Perdagangan Senjata Sebagai Alat Imperia

Perdagangan Senjata Sebagai Alat Imperialisme dalam
Pandangan Poskolonialisme
TUGAS AKHIR MATA KULAIH ILMU PENGANTAR HUBUNGAN INTERNASIONAL I

Oleh
Wicaksana Yoga Pratama
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
170210120088

Abstract of Argument
Kebutuhan senjata bagi setiap negara untuk memperkuat pertahanannya, sekaligus
fakta bahwa tidak setiap negara dapat memproduksi senjata sendiri, membuat
perdagangan senjata menjadi sarana yang jitu bagi negara maju untuk
menjalankan praktek imperialisme.
11 Juni 2013

SUMMARY INTRODUCTION
Hampir setiap negara pasti membutuhkan aspek pertahanan yang kuat agar bisa
menjaga kedaulatannya. Oleh karena itu, kebutuhan akan peralatan militer
terutama persenjataan menjadi sangat fatal demi mendukung kekuatan militer agar
bisa memperkuat pertahanan


negara. Negara yang tidak kuat persenjataan

militernya menjadi sangat riskan untuk mendapatkan serangan dan intervensi
negara lain. Namun sayangnya, tidak semua negara dapat memenuhi kebutuhan
persenjataan mereka sendiri. Beberapa negara tidak mempunyai sumber daya
cukup, bahkan tidak mempunyai sumber daya yang mendukung untuk produksi
peralatan persenjataan militer. Karenanya, mereka terpaksa harus mengimport
persenjataan tersebut dari negara lain demi memperkuat pertahanan mereka.
Sayangnya, kondisi seperti ini dimanfaatkan oleh negara-negara maju
sebagai ladang imperialisme sekaligus meraup untung sebesar-besarnya. Dengan
dalih berbagai macam program kerja sama untuk pengadaan perlengkapan militer,
negara-negara maju kemudian memberikan pinjaman dana kepada negara-negara
berkembang yang otomatis membuat mereka membeli senjata kepada negara
tersebut. Praktek semacam ini, selain membuat negara-negara berkembang terlilit
hutang juga memberi peluang kepada negara-negara maju untuk mengetahui,
bahkan mengontrol kekuatan militer negara yang dibantu. Sekaligus, dengan
adanya kerja sama dan pinjaman utang semakin menekan negara berkembang
sehingga timbul ketergantungan dan membuat mereka tidak dapat mandiri.
Kondisi seperti ini yang kemudian membuka lebar peluang bagi negara-negara

maju untuk mengembangkan imperialisme.

1

PEMBAHASAN

‫قأتا ك‬
‫هوا م أ‬
َ‫سىَ أأن‬
‫شميئْا ا وأهكوأ أ‬
‫سىَ أأنَ ت أك مأر ك‬
‫م ال م ق‬
‫ك كت ق أ‬
‫م وأع أ أ‬
‫م وأع أ أ‬
‫خي مرر ل لك ك م‬
‫ل وأهكوأ ك كمره ر ل لك ك م‬
‫ب ع أل أي مك ك ك‬
‫أ‬
‫شميئْا ا وأهكوأ أ‬

‫حببوا م أ‬
(216 :‫نَ )البقرة‬
‫تك ق‬
‫مو أ‬
‫م ل أ ت أعمل أ ك‬
‫م وأأنَت ك م‬
‫ه ي أعمل أ ك‬
‫م أوالل ل ك‬
‫شرر ل لك ك م‬

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah: 216)1
Perang memang kondisi yang tidak dapat dihilangkan dalam tatanan masyarakat
sejak zaman dahulu hingga sekarang. Sebabnya, perang memang merupakan
turunan sifat dasar manusia yang tetap sampai sekarang, guna memelihara
dominasi dana memperkuat eksistensi diri

dengan berbagai cara seperti


menundukkan kehendak pihak yang dimusuhi. Ayat pada surat kedua Al-Quran
tersebut memberikan gambaran umum kondisi manusia bahwa bagaimanapun kita
mencintai perdamaian tetap ada waktu ketika kita harus menghadapi perang. Pada
faktanya, beberapa kondisi damai justru hanya dapat diciptakan lewat adanya
peperangan.
Baik bagi pihak yang kalah maupun yang menang, perang dapat
menimbulkan kerugian yang sangat besar, bahkan kebangkrutan. Negara yang
kalah dalam perang dapat menjadi negara yang miskin dikarenakan sangat
1 Dikutip dari Al-Qur’an pada surat kedua ayat 216. Tafsir mengenai ayat tersebut beserta ayatayat lain yang terkait dapat dilihat di tafsir Ibnu Katsir Juz 2 halaman 388-390

