1. Definisi Fobia Marks (dalam Morris dkk, 1987) mengatakan bahwa fobia merupakan bentuk yang spesifik dari takut yang muncul di situasi tertentu, tidak bisa dijelaskan secara rasional, sulit untuk dikontrol dan biasanya situasi yang ditakutkan tersebut s

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fobia
1. Definisi Fobia
Marks (dalam Morris dkk, 1987) mengatakan bahwa fobia merupakan bentuk
yang spesifik dari takut yang muncul di situasi tertentu, tidak bisa dijelaskan
secara rasional, sulit untuk dikontrol dan biasanya situasi yang ditakutkan tersebut
selalu dihindari. Fobia adalah rasa takut yang menetap terhadap objek atau situasi
dan rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya (Nevid, 2005). Selanjutnya
Neale, dkk (2001) mengatakan bahwa fobia yaitu perasaan takut dan menghindar
terhadap objek atau situasi yang realita atau kenyataannya tidak berbahaya.
Berdasarkan uraian di atas, fobia adalah rasa takut yang kuat dan tetap
terhadap objek, situasi atau kejadian yang muncul pada situasi tertentu, tidak
dapat dijelaskan secara rasional, sulit untuk dikontrol dan biasanya situasi yang
ditakutkan tersebut selalu dihindari.

2. Ciri-ciri gangguan fobia
Berdasarkan DSM IV (dalam Martin & Pear, 2003), gangguan fobia memiliki
ciri-ciri:
a. Ketakutan/kecemasan yang menghasilkan perubahan fisiologis seperti tangan
berkeringat, pusing atau jantung berdebar.

b. Melarikan diri atau menghindari situasi dimana rasa takut sering muncul.
c. Perilaku tersebut mengganggu kehidupan individu.

Universitas Sumatera Utara

3. Jenis Fobia
Ada dua jenis fobia menurut Gunawan (2006) yaitu:
a. Simple phobia/Specific phobia (fobia sederhana): fobia yang muncul karena
satu pemicu saja. Misalnya fobia kucing, perasaan takut hanya terbatas pada
kucing dan tidak pada binatang lain.
b. Complex phobia (fobia kompleks): fobia ini berhubungan dengan banyak
penyebab, biasanya fobia ini bukan masalah utama dan merupakan symptom
dari satu atau lebih masalah psikologis yang belum terselesaikan. Misalnya
fobia berbicara di depan umum, masalah utama fobia ini sebenarnya adalah
harga diri yang rendah, masalah ini mengakibatkan seseorang tidak percaya
diri sehingga tidak berani atau takut berdiri di depan orang banyak.

4. Definisi specific phobia
Specific Phobia adalah kecemasan yang signifikan terhadap objek atau situasi
yang menakutkan, dan sering menampilkan perilaku menghindar terhadap objek

atau situasi tertentu (Miltenberger, 2004). Durand & Barlow (2005) mengatakan
bahwa specific phobia adalah ketakutan yang tidak beralasan terhadap suatu objek
atau situasi tertentu. Ketakutan ini bisa disebabkan oleh darah, luka, situasi
(seperti di dalam pesawat, lift dan ruangan yang tertutup), hewan, dan lingkungan
yang natural (seperti ketinggian dan air).
Specific Phobia menurut Wenar dan Kerig (2006) adalah ketakutan yang
bertahan, berlebihan dan tidak masuk akal tehadap suatu objek atau situasi
tertentu. Menurut Nevid (2005) Specific Phobia adalah ketakutan yang berlebihan

Universitas Sumatera Utara

dan persisten terhadap objek atau siuasi spesifik. Orang yang mengalami
ketakuatan dan reaksi fisiologis yang tinggi bila bertemu dengan objek fobia akan
menimbulkan dorongan kuat untuk menghindar atau melarikan diri dari situasi
atau menghidari stimulus yang menakutkan.
Haugaard (2008) mengatakan bahwa specific phobia dikarakteristikkan
dengan kecemasan yang sering terjadi karena disebabkan oleh benda atau situasi
tertentu. Selanjutnya juga dikatakan bahwa ketakutan dan kecemasan ini tetap ada
walaupun tidak berhubungan langsung dengan objek atau situasi yang ditakuti dan
dapat mengganggu anak dalam hal akademis dan interaksi sosialnya.

