publikasi e-reformed

e-Reformed

2013

Publikasi e-Reformed
Berita YLSA merupakan publikasi elektronik yang diterbitkan secara berkala oleh

Yayasan Lembaga SABDAdan atas dasar keyakinan bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan yang
mempunyai otoritas tunggal, tertinggi dan mutlak bagi iman dan kehidupan Kristen serta berisi artikel/tulisan
Kristen yang bercorakkan teologi Reformed.

Bundel Tahunan Publikasi Elektronik Berita
YLSAhttp://sabda.org/publikasi/e-reformed
Diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA
http://www.ylsa.org
© 2013 Yayasan Lembaga SABDA

e-Reformed 2013

Daftar Isi
Daftar Isi ...................................................................................................................... 2

e-Reformed 136/Januari/2013: Mempersiapkan Khotbah Ekspositori (1) ....................... 4
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................... 4
Artikel: Pengantar Mempersiapkan Khotbah Ekspositori: Motivasi, Definisi, dan Ikhtisar Proses
Persiapan Khotbah (bag. 1) ....................................................................................................................... 5

e-Reformed 137/Februari/2013: Mempersiapkan Khotbah Ekspositori (2) ................... 11
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 11
Pengantar Mempersiapkan Khotbah Ekspositori: Motivasi, Definisi, dan Ikhtisar Proses Persiapan
Khotbah ................................................................................................................................................... 12

e-Reformed 138/Maret/2013:Bapa, Ke Dalam Tangan-Mu Kuserahkan Nyawaku ....... 20
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 20
Artikel: Bapa, Ke dalam Tangan-Mu Kuserahkan Nyawaku! .................................................................. 21
Stop Press: Publikasi e-Jemmi dan Situs e-Misi ...................................................................................... 26

e-Reformed 139/April/2013:Perspektif Alkitabiah Pelayanan Kaum Awam (1) ............. 27
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 27
Artikel: Perspektif Alkitabiah Pelayanan Kaum Awam (1) ...................................................................... 28

e-Reformed 140/Mei/2013:Perspektif Alkitabiah Pelayanan Kaum Awam (2) ............... 32

Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 32
Artikel: Perspektif Alkitabiah Pelayanan Kaum Awam (2) ...................................................................... 33

e-Reformed 141/Juni/2013:Membesarkan Anak dalam Tuhan .................................... 38
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 38
Artikel: Membesarkan Anak dalam Tuhan.............................................................................................. 39

e-Reformed 142/Januari/2013: Budaya dan Alkitab (1) ............................................... 44
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 44
Artikel: Budaya dan Alkitab (1) ............................................................................................................... 45
Stop Press: Sumber Bahan Natal Berkualitas dari Sabda........................................................................ 49

e-Reformed 143/Agustus/2013:Budaya dan Alkitab (2) ............................................... 50
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 50
Artikel: Budaya dan Alkitab (2) ............................................................................................................... 51

e-Reformed 144/September/2013: ............................................................................. 56
2

e-Reformed 2013

Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam Doktrin Predestinasi (1)....... 56
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 56
Artikel: Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam Doktrin Predestinasi (1) .................. 57

e-Reformed 145/Oktober/2013:Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam
Doktrin Predestinasi (2) .............................................................................................. 62
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 62
Artikel: Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam Doktrin Predestinasi (2) .................. 63
Stop Press: Temukan Sumber Bahan Terbaik Seputar Pujian Di Pujian.Co ............................................ 68

e-Reformed 146/November/2013:Siap Atau Tidak? .................................................... 69
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 69
Artikel: siap atau tidak? .......................................................................................................................... 70
Stop Press: Aplikasi Android e-Renungan PSM (Pagi, Siang, Malam) ..................................................... 72

e-Reformed 147/Desember/2013:Mengapa Yesus Kristus Lahir Melalui Anak Dara? .. 73
Salam dari Redaksi .................................................................................................................................. 73
Artikel: Mengapa Yesus Kristus Lahir Melalui Anak Dara? ..................................................................... 74
Stop Press: Publikasi Bio-Kristi ................................................................................................................ 78


Publikasi Berita YLSA 2013 ........................................................................................ 80

3

e-Reformed 2013

e-Reformed 136/Januari/2013:
Mempersiapkan Khotbah Ekspositori (1)
Salam dari Redaksi
Dear e-Reformed Netters,
Publikasi e-Reformed Januari dan Februari baru saja saya kirimkan ke mailbox
Anda. Maaf untuk keterlambatannya.
Berhubung banyak di antara Anda yang mengakses email kami lewat fasilitas
mobile, maka saya mencoba untuk tidak mengirimkan email yang besar/panjang.
Karena itu, artikel yang saya kirimkan berikut ini saya bagi menjadi dua email
(Bagian 1 dan Bagian 2), berarti dua kiriman. Demikian informasi singkat dari
saya, selamat menyimak.
Artikel "PENGANTAR MEMPERSIAPKAN KHOTBAH EKSPOSITORI" ini, saya ambil
dari
tulisan Ramesh Richard, dalam bukunya yang berjudul "Preparing Expository

Sermons". `Simplicity` dan `to the point`, adalah kesan pertama saya ketika
membaca buku ini. Keprihatinan dia dan kerinduan dia, menjadi keprihatinan saya
dan kerinduan saya juga. Inilah alasan mengapa saya memilih artikel ini untuk
edisi e-Reformed Januari dan Februari 2013.
Seandainya,... semua pengkhotbah bisa memahami kepentingan khotbah ekspositori,
dan melakukan khotbah ekspositori dalam kebaktian hari Minggu, maka dijamin
gereja akan memiliki fondasi yang kuat dan jemaat akan mendapat makanan yang
bergizi sehingga memungkinkan mereka bertumbuh secara rohani. Karena itu, mari
kita berdoa supaya kita bisa menjadi pengkhotbah ekspositori.
Seandainya,... Anda adalah pengkhotbah yang tidak percaya bahwa Alkitab adalah
diinspirasikan oleh Allah, maka saya sarankan Anda untuk bertobat atau berhenti
berkhotbah!
Seandainya,... Anda adalah pengkhotbah yang percaya bahwa untuk berkhotbah tidak
perlu persiapan, maka saya sarankan Anda untuk bertobat atau berhenti
berkhotbah!
Maka, kita tidak perlu berandai-andai lagi...
Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >

4

e-Reformed 2013
Artikel: Pengantar Mempersiapkan Khotbah Ekspositori:
Motivasi, Definisi, dan Ikhtisar Proses Persiapan Khotbah
(bag. 1)
Di sebuah kios seni di luar Hotel Kwara di Ilorin, Kwara, Nigeria, Anda bisa
menemukan patung-patung kayu indah karya Daniel. Sebagai seorang pematung yang
terampil, ia memilih kayu mahoni terbaik dan mengubahnya, seperti yang
dikatakannya, menjadi "sebuah keindahan (dan terkadang kegembiraan) abadi."
Saya mendapat kesempatan untuk mengamati Daniel ketika dia memahat sepotong
kayu. Di tangannya, sepotong kayu itu memiliki harapan. Memahat adalah sebuah
seni sekaligus keahlian. Keahlian memahat dimiliki oleh semua pematung yang
terampil. Akan tetapi, dimensi seni diperlukan untuk menciptakan sebentuk patung
yang benar-benar indah. Setiap patung karya Daniel adalah ciri khas dari bakat
seni, latihan, dan komitmennya dalam bekerja.
Kami mengawali percakapan. Dia menggambarkan prosesnya dengan cerdas, "Pohon
adalah sesuatu yang dibuat Allah; patung adalah sesuatu yang dibuat oleh Daniel
dari apa yang dibuat Allah."
Dalam ucapannya yang lugas itu, saya menemukan begitu banyak kesamaan dengan

proses mempersiapkan dan menyampaikan sebuah khotbah ekspositori. Alkitab adalah
sesuatu yang dibuat Allah; khotbah adalah sesuatu yang kita buat dari apa yang
dibuat Allah. Banyak orang dapat mencontoh metodenya. Para pengkhotbah yang
terampil memiliki ciri-ciri umum dalam pendalaman Alkitab dan penyampaian
khotbah. Namun sebagai seni, khotbah Anda secara unik adalah karya Anda. Sebuah
kombinasi dari bakat, latihan, dan kerja keras yang akan memberi sentuhan
personal bagi karya Anda.
Tentu saja, ada perbedaan antara sebuah patung kayu dan khotbah Anda -- yaitu
kehidupan itu sendiri! Sebuah pohon hidup diubah menjadi sebentuk keindahan yang
mati. Khotbah Anda, dalam bimbingan Allah yang hidup, mengubah Firman yang hidup
dari Allah menjadi sebuah khotbah yang menyatakan, menyampaikan, dan menciptakan
kehidupan bagi para pendengar Anda. Khotbah Anda lebih dari sebuah keindahan dan
kegembiraan abadi. Khotbah Anda adalah suatu kehidupan abadi.
Perlunya Khotbah Ekspositori
Sayangnya, beberapa pengkhotbah tidak memercayai bahwa Alkitab adalah sesuatu
yang dibuat Allah. Ada pengkhotbah-pengkhotbah yang belum bertobat yang memenuhi
mimbar-mimbar di seluruh dunia. Mereka tidak memercayai baik Firman dari Allah
maupun Allah yang berfirman itu. Saya melakukan surat-menyurat rutin dengan
seorang pendeta senior, seorang pria baik yang takut akan Allah yang dikelilingi
para pendeta yang belum bertobat. Mereka telah mengancam untuk menyingkirkannya

5

e-Reformed 2013
karena pendirian injilinya. Mereka tidak percaya bahwa Alkitab adalah firman
yang diinspirasikan oleh Allah.
Beberapa pengkhotbah lain percaya bahwa khotbah dapat dibuat tanpa Alkitab.
Mereka mencari perumpamaan masa kini atau peristiwa berita yang layak
disampaikan di mimbar. Biasanya khotbah-khotbah semacam ini ditemukan di mimbarmimbar kaum terpelajar dengan berbagai ilustrasi yang diambil dari dunia
olahraga, musik, politik, dan kebudayaan, namun isi alkitabiah khotbah-khotbah
itu sangat sedikit. Di sebuah kota besar di Asia, seorang awam yang cerdas
mengeluhkan ketidakhadiran Alkitab dalam khotbah pendetanya. "Pendeta saya tidak
percaya bahwa Alkitab cukup relevan bagi jemaatnya," katanya. "Pendeta saya
tidak memberi makan domba-dombanya, tetapi dia menyapa jerapah!"
Sementara itu, ada beberapa pengkhotbah lain yang tidak percaya bahwa mereka
harus mempersiapkan sebuah khotbah. Mereka tidak bekerja keras dalam pelayanan
mimbar. Dengan sikap yang santai, mereka cenderung berharap akan dipenuhi secara
ilahi menjelang waktu berkhotbah. Seorang rekan pendeta yang memegang falsafah
persiapan khotbah seperti ini mengalami kejutan hebat di atas mimbar ketika dia
menantikan perkataan dari surga di menit-menit terakhir. Suasana hening. Ia
bercakap-cakap dengan Allah mengenai janji ilahi untuk memenuhi para hamba-Nya

dengan pesan-pesan ilahi. Suasana hening. Akhirnya, dalam keputusasaan yang
menyengsarakan dia memohon, "Ya Allah, beritahukanlah kepada hamba-Mu ini
sesuatu untuk dikhotbahkan pagi ini." Lalu Allah menjawabnya, "Anakku, kamu
tidak mempersiapkannya!"
Akhirnya, beberapa pengkhotbah tidak menjadikan khotbah sebagai ujung tombak
dalam pelayanan mereka. Mereka tidak lagi menjadikan khotbah sebagai prioritas
pelayanan, tapi malah mengangkat pelayanan konseling, kepengurusan dalam
organisasi, atau beberapa acara yang mendesak lainnya menjadi prioritas lebih
tinggi. Tugas mengajarkan Alkitab telah menjadi urutan kedua dalam hierarki
tugas-tugas pelayanan, sedangkan kebutuhan-kebutuhan jemaat yang mendesak telah
menyedot energi utama sang pengkhotbah.
Suatu pagi ketika seorang teman kembali dari menghadiri kebaktian di gereja,
saya bertanya tentang khotbah disampaikan oleh pendeta. Ia menjawab bahwa tema
kebaktian Minggu itu adalah "Tiga Kata yang Harus Digunakan Setiap Orang
Kristen." "Lalu, apa saja tiga kata itu?" saya bertanya. Ia menjawab, "Terima
kasih, tolong, dan maaf."
Seseorang tidak perlu pergi ke gereja untuk mempelajari aturan-aturan dalam tata
krama sosial, meskipun tidak ada salahnya mempelajari hal-hal itu di sana.
Pendeta macam apa yang tidak mengharapkan aturan-aturan kesopanan sosial
tersebut berlaku di pertemuan majelis? Akan tetapi, jika hal-hal itu adalah

bagian utama dalam menu rutin kebaktian Minggu, maka gereja, pendeta, dan jemaat
akan mengalami kelaparan rohani.
Buku ini dirancang untuk membantu Anda mengatasi kelemahan-kelemahan pelayanan
6

e-Reformed 2013
mimbar yang telah tertulis di atas dan mengajak Anda mengejar penyampaian
khotbah ekspositori sebagai cara hidup dan pelayanan.
Pengaruh Khotbah Ekspositori
Khotbah ekspositori akan memengaruhi hidup Anda, yaitu dapat membantu Anda untuk:






bertumbuh secara pribadi dalam pengetahuan dan ketaatan melalui kontak
dengan
firman Allah secara disiplin,
menghemat waktu dan energi yang digunakan untuk memilih khotbah setiap

minggu,
menyeimbangkan bidang "keahlian" dan tema-tema favorit Anda dengan luasnya
pikiran Allah dalam Alkitab.

