Hak Intelektual Seni dan Budaya Masih Banyak Tak Terdaftar.docx

  Hak Intelektual Seni dan Budaya Masih Banyak Tak Terdaftar

  Medan, (Analisa)

  Sebuah hasil karya cipta secara otomatis dilindungi hukum sejak pertama kali hasil ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata. "Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan hak cipta, namun pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat pendaftaran sebagai alat bukti di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari," hal tersebut diungkapkan Dr T Keizerina Devi Azwar SH SN M Hum salah seorang pembicara di Seminar Pendukung Hak Intelektual Budaya dan Kesenian yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Medan di Hotel Asean, Senin (20/12). Keistimewaan lainnya dalam perlindungan hak cipta, lanjut Keizerina, adalah lamanya jangka waktu perlindungan atas hak cipta itu sendiri. Dibanding kekayaan atas intelektual, hak cipta memiliki perlindungan yang cukup lama. "Perlindungan untuk buku, pamplet hasil karya tulis, drama, drama musikal, tari koreografi dan lainnya berlaku seumur hidup penciptanya ditambah 50 setelah pencipta meninggal," bebernya di hadapan 200 peserta seminar dari berbagai kalangan, mulai dari SKPD, akademisi, mahasiswa, pelaku seni dan lainnya. Disebutkan Keizerina, syarat pendaftaran hak cipta yakni, pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan satu jenis, mengisi formulir permohonan rangkap dua (lembar pertama bermaterai 6000) yang dapat diperoleh secara gratis di kantor Dirjen Hak Kekayaan Intelektual/Departemen Hukum dan HAM, mencantumkan identitas pencipta dan pemegang hak cipta. Persyaratan lainnya, judul, tanggal dan tempat ciptaan diumumkan pertama kali, uraian ciptaan, melampirkan surat kuasa bila permohonan diajukan oleh kuasa, melampirkan contoh ciptaan atau penggantinya, melampirkan bukti pengalihan hak cipta, pembayar biaya permohonan pendaftaran sebesar Rp 75.000, kecuali program komputer sebesar Rp 150.000 untuk setiap ciptaan, permohonan diajukan langsung ke kantor Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual melalui kantor wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pembicara lainnya, Rizaldi Siagian mengungkapkan, bagi pencipta lagu yang berproduksi di ranah budaya populer bersifat individualistis, maka instrumen perlindungan hukum yang diadopsi dari rezim Hak Kekayaan Intelektual (HKI) cukup memadai. Meski butuh sejumlah catatan tambahan dalam implementasinya.

  Karya Komunal

  "Tapi jika seorang seniman memainkan sebuah lagu tradisional yang tidak diketahui penciptanya dan bersumber dari khasanah seni tradisional, maka persoalan pelik yang muncul adalah bahwa hingga kini tidak ada sistem legal yang spesifik bisa memberi perlindungan intelektual terhadap karya cipta komunal.

  KI yaitu pengklaiman sebagai pemilik atau pemegang hak cipta individualis atau menempatkan karya komunal yang tidak diketahui penciptanya tersebut sebagai milik publik. Karena HKI tidak melindungi karya komunal, tetapi karya individual maka hak kebudayaan masyarakat atas karya tradisional yang disampaikan turun-temurun secara lisanpun jadi terabaikan. Menyinggung masih banyaknya produk kesenian dari berbagai budaya yang ada di daerah ini belum dipatenkan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Medan Dra Rismaria Hutabarat mengaku berbagai kalangan memang sudah banyak mendatangi dirinya serta menanyakan hal tersebut.

  "Sampai saat ini yang bisa dilakukan Disbudpar Medan dengan menggelar sosialiasi agar masyarakat lebih paham tentang HAKI ini," ujarnya didampingi Kasi Promosi Sonita. Selain itu, lanjut Rismaria, pihaknya berupaya akan menginventarisir dan mendata seni dan budaya yang sampai saat kini belum memiliki hak cipta bagi penciptanya maupun hak patennya produk kesenian tersebut. (mc)

Garuda di Dadaku Milik Siapa?

  Tribunnews.com - Minggu, 19 Desember 2010 06:38 WIB

  Penyerang Timnas Indonesia, Cristian Gonzales

  TRIBUNNEWS.COM - Sebagaimana lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman, siapa menggugah semangat nasionalisme para pemuda yang menghadiri Konggres Pemuda Indonesia II, pada 28 Oktober 1928, yang kemudian melahirkan ikrar Sumpah Pemuda. Ini menunjukkan sebuah lagu mampu membangkitkan spirit nasionalisme dan semangat juang.

