PETA UPAYA PENCEGAHAN DBD KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 Mapping of DHF Prevention in Sukabumi City 2012
PETA UPAYA PENCEGAHAN DBD KOTA SUKABUMI TAHUN 2012
Mapping of DHF Prevention in Sukabumi City 2012
Heni Prasetyowati 1 , Rohmansyah 1 , Roy Nusa 1
1 Loka Litbang P2B2 Ciamis Email: roynres@gmail.com
Diterima: 13 Nopember 2012; Disetujui: 30 Nopember 2012
ABSTRACT
Sukabumi region is one of the highest dengue haemorrhagic fever problem in West Java province. Until November 2012 the number of incident rate are 390/100,000 population. Therefore a research should be performed for mapping the efforts of controlling the transmission of DHF in Sukabumi. The research conducted data collection of controlling efforts by individuals, families, communities and local Government of Sukabumi. Cases of DHF are determined by systematically random of the hospitalized DHF sufferers and which can be the candidate of the respondent. The control efforts by the program gathered through interview with DHF program manager in Dinas Kesehatan of Sukabumi City. Mapping of location of controlling effort by GPS. The result shows that the controlling effort is relatively well distributed in all Sukabumi area. Most of the controlling efforts are draining, closing, and burrying of 35,8 percent. The use of insecticides is 31.6 percent. Most of the respondents performed up to 40 combination of control efforts.
Keywords: D engue hemorrhagic fever, dhf controlling, map, sukabumi
ABSTRAK
Kota Sukabumi termasuk wilayah dengan besaran masalah Demam Berdarah Dengue yang tergolong paling tinggi di provinsi Jawa Barat. Sampai Bulan November 2012 angka IR mencapai 390/100.000 penduduk. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk memetakan upaya pengendalian penularan DBD di Kota Sukabumi pada tahun 2012. Dalam penelitian dilakukan pengumpulan data upaya pengendalian oleh individu, keluarga, masyarakat dan Pemda kota Sukabumi. Kasus DBD ditentukan secara acak sistematik dari penderita DBD yang dirawat di rumah sakit. Selanjutnya diperoleh data calon responden upaya pengendalian individu, keluarga, dan anggota masyarakat. Upaya pengendalian oleh program dikumpulkan melalui wawancara dengan pengelola program DBD Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Pemetaan lokasi upaya pengendalian dilakukan dengan menggunakan GPS. Hasil menunjukkan bahwa sebaran upaya pengendalian relatif merata diseluruh wilayah Kota Sukabumi. Upaya paling banyak dilakukan adalah menguras, menutup, dan mengubur mencapai 35,8%. Selanjutnya penggunaan insektisida mencapai 31,6%. Sebagian besar responden melakukan kombinasi upaya pengendalian, yang mencapai 40 kombinasi.
Kata kunci: Peta, dbd, pengendalian, kota sukabumi
PENDAHULUAN
meningkat sehingga pada tahun 2009 mencapai hampir 80 kasus per 100.000
Kejadian DBD
di
Indonesia
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat). Pada cenderung mengalami kenaikan, data dari tahun 2007, semua kabupaten/kota di Dirjen P2PL antara tahun 2005 sampai 2009 Provinsi Jawa Barat pernah melaporkan menunjukkan Incidence Rate (IR per 100.000 Kejadian Luar Biasa (KLB) infeksi virus penduduk) berturut-turut sebesar 42,38, Dengue di wilayahnya. Infeksi virus Dengue
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 4,Desember 2012 : 333 – 341
periode 2004 – 2010 untuk Kota Sukabumi Faktor entomologi pada lingkungan memiliki nilai paling besar (55,8), jika
penderita infeksi virus Dengue mendukung dibandingkan Kota Cimahi (32,1), dan Kota
adanya siklus penularan virus Dengue. Bandung (12,1).