2

mungkinnya kelangkaan makanan, harga barang-barang kebutuhan yang sangat
mahal, dan mungkin juga terjadinya kelainan genetik pada keturunannya seperti
yang terjadi di Jepang akibat peristiwa bom Hiroshima dan Nagasaki. Perang
dunia kedua setidaknya telah menyebabkan ekonomi Eropa collapse sekitar 70%
dan menyebabkan rusaknya berbagai sarana infrastruktur.2 Kerusakan properti di
Uni Soviet yang ditimbulkan oleh invasi Axis diperkirakan nilai dari 679 miliar
rubel. Kerusakan total terdiri dari kehancuran lengkap atau sebagian dari 1.710

kota dan kota-kota, 70.000 desa / dusun, 2.508 bangunan gereja, 31.850
perusahaan industri, 40.000 mil dari kereta api, stasiun kereta 4100, 40.000 rumah
sakit, 84.000 sekolah, dan 43.000 perpustakaan umum.3
Sementara bagi negara yang menang memang sangat berpotensi
mendapatkan begitu ragam keuntungan. Amerika dan Soviet contohnya, dua
negara ini kini menjadi negara superpower yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dunia pasca perang dunia kedua. Dari bidang ekonomi, politik,
hingga ke ranah mode fashion dapat mempengaruhi negara-negara lain dari yang
miskin hingga yang maju. Mereka juga mempunyai kesempatan yang besar untuk
menciptakan ketergantungan negara miskin dan negara berkembang sehingga
menguntungkan ekonomi mereka. Yang lebih ekstrem, negara-negara yang
menang perang dan rata-rata menjadi negara maju dapat membuat hingga
memanipulasi perjanjian agar semakin menguntungkan negara-negara ini. Sebagai
faktanya, negara yang menang tersebut kini memegang peranan penting dalam
2 Marc Pilisuk; Jennifer Achord Rountree (2008). Who Benefits from Global Violence and War:
Uncovering a Destructive System. Greenwood Publishing Group. hal. 136–. ISBN 978-0-27599435-8.
3 The New York Times, 9 February 1946, Volume 95, Nomor 32158.

3


percaturan politik internasional. Amerika, Soviet, dan tiga negara lainnya menjadi
anggota Dewan Keamanan PBB dimana mereka mempunyai hak veto, sehingga
keputusan-keputusan yang sekiranya tidak menguntungkan bagi-bagi negaranegara tersebut sangat mungkin untuk mendapatkan veto dari masing-masing
negara. 4
Poskolonialisme sendiri memandang dengan prinsip The other (yang
lain) dimana setiap aktor sesuatu kedalam dua oposisi biner, dalam pembahasan
ini adalah negara yang menang perang yang biasanya menjadi negara maju (The
have) dan negara kalah perang yang biasanya menjadi negara miskin atau negara
berkembang (The have not).5 Negara-negara barat yang memenangkan perang
kemudian berusaha memaksakan sistem yang seperti berjalan sekarang ini agar
dapat menekan negara-negara berkembang. Hal ini membuat mereka bisa
mendapatkan sumberdaya serta tenaga kerja murah, serta membuat mereka dapat
melakukan investasi besar-besaran di negara berkembang. Dalam menciptakan
universalisasi dari sistem neoliberal dilakukan lewat berbagai macam cara seperti
lewat jebakan hutang, sistem mandat lewat pemanfaatan (manipulasi) hukum
internasional, melalui diskursus bahas dalam pendidikan untuk pemaksaan
pencitraan terhadap ekonomi yang baik, dan juga berbagai operasi-operasi
terselubung dalam hal ekonomi.6 Dengan berkembang luasnya sistem struktur ini