  Lagu-lagu bertemakan spirit kebangsaan lainnnya yang diciptakan di era pasca kemerdekaan seperti Kebyar-Kebyar (Gombloh), Mutiara Pertiwi (Leo Kristi), Indonesia (Franky Sahilatua), Kibar-Kibar Benderaku (Ully Sigar Rusady), Merah Putih (Tyas D), Bendera (Cokelat), dan juga Garuda di Dadaku yang dibawakan oleh grup musik Netral yang kini menjadi lagu pembangkit semangat Timnas PSSI di ajang AFF Cup 2010 .

  Di tengah gegap-gempita euforia kemenangan Timnas PSSI atas kesebelasan Malaysia, Laos, Thailand dan Philipina, lagu Garuda di Dadaku ini yang dinyanyikan secara koor oleh paduan suara supporter ternyata gema dan gaungnya mampu membangkitkan spirit kebangsaan dan memacuh semangat juang pantang menyerah Timnas Indonesia untuk berjibaku menaklukan lawan tandingnya. Kemenangan demi kemenangan ini semoga menandai kebangkitan dan kebanggaan dunia persepakbolaan kita yang cukup lama terpuruk.

  Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk mencari sensasional atau kontroversi di tengah euforia kebangkitan dunia persepakbolaan kita, dengan mengusik keberadaan hak cipta lagu Garuda di Dadaku yang kini jadi lagu penyemangat dalam pertandingan olahraga, khusus di sepakbola. Justru di sini kita ingin menempatkan sebagaimana mestinya kelaziman yang terkait dengan penghargaan mengenai hak cipta musik atau lagu. Tulisan artikel ini sendiri adalah hasil editing rangkuman komentar-komentar di facebook: Forum Apresiasi Musik Indonesia, seputar pertanyaan keberadaan karya dan hak cipta lagu Garuda di Dadaku yang dibawakan oleh grup musik Netral, yang notasinya ada kemiripan dengan daerah asal Biak, Apuse.

  Kalau memang lagu Garuda di Dadaku yang jadi soundtrack film dengan judul yang sama adalah inspirasi lagunya atau notasinya diambil dari lagu Apuse, dan kemudian liriknya adaptasi atau diubah jadi Garuda di Dadaku, sudah selayaknya Netral mencantumkan nama penciptanya - kalau tidak tahu atau tidak ditemukan siapa nama pencipta lagu tersebut - bisa cukup dengan mencantumkan nama Pencipta/Lagu: NN, baru Lirik: Ferry & Bagus, dan aransemen musik: Netral. Sportivitas inilah yang seharusnya dilakukan.

  Bagaimanapun juga etika pencantuman nama penciptanya ini harus diberlakukan karena menyangkut hak cipta yang dilindungi oleh undang-undang. Jadi siapapun juga tidak tidak bisa dengan semena-mena mencomot lagu orang lain sekalipun itu NN sebagai penciptanya. Apalagi lagu Apuse ini sudah cukup popular di telinga masyarakat Indonesia sebagai lagu daerah asal Biak. Karena dalam setiapkali lagu tersebut diputar di layar kaca tidak pernah ditulis siapa pencipta aslinya? Garuda di Dadaku - Netral. Sementara telinga awan langsung merespon bahwa lagu tersebut notasinya mirip dengan Apuse.

  Terlepas dari munculnya pertanyaan keberadaan siapa pemilik hak cipta lagu Garuda di Dadaku? Jawabnya, bahwa lagu yang notasinya mirip dengan lagu Apuse kini sudah menjadi milik rakyat dan bangsa Indonesia. Apalagi kini lagu bertemakan kebangsaan ini sudah menjadi lagu mars untuk membangkitkan semangat juang bagi Timnas PSSI dalam ajang laga AFF 2010 untuk mengembalikan kembali kebanggaan dan kejayaan dunia persepakbolaan kita, atau pada kejayaan bidang olahraga lainnya. Selamat berjuang, sematkan Garuda di

  Garuda di dadaku Garuda kebanggaanku Kuyakin hari ini pasti menang Kobarkan semangatmu Tunjukkan sportivitasmu Kuyakin hari ini pasti menang..!!! (Alex Palit, anggota facebookers Forum Apresiasi Musik Indonesia)

TEMPO Interaktif , Jakarta - Demam atas prestasi tim sepak bola nasional yang

sedang meninggi ikut mendongkrak popularitas lagu Garuda di Dadaku. Di situs

YouTube, lagu yang dibawakan grup musik Netral itu mencatat hit sebagai salah

satu lagu Indonesia yang paling banyak diunduh. "Saya bangga dan senang, meski belum lihat," kata Bagus Dhanar Dhana, vokalis grup cadas itu.