Keberadan Aedes spp. ini ditemukan pada lingkungan permukiman maupun tempat-
Kota Sukabumi secara Geografis tempat umum. Keberadaan Aedes ini berupa terletak di bagian selatan Jawa Barat pada fase telur, larva, pupa dan dewasa. koordinat antara 106 ˚45’50” Bujur Timur dan 106˚45’10” Bujur Timur, 6˚50’44” Keberadaan sumber virus pada individu yang
mengalami viremia dan keberadaan Aedes Lintang Selatan berada di kaki Gunung Gede spp. dewasa yang mampu berperan sebagai dan Gunung Pangrango. Ketingian rata-rata vektor pada saat yang bersamaan akan sukabumi adalah 584 meter di atas memperbesar potensi penularan virus permukaan laut, dan berjarak 120 KM dari Dengue. Dampak dari penularan ini tidak Ibukota Negara (Jakarta) dan 96 KM dari serta-merta menjadikan individu terinfeksi Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung). sebagai penderita infeksi virus Dengue. Hasil Batas wilayah Kota Sukabumi dikelilingai penelitian di Jawa Barat tahun 2008 oleh Kabupaten Sukabumi di sebelah utara, menunjukkan adanya 30% individu yang barat, selatan dan timur. Secara administratif, terinfeksi virus Dengue namun tanpa gejala Kota Sukabumi dibagi ke dalam 7 (tujuh) yang nyata. Fakta keberadaan kasus DBD di Kecamatan
Kota Sukabumi mengharuskan dilakukannya Warudoyong, Gunung Puyuh, Cikole, upaya-upaya pengendalian vektor dan Lembursitu dan Cibeureum. Dengan jarak pencegahan kontak antara vektor dengan terjauh ke balai kota yaitu Kecamatan
manusia.
Lembursitu Sejauh 7 KM. (BPS Kota Sukabumi). Keadaan iklim di Kota Sukabumi
Dari data ini dapat disimpulkan cenderung basah dengan suhu udara Kota
bahwa kecepatan peningkatan kasus infeksi Sukabumi berkisar antara 15º-30º Celsius
virus Dengue di Kota Sukabumi melebihi pada tahun 2011. Berdasarkan hasil
wilayah lain di Jawa Barat. Pemerintah Kota pemantauan disetiap bulan terjadi hujan
Sukabumi telah melakukan berbagai upaya dengan intensitas tertentu, curah hujan
untuk pengendalian DBD antara lain melalui tertinggi pada bulan Nopember dan hari
program penyuluhan pembersiahan sarang hujan 27 hari di Stasiun Cimandiri pada
nyamuk, pembagian larvasida, pembinaan tahun 2011 (Dinkes Kota Sukabumi, 2012).
kader, dan pada awal bulan September Walikota Kota Sukabumi mencanangkan
Saat ini seluruh wilayah Kota Sukabumi pada tingkat kelurahan merupakan
program “Gertak PSN”. Sempat terjadi penurunan IR, namun selanjutnya pada bulan
daerah endemis DBD. IR DBD di Kota Oktober kasus DBD naik lagi. Atas kondisi Sukabumi sampai bulan November 2012 ini maka perlu dilakukan pemetaan upaya mencapai 396,93/100.000 penduduk. Tiga pengendalian DBD oleh masyarakat di Kota kelurahan dengan nilai IR tertinggi berturut-
Tujuannya adalah untuk turut adalah
Sukabumi.
Kelurahan Cikole (IR memperoleh bentuk intervensi yang paling 935,1/100.000), Kelurahan Gunung Puyuh tepat di masing-masing masyarakat serta (IR 896,8 /100.000) dan Kelurahan Baros (IR gambaran distribusi partisipasi masyarakat 791,3/100.000). Kelurahan Cikole ada dalam penanggulangan Demam Berdarah Kelurahan Gunung Puyuh berada pada
Dengue.
bagian utara Kota Sukabumi, sedangklan Kelurahan Cikole berada di bagian selatan Kota Sukabumi. Tiga wilayah kelurahan
BAHAN DAN CARA
dengan IR terendah adalah kelurahan Sindang Sari (IR 94,5/100.000), kelurahan
Kegiatan ini berupa penelitian Cikundul (IR 110,1/100.000) dan kelurahan
observasional dengan desain cross sectional.
