Masalah Interpretasi Linguistik Terapa (1)
Revised Edition
MASALAH INTERPRETASI: LINGUISTIK TERAPAN DALAM KAITANNYA
DENGAN PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN BAHASA
Oleh:
KARIN SARI SAPUTRA
1206188616
Jurusan Ilmu Linguistik - Peminatan Pengajaran Bahasa
Program Magister
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
2012
1.
Pendahuluan
Linguistik pada prinsipnya memiliki peranan yang sangat besar untuk memberikan
kontribusi dalam aspek kajian bahasa. Secara umum linguistik merupakan wujud interpretasi
dari ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik atau bahasa erat
kaitannya dengan pendidikan. Hal ini merujuk pada persepsi bahwa bahasa adalah media
utama dalam pendidikan dan begitu pula sebaliknya, pendidikan memiliki efek mendalam
pada bahasa. Penelitian linguistik atau penelitian bahasa perlu dimanfaatkan untuk
pengajaran dan pendidikan bahasa. Dengan kata lain, sejauh mana aplikasi dan penemuan
linguistik demi kepentingan pengajaran dan pembelajaran bahasa.
Pada hakikatnya Ilmu Bahasa atau Linguistik tidak identik dengan Pengajaran Bahasa.
Memang harus diakui bahwa antara keduanya terdapat jalinan yang sangat erat. Di kalangan
ahli Ilmu Bahasa terdapat dua pendapat yang berbeda. Ada yang berpendapat bahwa Ilmu
Bahasa sebagai suatu ilmu haruslah bersifat otonom dan berdiri sendiri. Ilmu Bahasa
merupakan ilmu murni yang berusaha mempelajari dan menganalisis objeknya sesuai dengan
teori kebahasaan yang dianutnya tanpa memperhatikan kegunaan dan fungsinya. Ada pula
pendapat ahli Ilmu Bahasa yang menyatakan bahwa di samping sebagai ilmu murni, Ilmu
Bahasa harus pula memikirkan cara-cara penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari untuk
kepentingan manusia, antara lain yang penting adalah Pengajaran Bahasa.
2.
Ranah Aplikasi Bahasa
2.1 Pengertian Linguistik Terapan
1
Dalam pengertian umum, aplikasi atau terapan berarti pemanfaatan ilmu pengetahuan
untuk merencanakan dan membuat desain-desain bagi kegiatan-kegiatan yang praktis dan
sehari-hari. Pengajaran dan pelajaran bahasa pun merupakan satu kegiatan praktis dan seharihari. Aplikasi linguistik atau linguistik terapan adalah terapan ilmu bahasa dalam bidang
praktis yang berarti penggunaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan bahasa untuk
kepentingan pengajaran dan pelajaran bahasa. Itu sebabnya, S. Pt Corder mengatakan bahwa
linguistik terapan merupakan suatu problem-based activity: masalah yang muncul akan
dijawab atau diselesaikan oleh prinsip-prinsip atau pengetahuan yang didasarkan pada telaah
ilmiah tentang struktur bahasa dan masyarakat. Koherensi linguistik terapan ditentukan oleh
jenis penggunaan bahasa yang mana penelitian tersebut diarahkan. Apa yang ditampilkan di
sini dalam kaitannya dengan hal-hal yang melibatkan bahasa asing dan bahasa kedua dalam
penerapannya di bidang pembelajaran dan pengajaran bahasa.