Tak banyak yang tahu, Bagus menciptakan lirik lagu itu dengan cara tak lazim,

yaitu dari belakang. "Inspirasi awal justru lirik belakangnya dulu: Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku," Bagus menambahkan. Kata-kata itu memang

bukan diciptakan oleh Netral, melainkan seorang fans sepak bola bernama Ferry

Indra Syarief. Iramanya diambil dari lagu tradisional Papua, Apuse. Bagus menciptakan lirik depannya saja, seperti: Ayo putra bangsa, harumkan negeri ini.... Lirik yang menggelorakan semangat nasionalisme itu memang diilhami yel yang biasa dinyanyikan pendukung sepak bola. Netral tak pusing dengan hak cipta lagu tersebut. "Kalau bisa lagu itu digunakan juga untuk olahraga lain seperti bulu tangkis dan renang," katanya. Lagu ini sendiri kini menjadi ikon tersendiri. Setiap kali digelar pertandingan sepak bola timnas, lagu ini selalu diperdengarkan. Tiada yang mengira, lagu

yang pernah menjadi soundtrack flm Garuda di Dada besutan Mizan Production

itubisa populer seperti sekarang ini. Sejauh ini Indonesia memang kekurangan

lagu-lagu populer yang bernuansa kebangsaan atau membangkitkan semangat.

Saat ini cuma dua lagu pop yang ngetop sebagai pembangkit semangat kebangsaan, yakni lagu Garuda di Dadaku (Netral) dan Bendera (Coklat).

  Rahasia Lagu Garuda di Dadaku garuda di dadaku

  TEMPO Interaktif , Jakarta - Demam atas prestasi tim sepak bola nasional yang sedang

  meninggi ikut mendongkrak popularitas lagu Garuda di Dadaku. Di situs YouTube, lagu yang dibawakan grup musik Netral itu mencatat hit sebagai salah satu lagu Indonesia yang paling banyak diunduh. "Saya bangga dan senang, meski belum lihat," kata Bagus Dhanar Dhana, vokalis grup cadas itu.

  Tak banyak yang tahu, Bagus menciptakan lirik lagu itu dengan cara tak lazim, yaitu dari belakang. "Inspirasi awal justru lirik belakangnya dulu: Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku," Bagus menambahkan. Kata-kata itu memang bukan diciptakan oleh Netral, melainkan seorang fans sepak bola bernama Ferry Indra Syarief. Iramanya diambil dari lagu tradisional Papua, Apuse. Bagus menciptakan lirik depannya saja, seperti: Ayo putra bangsa, harumkan negeri ini.... Lirik yang menggelorakan semangat nasionalisme itu memang diilhami yel yang biasa dinyanyikan pendukung sepak bola. Netral tak pusing dengan hak cipta lagu tersebut. "Kalau bisa lagu itu digunakan juga untuk olahraga lain seperti bulu tangkis dan renang," katanya. Lagu ini sendiri kini menjadi ikon tersendiri. Setiap kali digelar pertandingan sepak bola timnas, lagu ini selalu diperdengarkan. Tiada yang mengira, lagu yang pernah menjadi soundtrack film Garuda di Dada besutan Mizan Production itubisa populer seperti sekarang ini. Sejauh ini Indonesia memang kekurangan lagu-lagu populer yang bernuansa kebangsaan atau membangkitkan semangat. Saat ini cuma dua lagu pop yang ngetop sebagai pembangkit semangat kebangsaan, yakni lagu Garuda di Dadaku (Netral) dan Bendera (Coklat).