Khotbah ekspositori akan memengaruhi jemaat Anda karena membantu Anda untuk:


setia dengan teks dan relevan dengan konteks dalam pelayanan reguler Anda,



menerapkan strategi untuk melengkapi dan menyemangati jemaat Anda untuk



memiliki kesetiaan jangka panjang kepada Allah dan pelayanan,



mengatasi kecenderungan untuk mengarahkan khotbah kepada pribadi atau
kelompok



tertentu dan terlindung dari tuduhan tersebut,



menghindari melompati tema yang tidak sesuai dengan selera atau temperamen



Anda pada suatu hari,



melakukan pelayanan terpadu di tengah berbagai peran dan tuntutan kepada
Anda



sebagai gembala,



meningkatkan wibawa pelayanan pastoral karena Anda berdiri di bawah kuasa



firman Allah ketika Anda berkhotbah,



mengintegrasikan percakapan di gereja dalam lingkup khotbah minggu itu,



menyampaikan maksud Allah bagi jemaat Anda seperti yang diperlihatkan oleh



para pemimpin pelayanan,



mengarahkan jemaat pada visi bersama, dengan demikian membantu Anda



menunjukkan kebutuhan pengerja untuk mencapai visi itu,
7

e-Reformed 2013


mendorong jemaat untuk bertindak dalam menerapkan program gereja dengan



perkenan Allah,



mengumpulkan kredibilitas yang dibutuhkan untuk memimpin gereja menuju



perubahan,



memberi contoh pelayanan efektif bagi pengajar dan pengkhotbah masa kini dan



yang akan datang,



menyusun kerangka program kehidupan rohani bersama,



membuat jemaat Anda terdidik secara alkitabiah.

Pada intinya, khotbah ekspositori akan membantu pengkhotbah menyebarluaskan
rancangan Allah bagi jemaat-Nya.
Oleh karena itu, mempersiapkan sebuah khotbah adalah sebuah seni, keahlian,
kedisiplinan diri, dan relasi. Khotbah yang efektif adalah hasil perpaduan
antara dinamika rohani dengan metode terperinci. Dinamika persiapan khotbah
muncul dari relasi pengkhotbah dengan Tuhan sumber firman. Hal ini merupakan
latihan serius yang harus dibungkus dalam doa supaya ia dimampukan oleh Roh
Kudus, mulai dari kontak pertama pengkhotbah dengan teks Alkitab.
Bagaimanapun juga, buku ini bertujuan untuk membahas mekanisme persiapan
khotbah
-- yakni aspek seni dan keahlian dalam penyusunan khotbah dari Kitab Suci.
Definisi
Khotbah ekspositori adalah tentang Alkitab dan jemaat Anda. Ada banyak definisi
yang baik tentang khotbah ekspositori. Berikut ini adalah definisi yang saya
gunakan: Khotbah ekspositori adalah pemasakinian pernyataan pokok teks Alkitab
yang berasal dari metode penafsiran yang tepat serta dinyatakan melalui sarana
komunikasi yang efektif untuk menasihati pikiran, menginsafkan hati, dan
memengaruhi perilaku menuju kesalehan. Unsur-unsur definisi tersebut membantu
kita memahami tugas ekspositori dari berbagai dimensi dan dalam berbagai
tingkatan.
1. Hakikat Khotbah Ekspositori
Hakikat khotbah ekspositori berkaitan dengan isi. Mari melihat kembali
definisinya untuk menggarisbawahi inti eksposisi tekstual: Khotbah Ekspositori
adalah "pemasakinian pernyataan pokok teks Alkitab" yang diperoleh dari metode
penafsiran yang tepat serta dinyatakan melalui sarana komunikasi yang efektif
untuk menasihati pikiran, menginsafkan hati, dan memengaruhi perilaku menuju
kesalehan.
8

e-Reformed 2013
1.1. Pemasakinian
Pemasakinian adalah tugas utama pengkhotbah ekspositori, dia mengambil apa
yang ditulis berabad-abad lampau dan menyajikan relevansinya bagi jemaat masa
kini. Dia tidak memperbaiki Kitab Suci. Alkitab sudah relevan dengan
persoalan-persoalan manusia. Akan tetapi, pengkhotbah membuat pernyataanpernyataan Allah bermakna bagi jemaat lokal. Khotbah ekspositori menyajikan
secara modern kehendak-kehendak Allah bagi jemaat.
Pengkhotbah menghadapi dua kenyataan mendasar: teks Alkitab dari abad awal dan
konteksnya untuk abad ini. Beberapa pengkhotbah memberi penekanan pada teks
tetapi membuatnya tidak relevan dengan konteks modern. Yang lainnya memberi
penekanan pada konteks modern dan tidak setia pada teks.
Seseorang yang ahli dalam eksegesis mempelajari makna teks Kitab Suci untuk
mencari tahu apa yang Allah katakan ketika teks itu ditulis. Pengkhotbah yang
alkitabiah melakukan percakapan kreatif dan menyeimbangkan tuntutan teks dan
konteksnya untuk menyatakan signifikansi Kitab Suci bagi kita di masa kini.
Dia tidak mengingkari ataupun mengompromikan kenyataan dalam teks kuno ataupun
konteks modern. Berikut ini adalah diagram proses pemasakinian:
-----------------------------------------------------------------------| Firman Tuhan
|
|
Dunia
|
| Kitab Suci
---------------Budaya
|
| Teks
Kontemporerisasi Jemaat
|
| Arti
---------------Signifikansi
|
| "Inilah firman Tuhan"|
|
"kepada umat manusia" |
------------------------------------------------------------------------1.2. Pernyataan Pokok Teks Alkitab
Sepanjang sejarah khotbah ekspositori (dan teori komunikasi), kebanyakan ahli
homiletika telah diyakinkan bahwa pernyataan tunggal harus meresapi
keseluruhan khotbah. Perbedaannya terletak pada di bagian mana dan bagaimana
orang mendapatkan pernyataan pokok ini.
Dalam menguraikan Alkitab, ada dua kemungkinan sumber pokok pikiran.
Pengkhotbah yang memberikannya atau teks Alkitab yang menyediakannya. Dalam
eksposisi topikal, pengkhotbahlah yang memilih tema. Dalam eksposisi tekstual,
teks Alkitablah yang menyediakan tema. Perbandingan berikut ini menunjukkan
sifat, kelebihan, dan kekurangan eksposisi topikal dan eksposisi tekstual:
a. Eksposisi Topikal
Sifat
: Pengkhotbah memilih tema dan menentukan pengembangan khotbah.
Kelebihan : - Relevansi langsung
- Sepertinya lebih mudah dilakukan.
9

e-Reformed 2013
Kekurangan : - Teks di bawah kuasa pengkhotbah
- Energi terbuang ketika memilih tema-tema khotbah.
b. Eksposisi Tekstual
Sifat
: Teks Alkitab menyediakan tema dan menentukan tujuan, tolok
ukur, dan persiapan khotbah.
Kelebihan : - Relevansi jangka panjang
- Membutuhkan kedisiplinan dari pihak pengkhotbah.
Kekurangan : - Pengkhotbah di bawah kuasa teks
- Membutuhkan kedisiplinan dari pihak pengkhotbah
- Pengkhotbah mungkin mengalami kebuntuan dalam hal-hal kecil.
Eksposisi adalah suatu kata multidimensi yang muncul dari akar bahasa Latin,
expositio(-onis) artinya "menyatakan". Eksposisi Alkitab menguraikan,
mengungkapkan, dan menyingkapkan Alkitab kepada jemaat dan jemaat kepada
Alkitab. Eksposisi tekstual menguraikan makna teks Alkitab dan signifikansinya
untuk konteks saat ini. Eksposisi ini mengungkapkan pernyataan tunggal yang
dirangkaikan ke dalam khotbah. Eksposisi ini juga membawa jemaat masa kini
kepada kebenaran-kebenaran dan pernyataan-pernyataan Allah yang ditemukan dalam
teks tertentu.
Tiga Pertanyaan untuk Diajukan tentang Isi Eksposisi Tekstual
1. Sudahkah saya menguraikan apa yang dinyatakan dalam teks?
2. Sudahkah saya mengungkapkan pernyataan pokok teks itu dalam kata-kata yang
jelas dan kontemporer?
3. Sudahkah saya membawa jemaat kepada kebenaran-kebenaran dan pernyataanpernyataan Allah untuk kemudian mempelajari dan menaatinya? (/t Dicky)
Diterjemahkan dari:
Judul buku
Judul asli artikel
Penulis
Penerbit
Halaman