4 Anggota Dewan Keamanan PBB terdiri dari 15 negara dimana 5 diantaranya merupakan anggota

tetap dan mempunyai hak istimewa yaitu hak veto. Negara yang menjadi anggota tetap Dewan
Keamanan PBB adalah Amerika Serikat, Uni Soviet (Sekarang Rusia), China, Inggris, dan
Perancis.
5 Dikutip dari situs Portal Hubungan Internasional (http://portal-hi.net/en/hi-teori/non-grandparadigma/59-poskolonialisme-internasional) diakses pada tanggal 10 Juni 2013
6 Dikutip dari situs Portal Hubungan Internasional (http://portal-hi.net/en/hi-teori/non-grandparadigma/59-poskolonialisme-internasional) diakses pada tanggal 10 Juni 2013

4

maka negara-negara yang menang perang ini semakin leluasa dalam
mengembangkan eksploitasi ekonomi terhadap segala sumber daya yang dimiliki
oleh negara-negara berkembang. Maka melalui tinjauan tersebut dapat
disimpulkan bahwa negara-negara yang menang perang pada masa sekarang ini
telah menciptakan sistem penjajahan modern (poskolonialis) dengan membuat
sistem yang membuat negara-negara yang menang perang semakin maju
sementara negara-negara yang kalah perang ataupun negara-negara yang berada
dibawah mereka semakin tertekan dan terpuruk ekonominya sehingga negaranegara yang menang perang semakin mengontrol hegemoni dunia.
PERDAGANGAN SENJATA SEBAGAI PASAR STRATEGIS NEGARA
MAJU MENGEMBANGKAN POSKOLONIALISME
Senjata merupakan kebutuhan yang paling penting dalam kehidupan internasional
baik dalam kondisi perang maupun dalam kondisi nonperang. Dalam kondisi

perang senjata tentu saja sangat dibutuhkan sebagai kebutuhan utama untuk
mengimbangi maupun mengungguli kekuatan musuh. Sementara dalam kondisi
nonperang senjata juga dibutuhkan sebagai kebutuhan pertahanan yang secara
umum digunakan oleh negara.7 Penggunaan dan penyediaan senjata dalam negara
biasanya dikelola oleh industri pertahanan yang mencakupi masalah pembuatan,
pemeliharaan hingga perbaikan. Setiap negara biasanya memiliki industri
pertahanan sendiri yang biasanya lebih dikenal sebagai industri militer sebagai
bagian dari tatanan industri nasional yang secara khusus memiliki kemampuan
ataupun potensi yang dapat maupun dikembangkan untuk menghasilkan produk

7 Dikutip dari wikipedia ensiklopedia bebas dengan tema “Industri Pertahanan”
(http://id.wikipedia.org/wiki/Industri_pertahanan) diakses pada tanggal 10 Juni 2013

5

berupa sistem senjata, peralatan dan perlengkapan, dukungan administrasi
logistik, ataupun jasa-jasa bagi kepentingan penyelenggaraan pertahanan negara.8
Namun yang menjadi fakta adalah bahwa tidak setiap negara memiliki
industri pertahanan yang dapat memenuhi kebutuhan pertahanan dan kebutuhan
senjata mereka sendiri. Maka kondisi ini dimanfaatkan oleh negara-negara maju

