TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING)

  

TI N D AK PI D AN A PEN CUCI AN UAN G

( M ON EY LAUN D ERI N G)

1 . Se j a r a h

  Money laundering sebagai salah sat u

  j enis kej ahat an kerah put ih ( whit e

  collar crim e) y ang sebenarny a sudah

  ada sej ak t ahun 1967. Pada saat it u, seorang perom pak di laut , Henry Every, dalam perom pakannya t er akhir m erom pak kapal Port ugis berupa berlian senilai £325.000 poundst erling

  ( set ar a Rp5.671.250.000) . Hart a r am pokan t ersebut kem udian dibagi bersam a anak buahnya, dan bagian Henr y Every dit anam kan pada t r ansaksi perdagangan berlian dim ana t ernyat a perusahaan berlian t ersebut j uga m erupakan perusahaan pencucian uang m ilik perom pak lain di darat . Nam un ist ilah m oney laundering baru m uncul ket ik a Al Capone, salah sat u m afia besar di Am erika Serikat , pada t ahun 1920- an, m em ulai bisnis

  

Laundrom at s ( t em pat cuci ot om at is) . Bisnis ini dipilih kar ena m enggunakan

  uang t unai yang m em percepat proses pencucian uang agar uang yang m er eka peroleh dari hasil pem erasan, pelacuran, perj udian, dan penyelundupan m inum an ker as t er lihat sebagai uang yang halal. Walau dem ikian, Al Capone t idak dit unt ut dan dihukum dengan pidana penj ara at as kej ahat an t ersebut , akan t et api lebih kar ena t elah m elakukan penggelapan paj ak. Selain Al Capone, t erdapat j uga Meyer Lansky, m afia yang m enghasilkan uang dari kegiat an perj udian dan m enut upi bisnis ilegalnya it u dengan m endirikan bisnis hot el, lapangan golf dan perusahaan pengem asan daging. Uang hasil bisnis illegal ini dikirim kan ke beberapa bank- bank di Swiss yang sangat m engut am akan ker ahasian nasabah, unt uk dideposit okan. Deposit o ini kem udian diagunkan unt uk m endapat kan pinj am an yang dipergunakan unt uk m em bangun bisnis legalnya. Berbeda dengan Al Capone, Meyer Lansky j ust ru t erbebas dari t unt ut an m elakukan penggelapan paj ak, t indak pidana t erm asuk t indak pidana pencucian uang yang dilakukannya.

  2 . Pe n ga t u r a n H u k u m

  Sebelum t ahun 1986, t indakan pencucian uang bukan m erupakan kej ahat an. Pada t ahun 1980- an, j ut aan uang hasil t indak kej ahat an m asuk dalam bisnis legal dan usaha- usaha ekonom i lain. Bahkan prakt ek m oney

  

laundering t idak lagi seseder hana yang dilakuk an Al Capone at au Meyer

  Lansky. Cont ohnya adalah pengakuan dari seorang m afia obat bius, Franklin Jur ador yang m encerit akan pem indaht anganan uang hasil kej ahat an ke bisnis legal dilakukan dalam berbagai t ransaksi ant ara lain j ual beli fikt if asset at au penit ipan fikt if unt uk keperluan invest asi, yang m elibat kan lebih banyak pihak, t idak hanya secar a dom est ik nam un j uga ant ar negar a, dengan t r ansaksi yang lebih rum it . Bahkan ber kem bangnya t ransaksi m oney

  

laundering j uga didukung fasilit as financial dunia per bankan, seper t i layanan

  nom or rekening ist im ew a at au nost ro account yang diberikan bank- bank Swiss sej ak t ahun 1930- an. Layanan ini m engident ifikasi nasabah dengan nom or sandi yang digunakan unt uk t r ansaksi sehingga bank t idak

  Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m m enget ahui siapa nasabah dan pihak yang m enj adi lawan t ransaksi. Beberapa bank di kawasan lepas pant ai j uga m enyediakan fasilit as t ransfer uang ant ar negara, m anaj em en pengelolaan dana dan perlindungan asset

  Perkem bangan kej ahat an kerah put ih ini m enim bulkan kekhaw at ir an int ernasional sebab dikhaw at irkan dapat m engganggu st abilit as perekonom ian karena perput aran dana dalam j um lah besar yang t erj adi secara cepat dari sat u t em pat ke t em pat lain bahkan dari sat u at au lebih negara ke sat u at au lebih negara lain. Unt uk it u m aka m asalah m oney

  

laundering m ulai m enj adi perhat ian dan dibent uk beber apa per at ur an

  perundang- undangan baik yang bersifat int ernasional m aupun nasional :

  a. Am erika Serikat : Mem iliki berbagai m acam perat uran perundang- undangan sepert i The

  Bank Secr ecy Act ( 1970) , Money Laundering Cent ral Act . ( 1986) , The Annunzio Wylie Act . dan Money Laundering Suppr ession Act . ( 1994) .

  Dalam Bank Secr ecy Act , t erdapat kew aj iban lem baga keuangan unt uk m elaporkan set iap t ransaksi alat pem bayaran yang m elebihi $10,000 kepada

  I nt ernal Rev enue Service yang dikenal dengan nam a Cur r ency Transact ion Report ( CTR) . Ter m asuk j uga di dalam nya For eign Tr ansact ions Repor t ing Act y ang m em per besar j um lah inform asi keuangan y ang harus disam paik an

  kepada inst ansi- inst ansi pem erint ah yang bersangkut an dengan t indakan pidana, perpaj akan dan penunt ut an. Set elahnya dalam

  Money Laundering Cent ral Act ( MLCA) diat ur adany a

  unsur yang harus dipenuhi unt uk m engkat egorikan t indak pidana pencucian uang yakni : ( 1) terdapat transaksi finansial atau perpindahan internasional; dan ( 2) terdapat kegiatan m elanggar hukum tertentu.

  b. Sw iss, Thailand, Spanyol, I t alia, I nggris, Jerm an dan Perancis Swiss m em iliki

  The Money Launder ing Act ( 1998) , Thailand m em iliki

The Money Launder ing Pr ev ent ion and Suppr esion Act ( 1999) , Spany ol

  m em iliki The Money Laundering Law ( 1993) , sem ent ara unt uk negara I t alia, I nggris, Jerm an dan Perancis m em iliki Penal Code yang m engat ur ket ent uan ant i m oney laundering.

  c. I ndonesia Pada t ahun 1988,

  Unit ed Nat ions Conv ent ion Against I llicit Traffic in Narcot ic Drugs and Psychot r opic Subst ances at au lebih dik enal UN Drugs Convent ion dit andat angani 106 negar a, dan I ndonesia m enj adi salah sat u

  negara anggot a yang kem udian baru m erat ifikasi m elalui UU No. 7 Tahun 1997 t ent ang Pengesahan Konvensi Perserikat an Bangsa- Bangsa t ent ang Pem ber ant asan Per edar an Gelap Narkot ika dan Psikot ropika.