Berdasarkan uraian di atas, specific phobia adalah ketakutan dan kecemasan
yang bertahan, berlebihan dan tidak masuk akal terhadap suatu objek atau situasi
tertentu, sehingga menimbulkan dorongan kuat untuk menghindar atau melarikan
diri dari objek atau situasi tersebut, dan dapat mengganggu anak dalam hal
akademis dan interaksi sosialnya.

5. Kriteria diagnostik specific phobia
Kriteria diagnostik specific phobia (dalam APA, 2000) adalah:
a. Ketakutan yang menyolok dan menetap yang berlebihan dan tidak dapat
dijelaskan, disebabkan oleh objek atau situasi yang spesifik (seperti, terbang,
ketinggian, hewan, disuntik, melihat darah).
b. Stimulus fobik hampir selalu menyebabkan respon kecemasan atau serangan
panik. Catatan: pada anak, kecemasan ditunjukkan dengan menangis, tantrum,
kaku atau lengket pada orang lain.

Universitas Sumatera Utara

c. Menyadari ketakutannya berlebihan dan tidak dapat dijelaskan. Catatan: pada
anak mungkin tidak muncul.
d. Situasi fobik dihindari dengan kecemasan atau distres yang kuat.

e. Penghindaran, antisipasi kecemasan atau distres dalam situasi phobik
bertentangan secara signifikan dengan rutinitas orang normal, fungsi pekerjaan
(pendidikan) atau aktivitas/hubungan sosial, atau ditandai distres tentang fobia.
f. Pada individu di bawah 18 tahun, terjadi sekurang-kurangnya 6 bulan.
g. Kecemasan, serangan panik atau menghindari fobia dihubungkan dengan objek
atau situasi spesifik, tidak berkaitan dengan gangguan mental lain, seperti
Obsessive-Compulsive
seseorang),

Disorder

Posttraumatic

Stress

(takut

terkontaminasi

Disorder


(menjauhi

ketidakbersihan
stimulus

yang

menimbulkan stres berat), Separation Anxiety Disorder (menghindari sekolah),
Social Phobia (menghindari situasi sosial yang memalukan), Panic Disorder
With Agoraphobia, atau Agoraphobia Without History of Panic Disorder.

6. Penyebab specific phobia
Menurut Durand & Barlow (2005), ada beberapa penyebab munculnya
specific phobia yaitu:
a. Traumatic event
Kebanyakan orang yang mengalami specific phobia disebabkan oleh kejadian
trauma. Contohnya jika kita digigit oleh anjing, maka kita akan menjadi phobia
terhadap anjing.


Universitas Sumatera Utara

b. Information transmition
Seseorang dapat mengalami specific phobia karena sering mengingat sesuatu
yang berbahaya. Misalnya seorang wanita mengalami fobia terhadap ular,
padahal wanita tersebut belum pernah bertemu dengan ular. Tetapi, ia sering
dibilang atau mendengar bahwa akan ada ular yang berbahaya di rumput yang
tinggi. Hal ini membuat wanita tersebut menggunakan sepatu boot untuk
menghindari bahaya, walaupun ia berjalan di jalan yang biasa.
c. Sosial dan Kultural
Faktor ini sangat kuat dapat mempengaruhi seseorang mengalami specific
phobia. Dalam masyarakat tidak dapat diterima jika seorang laki-laki
menunjukkan ketakutan dan phobia. Mayoritas specific phobia terjadi pada
perempuan.