  Lagi, Lagu Musisi Indonesia Dicuri Malaysia

  Rabu, 29 Desember 2010 | 11:22 WIB

  Imaniar memutuskan melaporkan kasus ini ke Depkumham Internasional JAKARTA - Tidak hanya curang dengan menggunakan laser untuk merusak para pemain Timnas Indonesia, Malaysia kembali ketahuan mencuri salah satu karya terbaik anak bangsa. Sebuah lagu karya musisi senior Indonesia Imaniar digunakan tanpa izin oleh musisi Malaysia, Misha Omar dan menjadi hit di negeri Jiran ini. Imaniar menceritakan awalnya ia dikontrak oleh BMG Indonesia untuk membuat dua album pada tahun 2000. Saat itu, lagu tersebut memang belum ada judulnya. Namun karena ada resesi pada tahun itu, lagu miliknya tidak terlalu dipromosikan. “Lagu diciptain tahun 2000, waktu itu saya dikontrak sama BMG Indonesia dua album kalau gak salah. Terus saya ciptakan lagu sama Yossi Hitiyaubesi. Jadilah album yang judulnya Imaniar, nggak pakai judul lagu. Salah satu hitsnya Semoga Abadi. Dan saya sudah buatkan video klipnya, tapi tidak terlalu populer dan tidak terlalu di promosikan karena saat itu ada resesi. BMG mungkin terbenturnya di situ yang seharusnya Imaniar promosinya penuh menjadi setengah sehingga orang nggak banyak yang tahu lagu ini,” ungkap Imaniar ketika ditemui di Studio 15 Jl. Musi no.34 Tanah Abang II jakarta Pusat, Selasa (28/12). Tanpa diketahuinya, ternyata lagu miliknya digunakan tanpa izin oleh penyanyi Malaysia, Misha Omar. Yang lebih menyakitkan, suara Imaniar tetap digunakan dalam lagu milik Misha Omar tersebut. Selain itu tidak ada keterangan pencipta ketika lagu dan CD lagu itu dirilis oleh musisi Malaysia tersebut. “Mungkin karena tidak terlalu menguntungkan atau gimana saya nggak tahu, akhirnya pada tahun 2006 lagu itu di pakai oleh Misha Omar dengan judul yang sama. Cuma di CD atau kasetnya ditulis tidak ada penciptanya. Dan yang menyakitkan hati, suara saya itu di pakai oleh Misha Omar sebagai backing vocal saja. Benar-benar sakit hati. Kulonuwon (permisi) aja nggak ada, jadi benar-benar diinjak deh,” tutur Imaniar. Setelah melalui berbagai pertimbangan, Imaniar memutuskan melaporkan kasus ini ke Depkumham Internasional. “Saya paling nggak suka ciptaan saya dijajah begitu saja. Setelah banyak pertimbangan, saya dan pengacara bersama IKCI (Ikatan Keluarga Besar Karya Cipta Indonesia) akan bertindak kepada Depkumham Internasional,” tegas Imaniar. Menurutnya ia sudah memiliki data-data yang akurat untuk melaporkan masalah ini. Namun ia tidak bisa menceritakan dengan detail apa saja data-data tersebut karena merupakan bahan untuk pengacara. Ia sudah mencicil bukti-bukti kasus ini seperti CD dan kontrak dengan BMG. Putri musisi besar Said Kelana ini merasa heran bagaimana musik miliknya bisa pindah ke Malaysia dan vokalnya begitu saja dihapus padahal semua itu menjadi rahasia perusahaan. Imaniar mengatakan saat ini ia sudah memproses kasus ini. Proses hukumnya sendiri bakal dilaksanakan di Indonesia. Walau Malaysia masih adem ayem, namun di dunia maya, Imaniar mengatakan facebook-nya mulai ramai. Bukan kali ini pencurian hak cipta dilakukan oleh negara tetangga, Malaysia. Sebelumnya lagu milik Wali, Cari Jodoh juga dibajak oleh Malaysia. Lagu Tahukah Kau karya Igor dari grup hip hop Zaykoji juga dibajak rapper Malaysia. Akhir 2009 lalu penyanyi muda Afgan juga jadi korban. Lagu Bukan Cinta Biasa yang dipopulerkannya dibajak operator telekomunikasi Malaysia, Maxis. Yang jadi masalah, pihak Maxis tidak pernah bekerja sama dengan WannaB, label yang menaungi Afgan. tis,kpl,ins

Imaniar Laporkan Musisi Malaysia ke Depkumham Internasional

  Entertainment * / Rabu, 29 Desember 2010 08:40 WIB SATU lagi kelakuan Malaysia yang membuat Indonesia gerah. Lagu karya musisi senior

  Indonesia Imaniar digunakan tanpa izin oleh pemusik negeri jiran, Misha Omar. Imaniar pun melaporkan pencurian itu ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Internasional. Imaniar mengatakan kasus itu bermula saat ia menerima kontrak dari rumah produksi BMG Indonesia untuk membuat dua album pada tahun 2000. Ia mengaku lagu itu belum ada judulnya. Karena resesi, lagu dan video klipnya tak terlalu dipromosikan. Lagu itu, ujar Imaniar, diciptakan bersama Yossi Hitiyabesi. Musisi senior itu mengaku tak menemukan namanya di CD ketika lagu itu dirilis di Malaysia pada 2006. Suaranya pun hanya dipakai sebagai backing vocalnya Misha Omar. Lagu yang dinyanyikan penyanyi Malaysia itu berjudul Semoga Abadi dan menjadi hits. "Benar-benar sakit hati kulonuwon (permisi) aja gak ada, jadi benar-benar diinjak deh," tutur Imaniar ketika ditemui di Studio 15 Jl. Musi no.34 Tanah Abang II Jakarta Pusat, baru-baru ini. Imaniar menyayangkan pihaknya tidak cepat memergoki. Tapi ia tak bisa tinggal diam. Setelah banyak pertimbangan, Imaniar dan pengacaranya dari Ikatan Keluarga Besar Karya Cipta Indonesia akan melapor ke Depkumham Internasional. Proses hukum kasus itu akan dilaksanakan di Indonesia. Ia mengaku telah mengumpulkan sejumlah bukti yang akurat. Namun, ia tak bisa memaparkan bukti-bukti itu karena digunakan sebagai bahan pengacaranya. Meski demikian, pihak Malaysia masih adem ayem. Misha Omar dan BMG belum berkomentar. Padahal, aku Imaniar, jejaring Facebooknya telah ramai membicarakan pencurian lagu itu.(kpl/***) Kamis, 30 Desember 2010