  Selanj ut nya pada t ahun 1989 dan 1990 negara- negara yang t ergabung dalam Group 7 m elahirkan The Financial Act ion Task Force on

  Money Laundering ( FATF) yang ber t uj uan m endor ong Negar a- negar a agar

  m enyusun perat uran perundang- undangan unt uk m encegah m engalirnya uang hasil perdagangan narkot ik baik m elalui bank m aupun lem baga keuangan bukan bank. Pada bulan April 1990, FATF m em perluas pesert anya m encakup pusat keuangan 15 negara yang kem udian m engeluarkan rekom endasi yang par alel dengan UN Drug Convent ion agar Negara- negar a Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m m encipt akan per at uran perundang- undangan m engaw asi m oney launder ing.

  Upaya pem berant asan peredaran gelap obat bius ini diikut i dengan upaya pem ber ant asan pencucian uang dalam skala int ernasional karena kegiat an pencucian uang ker ap kali digunakan unt uk m enut upi hasil perdagangan

  Ant i- Money Launder ing Legal Regim e. Konv ensi ini m ew aj ibk an negar a-

  negara penandat angan m enj adikan pencucian uang sebagai suat u t indakan krim inal dan t ergolong kej ahat an ber at . Selanj ut nya pada t ahun 1998 dibent uk Basle Com m it t ee on Banking

  Regulat ions dan Supervisory Pract ices y ang t er diri dar i perw ak ilan-

  perw akilan Bank Sent ral dan badan- badan pengaw as negara- negar a indust ri, dim ana bank harus m engam bil langkah- langkah yang m asuk akal unt uk m enet apkan ident it as nasabahnya yang dikenal dengan Know Your- Cust om er

  

Rule. I ndonesia k em udian m engeluar k an Per at uran Bank I ndonesia Nom or:

  3/ 10/ PBI / 2001 t ent ang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah yang t elah diubah kedua kali dengan Perat uran Bank I ndonesia Nom or 5/ 21/ PBI / 2003. Walaupun secara de j ure BI t elah m engeluar kan per at ur an BI No. 3/ 10/ PBI / 2001 t anggal 18 Juni 2001 t ent ang Penerapan Prinsip Pengenalan Nasabah nam un per at ur an ini sulit dit erapkan unt uk m em berant as t r ansaksi

  

m oney laundering. Pener apan ini dibat asi oleh UU No. 10 Tahun 1998

  t ent ang Perubahan At as UU No. 7 Tahun 1992 t ent ang Perbankan dim ana Bank w aj ib m er ahasiakan ket er angan m engenai nasabah penyim pan dan sim panannya kecuali unt uk kepent ingan perpaj akan, unt uk penyelesaian piut ang bank yang sudah diser ahkan kepada Badan Urusan Piut ang dan Lelang Negar a/ Panit ia Urusan Piut ang Negar a, unt uk kepent ingan per adilan dalam perkar a pidana, at as per m int aan, perset uj uan at au kuasa dari nasabah penyim pan yang dibuat secara t ert ulis, at au dalam hal si nasabah m eninggal dunia sehingga ahli waris yang sah w aj ib diberit ahukan m engenai sim panan nasabah yang bersangkut an.

  Akan t et api, penerbit an Perat uran Bank I ndonesia ini belum dianggap cukup oleh FATF unt uk m enanggulangi pencucian uang. FATF sendiri sudah m engeluarkan beberapa r ekom endasi yang ber kait an dengan prakt ek pencucian uang. Rekom endasi t ersebut m em punyai t iga ruang lingkup yait u m engenai peningkat an sist em hukum nasional, peningkat an per anan sist em finansial, dan m em perkuat kerj asam a int ernasional. Sem ua rekom endasi FATF ini m enj adi st andar int ernasional unt uk m engukur apakah anggot a FATF t elah m em at uhi rekom endasi it u dan m em berikan usulan- usulan unt uk perbaikan upaya pem berant asan pencucian uang, dan I ndonesia dipandang belum m endukung upaya pem berant asan pencucian uang. I ndonesia dim asukkan dalam daft ar Negar a wilayah yang t idak bekerj asam a Non

  

Cooper at ive Count ries and Terit ories ( NCCTs) pada bulan Juni 2001 oleh

Organizat ion for Econom ic Cooper at ion and Developm ent ( OECD) dar i FATF,

  dan hal ini berlangsung sam pai dengan Februari 2002 m engingat FATF m enganggap kurang ada upaya I ndonesia dalam m em er angi pencucian uang, yang dibukt ikan dengan belum adanya pr ogram penegakan hukum pencucian yang efekt if, belum ada t indakan hukum t erhadap para pelaku k ej ahat an m oney laundering, belum adanya peningkat an kerj a dalam lem baga keuangan unt uk m em erangi prakt ek m oney laundering, belum adanya sist em yang m ew aj ibkan pelapor an t ransaksi keuangan yang m encurigakan, belum adanya kerj a sam a dengan Negara- negar a lain, inst it usi- inst it usi int ernasional at au belum adanya ident ifikasi nasabah dan belum ada perangkat hukum unt uk m engat asi prakt ek m oney laundering Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m yang dibukt ikan dengan belum adanya Undang- Undang Ant i Pencucian Uang.