7. Specific phobia ‘nasi’
Specific phobia dapat dikembangkan hampir pada semua benda atau situasi
apapun (Nevid, 2005). Ada beberapa penelitian mengenai specific phobia dengan
objek fobia yang beragam, seperti fobia terhadap binatang tertentu, darah atau
luka, ketinggian, fobia terhadap tempat sempit atau tertutup dan fobia terhadap

makanan. Salah satu peneliti yang meneliti mengenai specific phobia adalah
Matthew K. Nock (2002). Nock meneliti specific phobia pada seorang anak lakilaki yang fobia terhadap makanan. Setiap kali dihadapkan dengan makanan anak
laki-laki tersebut menolak dan terkadang anak tersebut muntah. Jika hal ini
dibiarkan terus menerus akan berakibat fatal pada kesehatan anak tersebut, oleh

Universitas Sumatera Utara

karena itu Nock mencoba beberapa treatment agar anak tidak mengalami fobia
lagi terhadap makanannya.
Dalam penelitian ini yang menjadi benda atau objek fobia juga berupa
makanan yaitu nasi. Nasi merupakan sumber makanan pokok yang dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia, khususnya Indonesia bagian barat. Salah satu alasan
mengapa nasi dijadikan makanan pokok, karena nasi mengandung banyak zat
yang dibutuhkan oleh tubuh. Nasi banyak mengandung karbohidrat dan air,
sehingga nasi putih menjadi sumber tenaga utama yang cepat karena nasi mudah
diserap tubuh. Selain itu kandungan yang terdapat pada nasi adalah protein.
Walaupun kandungannya kecil namun nasi tetap mengandung protein sekitar 2
gram per 100 gram nasi. Protein dibutuhkan untuk membangun dan memperbaiki
sel-sel yang rusak. Keunggulan nasi adalah kecilnya kandungan lemak jenuh,
kolesterol dan sodium, bahkan tidak ada sama sekali. Nasi juga merupakan

sumber yang baik untuk zat Mangan yang dibutuhkan oleh tubuh.
Berdasarkan hal di atas, apabila seseorang mengalami fobia terhadap nasi,
apalagi anak-anak, harus segera ditangani karena dikhawatirkan akan sangat
mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang anak tersebut.

B. Terapi Rasional Emotif Tingkah Laku
1. Definisi terapi rasional emotif tingkah laku
Menurut Corey (2003), terapi rasional emotif tingkah laku adalah terapi yang
berusaha menghilangkan cara berfikir klien yang tidak logis dan irasional, dan

Universitas Sumatera Utara

menggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara menyerang,
menentang, mempertanyakan dan membahas keyakinan-keyakinan irasional klien.
Menurut Ellis (1997) terapi rasional emotif tingkah laku adalah terapi yang
menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Oleh
karena itu Ellis menjelaskan lebih lanjut unsur pokok dari terapi rasional emotif
tingkah laku adalah asumsi bahwa berpikir, emosi dan tingkah laku bukan tiga
proses yang terpisah. Pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling
bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait. Emosi

disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Baik emosi dan pikiran tersebut
ditunjukkan dengan tingkah laku. Pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi
seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran
seseorang. Atau dengan kata lain, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya
emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi emosinya, dan
emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi pikiran (Froggatt, 2005).
Menurut Thomson dan Rudolf (dalam Sunardi, 2008), tujuan utama dari terapi
rasional emotif tingkah laku adalah membantu klien memahami kepercayaan
irrasionalnya, dengan mendebatkannya dan selanjutnya merubahnya dengan
pemikiran yang lebih positif dan rasional. Membantu anak menjadi evaluator atas
dirinya sendiri, sehingga dapat belajar untuk hidup sehat, mengontrol diri, dan
bertanggung jawab atas kehidupannya.
Menurut Edelstein (2010) terapi rasional emotif tingkah laku membantu
seseorang untuk dapat lebih percaya diri dan mengeliminasi atau menghilangkan
masalah pemikiran yang mengganggu (irasional). Sedangkan menurut Burks dan

Universitas Sumatera Utara

Strefflre (dalam Sunardi, 2008) tujuan terapi rasional emotif tingkah laku adalah
sebagai berikut:

a. Memperbaiki dan mengubah segala pemikiran yang irasional dan tidak logis
menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
b. Menghilangkan gangguan emosional yang merusak.
c. Untuk membangun komitmen, toleransi, pemikiran ilmiah, pengambilan resiko
dan penerimaan diri klien.