untuk mengekspor sumber daya militer mereka kepada negara-negara yang
kekurangan sumber daya militer sehingga semakin menciptakan ketergantungan
serta ketidakmampuan dari negara-negara berkembang dalam pertahanan apalagi
untuk memiliki kuasa dalam melawan negara-negara maju.
Dalam tahap ini poskolonialisme memandang bahwa liberalisasi ekonomi
neoliberal berusaha menciptakan suatu upaya imperialisme yang menggunakan
metode lama dalam pencapaiannya. Dalam cerita fiksi karangan Sir Arthur Conan
Doyle yang kemudian diadaptasi oleh Hollywood menjadi sebuah film layar lebar
Sherlock Holmes, kita mengenal tokoh Morriarty yang berusaha menguasai
industri besar produksi senjata di berbagai wilayah di Eropa yang kemudian ia
menciptakan kondisi perang yang membuat permintaan terhadap persenjataan di
Eropa meningkat. Ini yang kemudian dimanfaatkan oleh Morriarty untuk semakin
meningkatkan pendapatannya lewat penguasaan produksi senjata dan menciptakan
permintaan kebutuhan militer sementara hanya dia yang memonopoli kebutuhan
militer dari kedua belah pihak. Maka pada kondisi seperti ini membuat Morriarty
dapat semakin mempunyai kontrol terhadap kedua pihak yang bertikai. Dalam
tokoh nyata, kita mengenal aktor sepeti Viktor Bout meskipun aksinya tidak
8 Dikutip dari wikipedia ensiklopedia bebas dengan tema “Industri Pertahanan”
(http://id.wikipedia.org/wiki/Industri_pertahanan) diakses pada tanggal 10 Juni 2013


6

sefrontal Morriarty. Orang Rusia yang terkenal sebagai “Pedagang Malaikat
Maut” tersebut telah terbukti sebagai oknum militer yang melakukan perdagangan
senjata ilegal kepada pihak Tentara Revolusioner Kolombia(FARC) dan juga
kepada pihak pejuang muslim di Selatan Filipina.9 Ia juga terbukti memasok
helikopter-helikopter tempur ke Afrika, serta supplier bagi tentara Hizbullah di
Lebanon Selatan.10 Viktor Bout memang terkenal sebagai pemasok senjata yang
yang merambah seluruh dunia konflik. Ia memiliki berpuluh perusahaan yang
tersebar diberbagai dunia dan berpusat di Emirat Arab. Viktor Bout memiliki
berbagai macam bisnis seperti perdagangan senjata, berlian, mineral, narkotika,
hingga perusahaan pengangkutan udara yang turut membantu dalam bencana
Tsunami yang terjadi di Aceh.11 PBB telah mengkategorikan perusahaan milik
Viktor Bout sebagai perusahaan yang turut aktif membantu Al-Qaeda di berbagai
wilayah.12
Diatas Viktor Bout, kita juga mengenal perusahaan produksi senjata
swasta di Inggris BAE System yang beberapa waktu lalu terkena kasus penyuapan
terhadap raja Saudi senilai kurang lebih 70 juta Euro agar dapat mempengaruhi
kontrak transaksi senjata.13 Perusahaan yang menjadi produsen senjata terbesar di
dunia itu terbukti telah melakukan perdagangan senjata secara ilegal kepada Arab

Saudi. Perjanjian Pembelian Senjata Al-Yamamah menjadi salah satu yang
9 Viktor Bout, Pedagang Senjata Internasional [Serial Spionase – 09], Kompasiana Hankam
(http://hankam.kompasiana.com/2010/11/17/viktor-bout-pedagang-senjata-internasional-serialspionase-%E2%80%93-09-319408.html) diakses pada 10 Juni 2013
10 ibid
11 ibid
12 ibid
13
“Kasus
Suap
Inggris
BAE-Saudi
Muncul
Lagi”
Islamtimes
Online
(http://www.islamtimes.org/vdcezo8n.jh8opiarbj.html) diakses pada tanggal 10 Juni 2013