  Baru pada Februari 2005, I ndonesia dikeluarkan dari daft ar hit am set elah FTAF m engadakan r eview langsung ke I ndonesia dengan m engadakan waw ancar a dengan para pem im pin inst ansi yang m enangani m oney Am erika, I nggris, Perancis, Aust ralia, Jepang unt uk m enj elaskan keseriusan Pem erint ah I ndonesia m enangani kasus m oney laundering.

  Pada t anggal 17 Apr il 2002 t elah diundangkan UU No. 15 Tahun 2002 t ent ang Tindak Pidana Pencucian Uang m elalui Lem baran Negara No. 30. UU ini t idak m endefinisikan apa yang dim aksud dengan pencucian uang, hanya dalam penj elasan dinyat akan bahw a upaya unt uk m enyem bunyikan at au

  m eny am ar kan asal usul hart a kekay aan yang diperoleh dari t indak pidana sebagaim ana dim aksud dalam undang- undang ini dik enal sebagai pencucian

  uang ( m oney laundering) . Tindak pidana t ersebut adalah t indak pidana sebagaim ana dim aksud pada Pasal 2 Undang- Undang ini yakni hart a

  kekay aan yang ber j um lah Rp500.000.000,00 ( lim a r at us j ut a rupiah) at au lebih at au nilai set ara y ang diperoleh secar a langsung at au t idak langsung dari kej ahat an korupsi; peny uapan; penyeludupan barang; penyeludupan t enaga kerj a; peny eludupan im igr an; per bankan; nar kot ika; psikot ropika; perdagangan budak, w anit a, dan anak; per dagangan senj at a gelap; penculikan; t erorism e; pencurian; penggelapan; penipuan, y ang dilakukan baik di w ilay ah RI at au di luar w ilay ah RI dan kej ahat an t ersebut m erupak an t indak pidana m enurut hukum I ndonesia. Berbeda dengan UU No. 15 Tahun

  2002 t ent ang Tindak Pidana Pencucian Uang, perubahan UU ini yang diat ur dalam UU No. 25 Tahun 2003 t ent ang Perubahan At as UU No. 15 Tahun 2002 t ent ang Tindak Pidana Pencucian Uang m em berikan definisi t ent ang pencucian uang m endefinisikan pencucian uang sebagai perbuat an

  

m enem pat kan, m ent ransfer, m em bayarkan, m em belanj akan,

m enghibahkan, m enyum bangkan, m enit ipkan, m em baw a keluar neger i, m enukarkan at au perbuat an lainnya at as har t a kekayaan y ang diket ahuinya at au pat ut diduga m er upakan hasil t indak pidana dengan m aksud unt uk m eny em bunyikan, at au m enyam ar asal usul hart a kekayaan sehingga seolah- olah m enj adi har t a kekayaan y ang sah ( Pasal 1 angk a 1) .

  Perubahan dalam UU No. 25 Tahun 2003 ant ara lain m eliput i : a. pengertian Penyedia Jasa Keuangan yang diperluas m eliputi jasa lainnya yang t erkait dengan keuangan guna m engant isipasi pelaku t indak pidana pencucian uang yang m em anfaat kan bent uk penyedia j asa keuangan yang ada di m asyar akat nam un belum diwaj ibkan m enyam paikan laporan t ransaksi keuangan dan m unculnya bent uk penyedia j asa keuangan baru.

  Hal ini t am pak dari ket ent uan Pasal 1 angka 4 UU No. 15 Tahun 2002 :

  

Penyedia Jasa Keuangan adalah set iap or ang yang m eny ediakan j asa

di bidang keuangan t er m asuk t et api t idak t erbat as pada bank, lem baga pem biay aan, perusahaan efek, pengelola r eksa dana, kust odian, w ali am anat , lem baga penyim panan dan penyelesaian, pedagang valut a asing, dana pensiun, dan perusahaan asur ansi,

  yang kem udian diubah m enj adi Pasal 1 angka 5 UU No. 25 Tahun 2003 :

  

Penyedia Jasa Keuangan adalah set iap or ang yang m eny ediakan j asa

di bidang keuangan at au j asa lainnya yang t erkait dengan keuangan

t erm asuk t et api t idak t erbat as pada bank, lem baga pem biayaan, per usahaan efek, pengelola r eksa dana, cust odian, w ali am anat ,

lem baga penyim panan dan penyelesaian, pedagang valut a asing, dana

pensiun, perusahaan asuransi, dan kant or pos.

  Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m

  Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m b.

  perluasan definisi Transaksi Keuangan Mencurigakan, yakni :

  Pasal 1 angka 6 UU No. 15 Tahun 2002 : Transaksi Keuangan Mencur igakan adalah t ransaksi yang m enyim pang

  nasabah yang bersangkut an, t erm asuk t r ansaksi keuangan oleh nasabah yang pat ut diduga dilakukan dengan t uj uan unt uk m enghindar i pelaporan t ransaksi y ang bersangkut an y ang w aj ib dilakukan oleh Peny edia Jasa Keuangan sesuai dengan ket ent uan Undang- undang ini, m enj adi

  Pasal 1 angka 7 UU No. 25 Tahun 2003 : Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah: a.

   transaksi keuangan yang m enyim pang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola t r ansaksi dari nasabah y ang bersangkut an; b. transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan t uj uan unt uk m enghindari pelaporan t r ansaksi yang bersangkut an yang w aj ib dilakukan oleh Peny edia Jasa Keuangan sesuai dengan ket ent uan Undang- Undang ini; at au c. transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan m enggunakan Hart a Kekayaan yang diduga ber asal dar i hasil t indak pidana.

  c.