: Preparing Expository Sermons
: Motivation, Definition, and Overview of the Process
: Ramesh Richard
: Baker Books, Michigan, 2001
: 15 -- 29

10

e-Reformed 2013

e-Reformed 137/Februari/2013:
Mempersiapkan Khotbah Ekspositori (2)
Salam dari Redaksi
Dear e-Reformed Netters,
Artikel ini adalah lanjutan dari kiriman saya sebelumnya. Jika Anda ingin
membacanya edisi sebelumnya, silakan berkunjung ke situs Soteri:
http://reformed.sabda.org/pengantar_mempersiapkan_khotbah_ekspositori_motivasi_d
efinisi_dan_ikhtisar_proses_persiapan_khotbah_bag_1
Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >

11

e-Reformed 2013
Pengantar Mempersiapkan Khotbah Ekspositori: Motivasi,
Definisi, dan Ikhtisar Proses Persiapan Khotbah
2. Cara Khotbah Ekspositori
Cara khotbah ekspositori berkaitan dengan proses. Mari melihat kembali definisi
khotbah ekspositori berkaitan dengan proses persiapan kita dan penyampaian pokok
teks: Khotbah Ekspositori adalah pemasakinian pernyataan pokok teks Alkitab yang
"diperoleh dari metode penafsiran yang tepat serta dinyatakan melalui sarana
komunikasi yang efektif" untuk menasihati pikiran, menginsafkan hati, dan
memengaruhi perilaku menuju kesalehan.
2.1. Penafsiran
Kriteria utama metode penafsiran yang tepat adalah adanya hubungan yang dapat
ditunjukkan dan dapat diandalkan antara pemahaman penulis dan pembaca asli
suatu teks Alkitab dan penafsiran kita. Langkah 1 dari proses menyusun khotbah
akan menggambarkan proses ini secara lebih terperinci.
Memang benar, Alkitab dapat digunakan untuk mengatakan hampir semua hal
yang
Anda mungkin akan katakan. Pertanyaan kritisnya adalah: Apakah Anda
mengatakan
apa yang ingin Alkitab katakan? Sebagai contoh, saya pernah mendengar sebuah
khotbah yang baik dari Lukas 19:29-40 yang menawarkan kebenaran berikut ini:
"Yesus dan Keledai"
I. Anda seperti keledai dalam kisah ini (ayat 29-30)
A. Anda terikat kepada seseorang yang bukan pemilik Anda yang sebenarnya
(ayat 30a)
B. Anda masih muda -- belum ada yang mengendalikan hidup Anda (ayat 30b)
II. Yesus menyuruh orang untuk membebaskan Anda (ayat 30c)
A. Dia membebaskan Anda melalui murid-murid-Nya (ayat 31-32)
B. Akan ada keberatan saat Anda dibebaskan untuk melayani Kristus (ayat 33)
C. Namun Dia membutuhkan Anda (ayat 34)
III. Apakah Anda keledai Kristus? (ayat 35-40)
12

e-Reformed 2013
A. Apakah Dia mengendalikan hidup Anda?
B. Apakah Anda menghadirkan pujian bagi Dia?
Dapatkah khotbah ini dikhotbahkan? Kenyataannya sudah! Apakah khotbah ini
setia kepada teks? Tidak! Mengapa? Tanyakan pertanyaan kritis ini: Apakah
uraian tersebut adalah apa yang ingin disampaikan oleh penulis kitab dan apa
yang dipahami oleh pembaca asli melalui kisah tersebut?
Jenis khotbah ini sebenarnya pengajaran yang bersifat "moral". Berikut ini
adalah beberapa persoalan dalam pengajaran yang bersifat moral:
a. Anda tidak benar-benar membutuhkan Alkitab untuk memberikan nasihat-nasihat
tersebut. Setiap kisah inspiratif pasti mengandung nilai-nilai moral. Setiap
budaya memunyai perumpamaan-perumpamaan dan kumpulan cerita rakyat untuk
menjadi pedoman bertindak dan berpri laku. Yang membedakan kisah Alkitab
dengan kisah yang bersifat budaya adalah kehendak Roh Kudus yang disampaikan
oleh penulis dalam teks dan dipahami oleh pembaca asli. Moralisme mengurangi
Alkitab menjadi sekadar cerita bijak saja.
b. Setiap teks menjadi sebuah ilustrasi untuk prinsip moral yang lebih tinggi.
Teks digunakan sebagai ilustrasi dan bukan sebagai sumber uraian yang dibuat.
Dalam kisah "keledai", pengkhotbah telah memutuskan bahwa si keledai adalah
gambaran manusia.
c. Khotbah Anda kekurangan otoritas tekstual. Dalam kisah keledai, dari bagian
teks yang manakah pengkhotbah mendapat otoritas untuk menyamakan keledai
dengan manusia? Atau anggaplah ketika menggunakan teks tentang Daud dan
Goliat, pengkhotbah memutuskan bahwa orang-orang percaya akan dan harus
menghadapi permasalahan yang sangat besar. Metode ilustrasi ini gagal karena
Goliat tidak bangkit kembali. Kenyataannya, permasalahan-permasalahan yang
sangat besar memiliki kemampuan untuk bangkit terus-menerus! Dengan demikian,
ilustrasi ini kekurangan otoritas tekstual. Jika khotbah tidak menunjukkan
bahwa penulis kitab bermaksud bahwa teks digunakan seperti ini, tidak ada
otoritas untuk melakukannya.
d. Penafsiran tertentu kekurangan kontrol objektif. Setiap pengkhotbah dapat
menarik berapa pun ilustrasi dari teks yang diberikan. Akan tetapi, tidak ada
yang mengendalikan kesimpulan yang dia tarik. Mengapa lima, bisa saja tiga hal
atau dua hal, atau bahkan tujuh hal?
e. Pernyataan pokok khotbah Anda tidak tampak terkait atau berasal dari
pernyataan pokok teks. Penafsiran pengkhotbah (dan dengan demikian penekanan
khotbah) menjadi manasuka. Jemaat akan mulai melihat khotbah sebagai
penggunaan teks Alkitab yang digunakan oleh pengkhotbah secara tidak lazim.

