PETA UPAYA PENCEGAHAN DBD KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 Mapping of DHF Prevention in Sukabumi City 2012

PETA UPAYA PENCEGAHAN DBD KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

Mapping of DHF Prevention in Sukabumi City 2012

Heni Prasetyowati 1 , Rohmansyah 1 , Roy Nusa 1

1 Loka Litbang P2B2 Ciamis Email: roynres@gmail.com

Diterima: 13 Nopember 2012; Disetujui: 30 Nopember 2012

ABSTRACT

Sukabumi region is one of the highest dengue haemorrhagic fever problem in West Java province. Until November 2012 the number of incident rate are 390/100,000 population. Therefore a research should be performed for mapping the efforts of controlling the transmission of DHF in Sukabumi. The research conducted data collection of controlling efforts by individuals, families, communities and local Government of Sukabumi. Cases of DHF are determined by systematically random of the hospitalized DHF sufferers and which can be the candidate of the respondent. The control efforts by the program gathered through interview with DHF program manager in Dinas Kesehatan of Sukabumi City. Mapping of location of controlling effort by GPS. The result shows that the controlling effort is relatively well distributed in all Sukabumi area. Most of the controlling efforts are draining, closing, and burrying of 35,8 percent. The use of insecticides is 31.6 percent. Most of the respondents performed up to 40 combination of control efforts.

Keywords: D engue hemorrhagic fever, dhf controlling, map, sukabumi

ABSTRAK

Kota Sukabumi termasuk wilayah dengan besaran masalah Demam Berdarah Dengue yang tergolong paling tinggi di provinsi Jawa Barat. Sampai Bulan November 2012 angka IR mencapai 390/100.000 penduduk. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk memetakan upaya pengendalian penularan DBD di Kota Sukabumi pada tahun 2012. Dalam penelitian dilakukan pengumpulan data upaya pengendalian oleh individu, keluarga, masyarakat dan Pemda kota Sukabumi. Kasus DBD ditentukan secara acak sistematik dari penderita DBD yang dirawat di rumah sakit. Selanjutnya diperoleh data calon responden upaya pengendalian individu, keluarga, dan anggota masyarakat. Upaya pengendalian oleh program dikumpulkan melalui wawancara dengan pengelola program DBD Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Pemetaan lokasi upaya pengendalian dilakukan dengan menggunakan GPS. Hasil menunjukkan bahwa sebaran upaya pengendalian relatif merata diseluruh wilayah Kota Sukabumi. Upaya paling banyak dilakukan adalah menguras, menutup, dan mengubur mencapai 35,8%. Selanjutnya penggunaan insektisida mencapai 31,6%. Sebagian besar responden melakukan kombinasi upaya pengendalian, yang mencapai 40 kombinasi.

Kata kunci: Peta, dbd, pengendalian, kota sukabumi

PENDAHULUAN

meningkat sehingga pada tahun 2009 mencapai hampir 80 kasus per 100.000

Kejadian DBD

di

Indonesia

(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat). Pada cenderung mengalami kenaikan, data dari tahun 2007, semua kabupaten/kota di Dirjen P2PL antara tahun 2005 sampai 2009 Provinsi Jawa Barat pernah melaporkan menunjukkan Incidence Rate (IR per 100.000 Kejadian Luar Biasa (KLB) infeksi virus penduduk) berturut-turut sebesar 42,38, Dengue di wilayahnya. Infeksi virus Dengue

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 4,Desember 2012 : 333 – 341

periode 2004 – 2010 untuk Kota Sukabumi Faktor entomologi pada lingkungan memiliki nilai paling besar (55,8), jika

penderita infeksi virus Dengue mendukung dibandingkan Kota Cimahi (32,1), dan Kota

adanya siklus penularan virus Dengue. Bandung (12,1).