  Pem batasan jum lah hasil tindak pidana yang diperoleh dari tindak pidana dihapus karena penent uan suat u perbuat an dapat dipidana t idak bergant ung besar kecilnya hasil t indak pidana yang diperoleh, sebagaim ana diat ur berdasarkan :

  Pasal 2 UU No. 15 Tahun 2002 : Hasil t indak pidana adalah Hart a Kekayaan y ang ber j um lah Rp500.000.000,00 ( lim a r at us j ut a r upiah) at au lebih at au nilai yang

  set ar a, y ang diperoleh secar a langsung at au t idak langsung dar i kej ahat an: a. korupsi; b. penyuapan; c. penyelundupan barang; d. penyelundupan tenaga kerja; e. penyeludupan im igran; f. perbankan;

  g. narkotika; h. psikotropika; i. perdagangan budak, wanita, dan anak; j . perdagangan senjata gelap; k. penculikan; l. terorism e; m . pencurian; n. penggelapan; o. penipuan; yang dilakukan di w ilayah Negar a Republik I ndonesia at au di luar w ilay ah Negar a Republik I ndonesia dan kej ahat an t ersebut m erupakan t indak pidana m enur ut hukum I ndonesia, m enj adi

  Pasal 2 UU No. 25 Tahun 2003, yakni : ( 1)

  Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak

  pidana : a. korupsi; b. penyuapan;

  c. penyelundupan barang; d. penyelundupan tenaga kerja;

  e. penyelundupan im igran; di bidang perbankan; g. di bidang pasar m odal; h. di bidang asuransi; i. narkotika; j . psikotropika; k. perdagangan m anusia; l. perdagangan senjata gelap; m . penculikan; n. terorism e; o. pencurian; p. penggelapan; q. penipuan; r . pem alsuan uang; s. perjudian; t . prostitusi; u. di bidang perpajakan; v. di bidang kehutanan; w . di bidang lingkungan hidup; x. di bidang kelautan; atau y. tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4(em pat) t ahun at au lebih, y ang dilakukan di w ilayah Negara Republik I ndonesia at au di luar w ilay ah Negar a Republik I ndonesia dan t indak pidana

t ersebut j uga m erupakan t indak pidana m enurut hukum I ndonesia.

  ( 2) Harta Kekayaan yang dipergunakan secara langsung atau tidak

  langsung unt uk kegiat ana t er orism e dipersam akan sebagai hasil t indak pidana sebagaim ana dim aksud pada ayat ( 1) huruf n.

  d.

  Ruang lingkup tindak pidana asal (predicate crim e) diperluas untuk m encegah berkem bangnya t indak pidana yang m enghasilkan har t a kekayaan dim ana pelaku t indak pidana berupaya m enyem bunyikan at au m enyam arkan asal- usul hasil t indak pidana nam un perbuat an t ersebut t idak dipidana. Berbagai perat uran perundang- undangan yang t erkait yang m em pidana t indak pidana asal ant ara lain:

  UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;

  • UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;
  • UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pem berantasan Tindak Pidana Korupsi - sebagaim ana t elah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 t ent ang Perubahan at as UU No. 31 Tahun 1999 t ent ang Pem berant asan Tindak Pidana Korupsi;
  • Korupsi.

  UU No. 30 Tahun 2002 tentang Kom isi Pem berantasan Tindak Pidana

  e.

  Jangka waktu penyam paian laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dipersingkat , dengan t uj uan agar hart a kekayaan yang diduga ber asal dari hasil t indak pidana dan pelaku t indak pidana pencucian uang dapat segera dilacak, sebagaim ana diat ur berdasarkan : Pasal 13 UU No. 15 Tahun 2002 :

  ( 2) Penyam paian Lapor an Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaim ana

  dim aksud dalam ay at ( 1) huruf a dilakukan paling lam bat 14 ( em pat belas) har i ker j a set elah diket ahui oleh Peny edia Jasa Keuangan, Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m m enj adi:

  Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m

  g.

  Pendefinisian di at as m engandung unsur- unsur sebagai berikut : a.

  

m em belanj akan, m enghibahkan, m enyum bangkan, m enit ipkan, m em baw a

ke luar neger i, m enukar kan, at au perbuat an lainnya at as Har t a Kekayaan

yang diket ahuinya at au pat ut diduga m er upakan hasil t indak pidana dengan

m aksud unt uk m eny em buny ikan, at au m eny am ar kan asal usul Hart a Kekay aan sehingga seolah- seolah m enj adi Hart a Kekay aan y ang sah.

  Pasal 1 angka 1 UU No. 25 Tahun 2002, m endefinisikan Pencucian Uang adalah perbuat an m enem pat kan, m ent ransfer, m em bayarkan,

  3 . Un su r - Un su r

  kom it m ennya bagi kom unit as int ernasional unt uk ber sam a- sam a m encegah dan m em berant as t indak pidana pencucian uang.

  assist ance) , m erupak an buk t i bahw a Pem er int ah I ndonesia m em berik an

  Penjabaran lebih rinci dan lebih tegas dalam beberapa pasal m engenai ket ent uan kerj a sam a bant uan t im bal balik di bidang hukum ( m ut ual legal

  ( 1) dan ayat ( 2) dilakukan dengan sengaj a, pelaku dipidana dengan pidana penj ara paling singkat 5 ( lim a) t ahun dan paling lam a 15 ( lim a belas) t ahun.

  Pasal 13 UU No. 25 Tahun 2003 : ( 2) Penyam paian laporan Tr ansaksi Keuangan Mencurigakan sebagaim ana

  ( 4) Jika pelanggaran terhadap ketentuan sebagaim ana dim aksud pada ayat

  ( 3) Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut um um , hakim , dan siapapun j uga yang kar ena kelalaiannya m elanggar ket ent uan pada ayat ( 1) dan ayat ( 2) dipidana dengan pidana penj ar a paling singkat 1 ( sat u) t ahun dan paling lam a 3 ( t iga) t ahun.

  ( 2) Sum ber keterangan dan laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan w aj ib dirahasiakan dalam persidangan pengadilan.

  ( 1) Pejabat atau pegawai PPATK, penyidik, penuntut um um , hakim , dan siapapun j uga yang m em peroleh dokum en dan/ at au ket erangan dalam rangka pelaksanaan t ugasnya m enurut Undang- Undang ini, waj ib m erahasiakan dokum en dan/ at au ket erangan t er sebut kecuali unt uk m em enuhi kew aj iban m enurut Undang- Undang ini.

  Terdapat ketentuan baru yang m enjam in adanya kerahasiaan penyusunan dan penyam paian laporan Transaksi Keuangan Mencurigak an yang disam paikan kepada PPATK at au penyidik ( ant i- t ipping off) bahkan dengan diser t ai sanksi pidana penj ara, dengan t uj uan unt uk m encegah ber pindahnya hasil t indak pidana dan lolosnya pelaku t indak pidana pencucian uang, sebagaim ana diat ur berdasarkan : Pasal 10A UU No. 25 Tahun 2003 :

  f.

  kerj a set elah Penyedia Jasa Keuangan m enget ahui adanya unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan.