7

menjadi faktor terkuaknya perjanjian jual beli ilegal ini. 14 Perjanjian tersebut
adalah mengenai penjualan 72 buah pesawat Eurofighter Typhoon yang dibayar
dengan minyak yang jumlahnya kurang lebih sekitar 95000 meter kubik.15
CEO(Ketua Pegawai Eksekutif) dari BAE System Mike Turner
mengatakan bahwa pada tahun 2005 BAE beserta jajaran petinggi-petingginya
telah menerima kurang lebih 43 milyar Euro yang didapat dari kontrak kerja sama
selama 20 tahun, dan masih berkemungkinan untuk mendapatkan tambahan dana
hingga 40 milyar Euro lagi yang menjadikannya perjanjian ekspor terbesar yang
pernah dibuat oleh Inggris hingga melibatkan 5000 pekerja Saudi kala itu. 16 Selain
pembelian 72 buah pesawat Eurofighter Typhoon tersebut, Perjanjian Pembelian
Senjata Al-Yamamah tersebut juga menyepakati pembelian lain seperti 48 buah
pesawat Panavia Tornado (IDS), 24 buah Panavia Tornado ADV, peluru berpandu
anti kapal Sea Eagle, dan beberapa perlengkapan militer lainnya.17
Di dalam negeri kita sendiri rupanya juga tak lepas dari bantuan
penyedian perlengkapan militer oleh negara asing. Melalui kerja sama dengan
Amerika, Indonesia kemudian difasilitasi dengan badan khusus yang mempunyai
program utama untuk membantu pengembangan militer di Indonesia. FMF
(Foreign Military Financing) misalnya, merupakan program dibawah kontrol
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang bertujuan untuk menyediakan
14 sumber dari teks percakapan dokumenter "Arms sales fuel BAe's profits". oleh BBC News.
1999-02-25.
15 ibid
16 O’Connell, Dominic (2006-08-20)."BAE cashes in on £40bn Arab jet deal". The Sunday Times
(London: News International).
17 Donne, Michael. "BAe Hands Over First Part Of Saudi Aircraft Order", Financial Times, The
Financial Times

8

dana dan pinjaman bagi pemerintah asing untuk pembelian perlengkapan militer
dan jasa terkait.18 Pada tahun 2008, Indonesia menerima kucuran dana sekitar
US$15.700.000 yang menurut State Department ditujukan “bagi Indonesia untuk
mewujudkan reformasi militer dan untuk meningkatkan keamanan laut, kontraterorisme, mobilitas, dan kemampuan untuk mengatasi keadaan bahaya.”19
Selain bantuan dalam bentuk peminjaman utang untuk pembelian senjata,
bentuk program lain Amerika Serikat dalam membangun kerja sama dengan
Indonesia adalah dengan program FMS (Foreign Military Services) yang tidak
seperti FMF, FMS ini melakukan penjualan senjata langsung kepada
pemerintahan negara asing.20 Lewat program FMS ini, Indonesia setidaknya telah
mengeluarkan dana sebesar lebih dari 1.000 juta Dollar Amerika dalam kurun
waktu pembelian 20 tahun.21 Penjualan senjata Amerika Serikat ke Indonesia
lewat FMS ini sempat dihentikan dikarenakan adanya isu pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang terjadi di Indonesia. Namun dengan alasan “keamanan nasional”
kemudian pembatasan terhadap pembelian senjata ke Indonesia kemudian
dihapuskan. Selain program FMF dan juga FMS, juga masih ada program bantuan
militer lain dari Amerika seperti DCS (Direct Commercial Sales) yang hampir
sama dengan FMS, ada EDA (Excess Defence Articles) yang memberikan
potongan harga terhadap pernjualan peralatan militer yang surplus di Amerika,

18 “Bantuan Amerika kepada Militer Indonesia : FMF,IMET,E-IMET, FMS” dikutip dari
(http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://etan.org/news/2007/milglossarybh.htm) diakses pada tanggal 11 Juni 2013
19 ibid
20 ibid
21 “Report: U.S. Arms Transfers to Indonesia 1975-1997 - World Policy Institute - Research
Project” dikutip dari situs Worldpolicy.org
(http://www.worldpolicy.org/projects/arms/reports/indoarms.html) diakses 11 Juni 2013

9

serta ada juga Section 1206 tentang Undang-Undang Otorisasi Pertahanan dan
Keamanan Nasional (National Defense Authorization Act) yang diperluas untuk
kepentingan membantu militer negara asing.22
Yang menarik dari bantuan-bantuan yang diberikan Amerika Serikat
tersebut adalah ditujukan bagi Indonesia dan juga Timor Leste justru saat
dikondisi dimana Indonesia dan Timor Leste sedang berkonflik kala itu.
KESIMPULAN
senjata memang merupakan alat yang sangat penting di era sekarang ini.
Efisiensinya terhadap peningkatan perlindungan diri membuatnya menjadi alat
yang sangat strategis bagi tolak ukur kekuatan satu aktor utamanya negara.
Senjata dapat menjadi alat untuk mendukung strategi serta mandapatkan
keuntungan atas mental musuh. Oleh karena itu, perdagangan senjata menjadi
bisnis yang sangat menguntungkan ditinjau dari segi ekonomi, mengingat setiap
negara pasti membutuhkan senjata untuk menjamin pertahanan dan keamanan
wilayahnya sendiri. Selain

