PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK

  PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK Wiwin, Indri Astuti, Fadillah Program Studi Magister Teknologi Pendidikan FKIP Untan Pontianak

  Email :wiwin.along1234@gmail.com Abstract

  

Among the fundamental things that become difficulties in understanding geometry is caused by

the material geometry includes abstract things, rote so difficult to be understood by the students,

thus requiring instructional media in the form of study guide in order to assist students in

improving the learning process and learning outcomes especially on geometry material. This

study aims to produce learning guide products in geometry learning, to produce the final product

of tiered training module in geometry learning to describe the implementation of study guide

book on geometry material and to describe geometry learning result by using study guide at

Madrasah Ibtidaiyah Imaduddin Kubu Raya. This research is research of development of

geoemetry learning model with constructivism approach of meggunakan development stage of

Dic and Carey, with subject of research is class IV student with 24 student. Data were obtained

through expert validation questionnaires, observations, interviews, student response

questionnaires, and documentation. Further data analysis is done on the results of expert

validation, observation, interview and questionnaire response learners. The results showed that

the study guide can give a positive influence on the learning outcomes of geometry learning, this

can be seen from the results after the learning process using the learning guide of 88.85%

complete and 41.97% unfinished, so that the percentage of students progress in the process of

learning geometry using learning panes. In addition, the increase can also be seen from the test

results of two paired samples that show that the value of t arithmetic> t table (35.73> 1.711),

means there are differences in learning results using learning guides in learning geometry. Thus

the learning guide in the learning of geometry that has been done can help students to more

easily study the material geometry.

  Key Words: Development of Model, Geometry, Constructivist Approach PENDAHULUAN

  Matematika merupakan suatu menyajikan objek-objek matematika kepada pengetahuan yang sangat esensial baik untuk siswa, seorang guru matematika harus dapat pengembangan daya nalar seseorang maupun memilih metode dan mendesain aplikasinya dalam praktek kehidupan sehari- pembelajarannya sehingga sesuai dengan hari. Oleh karena itu matematika diajarkan perkembangan intelektual siswanya. Bila tidak hampir saat ini juga jenjang pendidikan. demikian maka matematika tetap merupakan Matematika saat ini juga dijadikan tolak ukur suatu mata pelajaran yang sulit dipahami kelulusan dijenjang persekolahan. Hal ini siswa. mengidentifikasikan betapa pentingnya Matematika SD merupakan salah satu seseorang siswa harus menguasai konsep pelajaran yang menyajikan konsep-konsep dasar-dasar matematika. Struktur matematika dasat matematika yang kelak sangat sifatnya hirarkis dan objek kajiannya abstrak dibutuhkan untuk mempelajari konsep-konsep dan hanya ada dalam pikiran seseorang yang matematika pada jenjang pendidikan mempelajarinya. Oleh karena itu dalam berikutnya. Oleh karena itu bila seorang siswa lemah pemahamannya terhadap konsep matematika pada jenjang pendidikan sebelumnya, maka kemungkinan ia akan mengalami kesulitan untuk me mahami konsep-konsep matematika yang sedang dipelajarinya. Untuk itu peletakan konsep- konsep dasar untuk mata pelajaran ini mutlak dilakukan oleh pengajar matematika SD.

  MI Imaduddin Kubu Raya merupakan salah satu MI Swasta yang sangat respon terhadap peningkatan kualitas pembelajarannya baik yang secara internal dilakukan sekolah maupun kerjasama dengan pihak perguruan tinggi. Dari berbagai kegiatan tersebut dan keluhan guru pengajar matematika ternyata topik geometri merupakan topik yang esensial sulit dipahami siswa. Berdasarkan pengalaman guru selama mengajarkan matematika khususnya pada topik geometri bahwa para siswa cenderung mengalami kesulitan dalam memahami konsep bangun ruang sederhana. Mereka hanya cenderung menghafal nama dan bentuk bangun ruang sederhana. Ketika bangun ruang terebut disajikan dalam bentuk lain seperti sifat-sifat yang terdapat pada bangun ruang terebut, mereka bingung dan sulit memahaminya. Demikian halnya dalam pengaplikasiannya konsep bangun ruang sederhana itu dalam memecahkan suatu masalah. Sangat terbatas kemampuan para siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep bangun ruang bila disajikan tidak sesuai (mirip) dengan contoh soal.

  Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan ternyata siswa juga mengalami kesulitan dalam menyatakan konsep-konsep geometri, hal ini juga dinyatakan oleh guru kelas IV mata pelajaran matematika yaitu Ibu Novi, S.P bahwa siswa memang mengalami kesulitan ketika belajar konsep bangun ruang sederhana. Misalnya siswa tidak mampu mengungkapkan secara verbal atau memaknai tentang sifat-sifat bangun ruang sederhana. Apabila miskonsepsi siswa ini tidak diantisipasi sedini mungkin, maka akan berdampak negatif pada pembelajaran konsep-konsep bangun ruang sederhana pada jenjang pendidikan berikutnya.