  Pelaku b. Transaksi keuangan atau alat keuangan atau finansial untuk m enyem bunyikan at au m enyam arkan asal usul hart a kekayaan seolah- olah m enj adi hart a kekayaan yang sah c. Merupakan hasil tindak pidana

  a d. a ) Pe la k u

  Dalam UU No. 15 Tahun 2002 m aupun perubahannya dalam UU No. 25 Tahun 2003, digunakan kat a “ set iap orang” , dim ana dalam Pasal 1

  korpor asi. Sem ent ar a penger t ian korpor asi t erdapat dalam Pasal 1 angk a 3

  yang m enyat akan bahw a Korpor asi adalah kum pulan orang dan/ at au

  kekayaan yang t er or ganisasi baik m erupakan badan hukum m aupun bukan badan hukum . a d. b ) Tr a n sa k si k e u a n ga n a t a u a la t k e u a n ga n a t a u fin a n sia l u n t u k m e n ye m bu n yik a n a t a u m e n y a m a r k a n a sa l u su l h a r t a k e k a ya a n se ola h - ola h m e n j a di h a r t a k e k a ya a n ya n g sa h

  I st ilah t ransaksi j arang at au ham pir t idak dikenal dalam sisi hukum pidana t et api lebih banyak dikenal pada sisi hukum perdat a, sehingga undang- undang t indak pidana pencucian uang m em punyai ciri kekhususan yait u di dalam isinya m em punyai unsur- unsur yang m engandung sisi hukum pidana m aupun perdat a. UU No. 25 Tahun 2003 m endefinisikan Tr ansaksi

  adalah selur uh kegiat an yang m enim bulkan hak at au kew aj iban at au m eny ebabkan t im bulny a hubungan hukum ant ara dua pihak at au lebih, t er m asuk kegiat an pent r ansferan dan/ at au pem indahbukuan dana yang dilakukan oleh Peny edia Jasa Keuangan. Tr ansaksi keuangan yang m enj adi

  unsur pencucian uang adalah t ransaksi keuangan m encurigakan dan t ransaksi keuangan yang dilakukan secara t unai yang belum dilaporkan dan m endapat perset uj uan dari Kepala PPATK. Definisi Transaksi Keuangan

  Mencur igakan adalah ( Pasal 1 angk a 7 UU No. 25 Tahun 2003) : a. transaksi keuangan yang m enyim pang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola t r ansaksi dari nasabah y ang bersangkut an; b. transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan t uj uan unt uk m enghindari pelaporan t r ansaksi yang bersangkut an yang w aj ib dilakukan oleh Peny edia Jasa Keuangan sesuai dengan ket ent uan Undang- Undang ini; at au c. transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan m enggunakan Hart a Kekayaan yang diduga ber asal dar i hasil t indak pidana, dan

  definisi Transaksi Keuangan yang Dilakukan Secara Tunai diat ur dalam Pasal 1 angka 8 UU No. 25 Tahun 2003 adalah t ransaksi penarikan, penyet oran,

  at au penit ipan y ang dilakukan dengan uang t unai at au inst rum en pem bay ar an lain yang dilakukan m elalui Penyedia Jasa Keuangan. a d. c) M e r u pa k a n h a sil t in da k pid a n a

  Penyebut an t indak pidana pencucian uang salah sat unya harus m em enuhi unsur adanya perbuat an m elawan hukum sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3 UU No. 25 Tahun 2003, dim ana perbuat an m elaw an hukum t ersebut t er j adi karena pelaku m elakukan t indakan pengelolaan at as hart a kekayaan yang m er upakan hasil t indak pidana. Pengert ian hasil t indak pidana dinyat akan pada Pasal 2 UU No. 25 Tahun 2003 yang t elah m engubah UU No. 15 Tahun 2002 t ent ang Tindak Pidana Pencucian Uang yang dalam pem bukt ian nant inya hasil t indakan pidana akan m erupakan unsur- unsur delik yang harus dibukt ikan. Pem bukt ian apakah benar hart a kekayaan t ersebut m erupakan hasil t indak pidana adalah dengan m em bukt ikan ada Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m at au t erj adi t indak pidana yang m enghasilkan hart a kekayaan t ersebut , pem bukt ian disini bukan unt uk m em bukt ikan apakah benar t elah t erj adi t indak pidana asal ( predicat e crim e) yang m enghasilkan har t a kekayaan. sebagai berikut : Pelaku Per buat an Melaw an Hukum ( hasil t indak pidana) m enj adi

  Transaksi Keuangan LEGAL

  4 . D a m pa k M on e y La u n de r in g

  Baik cara perolehan uang yang illegal m aupun t ransaksi keuangan unt uk m elegalkan uang hasil t indakan illegal m enim bulkan dam pak ekonom i m ikro dan m akro. Dam pak ekonom i m ikro : a. cara perolehan uang yang illegal m engganggu jalannya m ekanism e pasar. Esensi sist em pasar adalah adanya pengakuan dan perlindungan t erhadap pem ilikan pribadi at as fakt or- fakt or produksi m aupun at as bar ang- barang sert a j asa- j asa yang digunakan unt uk keper luan konsum si. Nam un dengan adanya peluang perolehan uang yang ilegal t elah m enunj ukkan t idak adanya perlindungan dari penguasa at as hak m ilik, pasar m enj adi t idak efisien yang dit unj ukkan dengan m eningkat nya biaya t ransaksi pasar, adanya akses yang asim et ris pada inform asi pasar yang m enyebabkan t ransaksi bersifat zero sum gam e dalam ar t i bahw a keunt ungan suat u pihak dapat m em baw a kerugian bagi pihak lain.

  b. transaksi keuangan untuk m elegalkan hasil perolehan uang yang illegal m em baw a dam pak penurunan produkt ifit as m asyarakat .