  Imaniar

  

Tempuh Jalur Hukum

KEKESALAN Imaniar sudah mencapai puncaknya, akibat lagu ciptaannya "Semoga Abadi"

  dicomot begitu saja oleh penyanyi Malaysia, Misha Omar. Baginya, sudah cukup banyak bukti atas tindakan tidak menguntungkan bagi para penyanyi Indonesia yang dilakukan oleh penyanyi seberang itu. "Sebenarnya sudah cukup untuk kita, bangsa Indonesia (mengambil langkah). Insya Allah apa yang saya lakukan nanti bisa membuka mata musisi kita jika terjadi masalah seperti ini," ungkap Imaniar, di Jln. Musi, Tanahabang II, Jakarta Pusat, Rabu (29/12). Imaniar mengatakan, dirinya tidak akan menempuh jalan damai, namun lebih ke tindakan

  "Enggak, saya tidak melewati itu (jalan damai), banyak yang nawarin seperti itu dari lembaga-lembaga di Indonesia dan teman-teman bilang asyik tuh bisa dapat beberapa miliar karena sudah 4 tahun berjalan," ungkapnya. "Saya enggak mau karena dia sudah banyak mendapat keuntungan dan Misha Omar best female apa dengan lagu itu. Terus naik pop chat berapa, terus terjual beberapa ratus copy dengan lagu itu, tanpa menyebutkan itu ciptaan siapa. Bisa terjadi di negara itu, keren banget!" tandasnya.

  Tidak cukup sampai di situ, video klipnya juga digemari dan sudah disaksikan oleh ratusan ribu orang, itu sekitar dua bulan lalu, dan sekarang sudah dua ratus ribu lebih. "Terus akan chase secara finansial, tapi saya enggak butuh uang itu, itu untuk IKCI, lembaga musik Indonesia supaya hak cipta musik Indonesia lebih maju," pungkasnya. Lagu "Semoga Abadi" dicomot begitu saja oleh Misha Omar dan kini tengah hit di negeri tersebut. Lucunya, lagu yang diciptakan tahun 2000 dan sudah dibuatkan video klipnya oleh Imaniar itu, kini beredar dengan tetap menggunakan suara penciptanya sebagai backing vokalnya. Lebih aneh dan menyakitkan lagi, teks penciptanya dibiarkan kosong begitu saja. (rsy/"GM"/net)

  Penyanyi Imaniar sekarang berjuang mengumpulkan bukti-bukti yang terkait pembajakan lagunya oleh penyanyi cantik asal Malaysia, Misha Omar, yang berjudul ‘Semoga Abadi’. Usaha penyanyi multitalenta, ini, sungguh serius untuk mendapatkan haknya, sampai ia menyiapkan delapan pengacara untuk menyelesaikan lagu yang dijiplaknya oleh Misha melalui jalur hukum. “Bukti-buktinya kita cicil, karena kan saya sudah terikat kontrak 10 tahun (dengan BMG), kemudian dia juga edarnya sudah dari empat tahun yang lalu.

Jadi kita kumpulkan CD-nya dia dan segala macam kan, sampai kontrak-kontrak

saya. Bagaimana musik saya bisa pindah kesana gitu, dengan segala vokal saya

dihapus itu. Kok bisa, itu kan rahasia perusahaan,” beber Imaniar saat ditemui di

Jakarta, belum lama ini.

  Dia pun memberikan alasan, dalam penyelesaian kasus ini, dirinya tak ingin mengambil jalur kekeluargaan. “Saya gak mau, karena dia sudah banyak mendapat keuntungan dan Misha Omar best female apa dengan lagu itu, terus naik pop chart berapa. Terus

albumnya sudah terjual sangat banyak, tanpa menyebutkan itu ciptaan siapa. Itu

bisa terjadi di suatu negara, menurut saya itu keren banget,” cetus wanita yang

sempat mengeluarkan album 'Semoga Abadi' di tahun 2000.

  'Pembajakan Bukan Karena Faktor Ekonomi Semata' Jakarta - Masalah pembajakan masih saja menghantui industri kreatif dalam negeri.