2.2 Bidang Kajian Linguistik Terapan
Linguistik terapan -- kajian tentang bahasa secara lebih praktikal, berkaitan dengan
masalah-masalah sebenarnya yang terjadi, seperti:
Pengajaran dan pembelajaran bahasa asing sebagai bahasa kedua
Kebijaksanaan dan perancangan bahasa
Penilaian program bahasa
Pengukuran dan Penilaian bahasa
Teori pengucapan
Bahasa pengkhususan pekerjaan dan masalah-masalah yang berkaitan dengan
komunikasi
Kontribusi linguistik kepada pengajaran bahasa bersifat tidak langsung. Sebab itu, bidang
linguistik dan pengajaran bahasa merupakan satu bidang yang otonom dan menjadi bidang
keahlian sendiri. Tetapi, bukan berarti tidak membutuhkan antara satu dengan yang lain,
karena mau tidak mau memerlukan unsur-unsur linguistik, yakni terdapat banyak teori-teori
ilmu bahasa yang berkaitan, yang bisa saja diimplemetasikan dalam pembelajaran dan
pengajaran bahasa. Linguistik hanya memberikan kontribusi tidak langsung berupa bahan.
Pemilihan adalah bidang cakup linguistik terapan di dalam pengajaran bahasa.
2.3 Korelasi Linguistik Terapan dengan Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa
Kegiatan pembelajaran bahasa merupakan upaya yang mengakibatkan siswa dapat
mempelajari bahasa dengan cara efektif dan efisien. Teori linguistik itu sendiri dipilahkan
dalam linguistik terapan yang memungkinkan seorang guru bahasa beroleh pengetahuan
2
bagaimana menerapkan teori-teori linguistik itu dalam pengetahuan bahasa, karena kita tahu
bahwa orang yang mahir dalam bahasa tidak menjamin kalau dia orang yang bisa
mengajarkan bahasa kepada oang lain (dikutip dari pernyataan Dr. Afdol). Begitu halnya
dengan pengajaran bahasa bahwasanya ialah ilmu yang bersifat praktis serta pragmatis.
Pengajaran bahasa memiliki tujuan utamanya, yaitu mencapai hasil pengajaran bahasa, yakni,
agar murid menguasai bahasa sasaran sebagai alat komunikasi dengan baik. Bagi seorang
guru, bertutur dan memahami sebuah bahasa adalah satu hal, dan hal lainnya adalah
bagaimana mencapai pengetahuan teknis yang diperlukan untuk memahami dan menjelaskan
sistem bahasa itu -- fonem, morfem, kata, kalimat, dan struktur wacananya. Masing-masing
mempunyai pandangan yang lain terhadap bahasa, dan adalah bijaksana apabila guru bahasa
memperhatikan perbedaan-perbedaan itu agar memperoleh gambaran yang terpadu mengenai
objeknya. Terdapat dua tanya dalam pengajaran bahasa yang perlu diselesaikan, yakni: apa
yang diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Ini adalah masalah isi dan metode, masalah
desain hasil, dan desain proses. Memang ada benarnya apa yang dikatakan oleh Mackey
bahwa “metode pengajaran bahasa dan pengajarannya itu sendiri pada akhirnya tergantung
pada apa sebenarnya bahasa itu menurut pandangan guru dan penyusun metode” (Mackey
op. cit.). Oleh karena itu linguistik sangat berperan penting dalam pembelajaran bahasa yang
bertujuan agar siswa dapat terampil komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Hal
tersebut sejalan menurut pragmatisme yang mengandung implikasi murid tidak hanya mampu
memanipulasikan rangkaian bunyi yang tidak ada artinya, tetapi mengirim dan menerima
pesan-pesan melalui bahasa.