Peta upaya pencegahan dbd...(Heni P, Rohmansyah & Roy N)
yang diperoleh dari regresi linier pada data
pengendalian dan kasus infeksi virus Dengue mulai tahun 2004
melakukan
upaya
pencegahan gigitan Aedes spp. sampai tahun 2011 yang selanjutnya
HASIL
diperoleh perkiraan jumlah kasus mencapai 1.500 orang. Sampel pada penderita
Dari 125 sampel yang diwawancara, sebanyak 125 orang ditentukan secara acak
hanya 113 (90%) responden yang berhasil sistematis berdasar perhitungan sampel dari
dikumpulkan datanya dari target sampel yang WHO pada penderita DBD yang dirawat di
ditentukan. Jumlah ini dirasa telah rumah sakit, selanjutnya sampel keluarga dan
mencukupi, karena dalam perencanaan masyarakat ditentukan secara purposif
jumlah sampel telah ditambuah 10% dari berdasar informasi dari penderita.
hasil perhitungan.
Data upaya pengendalian dilengkapi Selanjutnya dari 113 sampel dengan posisi geografis hasil pembacaan
penderita diperoleh 426 sampel keluarga dan posisi dengan GPS. Data yang terkumpul
masyarakat yang berhasil diwawancara upaya digabungkan dengan image peta dasar setelah
pengendalian dan pencegahan kontak dengan dilakukan digitasi. Sebagai peta dasar
Aedes spp. Dari seluruh hasil wawancara digunakan peta dari BPS Kota Sukabumi dan
terkumpul sebanyak 746 jawaban upaya hasil pencitraan dari Google Earth ® yang
pengendalian. Hal ini dikarenakan dari satu mampu menampakkan satuan bangunan.
responden ada yang memberikan lebih dari Selanjutnya data diolah dengan lembar kerja
jawaban.
elektronik yang selanjutnya diolah ke Tabel berikut menyajikan distribusi perangkat lunak pemetaan untuk dilakukan upaya pengendalian Aedes spp. dan
buffering dan overlay. Hasil akhir dari proses keberadaan Aedes spp. di lingkungannya. ini diperolehnya wilayah-wilayah yang
Tabel 1. Berbagai cara upaya pengendalian vektor dan cegah kontak
nyamuk dengan manusia di Sukabumi
Aedes spp.
Upaya PV & cegah kontak Jumlah
ada
tidak ada
94(74,6%) 126 Tidak ada upaya
Upaya pengendalian Aedes spp. dan melindungi dari risiko penularan disajikan keberadaan Aedes spp. Di Sukabumi dalam
pada rangkaian peta berikut; upaya
pengendalian
vektor
untuk
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 4,Desember 2012 : 333 – 341
106 °58' 6 # °54' # # #
V Insektisida
Batas Kota # # V # #
# V # # # # Aedes spp. #
# ## # # # # # S # # # #
Sampel penderita
Gambar 1. Sebaran insektisida keberadaan Aedes spp. dan upaya pengendaliannya
di Kota Sukabumi
106 °58' 6 # # °54' # #
# Batas Kota #
# S S SS ### S # # # S # ## # # # S #
# # ## # # # # S # # # # # # # # Aedes spp. # #
Sampel penderita
°58' S S #
Gambar 2. Sebaran 3M keberadaan Aedes spp. dan upaya pengendaliannya di Kota
Sukabumi
Peta upaya pencegahan dbd...(Heni P, Rohmansyah & Roy N)
106 °58' 6 # # °54' # # #
Batas Kota
8 8 8 ### 8 8 S # # # ## # # # # #
Aedes spp.
Sampel penderita
Gambar 3. Sebaran Sanitasi keberadaan Aedes spp. dan upaya pengendaliannya di Kota Sukabumi
106 °58' 6 # °54' # # #
Batas Kota
T ### T # # # # ## # # # S #
Aedes spp.
Sampel penderita
Gambar 4. Sebaran fisik dan biologi keberadaan Aedes spp. dan upaya pengendaliannya di Kota Sukabumi
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 4,Desember 2012 : 333 – 341
106 °58' 6 # # °54' # # #
Batas Kota #
# ### S # # # ## # # # # #
Aedes spp.