keuntungannya yang dapat begitu besar dari segi

ekonomi, perjanjian perdagangan senjata juga dapat menguntungkan bagi pihakpihak yang memberikan bantuan penyediaan senjata. Memberikan bantuan
penyediaan senjata membuat pihak yang menyediakan bantuan senjata
mengetahui sejauh mana kekuatan militer pihak yang dibantunya. Juga, pemberian
bantuan militer mempunyai potensi untuk menciptakan kondisi politik dimana
negara-negara yang memberikan bantuan militer akan dipandang mempunyai
kekuatan militer yang superpower.

22 Op. Cit. eTan.org

10

Dalam kondisi ini, maka dapat kita lihat melalui kacamata poskolonial
sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Frantz Fanon dalam bukunya The
Wretched of the Earth (1961) bahwa kolonialisme membuat negara-negara dunia
ketiga mempunyai ketergantungan dan menciptakan kondisi dimana negaranegara tersebut tidak dapat mandiri dalam mengurusi sebagaian besar masalahmasalahnya sendiri.23 Maka dapat kita tinjau bahwa lewat perdagangan senjata ini
dapat digunakan oleh negara-negara maju untuk menciptakan ketergantungan
negara-negara berkembang sehingga mereka jauh dari kemandirian mereka untuk
bisa menciptakan kekuatan pertahanan mereka sendiri. Di sisi lain, praktek
perdagangan senjata ini juga sangat dalam bidang ekonomi terutama dengan cara
peminjaman utang dari negara-negara maju tersebut. Dengan memberikan
pinjaman dana untuk alokasi peralatan militer senjata berkembang maka secara
otomatis negara-negara yang menerima bantuan pinjaman dana itu akan membeli
persenjataan dari pihak yang memberikan pinjaman dana. Pemberian pinjaman
dana untuk alokasi dana penyediaan militer sama saja memaksakan sebuah negara
untuk membeli persenjataan sementara mereka sebenarnya tidak mempunyai dana
dan anggaran untuk pembelian senjata tersebut. Maka pada kondisi ini membuat
negara yang memberikan pinjaman dana alokasi militer secara tidak langsung
bahkan secara langsung dapat mengontrol kekuatan militer negara-negara yang
menerima pinjaman dana.
Dalam kondisi ekstrem dimana sedang terdapat pemberontakan di satu
negara bahkan dapat dimanfaatkan oleh negara-negara maju untuk ikut andil
23 Fanon, Frantz (1963). The Wretched of the Earth. New York: Grove Press. ISBN 0-80215083-7.

11

dalam peperangan sehingga mereka dapat menyuplai senjata kepada pihak yang
berkonflik untuk meningkatkan penjualan senjata mereka. Bahkan sangat
mungkin terjadi apabila negara maju tersebut menyuplai senjata kepada kedua
belah pihak yang bertikai sehingga ia bisa mendapatkan keuntungan besarbesaran. Kasus seperti ini nampak dan paling mungkin terjadi di negara-negara
Timur-Tengah.
Sebabnya, negara-negara Timur-Tengah menderita masalah mendasar
atas identitas nasional mereka.24 Lebih dari tiga perempat abad setelah disintegrasi
Kekaisaran