  Kesulitan yang dialami siswa pada materi bangun ruang sederhana diperlihatkan dari banyaknya siswa yang tidak tuntas pada ulangan harian bangun datar an ruang, dengan persentase ketuntasan siswa masih rendah, dari rata-rata sebesar 41,97%, sedangkan siswa yang tuntas dari rata-rata sebesar 36.34% dengan KKM (kriteria ketuntasan minimal) 75. Sehingga ketidaktuntasan siswa akan berlanjut pada materi berikutnya yang memerlukan pemahaman materi bangun ruang sederhana. Hal ini juga dibuktikan dari hasil observasi di kelas pada tanggal 30-31 Januari 2017 di kelas

  IV terhadap guru dan siswa menunjukan bahwa proses pembelajaran hanya menggunakan media LKS tanpa buku paket, dua orang siswa yang duduk dibelakang tidak membawa LKS dan tidak mencatat penjelasan di papan tulis. Disisi lain siswa yang duduk dibelakang ribut, mengantuk, sibuk sendiri, malas, kurang memperhatikan penjelasan guru dan berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pembelajaran dengan berbantuan pendekatan konstruktivistik agar membantu siswa memahami pembelajaran yang disampaikan. Media pembelajaran yang dapat digunakan yaitu panduan belajar.

  Pendekatan dan strategi pembelajaran yang selama ini guru lakukan pada umumnya cenderung didominasi oleh kegiatan guru (guru menjelaskan konsep dirangkaikan pemberian contoh dan dilanjutkan dengan latihan mengerjakan soal). Sehingga siswa kurang memperoleh kesempatan memanipulasi atau melakukan eksplorasi dalam memahami konsep-konsep geometri. Akibatnya pengetahuan geometri yang mereka peroleh hanya bersifat hafalan, bukan hasil konstruksi akibat pembelajaran. Sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa hanya bersifat prosedural saja bukan konseptual.

  Berdasarkan Standar Kompetensi yang dirumuskan dalam kurikulum ini mencakup pemahaman konsep matematika, komunikasi matematis, koneksi matematis, penalaran dan pemecahan masalah, serta sikap dan minat yang positif terhadap matematika (Susanto,

  2013: 184). Bila diperhatikan perkembangan menurut Piaget bahwa siswa kelas IV termasuk dalam tahap konkrit. Oleh karena itu bila sajian bahan ajar atau kegiatan pembelajarannya tidak melibatkan benda-benda konkrit (alat peraga), maka konsep bangun ruang tersebut sulit untuk dipahami siswa. Oleh karena itu, sangat dipandang perlu bagi guru yang mengajarkan konsep-konsep geometri dengan mempertimbangkan perkembangan intelektual siswa. Sehingga bahan ajar yang akan disajikan dapat lebih mudah dipahami dan bermakna oleh siswa. Dengan demikian, peneliti terdorong untuk membatasi masalah tersebut dengan mengembangkan model pembelajaran menggunakan teori Van Hiele berbantuan pendekatan konstruktivistik, yang mana Van Hiele adalah seorang ahli matematika yang khusus mempelajari tentang geometri yang didasarkan dengan tingkat berfikir dan menerapkan lima fase dalam pembelajaran.

  Keunggulan pendekatan konstruktivistik digunakan dalam pembelajaran geometri di kelas. Hal ini sejalan dengan faham konstruktiivisme bahwa pembelajaran konstruktivis pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuannya lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar (Trianto, 2007: 106).

  Berdasarkan penjelasan di atas,hal ini yang mendorong peneliti untuk mengembangkan penelitiaan pengembangan model pembelajaran geometri dengan pendekatan konstruktivistik pada siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Imaduddin Kubu Raya. Media belajar akan dimodifikasi supaya lebih menarik sesuai dengan karakteristik siswa sehingga dapat digunakan mandiri, mudah dan mencapai tujuan tuntas.Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimanakah rancangan pengembangan model pembelajaran geometri, bagaimanakah produk akhir bahan ajar berupa panduan belajar, bagaimanakah perolehan hasil belajar sebelum menggunakan panduan belajar dan setelah menggunakan panduan belajar.

  Metode penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development) menurut Sugiyono (2012: 297) metode penelelitian dan pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu. Adapun tahapan pengembangan Dick and Carey yang terdiri dari tahapan analisis kebutuhan dan tujuan, Analisis pembelajaran, analisis siswa dan konteks, merumuskan tujuan performansi atau unjuk kerja, mengembangkan instrumen atau alat tes, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, merancang dan melakukan evaluasi formatif.

  Objek penelitian adalah panduan belajar matematika materi geometri bangun datar dan ruang yang disusun menggunakan pendekatan konstruktivistik. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV MI Imaduddin Kubu Raya yang berjumlah

  24 orang siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara, dan angket.

  Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif menggunakan data observasi, wawancara, angket validasi dari para ahli, angket respon siswa, dan hasil belajar siswa setelah menggunakan panduan belajar pembelajaran geometri materi bangun datar dan ruang. Analisis data kuantitatif menggunakan uji t 2 sampel berpasangan.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Desain pengembangan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah:

  1. Potensi dan masalah. Pada tahap ini peneliti akan menentukan apa yang dinginkan setelah siswa melewati pembelajaran di dalam kelas. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan siswa belajar dalam praktek pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual.