2. Ciri-ciri terapi rasional emotif tingkah laku
Ciri-ciri terapi rasional emotif tingkah laku dapat diuraikan sebagai berikut
(dalam Ellis, 1997):
a) Dalam menelusuri masalah klien yang dibantu, konselor berperan lebih aktif
dibandingkan klien. Maksudnya adalah peran konselor disini harus bersikap
efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien
dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang dihadapi, artinya
konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat
berkembang sesuai dengan keinginan dan disesuaikan dengan potensi yang
dimilikinya.
b) Dalam proses hubungan konseling harus tetap diciptakan dan dipelihara
hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari
konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses
konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman

ketika berhadapan dengan klien.

Universitas Sumatera Utara

c) Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan oleh konselor
untuk membantu klien mengubah cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi
rasional.
d) Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa
lampau klien.
e) Diagnosis (rumusan masalah) yang di lakukan dalam konseling rasional emotif
bertujuan

untuk

membuka

ketidaklogisan

cara

berfikir

klien.

Dengan melihat permasalahan yang dihadapi klien dan faktor penyebabnya,
yakni menyangkut cara pikir klien yang tidak rasional dalam menghadapi
masalah, yang pada intinya menunjukkan bahwa cara berpikir yang tidak logis
itu sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya.

3. Konsep dasar dalam terapi rasional emotif tingkah laku
Menurut Ellis (2007) ada tiga hal yang terkait dengan perilaku, yaitu rumus
A-B-C :
A (Activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu): seperti
kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa
kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab ketidakbahagiaan.
B (Beliefs): yaitu keyakinan-keyakinan, terutama yang bersifat irasional dan
merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan.
C (Consequence): yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan
emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang
bersumber dari keyakinan-keyakinan yang keliru.

Universitas Sumatera Utara

Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus
melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irrasional itu agar kliennya bisa
menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinankeyakinan yang rasional.

4. Tahapan atau langkah-langkah terapi rasional emotif tingkah laku
Beberapa langkah yang dilakukan dalam terapi rasional emotif tingkah laku
(Palmer, 2011) adalah sebagai berikut :
a. Langkah pertama: identifikasi masalah
Langkah ini untuk mengetahui masalah yang spesifik yang dialami subjek agar
dapat dilakukan tindakan.
b. Langkah kedua: pemahaman masalah
Pada langkah ini, terapis dan klien harus sama-sama memahami masalah yang
sedang dihadapi. Menentukan apa yang menjadi fokus permasalah yang
dihadapi subjek.
c. Langkah ketiga: mengubah keyakinan irasional (disputing)
Langkah ini mengubah keyakinan yang menyebabkan gangguan, yaitu
keyakinan yang irasional, agar keyakinan tersebut dapat berubah menjadi yang
rasional.
d. Langkah keempat: memelihara perubahan positif
Pada langkah ini keyakinan yang sudah berubah menjadi rasional
dipertahankan dan terus dimonitor agar menetap.

Universitas Sumatera Utara

e. Langkah kelima: evaluasi
Pada langkah ini terapis dan subjek bersama-sama mengevaluasi sesi-sesi
sebelumnya, apakah sudah berhasil mengubah keyakinan yang irasional
menjadi rasional. Jika sudah berhasil terapis harus mempersiapkan subjek agar
tidak tergantung pada proses terapi sehingga dapat mempertahankan hasil
terapi dikehidupannya sehari-hari.