Keberadan Aedes spp. ini ditemukan pada lingkungan permukiman maupun tempat-

Kota Sukabumi secara Geografis tempat umum. Keberadaan Aedes ini berupa terletak di bagian selatan Jawa Barat pada fase telur, larva, pupa dan dewasa. koordinat antara 106 ˚45’50” Bujur Timur dan 106˚45’10” Bujur Timur, 6˚50’44” Keberadaan sumber virus pada individu yang

mengalami viremia dan keberadaan Aedes Lintang Selatan berada di kaki Gunung Gede spp. dewasa yang mampu berperan sebagai dan Gunung Pangrango. Ketingian rata-rata vektor pada saat yang bersamaan akan sukabumi adalah 584 meter di atas memperbesar potensi penularan virus permukaan laut, dan berjarak 120 KM dari Dengue. Dampak dari penularan ini tidak Ibukota Negara (Jakarta) dan 96 KM dari serta-merta menjadikan individu terinfeksi Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung). sebagai penderita infeksi virus Dengue. Hasil Batas wilayah Kota Sukabumi dikelilingai penelitian di Jawa Barat tahun 2008 oleh Kabupaten Sukabumi di sebelah utara, menunjukkan adanya 30% individu yang barat, selatan dan timur. Secara administratif, terinfeksi virus Dengue namun tanpa gejala Kota Sukabumi dibagi ke dalam 7 (tujuh) yang nyata. Fakta keberadaan kasus DBD di Kecamatan

Kota Sukabumi mengharuskan dilakukannya Warudoyong, Gunung Puyuh, Cikole, upaya-upaya pengendalian vektor dan Lembursitu dan Cibeureum. Dengan jarak pencegahan kontak antara vektor dengan terjauh ke balai kota yaitu Kecamatan

manusia.

Lembursitu Sejauh 7 KM. (BPS Kota Sukabumi). Keadaan iklim di Kota Sukabumi

Dari data ini dapat disimpulkan cenderung basah dengan suhu udara Kota

bahwa kecepatan peningkatan kasus infeksi Sukabumi berkisar antara 15º-30º Celsius

virus Dengue di Kota Sukabumi melebihi pada tahun 2011. Berdasarkan hasil

wilayah lain di Jawa Barat. Pemerintah Kota pemantauan disetiap bulan terjadi hujan

Sukabumi telah melakukan berbagai upaya dengan intensitas tertentu, curah hujan

untuk pengendalian DBD antara lain melalui tertinggi pada bulan Nopember dan hari

program penyuluhan pembersiahan sarang hujan 27 hari di Stasiun Cimandiri pada

nyamuk, pembagian larvasida, pembinaan tahun 2011 (Dinkes Kota Sukabumi, 2012).

kader, dan pada awal bulan September Walikota Kota Sukabumi mencanangkan

Saat ini seluruh wilayah Kota Sukabumi pada tingkat kelurahan merupakan

program “Gertak PSN”. Sempat terjadi penurunan IR, namun selanjutnya pada bulan

daerah endemis DBD. IR DBD di Kota Oktober kasus DBD naik lagi. Atas kondisi Sukabumi sampai bulan November 2012 ini maka perlu dilakukan pemetaan upaya mencapai 396,93/100.000 penduduk. Tiga pengendalian DBD oleh masyarakat di Kota kelurahan dengan nilai IR tertinggi berturut-

Tujuannya adalah untuk turut adalah

Sukabumi.

Kelurahan Cikole (IR memperoleh bentuk intervensi yang paling 935,1/100.000), Kelurahan Gunung Puyuh tepat di masing-masing masyarakat serta (IR 896,8 /100.000) dan Kelurahan Baros (IR gambaran distribusi partisipasi masyarakat 791,3/100.000). Kelurahan Cikole ada dalam penanggulangan Demam Berdarah Kelurahan Gunung Puyuh berada pada

Dengue.

bagian utara Kota Sukabumi, sedangklan Kelurahan Cikole berada di bagian selatan Kota Sukabumi. Tiga wilayah kelurahan

BAHAN DAN CARA

dengan IR terendah adalah kelurahan Sindang Sari (IR 94,5/100.000), kelurahan

Kegiatan ini berupa penelitian Cikundul (IR 110,1/100.000) dan kelurahan

observasional dengan desain cross sectional.