  2. Pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran tersebut kemudian melakukan analisis pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan oleh warga belajar untuk memulai pembelajaran.

  3. Menganalisis desain produk. Analisis pararel terhadap siswa belajar dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-keterampilan siswa belajar yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi pembelajaran.

  4. Validasi desain. Setelah produk berupa panduan belajar selesai dibuat, tahap selanjutnya adalah akan divalidasi oleh dosen ahli untuk mengetahui kualitas panduan belajar pembelajaran geometri materi bangun datar dan ruang yang sedang dikembangkan sebelum panduan belajar diujicobakan ke siswa. Dalam penelitian ini peneliti mengambil tiga dosen ahli yaitu: dosen ahli media, dosen ahli materi dan dosen ahli desain. Adapun hasil validasi oleh ahli terhadap panduan belajar yang telah dibuat sebagai berikut:

  Grafik 1. Data Validasi Model Pembelajaran oleh Ahli

  Berdasarkan grafik 1 di atas, hasil penilaian oleh ahli media menunjukkan bahwa panduan belajar pembelajaran bangun datar dan ruang dikatakan valid dengan nilai sebesar 4,33 oleh ahli media, dan ahli materi sebesar 3,87, dan ahli desain sebesar 3,63.

  5. Revisi desain. Setelah validasi pandauan belajar dilakukan, maka terdapat saran dan komentar dari setiap dosen ahli. Adapun saran dan komentar dari ahli media yaitu: menambahkan petunjuk dalam penggunaan dalam pemakaian panduan belajar, contoh- contoh yang kontekstual ditambahkan lagi. Sedangkan saran dan komentar dari dosen ahli materi yaitu: Cakupan materinya dikembangkan lagi, penggunaan bahasa di perhatikan, kesesuaian indikator dengan pembahasan dalam materi. Dan yag terakhir saran dan komentar dari dosen ahli desain yaitu: langkah-langkah pembelajaran ditonjolkan lagi, harus sesuai dengan indikator dan tujuan dalam pembelajaran, bahasa yang digunakan harus konstrukivistik agar siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi materi atau ide 6. Uji coba produk. Setelah panduan belajar direvisi sesuai dengan masukan yang diberikan. Selanjutnya adalah uji coba kelompok kecil, kelompok sedang, kelompok besar (uji coba lapangan). Adapun hasil respon siswa terhadap panduan belajar pembelajaran geometri materi bangun datar dan ruang sebagai berikut:

  4.33

  3.87

  3.63

  3

  4

  5 Perbandingan Hasil Revisi Panduan Belajar Media Materi Desain

  

Grafik 2. Respon Siswa Terhadap Panduan Belajar

  b.

  83.2 Uji Coba Produk Kelompok Kecil Kelompok Sedang Kelompok Besar

  7950%

8177.00%

  Fase- 5 Exhibits: Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas dan meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil kerja kelompoknya dengan penuh tanggung jawab. Kemudian guru memberikan

  d.

  dengan 4-5 orang. Kemudian siswa berdiskusi mengenai kegiatan belajar 1 sampai 4 yang ada di dalam panduan belajar. Seiring berjalannya diskusi, guru juga membimbing siswa untuk menyelesaikan setiap kegiatan dalam panduan belajar yang telah diberikan.

  c.

  Fase – 3 Questions: guru melakukan kegiatan tanya jawab sesuai penjelasan dan contoh yang telah diberikan.

  Fase-2 Bridges: guru membagikan buku panduan belajar “geometri dengan pendekatan konstruktivistik” kepada masing-masing siswa. Kemudian guru meminta siswa mengamati contoh- contoh yang terdapat di dalam panduan belajar. Kemudian guru memaparkan secara singkat materi pembelajaran bangun datar dan ruang dengan mengaitkan materi sesuai dengan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

  Berdasarkan grafik 2 di atas dapat di lihat bahwa terlah terjadi peningkatan hasil belajar respon siswa terhadap panduan belajar yaitu pada uji coba kelompok kecil sebesar 79,50%, dan uji coba kelompok sedang sebesar 81,77%, dan uji coba kelompok besar sebesar 83,20% dengan kategori baik, sehingga panduan belajar ini layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran geometri materi bangun datar dan ruang.

  2. Kegiatan Inti a.

  tujuan pembelajaran dari materi bangun datar dan ruang, serta memotivasi siswa akan pentingnya mempelajari materi ini.

  berbentuk kubus dan balok dilingkungan sekitar sekolah, rumah atau bahkan dilingkungan bermain?”. Menyampaikan

  “pernahkah kalian mengamati benda-benda

  Fase-1 Situation: Menyampaikan apersepsi

  Pendahuluan:

  2. Uji coba produk akhir. Setelah uji coba kelompok kecil, kelompok sedang, dan kelompok besar dilakukan, maka ada beberapa item-item yang perlu di sempurnakan lagi. Oleh karena itu peneliti memperbaik dan merevisi guna mendapatkan hasil yang terbaik. Setelah selesai semua maka panduan belajar siap untuk diterapkan di sekolah khususnya pada siswa kelas IV pelajaran matematika pada materi geometri (bangun datar dan ruang). Pelaksanaan pembelajaran Geometri materi bangun datar dan ruang dengan pendekatan konstruktivistik adalah sebagai berikut: 1.

