BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Tentang Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran

BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 tanggal

  10 November 1998 tentang Perbankan, bahwa yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau

   bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

  Adapun bentuk dana yang dihimpun dari masyarakat adalah berupa Giro, Tabungan dan Deposito. Kegiatan ini dalam istilah perbankan biasa disebut “funding”, sedangkan kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat adalah berbentuk Kredit atau Pembiayaan dan juga biasa disebut sebagai kegiatan “landing”. Kedua kegiatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang saling menguntungkan antara penyimpan dan peminjam.

  Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu, pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya. 1 Kasmir, BANK dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 25. 2 Kasmir Op.Cit hal. 26

  Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah Kredit. Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (Debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi.

  Bank sebagai fungsi intermediary demikian itu, secara teoritis dapat saja suatu bank dalam usahanya tidak mempunyai modal yang memadai karena dana yang digunakan dalam pemberian kredit menggunakan dana masyarakat yang telah dihimpun. Perbedaan mendasar antara dana masyarakat yang disimpan pada bank dengan pemberian kredit adalah dimana simpanan pada bank dapat diambil sewaktu-waktu berdasarkan perjanjian pembukaan rekening, sedangkan pemberian kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat tidak dapat diambil sewaktu-waktu. Oleh karena itu, dalam banyak kasus, terdapat bank yang tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan dana masyarakat yang disimpan pada bank (rush) karena dana itu masih dimanfaatkan oleh masyarakat lainnya dalam bentuk kredit, yang hanya dapat diminta setelah jatuh tempo pembayaran berdasarkan perjanjian kredit sehingga tidak dapat diminta sewaktu- waktu untuk dikembalikan.

  Di negara-negara berkembang seperti Indonesia ini, kegiatan bank terutama dalam pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan bank yang sangat penting, sehingga pendapatan dari kredit yang berupa bunga merupakan komponen pendapatan yang paling besar dibanding dengan pendapatan dasar (Fee 3 4 Ibid, hal 26.

  Tri Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2009, hal.1

  

Base Income) . Berbeda dengan bank di negara-negara yang ada dinegara maju,

  laporan keuangan menunjukkan bahwa komponen pendapatan bunga dibanding dengan pendapatan jasa perbankan lainnya cukup berimbang.

  Dalam praktik, masyarakat berhubungan dengan bank transaksinya didasarkan pada sebuah perjanjian. Perjanjian bank dengan nasabahnya dilandasi kata sepakat dan mengikat kedua belah pihak bagaikan Undang-Undang. Jadi, nasabah dalam berhubungan dengan bank tunduk pada perjanjian yang dibuatnya.

  Pengertian perjanjian yang diatur dalam ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata adalah sebagai berikut :

  “Suatu persetujuan adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Apabila diperhatikan rumusan Pasal 1313 KUH Perdata tampak kurang lengkap, karena pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian hanya salah satu saja. Padahal yang seringkali dijumpai adalah di dalam perjanjian kedua belah pihak saling mengikatkan diri seperti perjanjian jual-beli, sewa-menyewa, tukar-menukar dimana para pihaknya saling mengikatkan diri sehingga keduanya mempunyai hak dan kewajiban yang timbal balik.

  Apabila pihak bank menyetujui permohonan yang diajukan oleh calon debitur, maka pemberian kredit akan dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis antara bank dengan debitur selaku pemohon kredit yang disebut sebagai perjanjian 5 6 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Bandung, Alfabeta, 2002, hal.5 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta, Rineka Citra, 2009, hal.

  152. 7 Gatot Supramono, Op.Cit hal.163. kredit bank. Dilihat dari bentuk prestasinya, maka perjanjian kredit adalah perjanjian yang prestasinya adalah memberikan sesuatu sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1234 KUH Perdata, sehingga apabila para pihak dalam perjanjian kredit tidak memenuhi kewajibannya, maka masing-masing pihak berhak menuntut pemenuhan prestasi baik disertai ganti rugi atau tanpa ganti rugi.

  Pada prinsipnya bank baru memutuskan memberikan kredit, apabila bank telah memperoleh keyakinan tentang nasabahnya. Keyakinan tersebut didasarkan atas hasil analisis yang mendalam tentang itikad baik nasabah dan kemampuan serta kesanggupan untuk membayar utangnya kepada bank. Itikad baik nasabah akan diperoleh bank dari data-data yang disampaikan oleh nasabah dalam

   permohonan kreditnya.