Peta upaya pencegahan dbd...(Heni P, Rohmansyah & Roy N)

yang diperoleh dari regresi linier pada data

pengendalian dan kasus infeksi virus Dengue mulai tahun 2004

melakukan

upaya

pencegahan gigitan Aedes spp. sampai tahun 2011 yang selanjutnya

HASIL

diperoleh perkiraan jumlah kasus mencapai 1.500 orang. Sampel pada penderita

Dari 125 sampel yang diwawancara, sebanyak 125 orang ditentukan secara acak

hanya 113 (90%) responden yang berhasil sistematis berdasar perhitungan sampel dari

dikumpulkan datanya dari target sampel yang WHO pada penderita DBD yang dirawat di

ditentukan. Jumlah ini dirasa telah rumah sakit, selanjutnya sampel keluarga dan

mencukupi, karena dalam perencanaan masyarakat ditentukan secara purposif

jumlah sampel telah ditambuah 10% dari berdasar informasi dari penderita.

hasil perhitungan.

Data upaya pengendalian dilengkapi Selanjutnya dari 113 sampel dengan posisi geografis hasil pembacaan

penderita diperoleh 426 sampel keluarga dan posisi dengan GPS. Data yang terkumpul

masyarakat yang berhasil diwawancara upaya digabungkan dengan image peta dasar setelah

pengendalian dan pencegahan kontak dengan dilakukan digitasi. Sebagai peta dasar

Aedes spp. Dari seluruh hasil wawancara digunakan peta dari BPS Kota Sukabumi dan

terkumpul sebanyak 746 jawaban upaya hasil pencitraan dari Google Earth ® yang

pengendalian. Hal ini dikarenakan dari satu mampu menampakkan satuan bangunan.

responden ada yang memberikan lebih dari Selanjutnya data diolah dengan lembar kerja

jawaban.

elektronik yang selanjutnya diolah ke Tabel berikut menyajikan distribusi perangkat lunak pemetaan untuk dilakukan upaya pengendalian Aedes spp. dan

buffering dan overlay. Hasil akhir dari proses keberadaan Aedes spp. di lingkungannya. ini diperolehnya wilayah-wilayah yang

Tabel 1. Berbagai cara upaya pengendalian vektor dan cegah kontak

nyamuk dengan manusia di Sukabumi

Aedes spp.

Upaya PV & cegah kontak Jumlah

ada

tidak ada

94(74,6%) 126 Tidak ada upaya

Upaya pengendalian Aedes spp. dan melindungi dari risiko penularan disajikan keberadaan Aedes spp. Di Sukabumi dalam

pada rangkaian peta berikut; upaya

pengendalian

vektor

untuk

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 4,Desember 2012 : 333 – 341

106 °58' 6 # °54' # # #

V Insektisida

Batas Kota # # V # #

# V # # # # Aedes spp. #

# ## # # # # # S # # # #

Sampel penderita

Gambar 1. Sebaran insektisida keberadaan Aedes spp. dan upaya pengendaliannya

di Kota Sukabumi

106 °58' 6 # # °54' # #

# Batas Kota #

# S S SS ### S # # # S # ## # # # S #

# # ## # # # # S # # # # # # # # Aedes spp. # #

Sampel penderita

°58' S S #

Gambar 2. Sebaran 3M keberadaan Aedes spp. dan upaya pengendaliannya di Kota

Sukabumi

Peta upaya pencegahan dbd...(Heni P, Rohmansyah & Roy N)

106 °58' 6 # # °54' # # #

Batas Kota

8 8 8 ### 8 8 S # # # ## # # # # #

Aedes spp.