  Dam pak ekonom i m akro : a. tindak pidana pencucian uang m enghindarkan kewajiban pem bayaran paj ak yang ber ar t i m engur angi penerim aan Negar a; b. apabila transaksi keuangan yang dilakukan adalah dengan m em bawa uang yang ilegal ke luar negeri m aka akan m enam bah defisit neraca pem bayaran luar negeri, selain it u j uga m engakibat kan berkurangnya dana per bankan yang m enyebabkan kesulit an bank m elakukan ekspansi kredit ; c. Apabila Negara m em peroleh sejum lah uang ilegal dari luar negeri m aka akan m enam bah kegoncangan st abilit as ekonom i m akro. Terlebih unt uk

  Negara yang t idak m em iliki cukup banyak inst rum en m onet er sehingga t idak m am pu m enst erilisasi dam pak m onet er pem asukan m odal. Jika bank sent ral m em beli devisa yang m asuk it u sebagai upaya unt uk m em pert ahankan nilai t ukar luar negeri m at a uang nasionalnya, j um lah uang beredar akan bert am bah dengan cepat dan t am bahan j um lah

  Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m

  Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m

  uang beredar it u akan m enyulut inflasi sehingga m enim bulkan gangguan pada keseim bangan int ernal perekonom ian. Akan t et api j ika bank sent ral t idak m em beli devisa yang m asuk akan m enguat kan nilai kegiat an ekspor. Pengurangan ini akan m enam bah defisit neraca pem bayaran luar negeri.

  5 . Ta h a pa n Pe n cu cia n Ua n g a.

  tahap penem patan (placem ent), m erupakan tahap pengum pulan dan penem pat an uang hasil kej ahat an pada suat u bank at au t em pat t ert ent u yang diper kirakan am an guna m engubah bent uk uang t er sebut agar t idak t erident ifikasi, biasanya sej um lah uang t unai dalam j um lah besar dibagi dalam j um lah yang lebih kecil dan dit em pat kan pada beber apa rekening di beber apa t em pat ; b. tahap pelapisan (layering), m erupakan upaya untuk m engurangi jejak asal m uasal uang t ersebut diperoleh at au ciri- ciri asli dari uang hasil kej ahat an t ersebut at au nam a pem ilik uang hasil t indak pidana, dengan m elibat kan t em pat - t em pat at au bank di negara- negar a dim ana kerahasiaan bank akan m enyulit kan pelacakan j ej ak uang. Tindakan ini dapat berupa : m ent ransfer ke negara lain dalam bent uk m at a uang asing, pem belian propert y, pem belian saham pada bursa efek m enggunakan deposit yang ada di Bank A unt uk m em inj am uang di Bank B dan sebagainya.

  c. tahap penggabungan (integration), m erupakan tahap m engum pulkan dan m enyat ukan kem bali uang hasil kej ahat an yang t elah m elalui t ahap pelapisan dalam suat u proses arus keuangan yang sah. Pada t ahap ini uang hasil kej ahat an benar- benar t elah bersih dan sulit unt uk dikenali sebagai hasil t indak pidana, m uncul kem bali sebagai asset at au invest asi yang t am pak legal.

  6 .

  

Pengaturan Tindak Pidana Pencucian Uang Berdasarkan UU No. 1 5

Ta h u n 2 0 0 2 se ba ga im a n a t e la h diu ba h de n ga n UU N o. 2 5 Ta h u n 2 0 0 3 dim u a t da la m :

  Pasal 3 ( 1) Set iap orang yang dengan sengaj a: a. m enem patkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya m erupakan hasil t indak pidana ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, baik at as nam a sendiri at au at as nam a pihak lain; b. m entransfer Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya m erupakan hasil t indak pidana dari suat u Penyedia Jasa Keuangan ke

  Penyedia Jasa Keuangan yang lain, baik at as nam a sendiri m aupun at as nam a pihak lain; c. m em bayarkan atau m em belanjakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau pat ut diduganya m erupakan hasil t indak pidana, baik perbuat an it u at as nam anya sendiri m aupun at as nam a pihak lain; d. m enghibahkan atau m enyum bangkan Harta Kekayaan yang diketahuinya at au pat ut diduganya m erupakan hasil t indak pidana, baik at as nam anya sendiri m aupun at as nam a pihak lain; e. m enitipkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya m er upakan hasil t indak pidana, baik at as nam anya sendiri m aupun at as nam a pihak lain; f. m em bawa ke luar negeri Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya m erupakan hasil t indak pidana; at au g. m enukarkan atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya surat berharga lainnya, dengan m aksud m enyem bunyikan at au m enyam ar kan asal usul Hart a Kekayaan yang diket ahuinya at au pat ut diduganya m erupakan hasil t indak pidana, dipidana kar ena t indak pidana pencucian uang dengan pidana penj ara paling singkat 5 ( lim a) t ahun dan paling lam a 15 ( lim a belas) t ahun dan denda paling sedikit Rp.

  100.000.000,00 ( ser at us j ut a rupiah) dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 ( lim a belas m ilyar rupiah) . ( 2) Set iap orang yang m elakukan percobaan, pem bant uan, at au perm ufakat an j ahat unt uk m elakukan t indak pidana pencucian uang dipidana dengan pidana yang sam a sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) .

  Pasal 6 ( 1) Set iap orang yang m enerim a at au m enguasai: a. penem patan; b. pentransferan; c. pem bayaran; d. hibah; e. sum bangan; f. penitipan; atau g. penukaran,

  Hart a Kekayaan yang diket ahuinya at au pat ut diduganya m erupakan hasil t indak pidana, dipidana dengan pidana penj ar a paling singkat 5 ( lim a) t ahun dan paling lam a 15 ( lim a belas) t ahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 ( ser at us j ut a rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 ( lim a belas m ilyar rupiah) . ( 2) Ket ent uan sebagaim ana dim aksud dalam ayat ( 1) t idak berlaku bagi

  Penyedia Jasa Keuangan yang m elaksanakan kew aj iban pelaporan t ransaksi keuangan sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 13.