  1. Revisi produk. Pada tahap ini peneliti akan melihat dan menganalisis kembali item- item yang masih belum sempurna dan belum terbilang baik. Oleh, karena itu peneliti akan merevisi kembali sesuai dengan masukan-masukan yang telah diberikan baik dari uji coba kelompok kecil, uji coba kelompok sedang, dan uji coba kelompok besar.

Fase – 4 Grouping: Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok heterogen

  penghargaan verbal pada setiap kepada 24 orang siswa untuk mengetahui kelompok yang ada. pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa terhadap penggunaan panduan belajar. Hasil 3. belajar yang dimaksud adalah: Aktivitas siswa

  Penutup Fase selama mengikuti kegiatan pembelajaran dan

  • – 6 Reflection : Guru meminta salah

  satu siswa dari masing - masing kelompok Hasil belajar kognitif setelah mengerjakan soal menyimpulkan materi bangun ruang datar test. Hasil uji coba menunjukan bahwa hasil dan sederhana. Setelah itu guru juga belajar 24 orang siswa setelah penggunaan meminta masing-masing siswa panduan belajar adalah sebagai berikut: mengerjakan soal evaluasi formatif pada 1.

  Pretest, soal pretest ini diberikan bertujuan panduan belajar sebagai pekerjaan rumah. untuk mengukur kemampuan awal siswa Yang terakhir Meninformasikan materi sebelum mempelajari materi dengan yang akan dibahas pada pertemuan menggunakan panduan belajar. selanjutnya. Menutup pelajaran dengan doa 2.

  Posttest, soal posttest dilaksanakan setelah dan salam penutup. siswa mempelajari materi dengan Panduan belajar yang telah direvisi menggunakan panduan belajar. Adapun berdasarkan hasil review para ahli dan uji coba hasil belajar pretest dan posttes adalah kelompok besar kemudian diujicobakan sebagai berikut:

  88,85 100

  41,97 Pretest

  50 Posttest

Perolehan Hasil Belajar

Grafik 3. Hasil Belajar Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Menggunakan Panduan Belajar

  Berdasarkan grafik 3 di atas dapat dilihat diberikan. siswa juga tidak segan bertanya bahwa nilai rata-rata pretest sebesar 41,97 tentang materi yang tidak dipahaminya. sedangkan nilai rata-rata posttest sebesar 88,85 2.

  Siswa dapat mengkonstruksi pemahaman Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang materi yang diberikan, sehingga bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa mudah mengkonstruksi sifat-sifat sebelum menggunakan panduan belajar. bangun datar dan ruang, memberikan Peningkatan juga dapat dilihat dari uji t 2 contoh serta mengplikasikan dengan sampel berpasangan yang menunjukkan t lingkungan sekitar. hitung > t tabel (35,73>1,711), artinya terdapat

  Pembahasan

  perbedaan hasil belajar menggunakan panduan Desain pengembangan model belajar. pembelajaran merupakan kajian pendahuluan

  Selain perolehan belajar berupa nilai yang akan dilakukan untuk memperoleh kognitif peserta didik, aktifitas selama proses informasi yang dibutuhkan sebelum melakukan pembelajaran berlangsung juga telah cukup kegiatan pengembangan, atau dengan kata lain baik, adapun hasil pengamatan yang dilakukan desain pengembangan model pembelajaran ini diperoleh informasi sebagai berikut: merupakan analisis pendahuluan yang

  1. Selama proses kegiatan berlangsung dengan dilakukan sebagai bentuk acuan perencanaan menggunakan panduan belajar siswa kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini memberikan respon yang baik, dalam hal desain pengembangan model pembelajaran ini siswa aktif dalam memahami dan meliputi: Mengidentifikasi tujuan mempelajari panduan belajar yang telah pembelajaran, melakukan analisis instruksional, mengidentifikasi tingkah laku awal, merumuskan tujuan kinerja, mengembangkan tes acuan patokan, pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan atau memilih pengajaran, merancang dan melaksanakan evaluasi formatif.