13

e-Reformed 2013
Metode penafsiran yang tepat harus menyusun kerangka inti khotbah. Pengkhotbah
harus lebih dulu menjadi pelaku eksegesis Alkitab sebelum menjadi pelaku
ekspositori Kitab Suci.
2.2. Komunikasi
Jika metode penafsiran yang tepat berkaitan dengan pemahaman penulis dan
pembaca asli, komunikasi yang efektif berkaitan dengan hubungan antara
pemahaman teks oleh pengkhotbah dan pembaca masa kini.
Sebagai contoh, saya dan seorang rekan mengadakan seminar tentang
penyusunan
rencana bagi para pemimpin gereja lokal di Asia Timur. Rekan saya mengajar di
sesi pertama mengenai mengapa kita harus membuat rencana. Inti pertama yang
disampaikannya adalah kita harus berencana karena Allah berencana. Allah
merencanakan penciptaan, penebusan, dan kerajaan-Nya. Dengan demikian, kita
juga harus menyusun rencana.
Masalahnya, presentasinya tidak mempertimbangkan pemahaman jemaat tentang
kebenaran [yang disampaikan]. Pandangan umum, anggapan, nilai, dan keyakinan
mereka semua bercampur dengan pemahaman terhadap maksud rekan saya.
Sayangnya,
kesimpulan yang mereka tarik setelah mengetahui rancangan ilahi justru
bertolak belakang dengan maksud rekan saya. Mereka menyimpulkan: jika Allah
berencana, kita tidak perlu menyusun rencana!
Agar komunikasi kita efektif, kita harus memahami pandangan umum, proses
berpikir, dan budaya jemaat (pendengar khotbah kita). Kemudian, barulah dengan
menggunakan analogi dan ilustrasi, gaya dan penyampaian yang tepat, dan
penerapan yang relevan kita akan memastikan ketaatan mereka. Kita akan
mempertimbangkan beberapa aspek tersebut pada langkah ke-6 dari proses
menyusun khotbah.
3. Alasan Memberikan Khotbah Ekspositori
Alasan memberikan khotbah ekspositori berkaitan dengan tujuan. Apa tujuan dari
persiapan kita dan penyampaian khotbah ekspositori? Mari kembali ke definisi
yang kita gunakan: Khotbah Ekspositori adalah pemasakinian pernyataan pokok teks
Alkitab yang diperoleh dari metode penafsiran yang tepat serta dinyatakan
melalui sarana komunikasi yang efektif, "untuk menasihati pikiran, menginsafkan
hati, dan memengaruhi perilaku menuju kesalehan". Alasan khotbah ekspositori
terutama berhubungan dengan unsur intelektual, afektif, dan keputusan dalam
pengalaman kekristenan.
3.1. Menasihati Pikiran
14

e-Reformed 2013
Sebagai hasil dari mendengarkan khotbah, jemaat harus tahu dan memahami
sesuatu, yakni kebenaran Allah. Normalnya, pengetahuan ini terkait dengan
pernyataan pokok khotbah. Jika mereka tidak tahu lebih dari yang Allah katakan
dan mengharapkan sebagai hasil pengkhotbahan kita, itu bukan bagian kita.
Tuhan Yesus menambahkan "untuk mengasihi Allah dengan segenap akal budi
kita"
dalam versinya tentang hukum yang terutama (baca Matius 22:36-37).
3.2. Menginsafkan Hati
Tidak semua keputusan manusia dibuat secara masuk akal. Faktor emosi
memainkan
peran besar dalam keputusan penting. Akan tetapi, kita tidak boleh sekadar
mengandalkan emosi. Hati harus diinsafkan sementara pikiran dinasihati. Memang
penting dan tidak mustahil untuk membidik takhta semua emosi, yakni hati,
melalui pengkhotbahan ekspositori. Pengkhotbah harus membuat jemaatnya
antusias menaati Allah. Jika Firman sudah menginsafkan hati jemaat kita, kita
bisa yakin bahwa perasaan itu tidak dibuat-buat. Sebagai hasil khotbah kita,
jemaat harus merasakan sekaligus menginginkan sesuatu, yakni perlunya ketaatan
pribadi akan kebenaran Allah.
3.3. Memengaruhi Perilaku
Ujian praktis dari khotbah yang baik adalah buah yang dihasilkannya dalam
hidup. Alkitab diberikan untuk perubahan perilaku (2 Timotius 3:16-17). Iman
harus diikuti dengan perbuatan (baca Kitab Yakobus). Sebagai hasil khotbah
kita, jemaat akan melakukan sesuatu. Mereka akan taat. Kesalehan harus menjadi
hasil dalam kehidupan mereka. Artinya, mimbar bukan hanya tempat untuk
menaburkan lebih banyak informasi, namun menjadi panggung untuk mendorong
jemaat kita untuk hidup saleh dengan teladan dan uraian. Mereka harus tahu apa
yang Allah harapkan dan bagaimana mereka bisa menaati mandat Allah dari setiap
teks dalam Kitab Suci. Pengkhotbahan harus menghasilkan kesalehan.
Saya membuat komitmen kepada jemaat saya di New Delhi. Saya berkata kepada
mereka, "Ketika saya berhenti memberi kalian sesuatu yang lebih untuk diketahui,
sesuatu yang lebih untuk dirasakan, dan sesuatu yang lebih untuk dilakukan
sebagai hasil dari saat-saat kita bersekutu dalam firman Allah, itulah saatnya
memadamkan lampu gereja."
Dari Teks Menjadi Khotbah
------------------------Berikut ini adalah tujuh langkah dari teks menjadi khotbah dalam proses menyusun
khotbah. Anda harus menghafal langkah-langkah tersebut.
Tujuh Langkah Proses Menyusun Khotbah
15

e-Reformed 2013
7. Menyampaikan Khotbah
6. Membuat Kerangka Khotbah
5. Pernyataan Pokok Khotbah
4. Jembatan Tujuan
3. Pernyataan Pokok Teks
2. Membuat Kerangka Teks
1. Mempelajari Teks

"Daging"
"Rangka"
"Jantung"
"Otak"
"Jantung"
"Rangka"
"Daging"

Pada kolom sebelah kanan, saya sudah mendaftar bagian-bagian dari patung hidup
yang berusaha kita ciptakan melalui setiap khotbah.
1. Mempelajari teks.
Dengan mempelajari detail teks, kita memperoleh "daging" teks tersebut.
2. Membuat kerangka teks.
Dalam menyusun kerangka teks, kita mendapat gambaran rangka penyusun teks.
Daging dan rangka membentuk bahan mentah teks untuk proses pemahatan.
3. Pernyataan pokok teks.
Dari rangka itu, kita melihat pernyataan pokok teks, "jantung", pokok dari khotbah itu.
4. Jembatan tujuan.
Dari jantung teks kita mengembangkan tujuan bagi jemaat. Tujuan khotbah ini
adalah "otak" yang melaluinya pada akhirnya khotbah dirancang dan
disampaikan.
5. Pernyataan pokok khotbah.
Otak akan memberi arah dan bentuk bagi jantung khotbah.
6. Membuat kerangka khotbah.
Dalam tahap ini khotbah membentuk citra dan kerangkanya sendiri. Kerangka
pesan akan terlihat.
7. Menyampaikan khotbah.
Pada akhirnya, kita akan mengisi detail-detail daging sewaktu kita selesai
memahat khotbah yang unik dan istimewa bagi jemaat secara khusus.
16