Dalam proses belajar-mengajar bahasa ada sejumlah variabel, yang dapat menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar itu. Variabel-variabel itu bukan merupakan hal yang
terlepas dan berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan hal yang saling berhubungan,
berkaitan, sehingga merupakan satu jaringan sistem. Variabel metode dan media pengajaran
bahasa telah diuraikan dengan padat dan rinci oleh Mackey dalam bukunya Language
Teaching Analysis (kursif) (1967). Kemudian, untuk variabel pelajaran atau apa yang
diperoleh siswa setelah belajar, variabel-variabel sosiokultural, misalnya, lingkungan
masyarakat, dan variabel siswa telah dibahas dengan mendalam oleh Leon A. Jakobovits
dalam bukunya Foreign Language Learning : A Psycholinguistic Analysis of the Issues
(1971). Singkatnya, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran
dan pengajaran bahasa. Pemberian motivasi atau mengkaji latar belakang sosial siswa bisa
dijadikan acuan dalam memilah strategi pembelajaran bahasa. Selain itu, tetap diupayakan
adanya interaksi guru dan siswa secara kontinyu dalam belajar bahasa. Suatu program
3
pembelajaran bahasa yang menyeluruh dan terpadu tidak dapat melepaskan diri dari sifat
kaidah berbahasa. Dalam pengajaran bahasa, kaidah berbahasa harus bersifat deskriptif, jadi
bahasa harus diajarkan sesuai dengan bagaimana bahasa itu dipakai oleh penutur aslinya, dan
bukannya seperti yang dianjurkan oleh ahli tatabahasa.
Deskripsi bahasa ada dua macam berdasarkan tujuannya. Pertama pedagogik dan kedua
teoretis. Dalam rangka deskripsi untuk terapan terdapatlah tiga tahap linguistik terapan,
yakni: (1) tahap deskripsi linguistik -- tentang hakikat bahasa yang akan diajarkan, (2) tahap
yang berhubungan dengan soal isi dan silabus -- melakukan desain hasil untuk dilakukan
pilihan bahan, dan (3) tahap kegiatan pengajaran bahasa -- bersifat pedagogik; tata bahasa
pedagogik adalah tata bahasa yang berisikan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar bahasa yang
ditulis sesuai dengan dan untuk proses belajar-mengajar bahasa. Secara informal, informasi
tentang keberhasilan atau pendekatan tertentu atau prosedur dalam pengajaran bahasa selalu
tersedia. Kelas dapat dianggap sebagai laboratorium yang paling dapat diakses dari semua
untuk penelitian. Karena prioritas kelas adalah apa pun itu adalah untuk kepentingan
pendidikan siswa, ada batas untuk apa yang dapat dicapai dengan cara penelitian belajar
bahasa. Ada orang-orang yang tetap menganjurkan peran guru dalam apa yang sering disebut
'penelitian tindakan' dan tampaknya bahwa linguistik terapan dapat memberikan kontribusi
baik dalam membantu guru untuk melakukan penelitian tersebut dan dalam upaya untuk
memperkenalkan landasan empiris yang lebih kuat untuk evaluasi pembelajaran dan
efektivitas di dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa.
3.
Kesimpulan
Linguistik terapan sangat berkaitan dengan pembelajaran bahasa baik bahasa Indonesia
ataupun bahasa kedua yang di ajarkan kepada peserta didik. Mempelajari ilmu bahasa atau
linguistik merupakan syarat mutlak bagi guru bahasa karena ilmu itu dianggap akan
membantu banyak dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian dengan adanya
penerapan pada ilmu bahasa dalam hal ini pengajaran bahasa akan memberikan pijakan
tentang prinsip-prinsip pengajaran bahasa, termasuk di dalamnya pendekatan, metode dan
teknik. Kemudian, memberikan arahan atau pijakan mengenai isi/materi bahasa yang akan
diajarkan yang didasarkan pada deskripsi bahasa yang mendetail, sehingga guru bahasa akan
memiliki kemampuan menganalisis bahasa sasaran dan bahasa murid untuk dapat mengenali
unsur-unsur kedua bahasa mana yang sama dan yang berbeda.
4
Daftar Pustaka
Corder, S. Pit.
1973. Introducing Applied Linguistics. Victoria: Penguin Books Australia Ltd.
Dardjowidjojo, Soenjono.
1985. Perkembangan Linguistik Indonesia. Jakarta: Penerbit Arcan.
Parera, Jos Daniel.
1997. Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa Analisis Kontrastif
Antarbahasa Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Spolsky, Bernard & Hult, Francis M.