  Seperti yang telah dipaparkan pada temuan hassil penelitian. Hasil kajian pendahuluan pada desain pengembangan dimulai dengan melakukan diagnosis awal terhadap kurikulum, dan sumber belajar yang digunakan. Hal ini dimaksudkan agar nantinya kegiatan pengembngan uang dilakukan dapat meningkatkan efesien dan efektifitas pembelajajaran karena analisis dilakukan terhadap kompetensi yang ingin dicapai. Melalui temuan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa penggunaan kurikulum 2013 di Madrasah Imaduddin Kubu Raya kurang didukung oleh sumber belajar yang memadai. Sehingga ketercapaian setiap kompetensi dalam pembelajaran Geometri khususnya tidak dapat tercapai dengan baik. Kajian pendahuluan yang dilakukan selanjutnya pada desain pengembangan model pembelajaran gemetri adalah melalukan analisis terhadap karateristik peserta didik. Hak ini sangat penting dilakukan karena untuk mengatasi permasalahan yang muncul dari hasil analisis kurikulum adalah menghasilkan sumber belajar yang sesuai dengan karateristik peserta didik, seperti yang dikemukan oleh Mulyatiningsih (2011:196) guru haruslah mengnenali karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar. Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa dalam belajar bangun ruang sederhana aadalah tingkat pemahaman konsep yang tendah terhadap materi bangun ruang sederhana, pengalaman belaajr yang baru terhadap materi bangun ruang, cenderung belajar secara mandiri dan yang paling menonjol adalah perbedaan gaya belajar masing-masing siswa, melalui informasi tersebut penyusunan bahan ajar yang akan dilakukan haruslah menggunakan bahasa yang sederhana,dan disesuaikan dengan gaya belajar siswa yang cenderung individualis.

  Selanjutnya, adalah melakukan analisis- analisis instruksional dan menyesuaikan muatan materi yang akan diberikan, kedua ini merupakan komponen penting dalam menyusun kegiatan pembelajaran. Kesesuaian model yang diterapkan dengan tipe belajar siswa akan mempermudah guru dalam menyusun bahan ajar yang akan membantu siswa dalam memenuhi kompetensi yang di harapkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis terhadap materi ini adalah mengumpulkan dan memilih materi yang dipilih relavan serta menyusunnta kembali secara sistematis. Materi yang dipilih merupakan materi bangun ruang sederhana karena dengan latar belakang yang sesuai disampaikan sebelumnya.

  Melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan sebelumnya, kegiatan terakhir yang dilakukan dalam desain pengembangan adalah merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Adapun maksud dari perumusan tujuan pembelajaran yang dilakukan sebelum penulisan bahan ajar adalah agar peneliti tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat penulisan bahan ajar. Selain itu tujuan pembelajaran menjadi acuan dalam merumuskan indikator test yang akan digunakan dalam mengukur keberhasilan menggunakan bahan ajar uang telah disusun.

  Indikator test yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar setelah menggunakan bahan ajar pada penelitian ini nantinya akan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan pada soal pre test dan post test. Standar test yang disusun terdiri dari kisi-kisi soal dalam bentuk uraian sebanyak 5 soal (lampiran halaman hal), pemilihan pada test dalam bentuk uraian esai dimaksudkan agar siswa dapat menjawab soal yang diberikan sesuai dengan pengetahuan yang akan dibangun secara individu ketika kegiatan pembelajaran dilakukan. Soal yang dirancang kemudian divalidasi oleh 2 orang dosen ahli bidang materi geometri dan evaluasi. Hasil penelitian oleh para validator, mengatakan bahwa soal harus diperbaiki kembali. Kemudian peneliti merevisi sesuai saran dan komentar dari validator, setelah soal diperbaiki dan diserahkan kembali kepada validator agar divalidasi berdasarkan hasil perbaikakn yang telah dilakukan sehingga soal yang akan digunakan itu valid atau layak digunakan (lampiran halaman).

  Kesimpulan akhir dari kajian-kajian pada desain pengembangan model pembelajaran yang akan dilakukan adalah melakukan perencanaan penulisan dan penyusunan bahan ajar pembelajaran geometri (bangun ruang sederhana). Karena sesuai dengan pendapat Daryanto (2013:23) perencanaa dalam mempersiapkan penulisan bahan ajar adalah sangat penting, karena dengan perencanaan yang baik dalam penulisan bahan ajar, maka bahan ajar dihasilkan akan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, serta kedalaman materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Prototipe disesuaikan dengan tahap berfikir siswa

  Tahap penulisan bahan ajar melibatkan para ahli. Adapun ahli validator disini yaitu ahli materi, ahli pembelajaran atau setidaknya orang yang berpengatahuan dan berpengalaman dalam bidang metodologi pembelajaran dan kurikulum, serta ahli media atau setidaknya orang yang berpengtahuan tentang media. Melalui tahap perencanaan inilah kemudian bahan ajar pembelajaran dapat disusun dan dikembangkan ada tahap selanjutnya.

  Adapun kesulitan-kesulitan selama pelaksanaan mendesain pengembangan bahan ajar adalah keterbatasan waktu dalam melakukan analisis-analisis yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan oleh penelitian, keterbatasan kemampuan observer saat melakukan pengamatan terhadap karakteristik siswa, dan keterbatasan kemampuan observer dalam memilah materi yang relavan dan penyususnan kembali materi secara sistematis.