# # # ## # # # # # # # # # S # # # # # # # # # #
Sampel penderita
Gambar 5. Sebaran repelen keberadaan Aedes spp. dan upaya pengendaliannya
di Kota Sukabumi
106 °58' 6 # °54' # # #
tidak ada upaya
Batas Kota
S # ### # # # S # # # # ## #
Aedes spp.
Sampel penderita
Gambar 6. Sebaran keberadaan Aedes spp. Tidak ada upaya pengendaliannya di Kota Sukabumi
Peta upaya pencegahan dbd...(Heni P, Rohmansyah & Roy N)
upaya PSN tidak cukup hanya dengan Angka Bebas Jentik program 89% menguras tempat air saja, namun juga harus
(atau positif jentik 11%) yang relatif dilakukan secara berkelanjutan. Masih
berbeda dengan keberadaan Aedes spp yang terdapat kondisi yang tidak seharusnya
mencapai 24,7% di lingkungan rumah dan terjadi, yaitu 9, 48% responden menyatakan
23,9% di tempat-tempat umum yang tidak ada upaya terkait pencegahan DBD.
diperoleh dari hasil penelitian ini. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan cara
Upaya PSN oleh komunitas warga mengukur, dimana dalam penelitian ini tidak masih belum dapat dilaksanakan oleh hanya melihat adanya jentik tetapi juga seluruh wilayah Kota Sukabumi. Beberapa
nyamuk dewasanya.
lokasi survai di tempat-tempat umum masih sering di temukan Aedes spp. umumnya
Sampai saat ini berbagai program pada lokasi ini seringkali tidak ada yang
untuk mengendalikan laju kejadian infeksi merasa bertanggung jawab untuk upaya
virus Dengue telah banyak dilakukan di pengendalian vektor, di sisi lain individu
Kota Sukabumi. Berbagai kegiatan intensif yang melakukan aktivitas di lokasi ini belum
seperti Gerakan serantak PSN oleh melakukan upaya perlindingan diri yang
masyarakat telah dicanangkan untuk memadai.
mengendalikan penularan virus Dengue. Upaya lain berupa pemantauan tempat
perindukan nyamuk, pengendalian larva,
PEMBAHASAN
penyuluhan, dan upaya individual/keluarga lainnya telah dilaksanakan oleh sebagian
Partisipasi masyarakat merupakan proses panjang dan memerlukan ketekunan,
besar warga kota sukabumi dan pemerintah kesabaran dan upaya dalam memberikan
daerah. Sampai bulan November tahun 2012 dapat
diidentifikasi model umum pemahaman dan motivasi kepada individu,
kelompok, masyarakat, bahkan pejabat pengendalian infeksi virus Dengue di Kota secara berkesinambungan. Program yang
Sukabumi. Namun demikian model ini tidak berlaku secara umum dalam upaya
melibatkan masyarakat adalah mengajak masyarakat mau dan mampu melakukan 3
penanggulangan infeksi virus Dengue di M plus atau PSN dilingkungan mereka.
Kota Sukabumi. Satu kondisi yang relatif sama pada semua wilayah Kota Sukabumi
Istilah tersebut sangat populer dan mungkin sudah menjadi trade mark bagi program
dalam model ini adalah keterjangkauan dan pengendalian infeksi virus Dengue, namun
pemanfaatan sarana pelayanan oleh warga Kota Sukabumi. Di sisi lain banyak wilayah
karena masyarakat kita sangat heterogen dalam tingkat pendidikan, pemahaman dan
melakukan pendekatan tertentu yang latar belakangnya sehingga belum mampu
umumnya bersifat reaktif dan belum berkelanjutan. Selanjutnya dalam laporan
mandiri dalam pelaksanaannya. berikutnya akan dibuatkan peta sebaran
Mengingat kenyataan tersebut, maka model upaya pengendalian infeksi virus penyuluhan tentang vektor dan metode
Dengue di Kota Sukabumi. pengendaliannya masih sangat dibutuhkan
oleh masyarakat secara berkesinambungan. Penyakit tular nyamuk (vektor) termasuk DBD berbasis lingkungan dan
Karena vektor infeksi virus Dengue berbasis lingkungan, maka penggerakan masyarakat
kompleks, sehingga tidak dapat dipecahkan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik
hanya dengan pendekatan ilmu kesehatan (sukowati 2010). Pengendalian infeksi virus
tanpa peran dari Pemerintah daerah dan lintas sektor terkait seperti pendidikan,
Dengue di Kota Sukabumi menitikberatkan agama, LSM, dan lain-lain.