Sampel penderita

Gambar 3. Sebaran Sanitasi keberadaan Aedes spp. dan upaya pengendaliannya di Kota Sukabumi

106 °58' 6 # °54' # # #

Batas Kota

T ### T # # # # ## # # # S #

Aedes spp.

Sampel penderita

Gambar 4. Sebaran fisik dan biologi keberadaan Aedes spp. dan upaya pengendaliannya di Kota Sukabumi

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 4,Desember 2012 : 333 – 341

106 °58' 6 # # °54' # # #

Batas Kota #

# ### S # # # ## # # # # #

Aedes spp.

# # # ## # # # # # # # # # S # # # # # # # # # #

Sampel penderita

Gambar 5. Sebaran repelen keberadaan Aedes spp. dan upaya pengendaliannya

di Kota Sukabumi

106 °58' 6 # °54' # # #

tidak ada upaya

Batas Kota

S # ### # # # S # # # # ## #

Aedes spp.

Sampel penderita

Gambar 6. Sebaran keberadaan Aedes spp. Tidak ada upaya pengendaliannya di Kota Sukabumi

Peta upaya pencegahan dbd...(Heni P, Rohmansyah & Roy N)

upaya PSN tidak cukup hanya dengan Angka Bebas Jentik program 89% menguras tempat air saja, namun juga harus

(atau positif jentik 11%) yang relatif dilakukan secara berkelanjutan. Masih

berbeda dengan keberadaan Aedes spp yang terdapat kondisi yang tidak seharusnya

mencapai 24,7% di lingkungan rumah dan terjadi, yaitu 9, 48% responden menyatakan

23,9% di tempat-tempat umum yang tidak ada upaya terkait pencegahan DBD.

diperoleh dari hasil penelitian ini. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan cara

Upaya PSN oleh komunitas warga mengukur, dimana dalam penelitian ini tidak masih belum dapat dilaksanakan oleh hanya melihat adanya jentik tetapi juga seluruh wilayah Kota Sukabumi. Beberapa

nyamuk dewasanya.

lokasi survai di tempat-tempat umum masih sering di temukan Aedes spp. umumnya

Sampai saat ini berbagai program pada lokasi ini seringkali tidak ada yang

untuk mengendalikan laju kejadian infeksi merasa bertanggung jawab untuk upaya

virus Dengue telah banyak dilakukan di pengendalian vektor, di sisi lain individu

Kota Sukabumi. Berbagai kegiatan intensif yang melakukan aktivitas di lokasi ini belum

seperti Gerakan serantak PSN oleh melakukan upaya perlindingan diri yang

masyarakat telah dicanangkan untuk memadai.

mengendalikan penularan virus Dengue. Upaya lain berupa pemantauan tempat

perindukan nyamuk, pengendalian larva,

PEMBAHASAN

penyuluhan, dan upaya individual/keluarga lainnya telah dilaksanakan oleh sebagian

Partisipasi masyarakat merupakan proses panjang dan memerlukan ketekunan,

besar warga kota sukabumi dan pemerintah kesabaran dan upaya dalam memberikan

daerah. Sampai bulan November tahun 2012 dapat

diidentifikasi model umum pemahaman dan motivasi kepada individu,

kelompok, masyarakat, bahkan pejabat pengendalian infeksi virus Dengue di Kota secara berkesinambungan. Program yang

Sukabumi. Namun demikian model ini tidak berlaku secara umum dalam upaya

melibatkan masyarakat adalah mengajak masyarakat mau dan mampu melakukan 3

penanggulangan infeksi virus Dengue di M plus atau PSN dilingkungan mereka.