  Hasil validasi produk oleh dosen ahli dan guru kelas termasuk kategori yang baik. Dari hasil validasi tersebut produk layak diujicobakan. Setelah peneliti melakukan uji coba, peneliti memperoleh hasil bahwa siswa kelas IV dapat melakukan setiap fase pembelajaran dapat dikuti siswa dengan antusias dan percaya diri. Siswa dapat juga memahami materi yang dipelajari, hal tersebut dapat terlihat pada hasil evaluasi yang dikerjakan oelh siswa pada setiap fase pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran Van Hiele dengan pendekatan konstruktivistik ini dapat membantu siswa dalam memahami sifat-sifat bangun ruang datar dan sederhana. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam pengembangan prototipe dengan pendekatan konstruktivistik pada pembelajaran gemetri materi bangun raung datar dan sederhana berdasarkan teori Van Hiele untuk siswa kelas

  IV Madrasah Ibtidaiyah Imaduddin, peneliti memperhatikan sebagai berikut: a.

  Prototipe perangkat pembelajaran geometri untuk siswa kelas IV tersebut disesuaikan berdasarkan tahapan berfikir geometri menurut teori Van Hiele yaitu level analisis. Prototipe dengan pendekatan konstruktivistik ini dapat membantu siswa dalam memahami sifat-sifat bangun ruang datar dan sederhana.

  Berdasarkan data penilaian pada indikator ke 3 terdapat 20% siswa belum terbantu dalam mempresentasikan dengan percaya diri sifat bangun datar, hal tersebut dikarenakan siswa belum memenuhi kriteria penilaian percaya diri seperti suara lantang dan masih menunduk saat menyampaikan diskusi di depan kelas. Dengan demikian guru perlu melatih dan membiasakan siswa untuk tampil depan kelas supaya lebih percaya diri.

  b.

Perangkat Pembelajaran dengan Teori Van

  Hiele dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep

  Berdasarkan pembelajaran geometri berlandaskan teori Van Hiele, tingkat kemampuan siswa dalam merespon dan memahami materi pembelajaran sangat antusias. Kemampuan siswa dalam menganalisis gambarserta menginstruksikan konsep-konsep geometri pada materi bangun ruang datar dan sederhana dikategorikan baik setelah mengikuti pembelajaran menggunakan bahan ajar. Hal tersebut terbukti dari: 1)

  80% (24 siswa) dapat mengidentifikasi sifat bangun ruang datar persegi, 2) sebanyak 70% (18 siswa) dapat mengidentifikasi sifat bangun datar persegi panjang, 3) 60% (15 siswa) dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan percaya diri, dan 60% (15 siswa) dapat membuat gambar dilingkungan sekitar yang menyerupai bangun datar.

  Hasil belajar merupakan tolak ukur dari tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal (dalam Susanto, 2013: 5) bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektf suatu programm telah memenuhi kebutuhan siswa.

  Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar geometri menggunakan buku panduan pembelajaran gometri peneliti menggunakan alat bantu instrumen penelitian berupa soal pre-test dan post-test telah divalidasi oleh para ahli evaluasi.

   Pre-test dilakukan oleh peneliti

  sebelum melakukan proses pembelajaran menggunakan bahan ajar dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal siswa. Dari hasil pre-test peneliti memperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 41,97 yang artinya sebanyak 100% siswa belum tuntas terhadap pembelajaran geometri. Selanjutnya setelah pelaksanaan pembelajaran peneliti melakukan post-test terhadap siswa dengan tujuan untuk mengetahui perolehan belajar setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan bahan ajar, dari hasil post-test peneliti memperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 88,85 artinya nilai siswa mengalami ketuntasan dengan KKM sebesar 75.

  Adapun tahapan perencanaan penulisan dan penyusunan bajan ajar pembelajaran geometri sebagai berikut: 1.

  Analisis kebutuhan dan tujuan dengan cara: mengidentifikasi kebutuhan siswa dalam belajar, sehingga peneliti mengetahui keadaan yang seharusnya dan keadaan yang nyata di lapangan yang sebenarnya.

  2. Analisis pembelajaran yang dipilih adalah latar (setting) pebelajaran, dengan mengidentifikasi rancangan model pembelajaran yang mencakup: keterampilan, proses, prosedur, dan tugas- tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  3. Analisis siswa dan konteks dilakukan secara simultan bersamaan dengan analisis pembelajaran di atas, atau dilakukan setelah analisis guru.

  4. Merumuskan tujuan dari penggunaan panduan belajar geometri, dalam perumusan ini peneliti mengacu kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan pada saat melakukan desain pengembangan model.

  5. Mengembangkan instrumen atau alat tes dalam pembelajaran berkaitan dengan tujuan operasional yang ingin dicapai sesuai dengan indikator-indikator tertentu, dan juga instrumen untuk mengukur perangkat produk atau desain yang dikembangkan.

  6. Mengembangkan strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran secara spesifik untuk membantu siswa mencapai tujuan khusus. Strategi yang dirancang berkaitan dengan produk atau desain yang ingin dikembangkan.

  7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran sebagai bahan literatur dan acuan penulisan ini panduan belajar geometri, pengumpulan literatur dimulai dengan mengumpulkan pegangan guru dan buku paket yang tersedia di lokasi penelitian.

  8. Merancang dan melakukan evaluasi formatif selama proses aktivitas pengumpulan informasi, keterangan prosedur, program atau produk sedang berlangsung atau dikembangkan.