  Pasal 7 Set iap Warga Negar a I ndonesia dan/ at au korpor asi I ndonesia yang berada di luar w ilayah Negara Republik I ndonesia yang m em berikan bant uan, kesem pat an, sarana, at au ket erangan unt uk t erj adinya t indak pidana pencucian uang dipidana dengan pidana yang sam a sebagai pelaku t indak pidana pencucian uang sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 3. Dari pasal- pasal di at as, dit unj ukkan adanya pengat uran t erhadap j enis- j enis t indak pidana sebagai berikut :

  1. Tindak pidana pencucian uang : yaitu tindakan untuk m enem patkan, m ent ransfer, m em bayar/ m em belanj akan, m enghibahkan at au m enyum bangkan, m enit ipkan, m em baw a ke luar neger i, m enukarkan dengan m at a uang at au sur at berharga lainnya, at au perbuat an lain at as har t a kekayaan yang diket ahui at au pat ut diduga m erupakan hasil t indak pidana dengan t uj uan unt uk m enyem bunyikan at au m enyam arkan asal usul hart a kekayaan t ersebut .

  Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m

  Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m 3.

  Tindak pidana m enerim a atau m enguasai penem patan, pentransferan, pem bayar an, hibah, sum bangan, penit ipan, at au penukar an at as hart a kekayaan yang diket ahuinya at au pat ut diduganya m erupakan hasil t indak

  Selain it u j uga dit em ukan adanya pengat uran yang berkait an dengan t indak pidana pencucian uang : a. penyedia jasa keuangan yang sengaja tidak m enyam paikan laporan yang diw aj ibkan kepada PPATK at as t ransaksi keuangan m encurigakan at au t ransaksi keuangan yang dilakukan secara t unai dalam j um lah kum ulat if sebesar Rp500.000.000,00 ( lim a rat us j ut a rupiah) at au lebih at au yang nilainya set ara, bila dilakukan dalam 1 ( sat u) kali t ransaksi m aupun beberapa kali t ransaksi dalam 1 ( sat u) hari kerj a; b. setiap orang yang m em bawa uang tunai ke dalam atau keluar wilayah

  Negara Republik I ndonesia berupa rupiah sej um lah Rp100.000.000,00 ( ser at us j ut a rupiah) at au lebih unt uk m elapor kepada Dirj en Bea dan Cukai; c. bagi direksi, pejabat atau pegawai penyedia jasa keuangan yang m em berit ahukan kepada pengguna j asa keuangan at au orang lain baik secara langsung at au t idak langsung dengan cara apapun m engenai lapor an t ransaksi keuangan m encurigakan yang sedang disusun at au t elah disam paikan kepada PPATK; d. larangan bagi saksi, penuntut um um , hakim , dan orang lain yang bersangkut an dengan t indak pidana pencucian uang yang sedang dalam pem eriksaan di sidang pengadilan unt uk m enyebut nam a at au alam at pelapor at au hal- hal lain yang m em ungkinkan dapat t erungkapnya ident it as pelapor.

  7 . Modus- Modus Pencucian Uang

  Dalam per buat an t indak pidana pencucian uang t erdapat pengkat egorian beberapa m odus yang didasarkan pada t ipologinya : a. tipologi dasar : 1) . m odus orang ketiga, yaitu dengan m enggunakan seseorang untuk m enj alankan per buat an t ert ent u yang diinginkan oleh pelaku pencurian uang, dapat dengan m enggunakan at au m engat asnam akan orang ket iga at au or ang lain lagi yang berlainan. Ciri- cirinya adalah : orang ket iga ham pir selalu nyat a dan bukan hanya nam a palsu dalam dokum en, or ang ket iga biasanya m enyadari ia dipergunakan, orang ket iga t ersebut m erupakan orang kepercayaan yang bisa dikendalikan, dan hubungannya dengan pelaku sangat dekat sehingga dapat berkom unikasi set iap saat . 2) . m odus topeng usaha sederhana, m erupakan kelanj utan m odus orang ket iga, dim ana orang t ersebut akan diperint ahkan unt uk m endirikan suat u bidang usaha dengan m enggunakan kekayaan yang m erupakan hasil t indak pidana. 3) . m odus perbankan sederhana, dapat m erupakan kelanjutan m odus pert am a dan kedua, nam un j uga dapat berdiri sendiri. Disini t erj adi per pindahan sist em t ransaksi t unai yang ber ubah dalam bent uk cek kont an, cek perj alanan, at au bent uk lain dalam deposit o, t abungan yang dapat dit r ansfer dengan cepat dan digunakan lagi dalam pem belian aset - aset . Modus ini banyak m eninggalkan j ej ak m elalui dokum en rekening koran, cek, dan dat a- dat a lain yang m engar ah pada nasabah it u, sert a keluar m asuknya dari proses t ransaksi baik yang m enuj u pada seseor ang m aupun pada aset - aset , at au pun pada pem bayaran- pem bayaran lain. m odus kom binasi perbankan atau usaha, yang dilakukan oleh orang ket iga yang m enguasai suat u usaha dengan m em asukkan uang hasil kej ahat an ke bank unt uk kem udian dit ukar dengan cek yang kem udian digunakan unt uk pem belian aset at au pendirian usaha- usaha lain.

  b. tipologi ekonom i : 1) . m odel sm urfing, yakni pelaku m enggunakan rekan-rekannya yang banyak unt uk m em ecah sej um lah besar uang t unai dalam j um lah- j um lah kecil dibaw ah bat as uang t unai sehingga bank t idak m encurigai kegiat an t ersebut unt uk kem udian uang t unai t ersebut dit ukarkan di bank dengan cek w isat a at au cek kont an. Bent uk lain adalah dengan m em asukkan dalam rekening para sm urfing di sat u t em pat pada suat u bank kem udian m engam bil pada bank yang sam a di kot a yang berbeda at au diset orkan pada rekening- rekening pelaku pencucian uang di kot a lain sehingga t erkum pul dalam beber apa rekening pelaku pencucian uang. Rekening ini t idak langsung at as nam a pelaku nam un bisa m enunj uk pada suat u perusahaan lain at au rekening lain yang disam arkan nam a pem iliknya.