5. Teknik-teknik terapi rasional emotif tingkah laku
Terapi rasional emotif tingkah laku menggunakan berbagai teknik yang
bersifat kognitif, afektif dan behavioristik yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Setiap terapis dapat mempergunakan gabungan-gabungan teknik sejauh
penggabungan itu memungkinkan (dalam Ellis, 1997). Hal ini juga sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Sacks (2004) bahwa terapi rasional emotif tingkah laku
dapat mengintegrasikan bermacam-macam teknik kognitif, emotif dan tingkah
laku. Teknik-teknik tersebut diantaranya, yaitu :
1. Teknik-teknik Kognitif
Teknik-teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara
berfikir klien.
a. Teknik Pengajaran - Dalam terapi rasional emotif tingkah laku, terapis
mengambil peranan lebih aktif dari klien. Teknik ini memberikan keleluasan
kepada terapis untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien,
terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara
langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.

Universitas Sumatera Utara

b. Teknik Persuasif - Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena
pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Terapis langsung mencoba
meyakinkan, mengemukakan pelbagai argumentasi untuk menunjukkan apa
yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
c. Teknik Konfrontasi – Terapis menyerang ketidaklogisan berfikir klien dan
membawa klien ke arah berfikir yang lebih logis.
d. Teknik Pemberian Tugas - Terapis memberi tugas kepada klien untuk
mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya,
menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka merasa
dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki
kekeliruan caranya berfikir.

2. Teknik-teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi
klien. Teknik yang sering digunakan antara lain ialah:
a. Teknik Sosiodrama - Memberi peluang mengekspresikan pelbagai perasaan
yang menekan klien itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga
klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan
atau melalui gerakan dramatis.
b. Teknik 'Self Modelling' - Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan
terapis untuk menghilangkan perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat
setia pada janjinya.

Universitas Sumatera Utara

c. Teknik 'Assertive Training' - Digunakan untuk melatih, mendorong dan
membiasakan klien dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.

3. Teknik-teknik Behavioristik
Teknik ini khusus untuk mengubah tingkah laku yang tidak diinginkan. Teknik
ini antara lain ialah:
a. Teknik Reinforcement - Mendorong klien ke arah perilaku yang diingini
dengan jalan memberi pujian dan hukuman. Pujian pada perilaku yang betul
dan hukuman pada perilaku negatif yang dikekalkan.
b. Teknik Social Modelling - Digunakan membentuk perilaku baru pada klien
melalui peniruan, pemerhatian terhadap Model Hidup atau Model Simbolik
dari segi percakapan dan interaksi serta pemecahan masalah.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Berdasarkan pada Profil PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) Indonesia 2011 menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan permasalahan yang hingga saat ini masih belum bisa diatasi secara efektif. Salah satu PMKS dengan kondisi di bawah garis kemiskina

0 4 17

ABSTRAK Latar belakang: Sindroma Leopard merupakan kasus yang jarang ditemukan dan dari publikasi yang

0 0 5

03 Sebagai tambahan, Seksi ini juga tidak mengatur mengenai masalah-masalah yang dijelaskan

0 0 8

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas

0 0 53

Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost

0 0 7

Jangan khawatir tidak bisa menyelesaikannya, yang harus dikhawatirkan adalah bila tidak melakukannya sama sekali. [Master Shih Cheng Yen]

0 1 12

Anomaly Traffic yang terjadi di Internet biasanya membuat pengguna resmi tidak dapat mengakses

0 0 8

Berdasarkan data debit maksimum 10 tahun yang tersedia didapatkan bahwa debit maksimum tahun 2013 merupakan debit yang terbesar 287,876m

0 4 13

DFD menggambarkan arus data dari suatu sistem informasi, baik sistem lama maupun sistem baru secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut berada DFD merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data yang muda

0 0 42

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumor Sinonasal Pasien dengan tumor sinonasal biasanya datang dengan stadium tumor yang sudah lanjut dan umumnya sudah meluas ke jaringan sekitarnya. Sinus paranasal merupakan rongga yang tersembunyi dalam tulang, yang tidak ak

0 0 22