  Berbagai cara pun dilakukan untuk menekan angka pembajakan. Namun nyatanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Salah satu faktor yang menjadi penyebab maraknya pembajakan adalah faktor ekonomi.

Mahalnya software berlisensi dianggap sebagai salah satu pemicu pembajakan. Tapi rupanya

alasan itu dianggap tak sepenuhnya benar. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Perwakilan Business Software Alliance (BSA)

Indonesia, Donny A Sheyoputra saat berbincang dengan detikINET usai kampanye 'Berantas

Software Bajakan untuk Indonesia yang Lebih Baik' di Hotel Amarossa, Bandung. Menurutnya, ekonomi bukan faktor utama maraknya pembajakan.

"Kata siapa karena software berlisensi itu mahal. Ada salah satu anggota kami yang membuat

software untuk UKM. Itu dijual hanya Rp 50 ribu. Tapi ternyata masih dibajak juga. Software

hasil bajakannya tersebut dijual Rp 20 ribu. Jadi bukan karena faktor ekonomi semata," ungkapnya. Hal ini sangat disayangkan. Karena dengan maraknya pembajakan, khususnya untuk

software, banyak yang dirugikan. Selain produsen pembuat software, negara juga kehilangan

pemasukan dari sektor pajaknya. "Dari software bisnis saja, potential lostnya di tahun ini mencapai US$ 886 juta. Angka ini naik dari tahun sebelummya yang berkisar US$ 544 juta," jelasnya. Berdasarkan data dari BSA, saat ini Indonesia menempati peringkat ke 12 negara-negara

pengguna software bajakan. Di tahun 2009, tingkat penggunaan software bajakan meningkat

menjadi 86 persen dari tahun sebelumnya yang berkisar 85 persen. "Itu data dari IDC, tahun 2009 tingkat pembajakan software 86 persen. Artinya dari 100 software yang diinstal ke komputer, sebanyak 86 di antaranya bajakan. Bajakan di sini bisa

berarti memang softwarenya bajakan dari awal atau penggunaan software yang tidak sesuai

dengan lisensinya," jelas Donny. Pun demikian Donny tetap optimistis tingkat pembajakan, khususnya software bisnis yang biasa dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan bisa ditekan.

"Memang untuk angka tingkat pembajakan selalu naik turun. Tapi yang jelas kita (Indonesia -

red) semakin manjauh dari 10 besar. Kita terus dorong kampanye dan edukasi ke perusahaan-

perusahaan untuk menggunakan software berlisensi," tuturnya.

  "Ini lebih efektif daripada kita door to door ke end user. Karena dari perusahaan juga pasti akan menekankan kepada karyawannya untuk menggunakan software berlisensi," ia menandaskan.

  Penjara 7 Tahun dan Denda Rp 1 Miliar Bagi Pelaku Pembajakan Software Rabu, 22 Desember 2010 | 18:27 WIB

   ibaca 106 kali

  BANDUNG, TRIBUN - Berbagai upaya, baik preventif maupun represif dilakukan para

  penegak hukum terhadap para pelaku pembajakan piranti lunak (software). Pasalnya, pada 2009, kerugian akibat penggunaan software bajakan mencapai 866 juta dolar AS. "Tahun ini, tidak tertutup kemungkinan, penggunaan software bajakan lebih tinggi daripada 2009," tandas Ketua Bussines Software Alliance (BSA), Donny A Sheyoputra SH LLM, Rabu (22/12). Mengenai sanksi, Donny menyatakan, sejauh ini, pihaknya bekerjasama dengan aparat kepolisian terus menggalakan berbagai upaya penindakan hukum. Dia menjelaskan, berdasarkan Undang Undang Hak Cipta, ada sanksi bagi para pelaku atau mereka yang berkaitan dengan aksi pembajakan software. "Ancamannya hukuman penjara dan atau denda," tuturnya. Dijelaskan, berdasarkan Pasal 7 ayat 1 UU Hak Cipta, pelaku pembajakan terkena hukuman 7 tahun penjara dan atau denda Rp 1 miliar. Pasal 7 ayat 2 menyatakan, hukuman bagi pengedar software bajakan berupa penjara 5 tahun dan atau denda Rp 500 juta. "Sementara pasal 7 ayat 3 menerangkan, bagi pengguna software bajakan tetapi dia gunakan untuk kepentingan komersil, sanksinya berupa penjara 5 tahun dan atau denda Rp 500 juta," pungkasnya. (win)

  Jakarta - Tak pernah habis cerita jika membicarakan pembajakan. Bukannya

menurun, angka pembajakan di negeri ini justru kian meningkat, termasuk juga

pembajakan software. Perlu pendekatan kultural untuk menekan angka pembajakan di Indonesia.