e-Reformed 2013
Cara lain untuk menggambarkan ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Dari Teks Menjadi Khotbah
---------------------------------------------------------------------------------------------| 1. Mempelajari Teks
|
|
5. Pernyataan Pokok Khotbah |
| 2. Membuat Kerangka Teks
-------------------6. Membuat Kerangka Khotbah|
| 3. Pernyataan Pokok Teks 4. Jembatan Tujuan 7. Menyampaikan Khotbah
|
|
|------------------|
|
---------------------------------------------------------------------------------------------Setelah menyajikan sistem persiapan khotbah ini, saya melihat cara mudah untuk
mengingat ketujuh langkah tersebut. Berikut ini disajikan beberapa petunjuk
untuk membantu Anda mengingat urut-urutan ini.
- Langkah 3 (kolom teks) dan langkah 5 (kolom khotbah) sejajar, berkaitan dengan
jantung atau persoalan pokok.
- Langkah 2 (kolom teks) dan langkah 6 (kolom khotbah) sama-sama berkaitan
dengan rangka atau kerangka.
- Langkah 1 (kolom teks) dan langkah 7 (kolom khotbah) berkaitan dengan daging
atau unsur dasar.
- Langkah 4 adalah jembatan atau otak yang membantu kita melakukan transisi dari
teks menjadi khotbah.
Pemberian nomor atau angka pada langkah-langkah tersebut memberi kita pola yang
mudah untuk diingat: 1234321 atau ABCDCBA. Omong-omong, bentuk kesejajaran ini
juga ditemukan dalam Alkitab Ibrani dan dikenal dengan konstruksi kiastik.
Kemiripan lahiriah dengan Alkitab tidak membuat sistem persiapan khotbah ini
terpengaruh dan pasif. Akan tetapi, sistem ini akan memampukan Anda, manusia
yang terbatas, untuk membuat khotbah inspiratif.
Berikut ini adalah gambaran ringkas setiap langkah dalam menyusun khotbah.
Langkah-langkah ini berperan sebagai tinjauan sekilas untuk prosedur lengkapnya.
Langkah 1: Mempelajari Teks -- Daging Teks
Langkah 1 mengenalkan kita kepada proses mendasar yakni mempelajari teks.
Langkah ini menyediakan beberapa kunci untuk menemukan makna teks. Langkah ini
juga meletakkan pondasi untuk pendalaman teks dalam "melihat" dan "mencari"
secara tepat apa yang Alkitab ingin sampaikan kepada semua orang.
17

e-Reformed 2013
Langkah 2: Membuat Kerangka Teks -- Rangka Teks
Langkah penting dalam proses pemahatan adalah memahami bagaimana penulis kitab
menyusun teks. Dengan cara ini, kita bukan hanya mampu menyampaikan apa yang
dikatakan penulis, tetapi bahkan menekankan bagaimana dia menyampaikannya.
Langkah 2 memberi petunjuk bagaimana menemukan kerangka teks sehingga Anda
dapat
meringkas pengajaran setiap bagian teks.
Langkah 3: Pernyataan Pokok Teks -- Jantung Teks
Sebagaimana fungsi jantung bagi manusia, demikian juga pernyataan pokok bagi
teks (dan selanjutnya bagi khotbah). Langkah 3 akan membantu Anda menemukan
pengajaran dominan dalam teks, yakni apa yang dikemukakan teks, dalam dua segi:
Tema: Apa yang dibahas penulis?
Perspektif: Apa yang dikatakan penulis tentang apa yang dibahasnya?
Segala sesuatu dalam teks disulam dalam satu tema besar. Ketika tema/perspektif
ditemukan, seseorang dapat dengan yakin menguraikan teks dalam otoritas Allah.
Langkah 4: Tujuan Khotbah -- Otak Khotbah
Langkah 4 sangat penting untuk membuat khotbah ekspositori relevan dengan
jemaat. Tujuan adalah otak khotbah, penghubung kunci dari teks ke khotbah. Anda
akan belajar untuk mengucapkan tujuan khotbah dengan jelas bagi jemaat Anda.
Langkah 5: Pernyataan Pokok Khotbah -- Jantung Khotbah
Sama halnya dengan teks yang memunyai tema/perspektif tunggal, khotbah Anda juga
harus memunyai tema/perspektif tunggal. Pernyataan pokok khotbah Anda akan
mengandung penekanan "tema" dan "perspektif" yang kembar. Dalam tahap ini
pernyataan Alkitab (langkah 3) disalurkan lewat tujuan (langkah 4) dan
dikontemporerisasi untuk dipahami dan ditaati oleh jemaat.
Langkah 6: Membuat Kerangka Khotbah -- Rangka Khotbah
Pada langkah ini, Anda akan mempertimbangkan cara-cara dasar dalam
mengembangkan
khotbah dengan kesatuan, kelanjutan, dan kemajuan. Contoh-contoh bentuk
pengembangan yang memengaruhi pemahaman keseluruhan dan menghasilkan
ketaatan
akan dibahas.
Langkah 7: Menyampaikan Khotbah -- Daging Khotbah
Anda dapat meningkatkan dampak khotbah Anda melalui ilustrasi, penggunaan kata
yang tepat, dan bahasa tubuh dalam penyampaian khotbah. Anda juga akan
disarankan untuk menuliskan khotbah sebaik dan sebanyak mungkin yang Anda bisa
sebelum menyampaikannya.
Anda berada di jalur yang tepat untuk membaca buku ini jika:
18

e-Reformed 2013
- Anda ingin terlibat dalam pengkhotbahan ekspositori.
- Anda ingin tahu lebih jelas tentang bagaimana mengambil bahan dari teks untuk
khotbah Anda. (t/Dicky)
Diterjemahkan dari:
Judul buku
Judul asli artikel
Penulis
Penerbit
Halaman

: Preparing Expository Sermons
: Motivation, Definition, and Overview of the Process
: Ramesh Richard
: Baker Books, Michigan, 2001
: 15 -- 29

19

e-Reformed 2013

e-Reformed 138/Maret/2013:Bapa, Ke
Dalam Tangan-Mu Kuserahkan Nyawaku
Salam dari Redaksi
Dear e-Reformed Netters,
Segenap Redaksi e-Reformed mengucapkan: Selamat PASKAH, kepada semua
anggota e-Reformed. Kiranya tulisan yang saya kirimkan ini boleh
menjadi khotbah Paskah yang akan menggugah kita untuk menghargai
pengorbanan Kristus, sekaligus menjadikan Dia teladan abadi bagi
ketaatan kita. Selamat menyimak.
Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >

20

e-Reformed 2013
Artikel: Bapa, Ke dalam Tangan-Mu Kuserahkan
Nyawaku!
Nats: Matius 27:50-61, Lukas 23:44
Oleh: DR. Pdt. Stephen Tong
Tidak mungkin seseorang tidak akan berbahagia, ketika ia mengingat
kematian Kristus, mengerti akan kasih-Nya, dan membagi-bagikan kasih
Kristus kepada sesama. Tidak ada seorang pun yang tidak berbahagia,
karena ia dapat dengan sungguh-sungguh melayani Kristus yang sudah
mati dan bangkit dengan pengabdian yang penuh. Firman Tuhan adalah
sumber kekuatan dan satu keajaiban yang memberikan iman yang sejati.
Kegenapan yang digenapkan Yesus Kristus adalah kegenapan yang bersifat
paradoks. Menurut pandangan manusia, Kristus tidak menggenapkan apaapa, Kristus tidak menyukseskan apa-apa, dan Kristus tidak
menghasilkan apa-apa. Menurut manusia, seseorang yang bergantung di
atas kayu salib tidak memiliki kesuksesan ataupun keunggulan apa pun.
Akan tetapi, dari permulaan kitab suci sampai pada akhirnya, kita
dididik oleh Tuhan Allah untuk tidak melihat segala sesuatu secara
lahiriah. Allah mendidik kita untuk tidak melihat segala sesuatu hanya
dengan pandangan mata lahiriah yang sudah ditipu oleh iblis. Biarlah
kita memiliki pandangan seperti pandangan Tuhan Allah sendiri yang
melihat sampai ke batin. Manusia melihat apa yang di depan mata,
tetapi Tuhan melihat hati sanubari (1 Samuel 16:7). Bagi manusia,
Kristus dilihat sebagai manusia yang tidak memiliki keunggulan ataupun
kesuksesan, tetapi sebagai manusia yang gagal. Namun, Yesus Kristus
yang kelihatan gagal adalah Yesus Kristus yang meneriakkan perkataan,
"Tetelesthai! Genaplah!"
Apakah yang telah digenapkan-Nya? Apakah Dia sudah mendirikan satu
gedung yang besar? Sekolah Kristen yang mewah? Buku Kristen yang
tebal? Sistem pendidikan yang baru? Sistem filsafat yang melawan
sistem filsafat yang lain? Tidak. Tetapi apa yang digenapkan Yesus
Kristus di atas kayu salib adalah apa yang tidak mungkin digenapkan
oleh politik, militer, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, filsafat, dan
segala ilmu dunia. Di dalam perkataan Kristus yang ke-6, manusia boleh
melemparkan jangkar pengharapannya. Manusia boleh mengembuskan napas
yang terakhir dengan satu jaminan yang pasti. Genaplah!
Kristus mengucapkan, "Genaplah!" dengan satu kepastian yang sungguh.
Perkataan ini menembus dunia malaikat dan mencengangkan mereka,
menembus dunia manusia dan memberi pengharapan terbesar kepada mereka,
menembus alam maut dan menggoncangkan neraka.
21

e-Reformed 2013
Jika Tuhan mengatakan "Gagallah!" maka meskipun Dia bangkit, kita
tidak mengetahui dalam hal apa Dia menjanjikan jaminan keselamatan.
Akan tetapi, karena Tuhan Yesus mengatakan "Genaplah!" maka inilah
jaminan yang pasti akan kebangkitan kita! Tidak ada seorang pun pernah
memiliki kegagalan secara lahiriah lebih dari apa yang dinyatakan
Yesus, Orang Nazaret yang tergantung di atas kayu salib. Namun
sesungguhnya, tidak ada seorang pun yang pernah mencapai kemenangan,
kesuksesan, dan keunggulan yang lebih besar dari apa yang pernah
dinyatakan Yesus Kristus yang mati terpaku semacam itu. Di atas
kematian Yesus Kristus ada satu perubahan atau transformasi yang besar
atas segala konsep, sistem, dan segala arah di dalam alam semesta.
Arah manusia berdosa yang menuju kepada neraka karena melawan Tuhan
Allah harus berubah di muka kayu salib. Segala sistem yang lama harus
berubah menjadi sistem yang baru, menurut arah sinar cahaya yang
keluar dari takhta Allah dan Anak Domba yang pernah disembelih di atas
Golgota.
Pada waktu Yesus Kristus mengatakan "Tetelesthai!", maka terbelahlah
tirai yang memisahkan tempat suci dan tempat maha suci di bait Allah
dari atas sampai ke bawah. Bukan tangan manusia yang melakukannya,
bukan pisau atau gunting, tetapi kuasa Allah sendiri yang menjalankan
hal ini. Di dalam keempat Injil dicatat bahwa sebelum Kristus mati, Ia
mengucapkan perkataan dengan seruan yang nyaring, suara teriakan yang
keras. Jelas bagi kita bahwa itu adalah hal yang tidak logis, di luar
logika. Orang yang disalibkan diperkirakan akan mati dalam 2 - 4 hari.
Dan sejak hari pertama disalibkan, orang tersebut akan mengalami satu
gejala yang tidak akan berubah sampai beberapa hari kemudian. Gejala
itu timbul karena banyaknya darah yang mengalir keluar dari tubuh
orang yang disalibkan. Darah yang berkurang akan makin mengental dan
darah yang menuju ke bagian kepala akan berbeda jumlahnya dengan darah
yang beredar di bagian tubuh yang lebih bawah. Lambat laun, karena
kekurangan darah yang naik ke atas kepala, maka belum sampai satu
hari, semua kekuatan di leher orang tersebut akan lenyap, sehingga
orang yang disalibkan harus menundukkan kepala.
Gejala kekaburan atau kepusingan juga akan dialami tetapi orang
tersebut belum akan mati. Belum mati, tetapi tidak akan mungkin hidup
lagi seperti biasa. Tubuh akan menggetar, makin lama makin lemah dan
manusia yang disalibkan akan mati secara perlahan. Detik demi detik ia
akan mati dalam kekejaman dan kesulitan yang tidak mungkin ditolak.
Lebih mudah mati digantung, ditembak, kursi listrik, atau dipenggal
dibandingkan mati disalib. Beratnya tubuh yang tergantung
mengakibatkan lubang paku menjadi besar dan untuk menjaga supaya
seluruh tubuh tidak jatuh, maka orang tersebut diikat pada kaki dan
tangannya. Akan tetapi, tali tersebut justru mengakibatkan kematian
yang pelan-pelan karena darah yang mengalir keluar tertahan oleh
ikatan tali. Orang yang menyalibkan orang lain adalah orang yang suka
22