Ottoman,

negara-negara

baru

yang

muncul

tidak

mampu

mendefinisikan dan mempertahankan identitas nasional yang bersifat inklusif dan
representatif.25
Oleh karena itu, integrasi dari negara sangatlah penting untuk mencegah
imperialisasi negara-negara maju. Kesadaran untuk berusaha membuat negara
mandiri sangat penting agar negara-negara yang sedang berkembang tidak
terjebak ke dalam berbagai macam kerja sama maupun bantuan yang ditawarkan
oleh negara maju sehingga ujung-ujungnya membuat mereka tidak lagi dapat
berkembang. Maka seperti apa yang dikatakan oleh Siba N. Grovogui bahwa
setiap negara dituntut untuk melakukan self-determination, yaitu dengan
hibridisasi atau asimilasi budaya.26 Grovogui juga menfokuskan kepada kebebasan
dan politik sehingga dengan kedua aspek negara yang merdeka dapat mandiri
24 Kumaraswamy, P. R. (March 2006). "Who am I?: The Identity Crisis in the Middle East". The
Middle East Review of International Affairs. Volume 10, No. 1, Article 5
25 ibid
26 Grovogui, Siba N., 2007. Postcolonialism, in; Tim Dunne, Milja Kurki & Steve Smith (eds.)
International Relations Theories, Oxford University Press, pp. 229-246.

12

tanpa adanya gangguan dan gugatan dari pihak manapun. Setiap negara yang
sedang berkembang sudah selayaknya waspada terhadap bahaya imperialisme
barat yang salah satunya dilakukan lewat modus-modus bantuan militer.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. W., 2010. Viktor Bout, Pedagang Senjata Internasional [Serial Spionase
– 09]. [Online]
Available at: http://hankam.kompasiana.com/2010/11/17/viktor-boutpedagang-senjata-internasional-serial-spionase-%E2%80%93-09319408.html
[Accessed 11 Juni 2013].

13

Black Money: Arms sales fuel BAe's profits. 1999. [Film] Directed by Lowell
Bergman, Oriana Zill de Granados. London: BBC news.
Donne, M., 1987. BAe Hands Over First Part Of Saudi Aircraft Order, London:
The Financial Times.
ETAN, 2013. Daftar Bantuan Militer Amerika Serikat kepada Indonesia dan
Timor Timur. [Online]
Available at: http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://etan.org/news/2007/milglossarybh.htm
[Accessed 11 Juni 2013].
Fanon, F., 1963. The Wretched of the Earth. New York: Grove Press.
Grovogui, S. N., 2007. Postcolonialism. In: International Relations Theories.
Oxford: Oxford University Press, pp. 229-246.
Hartung, W. D., n.d. Report: U.S. Arms Transfers to Indonesia 1975-1997 - World
Policy Institute - Research Project. [Online]
Available at:
http://www.worldpolicy.org/projects/arms/reports/indoarms.html
[Accessed 11 Juni 2013].
Islamtimes, 2011. Kasus Suap Inggris BAE-Saudi Muncul Lagi. [Online]
Available at: http://www.islamtimes.org/vdcezo8n.jh8opiarbj.html
[Accessed 11 Juni 2013].
Jackson, R. & Soronsen, G., 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. 2
penyunt. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Kumaraswamy, P. R., 2006. Who am I?: The Identity Crisis in the Middle East.
The Middle East Review of International Affairs, 10(1), p. Artikel 5.
O’Connell, D., 2006. BAE cashes in on £40bn Arab jet deal, London: The Sunday
Times.
Pilisuk, M. & Rountree, J. A., 2008. Who Benefits from Global Violence and War:
Uncovering a Destructive System. Connecticut: Greenwood Publishing
Group.
Roger, V., 2011. Poskolonialisme Internasional. [Online]
Available at: http://portal-hi.net/en/hi-teori/non-grand-paradigma/59poskolonialisme-internasional
[Accessed 11 Juni 2013].
Wikipedia, 2013. Industri pertahanan. [Online]
Available at: http://id.wikipedia.org/wiki/Industri_pertahanan
[Accessed 11 Juni 2013].

14

15

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Pengelolaan Publikasi MelaluiMedia Sosial Sebagai sarana Pengenalan Kegiatan Nandur Dulur( Studi deskriptif pada tim publikasi Nandur Dulur)

0 66 19

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Peran Migrant Care Dalam Mengatasi Masalah Perdagangan Manusia yang Terjadi Terhadap Pekerja Migran Indonesia di Malaysia 2011-2015

4 35 74

Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi pada Bank DKI Kantor Cabang Surabaya

0 1 21

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17