Kota Sukabumi. Satu kondisi yang relatif sama pada semua wilayah Kota Sukabumi

Istilah tersebut sangat populer dan mungkin sudah menjadi trade mark bagi program

dalam model ini adalah keterjangkauan dan pengendalian infeksi virus Dengue, namun

pemanfaatan sarana pelayanan oleh warga Kota Sukabumi. Di sisi lain banyak wilayah

karena masyarakat kita sangat heterogen dalam tingkat pendidikan, pemahaman dan

melakukan pendekatan tertentu yang latar belakangnya sehingga belum mampu

umumnya bersifat reaktif dan belum berkelanjutan. Selanjutnya dalam laporan

mandiri dalam pelaksanaannya. berikutnya akan dibuatkan peta sebaran

Mengingat kenyataan tersebut, maka model upaya pengendalian infeksi virus penyuluhan tentang vektor dan metode

Dengue di Kota Sukabumi. pengendaliannya masih sangat dibutuhkan

oleh masyarakat secara berkesinambungan. Penyakit tular nyamuk (vektor) termasuk DBD berbasis lingkungan dan

Karena vektor infeksi virus Dengue berbasis lingkungan, maka penggerakan masyarakat

kompleks, sehingga tidak dapat dipecahkan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik

hanya dengan pendekatan ilmu kesehatan (sukowati 2010). Pengendalian infeksi virus

tanpa peran dari Pemerintah daerah dan lintas sektor terkait seperti pendidikan,

Dengue di Kota Sukabumi menitikberatkan agama, LSM, dan lain-lain.

pada pengendalian lingkungan untuk memutus transmisi atau penularan dengan

Program tersebut akan dapat cara Pemberantasan Sarang Nyamuk mempunyai daya ungkit dalam memutus

/pengendalian tempat perindukan nyamuk,

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 11 No 4,Desember 2012 : 333 – 341

tanggap yang relatif cepat antara manajemen berkelanjutan, namun hal ini belum menjadi kasus sumber penularan dan pengendalian

upaya populer di Kota Sukabumi. Kiranya faktor risiko penularan DBD pada satu

untuk membangun komitmen bersama wilayah lingkup RT atau RW. Kegiatan ini

seperti ini masih memerlukan kajian karena diawali dengan pencarian dini sumber

tempat mampu penularan, pencegahan kontak sumber

tidak

semua

melaksanakannya. Di sisi lain upaya penularan dengan Aedes spp., pembersihan

pengendalian vektor di wilayah rumah sarang nyamuk, dan mobilisasi masyarakat

tangga dan tempat-tempat umum belum untuk melakukan PSN berkelanjutan di

mencapai hasil maksimal. Model umum lingkungannya secara menyeluruh. Upaya

upaya pengendalian infeksi virus Dengue ini mengutamakan pada pengendalian

yang teridentifikasi relatif merata di Kota sumber penyakit (yaitu penderita infeksi

Sukabumi adalah keterjangkauan dan virus Dengue dengan atau tanpa gejala) agar

penggunaan sarana kesehatan oleh warga tidak kontak dengan Aedes spp. hingga virus

yang menderita infeksi virus Dengue. hilang (biasanya sampai hari ke 9). Upaya

Dari hasil penelitian ini disarankan ini akan sangat terbantu dengan deteksi dini

mengembangkan pendekatan infeksi virus Dengue di sekitar penderita, penggerakkan komunitas agar mampu yang jika diterapkan dapat meminimalkan melaksanakan upaya pengendalian populasi Fogging Focus hanya dilakukan kalau Aedes spp. di lingkungan dan meningkatkan sangat perlu dan bisa menekan biaya kecepatan respon pengobatan, mengingat perawatan pasien di rumah sakit. Mengingat hampir semua penderita mengetahui kejadian infeksi virus Dengue berakar pada terinfeksi virus Dengue setelah dirawat di ekosistem,

