infrastruktur diharapkan dapat dipenuhi melalui suatu proyek kerjasama antara Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 13 pemerintah dan swasta (PPP). Tahun 2010.
Daya saing infrastruktur termasuk sektor transportasi di Indonesia masih perlu di Panji Indra, Bastary, 2009. ”Kerjasama tingkatkan.
Pemerintah dan Swasta di Bidang Pemerintah masih perlu melakukan Infrastruktur” , TOT PPP, Bappenas-UGM. pembenahan guna menekan kendala-kendala dalam pelaksanaan proyek KPS infrastruktur Panji Indra, Bastary, 13 Oktober 2009.”Peraturan transportasi.
Perundang-undangan dalam Penyelenggaraan Inti keberhasilan pengembangan konsep PPP Proyek KPS di Indonesia” , TOT PPP, ini adalah spirit semua pihak untuk mengambil Bappenas-UGM. manfaat sebesarnya dari skema ini.
Susantono, Bambang, 2009. “Memacu Infrastruktur di Tengah Krisis”, Pustaka Bisnis Indonesia.
World Economic Forum, 2009, “World Competitiveness Report, year 2008-2009”.
________________________________________________________________________________________________________________
Prinsip Dan Strategi Penerapan...............( Dwinanta Utama)151
Diterima 1 November 2010; terima dalam revisi 8 Desember 2010; layak cetak 20 Desember 2010