  2) . m odel perusahaan rangka, disebut dem ikian karena perusahaan ini sebenarnya t idak m enj alankan kegiat an usaha apapun, m elainkan dibent uk agar rekening perusahaannya dapat digunakan unt uk m em indahkan sesuat u at au uang. Perusahaan rangka dapat digunakan unt uk penem pat an ( placem ent ) dana sem ent ar a sebelum dipindah at au digunakan lagi. Perusahaan rangka dapat t erhubung sat u dengan yang lain m isal saham PT A dim iliki oleh PT B yang berada di daerah at au Negar a lain, sem ent ara saham PT B sebagian dim iliki oleh PT A, PT B, PT C, dan/ at au PT D yang ber ada di daer ah at au Negara lain

  3) . m odus pinjam an kem bali, adalah suatu variasi dari kom binasi m odus perbankan dan m odus usaha. Cont ohnya : pelaku pencucian uang m enyerahkan uang hasil t indak pidana kepada A ( or ang ket iga) , dan A m em asukkan sebagian dana t ersebut ke bank B dan sebagian dana j uga dideposit okan ke bank C. Selain it u A m em inj am uang ke bank D.

  Dengan bunga deposit o bank C, A kem udian m em bayar bunga dan pokok pinj am annya dari bank D. Dari segi j um lah m em ang t erdapat kerugian kar ena harus m em bayar bunga pinj am an nam un uang illegal t ersebut t elah berubah m enj adi uang pinj am an yang bersih dengan dokum en yang lengkap. 4) . m odus m enyerupai MLM. 5) . m odus under invoicing, yaitu m odus untuk m em asukkan uang hasil t indak pidana dalam pem belian suat u barang yang nilai j ual barang t ersebut sebenarnya lebih besar daripada yang dicant um kan dalam fakt ur. 6) . m odus over invoicing, m erupakan kebalikan dari m odus under invoicing. 7) . m odus over invoicing I I , dim ana sebenarnya tidak ada barang yang diperj ualbelikan, yang ada hanya fakt ur- fakt ur yang dij adikan bukt i pem belian ( penj ualan fikt if) sebab penj ual dan pem beli sebenarnya Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m adalah pelaku pencucian uang. UU Tindak Pidana Pencucian Uang m enyat akan bahw a Unt uk

  kepent ingan pem er iksaan di sidang pengadilan, t erdakw a w aj ib

m em bukt ikan bahw a hart a kekayaannya bukan m erupakan hasil t indak

pidana ( Pasal 35 UU No. 15 Tahun 2002 sebagaim ana t elah diubah dengan

UU No. 25 Tahun 2003) .

  Hal ini m erupakan salah sat u kekhususan t indak pidana pencucian uang dibandingkan dengan pengat uran dalam Kit ab Undang- Undang Hukum Acara Pidana dim ana t erdakwa t idak dibebani kew aj iban t idak dibebani kew aj iban pem bukt ian ( Pasal 66) , nam un pem bukt ian t erbalik unt uk t indak pidana pencucian uang hanya dapat dilakukan oleh t er dakwa pada t ingkat pengadilan bukan pada t ingkat penyidikan at au penunt ut an.

  9 . Kesulitan Penerapan UU Tindak Pidana Pencucian Uang a.

  m odus pem belian kem bali, dim ana pelaku m enggunakan dana yang t elah dicuci unt uk m em beli sesuat u yang t elah dia m iliki.

  c. tipologi I T : m odus E-Bisnis, ham pir sam a dengan m odus m enyerupai MLM, nam un m enggunakan sar ana int er net .

  2) . m odus scanner m erupakan tindak pidana pencucian uang dengan

  predicat e crim e ber upa penipuan dan pem alsuan at as dokum en- dokum en t ransaksi keuangan.

  d. tipologi hitek adalah suatu bentuk kejahatan terorganisir secara skem a nam un orang- or ang kunci t idak saling m engenal, nilai uang relat if t idak besar t et api bila dikum pulkan m enim bulkan kerugian yang sangat besar.

  Dikenal dengan nam a m odus cleaning dim ana kej ahat an ini biasanya dilakukan dengan m enem bus sist em dat a base suat u bank.

  8 . Pem buktian Terbalik

Fungsi PPATK hanya bersifat adm inistratif, yaitu untuk m engum pulkan, m enyim pan, m enganalisis, m engevaluasi inform asi yang diperoleh PPATK

  • - Prof. Dr. Anwar Nasut ion dalam Sum ber , Proses, Mek anism e dan Dam pak Ek onom i “ Money

  Sie I n fok u m – D it a m a Bin b a ngk u m 8) .

  ( Pasal 26 huruf a) dan bilam ana dari hasil analisis dit em ukan t ransaksi keuangan yang berindikasi t indak pidana pencucian uang m aka PPATK baru m elaporkan kepada kepolisian dan kej aksaan ( Pasal 26 huruf g) , at au paling lam bat 3( t iga) hari kerj a sej ak dit em ukan adanya pet unj uk at as dugaan t ransaksi keuangan yang m encurigakan, PPATK w aj ib m enyerahkan hasil analisis kepada penyidik unt uk dit indaklanj ut i ( Pasal 31) . Selain it u PPATK t idak m em punyai kew enangan unt uk m elakukan pem blokiran at as dana yang diduga m erupakan hasil t indak pidana.

  b.

  Pihak kepolisian dan penuntut um um m em iliki kesulitan dalam m em bukt ikan t er j adinya t indak pidana pencucian uang kar ena m odusnya yang bervariasi dan biasanya t idak dit em ukan adanya cukup alat bukt i.

  Sum ber I nform asi :

  • UU No. 15 Tahun 2002;
  • UU No. 25 Tahun 2003;
  • Drs. Tb. I m ran S. SH., MH. dalam Hukum Pem bukt ian Pencucian Uang Money Laundering;
  • - Yent i Garnasih dalam Art i Pencucian Uang di I ndonesia dan Kelem ahan dalam I m plem ent asinya

    ( Suat u Tinj auan Awal) ;
  • - Dr. Bism ar Nasut ion SH.MH dalam Pem aham an UU Tindak Pidana Pencucian Uang ( Money

  Laundering) ;

  Laundering Cr im e” ; - Erm an Radj aguk guk, SH., LLM. Ph.D dalam Money Laundering Crim e Dalam Huk um Perbankan.