rumah sakit, hal ini bermakna fase viremia administratif

telah terjadi tanpa sepengetahuan penderita. digunakan, karena penularan infeksi virus Di sisi lain perlu dikembangkan respon Dengue tidak mengenal batasan wilayah cepat pada sumber penularan dan administratif. Di wilayah perbatasan pengendalian faktor risiko penularan DBD diperlukan kerjasama antar wilayah. yang diawali dengan pencarian dini sumber

penularan

dilanjutkan dengan pencegahan kontak sumber penularan

dan

KESIMPULAN DAN SARAN

dengan Aedes spp. Mengingat kejadian Penelitian

infeksi virus Dengue berakar pada (simtomatik) di Kota Sukabumi adalah

Kejadian

DBD

upaya pencegahan resultan infeksi masa lalu, sirkulasi serotipe

ekosistem,

maka

penularan hendaknya juga berbasis kesatuan virus Dengue dan keberadaan vektornya di

ekologi vektor. Kiranya pada tempat tempat lingkungan. Upaya pencegahan kontak

umum dapat dikeluarkan regulasi yang dengan nyamuk dan pengendaliannya yang

mewajibkan pengelola memiliki bagian tidak memadai akan memperbesar potensi

untuk melaksanakan fungsi pengendalian terinfeksi virus Dengue. Respon upaya

Aedes spp.

pencarian pengobatan penderita infeksi virus

Dengue di Kota Sukabumi sudah relatif bagus, keputusan untuk pergi berobat ke

UCAPAN TERIMA KASIH

rumah sakit juga relatif cepat, namun jika di Ucapan terima kasih disampaikan lingkungan terdapat Aedes spp. maka akan Kepada Kementerian Kesehatan R.I. melalui terus terjadi siklus penularan dan semakin Badan Litbang Kesehatan yang memberikan lama semakin meningkat jumlah kasus dukungan pembiayaan dan pembinaan simtomatik sebagai konsekuensi infeksi dalam pelaksanaan penelitian ini. Ucapan sekunder. Masyarakat Kota Sukabumi masih terima kasih juga disampaikan kepada mengandalkan upaya pengendalian Aedes Pemerintah Daerah Kota Sukabumi beserta

Peta upaya pencegahan dbd...(Heni P, Rohmansyah & Roy N)

Assyfa kegiatan penelitian ini tidak

Berdarah Dengue di Kabupaten Grobogan

terlaksana, untuk itu disampaikan ucapan

Jawa Tengah. Jurnal Kedokteran Yarsi 12

terima kasih atas kontribusi yang tak (1), p 52-58.

Hadi, A. 2001. Vector Borne Diseases. FKM UI,

terbalas.

Jakarta.

Hasyimi M. dan Soekirno M. Pengamatan Tempat

Perindukan Aedes Aegypti Pada Tempat

DAFTAR PUSTAKA Penampungan Air Rumah Tangga pada

Masyarakat Pengguna Air Olahan. Jurnal Achmadi UF, 2010. Manajemen demam berdarah

Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004 : Berbasis

Epidemiologi, Volume 2, Agustus 2010. Nusa RES. 2008. Respon Imunologi virus Dengue di Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan: Solusi

Propinsi Jawa Barat tahun 2008. Depkes RI. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit

Jakarta.

Menular. PT. Elex Media Komputindo, Samsi T K, 2001. Demam Berdarah Dengue. Jakarta.

Pengamatan Klinik dan Penatalaksanaan di Danoedoro, Projo (2005), Fenomena Keruangan

Rumah Sakit Sumber Waras, Bagian Ilmu Penyakit

Kesehatan Anak Rumah Sakit Sumber Geoinformasi, Fakultas Geografi UGM

Waras. Universitas Tarumanegara. Jakarta Yogyakarta

Soegijanto S, 2006, Demam Berdarah Dengue Di Dinas

Indonesia.,Edisi 2 pp: 253-254, 248-249, Memberntas Nyamuk

Kesehatan Bonebolango.2009.

Cara

Airlangga University Press, Surabaya. (DBD).