  Pemberian kredit oleh pihak bank kepada pihak debitur tidak terjadi begitu saja, tetapi harus melakukan informasi mengenai calon debiturnya dengan menggunakan beberapa prinsip, dengan tujuan untuk mengurai risiko yang akan terjadi di kemudian akan terjadi yaitu:

1. Prinsip 3R, yaitu : a.

  Returns, yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah memperoleh kredit.

  b.

  Repayment, yaitu perhitungan pengembalian dana, dari kegiatan yang mendapatkan pembiayaan atau kredit.

  c.

  Risk Bearing Ability, yaitu perhitungan besarnya kemampuan debitur 8 dalam menanggapi resiko yang tidak terduga.

  Op.Cit, hal.158.

  2. Prinsip 4P, yaitu : a.

  Capacity, yaitu kemampuan debitur dalam memimpin suatu perusahaan dengan baik dan benar.

  2001, hal.246-250

  Collateral, yaitu kemampuan calon debitur untuk memberikan agunan, memenuhi persyaratan yang ditentukan bank. Cara penilaian yang demikian bukan hal yang baru bagi bank karena dalam UU No.14 Tahun 1967 tentang Pokok – Pokok Perbankan prinsip tersebut

  e.

  Condition of Economi dalah kondisi perekonomian pada umumnya dan bidang usaha pemohon kredit pada khususnya.

  d.

  Capital, yaitu ppermodalan dari debitur apakah sehat atau pun tidak sehat.

  c.

  b.

  Personality, maksudnya mencari data lengkap dari kepribadian debitur.

  Character, yaitu pihak bank harus mengetahui watak dan sifat-sifat dari calon debiturnya.

  3. Prinsip 5C, yaitu : a.

  Payment, yaitu mengenai cara pembayaran atau pelunasan kredit dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

  d.

  Prospect yaitu bank melakukan analisis yang cermat menyangkut masa depan dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh debitur.

  c.

  Purpose, maksudnya tujuan penggunaan kredit apakah digunakan untuk kegiatan yang bersifat konsumtif atau produktif.

  b.

9 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia, Jakarta,

  sudah diatur dan bank selalu mempraktikkannya sejalan dengan prosedur

   pemberian kredit.

  Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data- data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit

   untuk ditagih (macet).

  Macetnya kredit yang diberikan dapat disebabkan faktor eksternal maupun internal. Faktor internal berkaitan erat dengan keadaan didalam internal usaha debitur itu sendiri, sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan kondisi ekonomi

   secara keseluruhan yang berada di luar kekuasaan debitur.

  Secara umum kredit bermasalah (macet) merupakan kredit yang dapat menimbulkan persoalan, bukan hanya terhadap bank sebagai lembaga pemberi kredit, tetapi juga terhadap nasabah penerima kredit, karena itu bagaimanapun juga kredit itu harus diselesaikan dengan berbagai cara. Jika kredit menjadi kredit bermasalah, maka secara tidak langsung juga akan merugikan masyarakat pemilik dana. Dengan adanya kredit bermasalah tersebut itu berarti adanya suatu kesulitan yang memerlukan pemecahan atau suatu kendala yang mengganggu pencapaian

   tujuan atau kinerja yang optimal.

  10 11 Ibid hal 158. 12 Kasmir,Op.Cit. hal. 97.

  Jonker Sihombing, Tanggung Jawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet Nasabah, Alumni, Bandung, 2009, hal.68 13 As.Mahmoedin, Melacak Kredit Bermasalah, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,2002, hal.1 Salah satu contoh permasalahan pemberian kredit adalah debitur melakukan wanprestasi terhadap jangka waktu pengembalian baik berupa tunggakan maupun pelunasan kredit itu secara menyeluruh. Risiko yang timbul bagi pihak bank adalah berupa kerugian material yang di akibatkan tertundanya pembayaran angsuran pokok maupun bunga. Dengan demikian tertunda kesempatan bank untuk memperoleh pendapatan bunga maupun menerima kembali hutang pokok. Sementara disisi lain pihak bank dalam hal membayar bunga simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito tidak ada mengalami penundaan bahkan sudah otomatis pembayarannya oleh sistem yang dimiliki oleh bank itu sendiri. Dari sisi debitur menerima resiko pembebanan denda atas keterlambatan pembayaran yang dalam hal ini menambah biaya dan apabila penundaan tersebut sampai kepada gagal bayar sesuai dengan klasifikasi kualitas kredit yang ditentukan maka jaminan tersebut akan dijual atau dilelang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

  Dengan demikian pihak PT. Bank Sumut harus benar-benar menerapkan prinsip-prinsip pemberian kredit untuk mengindari risiko kredit bermasalah.