2008. The Handbook of Educational Linguistics. USA: Blackwell Publishing Ltd.
Wilkins, D. A.
1999. “Applied Linguistics” dalam Concise Encyclopedia
Linguistics. Bernard Spolsky. UK: Elsevier Science Ltd.
of
Educational
Presentasi telah dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012
Daftar pertanyaan:
1.
Apakah sebenarnya yang dimaksud bahwa Applied Linguistics (Linguistik Terapan)
termasuk di dalam objek kajian makrolinguistik?
2.
Dimanakah letak pembeda yang paling mendasar antara ilmu bahasa murni dan ilmu
terapan yang kemudian menghasilkan kajian pengajaran bahasa dalam linguistik terapan?
3.
Jelaskan pernyataan dari Davies, 2006 yang dikutip dari Spolsky, 2008: 2 bahwa: “if you
want to know about applied linguistics, look around you”!
4.
Sebutkan kontribusi linguistik pada kaitannya dalam linguistik terapan di pembelajaran
dan pengajaran bahasa!
5.
Apa implikasi yang diharapkan dengan adanya Pengajaran Bahasa dalam Linguistik
Terapan?
Penjelasan:
Keseluruhan jawaban atas pertanyaan tersebut sudah dipaparkan dalam revisi makalah ini
secara eksplisit maupun implisit, namun untuk lebih jelasnya maka akan diterangkan per poin
berikut ini;
1.
Linguistik atau ilmu bahasa dilihat menurut objek kajiannya meliputi 2 (dua) bagian,
yaitu mikrolinguistik dan makrolinguistik. Kedua objek kajian ini bertolak belakang -mikro merupakan subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam rangka
5
kepentingan ilmu itu sendiri, tanpa mengaitkan dengan ilmu lain dan tanpa memikirkan
bagaimana penerapan ilmu tersebit dalam kehidupan sehari-hari. Makro justru
sebaliknya. (Soeparno, 1995:17-18)
Pengajaran bahasa masuk kedalam kategori makro karena merupakan ilmu yang
diterapkan untuk kehidupan sehari-hari dan berkaitan dengan ilmu lain di luar bahasa.
2.
Letak pembeda yang paling mendasar adalah dilihat dari sifatnya. Ilmu bahasa murni
bersifat teoretis, dan tugasnya terbatas pada penyusunan teori kebahasaan dan
menganalisis bahasa menurut model yang disepakati. Sedangkan ilmu terapan bersifat
praktis serta pragmatis, karena tujuan utamanya mencapai hasil pengajaran bahasa yang
optimal, yakni agar murid menguasai bahasa sasaran sebagai alat komunikasi dengan
baik. (Dardjowidjojo, 1985: 4)
3.
Pernyataan tersebut mengandung maksud bahwa sesuatu hal atau kegiatan kita seharihari yang berkenaan dengan bahasa merupakan subdisiplin yang mempunyai makna.
Intinya, contoh, dengan adanya bunyi bahasa dan penggunaannya di dalam praktek
sebuah drama, hal tersebut berada di luar konteks bahasa murni. Otomatis itu merupakan
terapan dari bahasa.
4.
Kontribusi linguistik hanya memberikan sumbangan tidak langsung berupa bahan. Bahan
tersebut merupakan teori-teori kebahasaan yang bisa saja diimplementasikan untuk
pembelajaran dan pengajaran bahasa.
5.
Implikasi yang diharapkan adalah untuk memperjelas adanya perbedaan bahwa orang
yang mahir dalam bahasa tidak sama dengan orang yang bisa mengajarkan bahasa
kepada orang lain. Jadi, belum tentu orang tersebut bisa mengajarkannya. Untuk itulah
perlu adanya pengajaran bahasa, karena di sana diuraikan, dijelaskan suatu metode,
desain, strategi pembelajaran dan pengajaran bahasa tersendiri untuk mencapai
keberhasilan dalam menguasai bahasa sasaran.