pada pengendalian lingkungan untuk memutus transmisi atau penularan dengan
Program tersebut akan dapat cara Pemberantasan Sarang Nyamuk mempunyai daya ungkit dalam memutus
/pengendalian tempat perindukan nyamuk,
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 4,Desember 2012 : 333 – 341
tanggap yang relatif cepat antara manajemen berkelanjutan, namun hal ini belum menjadi kasus sumber penularan dan pengendalian
upaya populer di Kota Sukabumi. Kiranya faktor risiko penularan DBD pada satu
untuk membangun komitmen bersama wilayah lingkup RT atau RW. Kegiatan ini
seperti ini masih memerlukan kajian karena diawali dengan pencarian dini sumber
tempat mampu penularan, pencegahan kontak sumber
tidak
semua
melaksanakannya. Di sisi lain upaya penularan dengan Aedes spp., pembersihan
pengendalian vektor di wilayah rumah sarang nyamuk, dan mobilisasi masyarakat
tangga dan tempat-tempat umum belum untuk melakukan PSN berkelanjutan di
mencapai hasil maksimal. Model umum lingkungannya secara menyeluruh. Upaya
upaya pengendalian infeksi virus Dengue ini mengutamakan pada pengendalian
yang teridentifikasi relatif merata di Kota sumber penyakit (yaitu penderita infeksi
Sukabumi adalah keterjangkauan dan virus Dengue dengan atau tanpa gejala) agar
penggunaan sarana kesehatan oleh warga tidak kontak dengan Aedes spp. hingga virus
yang menderita infeksi virus Dengue. hilang (biasanya sampai hari ke 9). Upaya
Dari hasil penelitian ini disarankan ini akan sangat terbantu dengan deteksi dini
mengembangkan pendekatan infeksi virus Dengue di sekitar penderita, penggerakkan komunitas agar mampu yang jika diterapkan dapat meminimalkan melaksanakan upaya pengendalian populasi Fogging Focus hanya dilakukan kalau Aedes spp. di lingkungan dan meningkatkan sangat perlu dan bisa menekan biaya kecepatan respon pengobatan, mengingat perawatan pasien di rumah sakit. Mengingat hampir semua penderita mengetahui kejadian infeksi virus Dengue berakar pada terinfeksi virus Dengue setelah dirawat di ekosistem,
rumah sakit, hal ini bermakna fase viremia administratif
telah terjadi tanpa sepengetahuan penderita. digunakan, karena penularan infeksi virus Di sisi lain perlu dikembangkan respon Dengue tidak mengenal batasan wilayah cepat pada sumber penularan dan administratif. Di wilayah perbatasan pengendalian faktor risiko penularan DBD diperlukan kerjasama antar wilayah. yang diawali dengan pencarian dini sumber
penularan
dilanjutkan dengan pencegahan kontak sumber penularan
dan
KESIMPULAN DAN SARAN
dengan Aedes spp. Mengingat kejadian Penelitian
infeksi virus Dengue berakar pada (simtomatik) di Kota Sukabumi adalah
Kejadian
DBD
upaya pencegahan resultan infeksi masa lalu, sirkulasi serotipe
ekosistem,
maka
penularan hendaknya juga berbasis kesatuan virus Dengue dan keberadaan vektornya di
ekologi vektor. Kiranya pada tempat tempat lingkungan. Upaya pencegahan kontak
umum dapat dikeluarkan regulasi yang dengan nyamuk dan pengendaliannya yang
mewajibkan pengelola memiliki bagian tidak memadai akan memperbesar potensi
untuk melaksanakan fungsi pengendalian terinfeksi virus Dengue. Respon upaya
Aedes spp.