  Selain itu, itikad baik dan kesadaran dari nasabah PT.Bank Sumut juga menentukan bagi kelancaran pengembalian kredit yang telah diberikan oleh pihak bank.

  Berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang telah diuraikan diatas dan dengan adanya permasalahan-permasalahan yang timbul dalam proses pemberian kredit, maka sesuai dengan jurusan penulis yaitu “Perdata BW”, maka penulis terdorong untuk menulis dan akan dituangkan didalam skripsi yang berjudul :

  “Tinjauan Hukum Tentang Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Sumut Cabang Kisaran”.

I. Permasalahan

  Dari uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa permasalahan pokok dalam skripsi ini yaitu :

  1. Faktor-faktor apa saja yang menimbulkan kredit bermasalah pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran ? 2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut Cabang Kisaran untuk menyelesaikan kredit-kredit bermasalah ?

  3. Bagaimana prosedur dan pelimpahan kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang Kisaran kepada pihak KPKNL ?

  J. Tujuan Penulisan

  Sesuai dengan perumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang Kisaran.

  2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut Cabang Kisaran untuk menyelesaikan Kredit bermasalah.

  3. Untuk mengetahui prosedur dan pelimpahan Kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang Kisaran.

  K. Manfaat Penulisan

  Adapun manfaat dalam penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :

  1. Manfaat Teoritis Dalam penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan suatu pandangan dalam Ilmu Hukum khususnya pada hukum perbankan, serta dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran yaitu dalam penyelesaian kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang Kisaran.

  2. Manfaat Praktis Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan pemikiran ataupun masukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam bidang ilmu perbankan yaitu khususnya dalam prosedur dan penyelesaian kredit bermasalah pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran.

  L. Metode Penelitian

  Dalam memperoleh suatu keaslian yang dapat dipertanggungjawabkan, suatu penelitian harus memakai suatu metode yang tepat, yaitu dengan cara mempelajari, menganalisa, dan memahami ruang lingkup yang ada didalam suatu kegiatan ilmiah.

  Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan metode penelitian sebagai suatu tipe pemikiran secara sistematis yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian skripsi ini, yang mana bertujuan untuk mencapai keilmiahan dari penulisan skripsi ini. Dalam skripsi ini maka metode yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1.

  Jenis dan Sifat penelitian Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian Yuridis Normatif, yaitu penelitian dengan menerangkan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, kemudian dianalisis dengan membandingkan antara tuntunan nilai-nilai ideal yang ada dalam peraturan perundang-undangan.

14 Sifat penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian deskriptif analitis

  yang merupakan penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematik, faktual dan akurat.

   2.

  Sumber Data Dalam penyusunan skripsi ini menerapkan metode penelitian Yuridis

  Normatif yang dimana lebih mengutamakan kepada data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang mencakup berbagai buku, peraturan perundang-undangan serta bahan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan persoalan yang diteliti dan data yang diperoleh melalui studi lapangan di PT. Bank Sumut Cabang Kisaran.

  Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a.

  Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni : norma atau kaedah dasar yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, serta ketentuan-ketentuan yang terkait mengenai perkreditan.

  14 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1983, hal.24. 15 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Radja Grafindo Persada, 2007, hal 42. b.

  Bahan hukum sekunder yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti : Rancangan UU, hasil-hasil penelitian, karya dari kalangan hukum dan sebagainya.

  c.

  Bahan hukum tersier atau juga disebut bahan hukum penunjang, mencakup bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan hukum sekunder, misalnya Kamus,Ensiklopedia dan lain-lain.

  3. Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui studi pustaka (library research) yaitu pengumpulan data melalui data yang tertulis, serta didukung dengan data yang diperoleh melalui studi lapangan (field

  

research), yaitu dengan cara melakukan penelitian pada PT. Bank Sumut

  melalui pengamatan dan wawancara terstruktur dengan informan yaitu Bapak H.Endar Sakti Pane selaku Pimpinan PT. Bank Sumut Cabang Kisaran dengan menggunakan pedoman dalam wawancara.