6
MASALAH INTERPRETASI: LINGUISTIK TERAPAN DALAM KAITANNYA
DENGAN PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN BAHASA
Oleh:
KARIN SARI SAPUTRA
1206188616
Jurusan Ilmu Linguistik - Peminatan Pengajaran Bahasa
Program Magister
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
2012
1.
Pendahuluan
Linguistik pada prinsipnya memiliki peranan yang sangat besar untuk memberikan
kontribusi dalam aspek kajian bahasa. Secara umum linguistik merupakan wujud interpretasi
dari ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik atau bahasa erat
kaitannya dengan pendidikan. Hal ini merujuk pada persepsi bahwa bahasa adalah media
utama dalam pendidikan dan begitu pula sebaliknya, pendidikan memiliki efek mendalam
pada bahasa. Penelitian linguistik atau penelitian bahasa perlu dimanfaatkan untuk
pengajaran dan pendidikan bahasa. Dengan kata lain, sejauh mana aplikasi dan penemuan
linguistik demi kepentingan pengajaran dan pembelajaran bahasa.
Pada hakikatnya Ilmu Bahasa atau Linguistik tidak identik dengan Pengajaran Bahasa.
Memang harus diakui bahwa antara keduanya terdapat jalinan yang sangat erat. Di kalangan
ahli Ilmu Bahasa terdapat dua pendapat yang berbeda. Ada yang berpendapat bahwa Ilmu
Bahasa sebagai suatu ilmu haruslah bersifat otonom dan berdiri sendiri. Ilmu Bahasa
merupakan ilmu murni yang berusaha mempelajari dan menganalisis objeknya sesuai dengan
teori kebahasaan yang dianutnya tanpa memperhatikan kegunaan dan fungsinya. Ada pula
pendapat ahli Ilmu Bahasa yang menyatakan bahwa di samping sebagai ilmu murni, Ilmu
Bahasa harus pula memikirkan cara-cara penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari untuk
kepentingan manusia, antara lain yang penting adalah Pengajaran Bahasa.
2.
Ranah Aplikasi Bahasa
2.1 Pengertian Linguistik Terapan
1
Dalam pengertian umum, aplikasi atau terapan berarti pemanfaatan ilmu pengetahuan
untuk merencanakan dan membuat desain-desain bagi kegiatan-kegiatan yang praktis dan
sehari-hari. Pengajaran dan pelajaran bahasa pun merupakan satu kegiatan praktis dan seharihari. Aplikasi linguistik atau linguistik terapan adalah terapan ilmu bahasa dalam bidang
praktis yang berarti penggunaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan bahasa untuk
kepentingan pengajaran dan pelajaran bahasa. Itu sebabnya, S. Pt Corder mengatakan bahwa
linguistik terapan merupakan suatu problem-based activity: masalah yang muncul akan
dijawab atau diselesaikan oleh prinsip-prinsip atau pengetahuan yang didasarkan pada telaah
ilmiah tentang struktur bahasa dan masyarakat. Koherensi linguistik terapan ditentukan oleh
jenis penggunaan bahasa yang mana penelitian tersebut diarahkan. Apa yang ditampilkan di
sini dalam kaitannya dengan hal-hal yang melibatkan bahasa asing dan bahasa kedua dalam
penerapannya di bidang pembelajaran dan pengajaran bahasa.