e-Reformed 2013
melihat orang lain mati secara perlahan. Di dalam kondisi semacam itu,
hanya Kristus satu-satunya yang berbeda dengan orang lain. Sebelum
mati, Ia menengadah dan berkata kepada Allah dengan kekuatan yang luar
biasa. Suara-Nya nyaring dan dengan teriakan, khususnya pada waktu
mengatakan empat perkataan terakhir.
Pada saat orang normal tidak bisa berteriak karena tidak mampu, justru
saat itu Kristus berteriak dengan keras. Sesudah enam jam disalibkan,
siapakah yang bisa berteriak? Sesudah mengatakan "Genaplah!", maka
tirai di bait suci terbelah. Lalu Kristus mengatakan kalimat terakhir,
"Bapa, Aku menyerahkan jiwa-Ku ke dalam tangan-Mu!" Setelah itu, Dia
mengembuskan napas yang terakhir. Ini satu mujizat. Ini satu hal yang
luar biasa. Ini satu hal yang sama sekali berbeda dengan tradisi dan
catatan sejarah. Kristus satu-satunya yang menyerahkan nyawa-Nya di
dalam kekuatan yang luar biasa. Jiwa Kristus bukan dirampas oleh
kematian. Pada waktu hidup-Nya, Kristus dirampas. Keadilan bagi-Nya
dirampas, hak-Nya dirampas, pembelaan-Nya dirampas, dan kebajikan
bagi-Nya pun dirampas. Manusia tidak memedulikan bahwa dengan tanganNya, Kristus menyembuhkan orang lain. Tangan yang menyembuhkan orang
lain dipakukan. Kepala-Nya yang memikirkan firman Allah dan hal-hal
ilahi dimahkotai mahkota duri. Kaki yang berjalan ke sana kemari
mencari domba yang sesat adalah kaki yang ditusuk. Tuhan Yesus
memiliki cinta yang tidak ada bandingnya. Tuhan Yesus Juru Selamat
satu-satunya. Pada waktu disalibkan, Ia mengucapkan kalimat yang
terakhir, "Bapa, Aku menyerahkan Roh-Ku ke dalam tangan-Mu!"
Ucapan Kristus di atas kayu salib dimulai dengan "Bapa..." dan
diakhiri dengan "Bapa..." Ini menjadi satu elemen paling pokok bagi
pelayanan kita. Di atas kayu salib, Yesus Kristus tidak berkata banyak
kepada manusia. Bagi Kristus yang penting adalah satu kesetiaan kepada
Bapa. Yang mengutus Kristus adalah Bapa, dan yang akan menerima
Kristus kembali ke sorga juga adalah Bapa. Jikalau yang memanggil
Yesus Kristus adalah uang, maka Dia akan melayani uang. Akan tetapi,
karena yang memanggil Kristus adalah Bapa, maka Kristus memiliki
prinsip yang memulai pelayanan-Nya dengan Bapa dan mengakhirinya juga
dengan Bapa. Allah Bapa yang memulai, Allah Bapa juga yang menjadi
Penggenap. Bapa yang menciptakan segala sesuatu terjadi dan segala
sesuatu ini juga akan disempurnakan oleh Bapa yang mengizinkan segala
sesuatu ini terjadi. "The Creator is also The Consummator". Allah yang
mengerjakan pekerjaan kebajikan adalah Allah yang akan menggenapi
pekerjaan kebajikan itu. Dan, Kristus yang telah diutus oleh Allah
mengetahui bahwa Dia tidak boleh hidup untuk diri-Nya sendiri.
Sebagaimana apa yang pernah didoakan dan dinyatakan Kristus dalam
ucapan yang agung di Getsemani, "Bapa, bukan kehendak-Ku, melainkan
kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk 22:42), demikian pula di atas kayu
salib, Kristus mengucapkan tujuh kalimat yang menunjukkan relasi
23

e-Reformed 2013
vertikal antara Dia dengan Allah Bapa. Kalimat pertama adalah "Ya,
Bapa, ampunilah mereka ...", kalimat terakhir adalah "Ya, Bapa, ke
dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku!" Kristus memohonkan pengampunan
bagi manusia berdosa kepada Bapa dengan kematian-Nya. Kristus yang
mati bagi manusia menurut kehendak Bapa sekarang menyerahkan jiwa-Nya
kepada Bapa. Perkataan pertama dimulai dengan "Bapa", perkataan
terakhir diakhiri dengan "Bapa". Tetapi perkataan keempat yang ada di
bagian tengah adalah "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?" Di tengah-tengah antara Alfa sampai Omega, ada lembah bayangbayang maut.
Pada permulaan, dengan girang kita menjalankan kehendak Allah. Di saat
terakhir, relakah kita menyerahkan seluruh hidup kepada Allah? Di
tengah-tengah perjalanan panjang kehidupan, Allah mengizinkan orang
yang menjalankan kehendak-Nya untuk mengalami bayang-bayang maut yang
menakutkan. Lembah bayang-bayang maut adalah lembah yang pernah
dijalani Kristus secara sendirian. Saat itu Bapa tidak mendampingi
Dia. Kristus menjalaninya sendiri. Itulah sebabnya, sejak hari itu,
barangsiapa harus menjalani bayang-bayang maut boleh berkata kepada
Tuhan Yesus, "Engkau beserta dengan aku." Kristus sudah menjalani
jalan itu. Apakah Anda takut akan hari depan? Bagi Kristus, hari depan
kita adalah hari kemarin. Pada waktu Kristus mengatakan "Genaplah!"
dan "Ya, Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku!", janganlah kita
lupa bahwa mengatakan hal seperti itu memerlukan iman kepercayaan yang
bukan main besarnya.
Pada waktu Yesus dibaptiskan, Allah Bapa bersaksi dengan langit yang
terbuka dan suara yang nyaring, "Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan." (Luk 3:22) Pada waktu di bukit Hermon, Yesus
Kristus menyatakan diri-Nya dalam kemuliaan beserta dengan Musa dan
Elia, Allah sekali lagi berkata dari langit, "Inilah Anak-Ku yang
Kupilih, dengarkanlah Dia." (Luk 9:35) Namun, justru di dalam
kepicikan, kepedihan, dan sengsara yang paling besar yang dialami
Kristus di atas kayu salib, Allah seolah-olah menudungi muka-Nya dan
seakan-akan tidak melihat akan sengsara Yesus Kristus.
Saat Yesus berteriak, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?" adalah saat yang sungguh-sungguh mengerikan. Akan tetapi, pada
waktu Yesus mengatakan "Sudan genap!", Yesus mengatakannya di dalam
keadaan yang tidak berubah apa-apa. Dia tetap tergantung di atas
salib. Tidak ada pertolongan dari Allah. Orang-orang di bawah salib
menunggu apakah pertolongan dari Allah akan datang. Orang-orang pernah
mendengar bahwa pada waktu Kristus berdoa di bukit Hermon, Elia dan
Musa datang mendampingi Dia. Jadi, sekarang mereka menantikan apakah
hal itu akan terulang lagi. Tetapi kondisi tidak berubah. Doa Kristus
seakan-akan tidak dijawab. Kesulitan seolah-olah makin menjadi besar.
Kelemahan makin menjadi nyata. Darah terus mengalir. Segala sesuatu
24

e-Reformed 2013
makin menjadi gelap. Orang-orang di bawah salib tetap menghinakan Dia.
Dengan demikian, apakah kesuksesan yang dinyatakan Kristus dengan
perkataan "Genaplah"? Apakah yang dinyatakan-Nya dengan perkataan "Ya,
Bapa, Aku menyerahkan Roh-Ku ke dalam tangan-Mu"?
Dengan melihat Kristus, kita melihat manusia pertama di dalam sejarah
yang menerjunkan diri ke dalam kekekalan -- dalam keadaan yang tanpa
kegentaran sama sekali. Kristus yang sudah menang memimpin kita masuk
ke dalam kemuliaan. Dia menjadi teladan bagi Anda dan saya. Betapa
banyak orang yang pada waktu hidupnya memiliki keberanian, tetapi pada
waktu menghadapi kematian, segala keberaniannya hilang sama sekali.
Namun Kristus, di dalam kalimat terakhir sebelum mengembuskan napasNya yang terakhir, memberi contoh bagi kita. Jikalau segala kepicikan
belum berubah, kepedihan masih dialami, bahaya masih mengancam, dan
segala situasi tetap sama, padahal saat kematian kita semakin
mendekat, bisakah kita tetap