  

"Masyarakat tidak cukup hanya dengan pendekatan represif. Edukasi jauh lebih

penting. Kita berikan pemahaman pada masyarakat," ujar Ahmad M Ramli, Dirjen

HaKI, Kementrian Hukum dan HAM RI saat berbincang santai dengan detikINET

di Hotel Amarossa, Rabu (22/12/2010) petang.

  

Ramli, demikian pria ini akrab dipanggil, mengungkapkan bahwa untuk menekan

angka pembajakan tidak melulu menggunakan cara-cara yang represif. Karena baginya penyadaran masyarakat akan penggunaan software berlisensi dapat diterima jika cara-cara yang dipergunakan dengan pendekatan kultural.

  

"Seperti MUI, sudah lama mereka mengeluarkan fatwa haram bagi penggunaan

bajakan. Karena, menurut mereka, pembajakan merugikan banyak orang," jelas

  Ramli berpendapat, pembajakan bukan hanya mematikan industri kreatif, tapi juga industri yang lainnya. Untuk itu diperlukan strategi pemasaran dalam

menekan pembajakan. Menurutnya, memerangi pembajakan juga jangan hanya

mengandalkan aparat penegak hukum atau strategi harga.

  

"Jual mahal dan andalkan penegak hukum? Susah, kita akan kejar-kejaran sama

pembajak. Sekarang mahal, paling juga 30 persen dari market, mereka (pembajak) bisa menguasai 70 persen market," tandasnya.

  Apa yang dimaksud dengan pembajakan menurut BSA (Business Software Alliance)? Berikut ini saya copy pastekan dari situsnya yaitu sebagai berikut:

  

Pembajakan piranti lunak adalah penyalinan atau penyebaran secara tidak sah atas piranti

lunak yang dilindungi undang-undang. Hal ini dapat dilakukan dengan penyalinan, pengunduhan, sharing, penjualan, atau penginstallan beberapa salinan ke komputer personal atau kerja.

  Secara sederhana, membuat atau mendownload salinan tidak resmi dari piranti lunak adalah tindakan melanggar hukum, tidak peduli berapa banyak salinan atau berapa orang yang terlibat. Membuat beberapa salinan untuk teman, menyewakan disk, mendistribusikan atau mendownload piranti lunak bajakan dari internet, maupun membeli satu program piranti lunak dan kemudian menginstalnya pada beberapa komputer, ini termasuk pembajakan. Tidak peduli apakah Anda melakukannya untuk menghasilkan uang atau tidak, jika perusahaan Anda tertangkap menyalin piranti lunak, Anda dapat dituntut secara perdata dan pidana. Denda perdata dapat mencapai Rp 500 juta per program piranti liunak yang dibajak.