2.2 Bidang Kajian Linguistik Terapan
Linguistik terapan -- kajian tentang bahasa secara lebih praktikal, berkaitan dengan
masalah-masalah sebenarnya yang terjadi, seperti:
Pengajaran dan pembelajaran bahasa asing sebagai bahasa kedua
Kebijaksanaan dan perancangan bahasa
Penilaian program bahasa
Pengukuran dan Penilaian bahasa
Teori pengucapan
Bahasa pengkhususan pekerjaan dan masalah-masalah yang berkaitan dengan
komunikasi
Kontribusi linguistik kepada pengajaran bahasa bersifat tidak langsung. Sebab itu, bidang
linguistik dan pengajaran bahasa merupakan satu bidang yang otonom dan menjadi bidang
keahlian sendiri. Tetapi, bukan berarti tidak membutuhkan antara satu dengan yang lain,
karena mau tidak mau memerlukan unsur-unsur linguistik, yakni terdapat banyak teori-teori
ilmu bahasa yang berkaitan, yang bisa saja diimplemetasikan dalam pembelajaran dan
pengajaran bahasa. Linguistik hanya memberikan kontribusi tidak langsung berupa bahan.
Pemilihan adalah bidang cakup linguistik terapan di dalam pengajaran bahasa.
2.3 Korelasi Linguistik Terapan dengan Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa
Kegiatan pembelajaran bahasa merupakan upaya yang mengakibatkan siswa dapat
mempelajari bahasa dengan cara efektif dan efisien. Teori linguistik itu sendiri dipilahkan
dalam linguistik terapan yang memungkinkan seorang guru bahasa beroleh pengetahuan
2
bagaimana menerapkan teori-teori linguistik itu dalam pengetahuan bahasa, karena kita tahu
bahwa orang yang mahir dalam bahasa tidak menjamin kalau dia orang yang bisa
mengajarkan bahasa kepada oang lain (dikutip dari pernyataan Dr. Afdol). Begitu halnya
dengan pengajaran bahasa bahwasanya ialah ilmu yang bersifat praktis serta pragmatis.
Pengajaran bahasa memiliki tujuan utamanya, yaitu mencapai hasil pengajaran bahasa, yakni,
agar murid menguasai bahasa sasaran sebagai alat komunikasi dengan baik. Bagi seorang
guru, bertutur dan memahami sebuah bahasa adalah satu hal, dan hal lainnya adalah
bagaimana mencapai pengetahuan teknis yang diperlukan untuk memahami dan menjelaskan
sistem bahasa itu -- fonem, morfem, kata, kalimat, dan struktur wacananya. Masing-masing
mempunyai pandangan yang lain terhadap bahasa, dan adalah bijaksana apabila guru bahasa
memperhatikan perbedaan-perbedaan itu agar memperoleh gambaran yang terpadu mengenai
objeknya. Terdapat dua tanya dalam pengajaran bahasa yang perlu diselesaikan, yakni: apa
yang diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Ini adalah masalah isi dan metode, masalah
desain hasil, dan desain proses. Memang ada benarnya apa yang dikatakan oleh Mackey
bahwa “metode pengajaran bahasa dan pengajarannya itu sendiri pada akhirnya tergantung
pada apa sebenarnya bahasa itu menurut pandangan guru dan penyusun metode” (Mackey
op. cit.). Oleh karena itu linguistik sangat berperan penting dalam pembelajaran bahasa yang
bertujuan agar siswa dapat terampil komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Hal
tersebut sejalan menurut pragmatisme yang mengandung implikasi murid tidak hanya mampu
memanipulasikan rangkaian bunyi yang tidak ada artinya, tetapi mengirim dan menerima
pesan-pesan melalui bahasa.