pencarian pengobatan penderita infeksi virus
Dengue di Kota Sukabumi sudah relatif bagus, keputusan untuk pergi berobat ke
UCAPAN TERIMA KASIH
rumah sakit juga relatif cepat, namun jika di Ucapan terima kasih disampaikan lingkungan terdapat Aedes spp. maka akan Kepada Kementerian Kesehatan R.I. melalui terus terjadi siklus penularan dan semakin Badan Litbang Kesehatan yang memberikan lama semakin meningkat jumlah kasus dukungan pembiayaan dan pembinaan simtomatik sebagai konsekuensi infeksi dalam pelaksanaan penelitian ini. Ucapan sekunder. Masyarakat Kota Sukabumi masih terima kasih juga disampaikan kepada mengandalkan upaya pengendalian Aedes Pemerintah Daerah Kota Sukabumi beserta
Peta upaya pencegahan dbd...(Heni P, Rohmansyah & Roy N)
Assyfa kegiatan penelitian ini tidak
Berdarah Dengue di Kabupaten Grobogan
terlaksana, untuk itu disampaikan ucapan
Jawa Tengah. Jurnal Kedokteran Yarsi 12
terima kasih atas kontribusi yang tak (1), p 52-58.
Hadi, A. 2001. Vector Borne Diseases. FKM UI,
terbalas.
Jakarta.
Hasyimi M. dan Soekirno M. Pengamatan Tempat
Perindukan Aedes Aegypti Pada Tempat
DAFTAR PUSTAKA Penampungan Air Rumah Tangga pada
Masyarakat Pengguna Air Olahan. Jurnal Achmadi UF, 2010. Manajemen demam berdarah
Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004 : Berbasis
Epidemiologi, Volume 2, Agustus 2010. Nusa RES. 2008. Respon Imunologi virus Dengue di Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan: Solusi
Propinsi Jawa Barat tahun 2008. Depkes RI. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit
Jakarta.
Menular. PT. Elex Media Komputindo, Samsi T K, 2001. Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Pengamatan Klinik dan Penatalaksanaan di Danoedoro, Projo (2005), Fenomena Keruangan
Rumah Sakit Sumber Waras, Bagian Ilmu Penyakit
Kesehatan Anak Rumah Sakit Sumber Geoinformasi, Fakultas Geografi UGM
Waras. Universitas Tarumanegara. Jakarta Yogyakarta
Soegijanto S, 2006, Demam Berdarah Dengue Di Dinas
Indonesia.,Edisi 2 pp: 253-254, 248-249, Memberntas Nyamuk
Kesehatan Bonebolango.2009.
Cara
Airlangga University Press, Surabaya. (DBD).
Aedes Aegypti
Suroso T, Imran A. 2000. Situasi Penyakit DBD 5 http://dinkesbonebolango.org/index.php?opt
Tahun Terakhir (1995-1999) di Indonesia ion=com_content&task=view&id=354&Ite
dan Renstra Program Penyakit DBD Tahun mid=1. Diakses pada tanggal 18 Maret
2001-2005. Dipresentasikan pada Pertemuan 2009.
Demam Berdarah Dengue di Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, 2012. Laporan
WHO. 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis, program DBD dinkes Kota Sukabumi 2011.
Treatment, Prevention and Control. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2006.
Wibisono B H, Oktober 1995. Studi Epidemiologis Prosedur Tetap Penanggulangan KLB dan
Demam Berdarah Dengue pada Orang Bencana Provinsi Jawa Tengah. Dinkesprov
Dewasa, Medika-No 10 Tahun XXI, p : 767 Jateng, Semarang.
Widodo, Arif. 2007. Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Dinkes Prop Jateng. 2004. Buku Pegangan Kader
dan Keterampilan Ibu-Ibu PKK Desa Pengendalian Faktor Risiko Penyakit.
Mengenai Penanggulangan Yayasan Dian Nusantara. Jateng
Makamhaji
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Ditjen
PPM-PLP. 1992b.
http://eprints.ums.ac.id/535/1/2._Arif_Wido Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit
Petunjuk
Teknis
do.pdf. Diakses pada tanggal 8 Maret 2009. Demam Berdarah Dengue : Lampiran 3.
Yamada K I, Takasaki T, 2000. Demographic feaures Jakarta : Depkes RI.
of imported Dengue cases serodiagnosis in Hadi S, Yuniarti R A, 2004. Pengamatan Entomologi
Japan during 2000. daerah endemis dan non endemis Demam