  Dampak Pelanggaran Hak Cipta & Cara penanggulangannya Oktober 21, 2008 Hak Cipta Kekayaan Intelektual (HAKI) pertama kali disahkan pada tahun 1981 oleh Mahkamah Agung Amerika setelah kasus Diamond Vs Diehr bergulir. Hak paten atau hak cipta kekayaan intelektual sangat penting karena memberikan hak kepada perusahaan software tertentu untuk melindungi hasil karyanya dari pembajakan oleh perusahaan software lain sekaligus memberikan peluang bagi mereka untuk menjadikan software buatannya sebagai komoditas finansial yang dapat mendorong pertumbuhan industri. Dengan adanya hak cipta terhadap software, apabila terjadi pembajakan terhadap software tersebut maka pelakunya dapat dituntut secara hukum dan dikenakan sanksi yang berat. Maka, para dan sulitnya proses pengeluaran hak paten tersebut. Namun di satu sisi, hak cipta kekayaan intelektual memberikan masalah baru terkait dengan aplikasinya oleh para pengguna di seluruh dunia. Disebarluaskannya penggunaan floppy disk drive pada PC hingga alat yang saat ini populer yaitu CD-RW dan DVD-RW membuat kasus pembajakan software semakin marak di seluruh dunia. Kemampuan alat ini untuk menciptakan software lebih banyak dimanfaatkan oleh pengguna komputer untuk menggandakan software dengan mudah tanpa mengurangi kualitas produknya. Bahkan produk hasil penggandaannya akan berfungsi sama seperti software yang asli. Kasus ini terjadi karena mahalnya harga lisensi software yang asli sehingga tidak terjangkau oleh pengguna. Padahal sebagian besar pengguna ini sangat membutuhkan aplikasi software tersebut dalam pekerjaan sehari-harinya. Kita lihat saja, harga lisensi Windows 98 adalah 200 US$, sedangkan software Windows 98 bajakan dapat kita beli hanya dengan harga Rp 10.000,- saja. Jika sebuah kantor mempunyai 10 komputer yang menggunakan Windows 98, maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar 2000 US$ atau hampir Rp 20.000.000,- hanya untuk sistem operasinya saja, dan ini belum termasuk program-program aplikasi lainnya. Mahalnya harga software inilah yang memicu para pembajak software untuk memenuhi permintaan pasar yang besar terhadap software yang murah. Pembajakan merupakan hal yang kompleks dan berdampak pada industri komunikasi. Selain mengakibatkan kerugian pada perusahaan komputer yang menciptakan software, pembajakan juga mengakibatkan pelanggaran terhadap hak cipta kekayaan intelektual (HAKI). Memang tak dapat dipungkiri bahwa makin meluasnya penggunaan teknologi komputer untuk kantor maupun pribadi memungkinkan setiap individu di seluruh dunia untuk menggandakan software tanpa diketahui oleh pemilik hak cipta sehingga pembajakan software sulit untuk diawasi dan ditindak. Namun sejauh ini berbagai upaya tengah dilakukan pemerintah dan produsen software untuk melindungi properti intelektual hasil inovasi mereka dari pembajakan. Pemerintah mengeluarkan aturan hukum berkaitan dengan undang-udang tentang hak cipta kekayaan intelektual (HAKI) yang berisi tentang tata cara perlindungan software, berbagai bentuk pembajakan serta sanksi bagi pelaku pembajakan sofware. Aturan hukum ini tentunya akan mencapai titik keberhasilan apabila diikuti dengan penegakan hukum yang mendasar dimana kalangan korporat, pemerintahan, hingga para penegak hukum juga diharuskan menggunakan software asli dalam pemakaian teknologi di lingkungan mereka. Sementara itu, perusahaan IT berusaha untuk menciptakan teknologi terbaru yang mampu melindungi setiap CD dari penggandaan dengan mengunci “dogle” yang merupakan bagian kecil dari CD, dengan program tertentu. Hingga menciptakan program dimana terdapat clear cut licence agreement yang memperlakukan program ibarat sebuah buku dimana banyak orang dapat menggunakan program tersebut namun hanya untuk satu orang pada sebuah PC tertentu dan dalam waktu tertentu. Teknologi anti pembajakan yang dimiliki oleh Windows Vista misalnya. Pada tahap awal program ini memerlukan aktivasi terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan validasi dimana hanya bisa dilakukan secara kontinyu setelah aktivasi orisinal. Dan ketika Vista dideteksi bajakan, maka akan dialihkan ke reactivation mode dan untuk mengaktifkannya diperlukan kode asli. Masalah pembajakan merupakan masalah filosofis dimana kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai hak dan kekayaan intelektual yang terdapat pada setiap software yang digunakan masih sangat kurang. Untuk itu semua tindakan penanggulangan diatas hanya akan sia-sia

kepekaan para produsen software asli untuk menghasilkan produk software dalam beberapa tipe untuk segmen-segmen masyarakat tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan ekonomi mereka sehingga para pengguna skala kecil dapat membeli produk dengan harga yang terjangkau untuk kebutuhan pekerjaan mereka.

  Kegiatan pembajakan hak cipta sesungguhnya sama pengertiannya dengan kegiatan perbanyakan suatu ciptaan dilakukan tanpa adanya ijin dari pencipta

maupun pemegang hak cipta. Pembajakan sesungguhnya menimbulkan dampak

yang sangat merugikan bagi pihak pencipta maupun pihak produser rekaman bahkan negara. Kerugian yang dialami oleh pihak yang dirugikan bisa berupa kerugian materiil maupun kerugian immateriil. Dan untuk mengetahui lebih

lanjut dampak yang ditimbulkan akibat adanya pembajakan hak cipta khususnya

di bidang musik serta untuk mendapatkan data akurat yang diperlukan maka dilakukan wawancara langsung dengan beberapa pihak yang berhubungan langsung dengan masalah ini yaitu : Direktorat Jenderal HAKI, Asosiasi Industri Rekaman Indonesia, Yayasan Karya Cipta Indonesia, Persatuan Artis Pencipta

Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia, dan Pengadilan Niaga. Dengan data-

data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya pembajakan

itu harus diberantas secara tuntas oleh pemerintah yang bekerja sama dengan

pihak aparat penegak hukum. Dan untuk pencipta dan produser rekaman yang

dirugikan, hendaknya menyelesaikan masalah ini melalui jalur hukum baik pidana maupun perdata. Pembajakan adalah kegiatan merampas barang atau hak orang lain.

  

Pembajakan umumnya di hubungkan dengan pembajakan kapal oleh bajak laut,

walaupun sering terjadi pembajakan pesawat, bus dan kereta api. Selain itu ada

juga pembajakan hak cipta yang berarti pemalsuan barang, merek, dan sebagainya.