  Model pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa media cetak yang disusun melalui metode pendekatan konstruktivistik. Melalui pendekatan ini isi panduan pembelajaran disusun sedemikian rupa dengan lebih menekankan kepada karakteristik siswa dalam mengkonstruksi

  pemikiran sendiri dengan materi yang dibuat secara tahap demi tahap serta contoh soal yang membuat siswa mudah memahami materi pelajaran yang ada di dalam panduan belajar.

  Pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan tema Geometri materi bangun datar dan ruang dengan menggunakan panduan belajar yaitu guru menyiapkan bahan ajar, angket, lembar observasi, dan keperluan yang dibutuhkan selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya siswa dan guru masuk ke dalam kelas, mengambil alih pembelajaran, memberi salam, menanyakan kondisi peserta didik, peserta didik menjawab salam, salah seorang peseta didik memimpin do’a, pendidik menjelaskan keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dipelajari, membagikan panduan belajar dan memberikan penjelasan tujuan pembelajaran.

  Langkah berikutnya, pendidik memberikan penjelasan mengenai poin-poin penting materi dalam panduan belajar yang terdiri dari empat kegiatan pembelajaran yang masing-masing kegiatan pembelajaran memuat materi tentang indikator yang ingin dicapai, contoh soal, latihan soal, dan memuat rangkuman untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran.

  Langkah selanjutnya, masuk pada kegiatan pembelajaran 1, yang mana pada kegiatan inti ada kegiatan Fase-2 Bridges: yaitu guru membagikan buku panduan belajar “geometri dengan pendekatan konstruktivsitik” kepada masing

  • – masing siswa”. Kemudian guru meminta siswa untuk mengamati contoh
  • – contoh yang terdapat didalam panduan belajar. Setelah itu guru memaparkan dengan singkat materi pembelajaran bangun ruang datar dan sederhana dengan mengaitkan materi sesuai dengan contoh nyata dalam kehidupan sehari- hari.

  Fase

  • – 3 Questions: yaitu guru melakukan
  • – 4 Grouping : Guru meminta siswa untuk

  kegiatan tanya jawab sesuai penjelasan dan contoh yang telah diberikan. Fase

  membentuk kelompok heterogen dengan 4-5 orang. Langkah selanjutnya berdiskusi mengenai setiap kegiatan belajar 1 sampai 4 yang ada didalam panduan belajar. Dalam proses diskusi berlangsung guru membimbing siswa untuk menyelesaikan setiap kegiatan dalam panduan belajar yang telah diberikan.

  Fase- 5 Exhibits: Guru meminta perwakilan

  kelompok untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas dan meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil kerja kelompoknya dengan penuh tanggung jawab dan menanggapi hasil kerja setiap kelompok yang ada. Dan yang terakhir adalah guru memberikan penghargaan verbal pada setiap kelompok yang ada.

  Berdasarkan langkah pembelajaran yang dilakukan dapat dilihat bahwa dalam proses kegiatan belajar mengajar guru hanya sebagai fasilitator dan siswalah yang lebih berperan aktif dan lebih semangat dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan panduan belajar, dengan demikian pembelajaran akan berhasil dengan lebih maksimal sesuai tujuan yang ingin dicapai. Sebagaimana yang dinyatakan oleh

  Rusman (2014: 4) bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.

  Adapun hasil belajar merupakan tolak ukur dari keberhasilan pembelajaran yang dilakukan setelah menggunakan panduan belajar adalah meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Hal ini dapat dilihat melalui hasil tes yang dilakukan. Tes tersebut digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa telah menguasai materi bangun datar dan ruang. Instrumen soal yang diberikan sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Soal telah disusun sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi keterampilan berpikir peserta didik.

  Soal yang diberikan adalah: 1. Soal pretest, soal pretest dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan proses pembelajaran dengan panduan belajar pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan awal siswa dalam menguasai materi pelajaran. Dari hasil pretest peneliti memperoleh nilai total rata-rata sebesar 41,97.

  2. Soal posttest, soal posttest diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar setelah menggunakan panduan belajar, dari hasil

  posttest peneliti memperoleh nilai rata-

  rata dari siswa sebesar 88,85 artinya nilai peserta didik mengalami peningkatan dan mencapai ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75. Berdasarkan hasil nilai pretest dan nilai

  posttest yang diperoleh dan mengalami

  peningkatan yang signifikan, yaitu sebelum digunakannnya panduan belajar media yang digunakan oleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung hanya LKS, papan tulis, dan spidol, yang mana materi yang ada dalam LKS belum lengkap serta metode yang digunakan ceramah sehingga siswa cenderung fasif. Hal itulah yang membuat peneliti membuat rancangan model pembelajaran geometri ini dengan metode konstruktivistik berbantuan media panduan belajar. Selain itu, dalam panduan belajar yang peneliti buat lebih terfokus ke siswa dan guru hanya sebagai fasilitator saja, dengan demikian suatu proses pembelajaran akan berhasil dengan lebih maksimal, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rusman (2014:4) bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembngan fisik, serta psikologis peserta didik. Dalam panduan belajar juga memuat materi tentang sifat-sifat bangun datar dan ruang, jaring-jaring dan sisi pada bangun ruang, dan sisi pada bangun datar. Materi dalam panduan belajar peneliti uraikan setahap demi setahap. Memuat contoh-contoh yang bisa membuat siswa dalam memahami materi yang dipelajarinya. Adanya rangkuman, dan evaluasi yang disertai dengan kunci jawaban bertujuan agar siswa dapat mengukur kemampuannya sendiri, dan daftar pustaka.