Dalam proses belajar-mengajar bahasa ada sejumlah variabel, yang dapat menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar itu. Variabel-variabel itu bukan merupakan hal yang
terlepas dan berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan hal yang saling berhubungan,
berkaitan, sehingga merupakan satu jaringan sistem. Variabel metode dan media pengajaran
bahasa telah diuraikan dengan padat dan rinci oleh Mackey dalam bukunya Language
Teaching Analysis (kursif) (1967). Kemudian, untuk variabel pelajaran atau apa yang
diperoleh siswa setelah belajar, variabel-variabel sosiokultural, misalnya, lingkungan
masyarakat, dan variabel siswa telah dibahas dengan mendalam oleh Leon A. Jakobovits
dalam bukunya Foreign Language Learning : A Psycholinguistic Analysis of the Issues
(1971). Singkatnya, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran
dan pengajaran bahasa. Pemberian motivasi atau mengkaji latar belakang sosial siswa bisa
dijadikan acuan dalam memilah strategi pembelajaran bahasa. Selain itu, tetap diupayakan
adanya interaksi guru dan siswa secara kontinyu dalam belajar bahasa. Suatu program
3
pembelajaran bahasa yang menyeluruh dan terpadu tidak dapat melepaskan diri dari sifat
kaidah berbahasa. Dalam pengajaran bahasa, kaidah berbahasa harus bersifat deskriptif, jadi
bahasa harus diajarkan sesuai dengan bagaimana bahasa itu dipakai oleh penutur aslinya, dan
bukannya seperti yang dianjurkan oleh ahli tatabahasa.
Deskripsi bahasa ada dua macam berdasarkan tujuannya. Pertama pedagogik dan kedua
teoretis. Dalam rangka deskripsi untuk terapan terdapatlah tiga tahap linguistik terapan,
yakni: (1) tahap deskripsi linguistik -- tentang hakikat bahasa yang akan diajarkan, (2) tahap
yang berhubungan dengan soal isi dan silabus -- melakukan desain hasil untuk dilakukan
pilihan bahan, dan (3) tahap kegiatan pengajaran bahasa -- bersifat pedagogik; tata bahasa
pedagogik adalah tata bahasa yang berisikan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar bahasa yang
ditulis sesuai dengan dan untuk proses belajar-mengajar bahasa. Secara informal, informasi
tentang keberhasilan atau pendekatan tertentu atau prosedur dalam pengajaran bahasa selalu
tersedia. Kelas dapat dianggap sebagai laboratorium yang paling dapat diakses dari semua
untuk penelitian. Karena prioritas kelas adalah apa pun itu adalah untuk kepentingan
pendidikan siswa, ada batas untuk apa yang dapat dicapai dengan cara penelitian belajar
bahasa. Ada orang-orang yang tetap menganjurkan peran guru dalam apa yang sering disebut
'penelitian tindakan' dan tampaknya bahwa linguistik terapan dapat memberikan kontribusi
baik dalam membantu guru untuk melakukan penelitian tersebut dan dalam upaya untuk
memperkenalkan landasan empiris yang lebih kuat untuk evaluasi pembelajaran dan
efektivitas di dalam pembelajaran dan pengajaran bahasa.
3.
Kesimpulan
Linguistik terapan sangat berkaitan dengan pembelajaran bahasa baik bahasa Indonesia
ataupun bahasa kedua yang di ajarkan kepada peserta didik. Mempelajari ilmu bahasa atau
linguistik merupakan syarat mutlak bagi guru bahasa karena ilmu itu dianggap akan
membantu banyak dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan demikian dengan adanya
penerapan pada ilmu bahasa dalam hal ini pengajaran bahasa akan memberikan pijakan
tentang prinsip-prinsip pengajaran bahasa, termasuk di dalamnya pendekatan, metode dan
teknik. Kemudian, memberikan arahan atau pijakan mengenai isi/materi bahasa yang akan
diajarkan yang didasarkan pada deskripsi bahasa yang mendetail, sehingga guru bahasa akan
memiliki kemampuan menganalisis bahasa sasaran dan bahasa murid untuk dapat mengenali
unsur-unsur kedua bahasa mana yang sama dan yang berbeda.
4
Daftar Pustaka
Corder, S. Pit.
1973. Introducing Applied Linguistics. Victoria: Penguin Books Australia Ltd.
Dardjowidjojo, Soenjono.
1985. Perkembangan Linguistik Indonesia. Jakarta: Penerbit Arcan.
Parera, Jos Daniel.
1997. Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa Analisis Kontrastif
Antarbahasa Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Spolsky, Bernard & Hult, Francis M.