Aedes Aegypti

Suroso T, Imran A. 2000. Situasi Penyakit DBD 5 http://dinkesbonebolango.org/index.php?opt

Tahun Terakhir (1995-1999) di Indonesia ion=com_content&task=view&id=354&Ite

dan Renstra Program Penyakit DBD Tahun mid=1. Diakses pada tanggal 18 Maret

2001-2005. Dipresentasikan pada Pertemuan 2009.

Demam Berdarah Dengue di Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, 2012. Laporan

WHO. 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis, program DBD dinkes Kota Sukabumi 2011.

Treatment, Prevention and Control. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2006.

Wibisono B H, Oktober 1995. Studi Epidemiologis Prosedur Tetap Penanggulangan KLB dan

Demam Berdarah Dengue pada Orang Bencana Provinsi Jawa Tengah. Dinkesprov

Dewasa, Medika-No 10 Tahun XXI, p : 767 Jateng, Semarang.

Widodo, Arif. 2007. Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Dinkes Prop Jateng. 2004. Buku Pegangan Kader

dan Keterampilan Ibu-Ibu PKK Desa Pengendalian Faktor Risiko Penyakit.

Mengenai Penanggulangan Yayasan Dian Nusantara. Jateng

Makamhaji

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Ditjen

PPM-PLP. 1992b.

http://eprints.ums.ac.id/535/1/2._Arif_Wido Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit

Petunjuk

Teknis

do.pdf. Diakses pada tanggal 8 Maret 2009. Demam Berdarah Dengue : Lampiran 3.

Yamada K I, Takasaki T, 2000. Demographic feaures Jakarta : Depkes RI.

of imported Dengue cases serodiagnosis in Hadi S, Yuniarti R A, 2004. Pengamatan Entomologi

Japan during 2000. daerah endemis dan non endemis Demam

Dokumen yang terkait

PENCAPAIAN DAN TANTANGAN STATUS KESEHATAN MATERNAL DI INDONESIA The Achievement and Challenge of Maternal Health Status in Indonesia

1 0 11

HUBUNGAN PROSES KERJA DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PETANI RUMPUT LAUT DIKABUPATEN BANTAENG SULAWESI SELATAN The Correlation of Irritant Contact Dermatitis among Seaweed Farmers with Their Working Process in Bantaeng District, South Sulawe

0 0 9

POLA PENGELOLAAN AIR MINUM MENURUT KARAKTERISTIK WILAYAH, STATUS EKONOMI DAN SARANA AIR MINUM DI INDONESIA (DATA RISKESDAS 2007) Pattern of Drinking Water Management based on Regional Characteristics, Economic Status and Drinking Water Facilities in Indon

0 0 7

KARAKTERISTIK KEMIRIPAN GENETIC NY AMUK AEDES AEGYPTI DI DAERAH ENDEMIS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN Genetically Likely Pattern ofAedes aegypti in Palembang Dengue Haemorhagic Fever Endemic Area, South Sumatera Provin

0 0 10

COMPLETENESS REGISTRASI KEMATIAN DI KOTA SURAKARTA DAN KABUPATEN PEKALONGAN 2007

0 0 7

Characteristics of Children With Acute and Chronic Nutritional Status in Urban Rural Area in Indonesia (RISKESDAS 2010)

0 1 12

Knowledge, Attitude and Behaviour Related to Transmission and Prevention of Malaria in Mentawai Island District, West Sumatera Province

0 0 8

KEJADIAN ISPA DENGAN CURAH HUJAN DAN KUALITAS UDARA (PM 10) DIKABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH The Uupper Respiratory Tract Disease Incidence Which Rainfall and Air Quality (PM 10) in Kapuas District, Central Kalimantan Province

0 0 13

ASESMEN PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA DI SUMATERA BARAT TAHUN 2011

0 0 11

HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL TAHUN 2010

0 0 10