  4. Analisis Data Pada penelitian normatif, pengolahan data pada hakikatnya kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut

  

  untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi. Metode analisis data 16 17 Ibid hal.185

  Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal.13 18 19 Soejono Soekanto, Op.cit, hal. 21 Bambang Sunggono Op.cit hal.186 yang dilakukan penulis adalah pendekatan kualitatif yaitu dengan cara penguraian, menghubungkan dengan peraturan-peraturan yang berlaku, serta menghubungkan dengan pendapat para ahli hukum, dan hasil yang diperoleh

   dari analisis ini berbentuk deskripsi.

5. Penarikan Kesimpulan

  Sebagai akhir penarikan kesimpulan dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode deduksi, yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan

   yang bersifat umu terhadap permasalan yang konkret dihadapi.

  M. Keaslian Penulisan

  Pengamatan yang telah dilakukan terhadap skripsi ini yang berjudul “Tinjauan Hukum Tentang Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran” yang melalui proses pemeriksaan oleh Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Fakultas Hukum USU. Dan dari hasil pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya penulis sendiri sehingga dengan demikian, dapat dikatakan bahwa isi skripsi ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan.

  Adapun beberapa judul yang memiliki sedikit kesamaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara antara lain : 1.

  Tata cara penyelesaian kredit Macet pada PT.Bank Sumut Cabang Medan. 20 21 H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, hal. 107.

  Bambang Sunggono Op.cit hal 71

  2. Upaya Bank dalam mencegah terjadinya kredit macet (studi kasus: PT.

  Bank Sumut Kantor Cabang Padang Sidempuan).

  3. Aspek hukum dalam penyelesaian kredit macet pada Bank Mandiri.

  4. Aspek hukum terhadap upaya kredit macet melalui Novasi oleh Bank (studi pada PT. Bank Mandiri Cab. Medan).

  N. Sistematika Penulisan

  Suatu penulisan skripsi yang baik harus disusun secara sistematis guna mempermudah pemahaman yang dibahas dalam skripsi tersebut. Sistematika penulisan skripsi dibagi menjadi beberapa bab yang saling berkaitan satu sama lain. Penulis membagi bab tersebut menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut : Bab I : Pada Bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

  Bab II : Bab ini merupakan bab yang memberikan penjelasan mengenai Bank sebagai penyalur kredit. Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pengertian kredit,unsur-unsur kredit, risiko dan pengamanan kredit serta perjanjian kredit.

  Bab III : Bab ini merupakan bab yang memberikan penjelasan tentang Tinjauan Umum Tentang Kredit Bermasalah. Dimana pada bab ini menjelaskan tentang kredit bermasalah dan kredit macet, penggolongan kredit bermasalah,pengertian dan ruang lingkup piutang negara serta sejarah panitia urusan piutang negara (KPKNL).

  Bab IV : Bab ini merupakan bab yang memberikan penjelasan tentang Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Sumut Cabang Kisaran. Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan deskripsi tentang PT. Bank Sumut, faktor penyebab timbulnya kredit bermasalah di PT. Bank Sumut Cabang Kisaran, penyelesaian kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang Kisaran serta prosedur dan pelimpahan hukum kredit bermasalah PT. Bank Sumur Cabang Kisaran kepada KPKNL.

  BAB V : Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diambil melalui topik yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Tentang Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran

0 62 88

Tinjauan Hukum Proses Acara Mediasi Perbankan Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah Berdasarkan PBI No 10/1/PBI/2008

0 30 105

Analisis Kualitas Penanganan Kredit Bermasalah Pada PT Bank Sumut Medan Cabang Iskandar Muda

3 54 60

Peranan Supervisi Kredit Dalam Upaya Penyelesaian Kredit Dalam Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Jabar Banten Cabang Utama Bandung

1 13 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Tentang Perlindungan Hukum Nasabah Penyimpanan Dana (Studi Pada BNI 46 Cabang Medan)

0 1 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Penyelesaian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pembantu Krakatau Medan

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Bermasalah Dalam Pinjaman Dana Bergulir Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata ( Studi Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakatmandiri Perkotaan (Pnpm-Mp) Di Kota Medan )

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Mediasi Perbankan Dalam Penyelesaian Kredit Macet (Studi Pada Pt. Bank Sumut)

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kebendaan Sebagai Jaminan Hak Tanggungan Pada Perjanjian Kredit Yang Bermasalah Di PT. Bank Sumut Cabang Utama

0 0 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT - Tinjauan Hukum Tentang Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada PT.Bank Sumut Cabang Kisaran

0 0 20