  Hasil test yang diberikan kepada siswa menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan panduan belajar. Perbedaan hasil belajar menunjukkan adanya peningkatan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang ada dalam panduan belajar serta bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun hasil belajar siswa sebelum menggunakan panduan belajar dengan nilai rata-rata 41,97 dan setelah pembelajaran menggunakan panduan belajar nilai rata-rata 88,85 dengan selisih sebesar 46,88.

  Berdasarkan nilai pre-test dan post-test yang diperoleh, selanjutnya peneliti melakukan uji T dua sampel berpasangan. Hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan yang dilakukan yaitu t hitung > t tabel (35,73 >1,711 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar gemetri antara sebelum belajar dan setelah belajar menggunakan bahan ajar.

  Berdasarkan kesimpulan di atas, jelas bahwa dengan menggunakan pendekatan konstruktivistik pada pembelajaran geometri memberikan dampak positif dalam dapat meningkatkan nilai belajar siswa. Sebagaimana menurut Woolfolk (dalam Indri, 2015: 4) bahwa pendekatan konstruktivistik adalah pembelajaran yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami. Seiring dengan pendapat para ahli konstruktivisme (Muhammad Asrosi: 2008: 28), bahwa belajar juga dipengaruhi oleh konteks, keyakinan dan sikap siswa. Dalam proses pembelajaran, para siswa didorong untuk menggali dan menemukan pemecahan masalah mereka sendiri serta mencoba untuk merumuskan gagasan-gagasan dan hipotesis. Maka diberikan peluang dan kesempatan yang luas untuk membangun pengetahuan awal mereka. Dengan demikian tujuan pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam menemukan, memahami, dan menggunakan informasi dalam pengetahuan yang dipelajarinya.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Desain pembelajaran matematika dilakukan dengan menentukan tujuan awal, penggunaan bahan ajar, target yang akan dicapai dan refleksi yang dilihat dari nilai kognitif siswa. Prototipe pendekatakan konstruktivistik pada pembelajaran geometri dilakukan melalui: (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran, (2) melakukan analisis instruksional, (3) mengidentifikasi tingkah laku awal, (4) mrumuskan tujuan kinerja, (5) mengembangkan tes acuan patokan, (6) pengembangan strategi pembelajaran, (7) pengembangan atau memilih pengajaran, (8) merancang dan melaksanakan evaluasi formatif. Hasil belajar geometri menggunakan bahan ajar mangalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari hasil uji t 2 berpasangan dimana menunjukkan bahwa nilai t hitung > tabel (35,73 > 1,711) yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar antara sebelum menggunakan panduan belajar dan setelah menggunakan panduan belajar dalam pembelajaran geometri.

  Saran

  Penelitian pengembangan dilakukan untuk menghasilkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada, salah satu yang dihasilkan dari penelitian ini adalah pengembangan pembelajaran geometri dengan pendekatan konstruktivistik. Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan berikut beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan.

  Perlu kecermatan dalam mendesain model pengembangan pembelajaran geometri, salah satunya ketika melakukan analisis terhadap karakteristik siswa. Hal ini dilakukan agar saat menyusun panduan belajar bahasa serta tingkat kesukarannya disesuaikan dengan karakteristik siswa. Perlu ketekunan dalam mengumpukan dan menyusun mteri yang akan digunakan untuk menulis panduan belajar ini. Penyusunan materi yang akan digunakan kepada karakteristik belajar siswa agar dapat dengan efektif membantu siswa ketika proses pembelajaran. Panduan belajar ini dapat dikembangan lebih lanjut dalam proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa.

  Guru diharapan lebih kreatif daam mengajar, sedangan siswa lebih aktif dalam belajar untuk memperoleh pengalaman belajar lebih maksimal. Selain itu, perlu dikembangkan penelitian sejenis dengan materi poko berbeda, sehingga harapnnya akan ada produk-produk yang sejenis bahkan jauh lebih baik lagi.

  Ahmad Susanto. (2013). Teori Belajar dan

  Pembelajaran di Sekolah Dasar . Jakarta: Prenadamedia Group.

  Indri Astuti. (2015). Pengembangan Model

  Pembelajaran Konseling Kelompok dengan Pendekatan Konstruktivistik .

  Universitas Negeri Jakarta. Tidak diterbitkan. Moh. Arori (2008). Psikologi Pembelajaran.

  Bandung: CV Wacana Prima. Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran.

  Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian

  Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung: IKAPI.

  Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan praktek.

  Jakarta: Prstasi Pustaka.