2008. The Handbook of Educational Linguistics. USA: Blackwell Publishing Ltd.
Wilkins, D. A.
1999. “Applied Linguistics” dalam Concise Encyclopedia
Linguistics. Bernard Spolsky. UK: Elsevier Science Ltd.
of
Educational
Presentasi telah dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012
Daftar pertanyaan:
1.
Apakah sebenarnya yang dimaksud bahwa Applied Linguistics (Linguistik Terapan)
termasuk di dalam objek kajian makrolinguistik?
2.
Dimanakah letak pembeda yang paling mendasar antara ilmu bahasa murni dan ilmu
terapan yang kemudian menghasilkan kajian pengajaran bahasa dalam linguistik terapan?
3.
Jelaskan pernyataan dari Davies, 2006 yang dikutip dari Spolsky, 2008: 2 bahwa: “if you
want to know about applied linguistics, look around you”!
4.
Sebutkan kontribusi linguistik pada kaitannya dalam linguistik terapan di pembelajaran
dan pengajaran bahasa!
5.
Apa implikasi yang diharapkan dengan adanya Pengajaran Bahasa dalam Linguistik
Terapan?
Penjelasan:
Keseluruhan jawaban atas pertanyaan tersebut sudah dipaparkan dalam revisi makalah ini
secara eksplisit maupun implisit, namun untuk lebih jelasnya maka akan diterangkan per poin
berikut ini;
1.
Linguistik atau ilmu bahasa dilihat menurut objek kajiannya meliputi 2 (dua) bagian,
yaitu mikrolinguistik dan makrolinguistik. Kedua objek kajian ini bertolak belakang -mikro merupakan subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam rangka
5
kepentingan ilmu itu sendiri, tanpa mengaitkan dengan ilmu lain dan tanpa memikirkan
bagaimana penerapan ilmu tersebit dalam kehidupan sehari-hari. Makro justru
sebaliknya. (Soeparno, 1995:17-18)
Pengajaran bahasa masuk kedalam kategori makro karena merupakan ilmu yang
diterapkan untuk kehidupan sehari-hari dan berkaitan dengan ilmu lain di luar bahasa.
2.
Letak pembeda yang paling mendasar adalah dilihat dari sifatnya. Ilmu bahasa murni
bersifat teoretis, dan tugasnya terbatas pada penyusunan teori kebahasaan dan
menganalisis bahasa menurut model yang disepakati. Sedangkan ilmu terapan bersifat
praktis serta pragmatis, karena tujuan utamanya mencapai hasil pengajaran bahasa yang
optimal, yakni agar murid menguasai bahasa sasaran sebagai alat komunikasi dengan
baik. (Dardjowidjojo, 1985: 4)
3.
Pernyataan tersebut mengandung maksud bahwa sesuatu hal atau kegiatan kita seharihari yang berkenaan dengan bahasa merupakan subdisiplin yang mempunyai makna.
Intinya, contoh, dengan adanya bunyi bahasa dan penggunaannya di dalam praktek
sebuah drama, hal tersebut berada di luar konteks bahasa murni. Otomatis itu merupakan
terapan dari bahasa.
4.
Kontribusi linguistik hanya memberikan sumbangan tidak langsung berupa bahan. Bahan
tersebut merupakan teori-teori kebahasaan yang bisa saja diimplementasikan untuk
pembelajaran dan pengajaran bahasa.
5.
Implikasi yang diharapkan adalah untuk memperjelas adanya perbedaan bahwa orang
yang mahir dalam bahasa tidak sama dengan orang yang bisa mengajarkan bahasa
kepada orang lain. Jadi, belum tentu orang tersebut bisa mengajarkannya. Untuk itulah
perlu adanya pengajaran bahasa, karena di sana diuraikan, dijelaskan suatu metode,
desain, strategi pembelajaran dan pengajaran bahasa tersendiri untuk mencapai
keberhasilan dalam menguasai bahasa sasaran.
6