Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Digital Pada Perpustakaan Sekolah Tinggi Theologia Pelita Kebenaran Medan

BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1

Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1

Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2007, 912), perpustakaan memiliki dua arti yakni:
“Perpustakaan merupakan tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk
pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dsb”, dan “Perpustakaan merupakan
koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk
dibaca, dipelajari, dibicarakan”.
Tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia adalah untuk
memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Menurut Hasugian (2004, 81), “Perpustakaan perguruan tinggi adalah
perpustakaan yang berada di bawah pengawasan dan dikelola oleh suatu

perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai
tujuannya”.
2.1.2

Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah tujuan dari

perpustakaan. Akan tetapi, Sulistyo-Basuki memiliki pengertian lainnya tentang
tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi. Menurut Sulistyo-Basuki (1991, 52)
tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:
a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya
staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga administrasi
perguruan tinggi.
b. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referens) pada semua tingkat
akademis, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke
mahasiswa program pasca sarjana dan pengajar.
c. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan.

6


d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis
pemakai.
e. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan
perguruan tinggi tetapi juga lembaga industri lokal.
Dapat dikatakan tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk
memenuhi kebutuhan informasi, mengolah informasi, menyediakan sarana dan
prasana dalam menggunakan koleksi perpustakaan, menyediakan jasa pelayanan
yang terbaik bagi pemustaka dan sivitas akademik.
2.2

Perpustakaan Digital

2.2.1

Pengertian Perpustakaan Digital
Perpustakaan digital juga memerlukan keahlian pustakawan untuk

mengatalog buku namun perpustakaan digital lebih memerlukan teknisi digital
dalam pengelolaan bahan pustaka untuk penyediaanya dalam web perpustakaan.
Saleh (2010, 3) mengartikan perpustakaan digital, yaitu :

Perpustakaan digital adalah organisasi yang menyediakan sumber-sumber
dan staf ahli untuk menyeleksi, menyusun, menyediakan akses,
menerjemahkan, menyebarkan, memelihara kesatuan dan mempertahankan
kesinambungan koleksi-koleksi dalam format digital sehingga selalu
tersedia dan murah untuk digunakan oleh komunitas tertentu atau
ditentukan.
Pada tahun 1990-an di Amerika Serikat dan Eropa Barat muncul suatu
fenomena baru dalam pengelolaan dan pelayanan perpustakaan yaitu perpustakaan
digital (digital libraries). Fenomena ini sangat cepat meluas ke berbagai negara
sehingga pertumbuhannya sangat pesat. Kemajuan pesat dalam teknologi
telekomunikasi dan informasi menimbulkan peluang sekaliagus tantangan bagi
berbagai pihak untuk menciptakan institusi penghimpun, pengelola, dan penyedia
informasi yang semakin lama semakin luas cakupannya, dan semakin beragam
jenis jasanya. Perpustakaan digital sebagai konsep dan aplikasi sudah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari Internet dan Web, bersama dengan berbagai
aplikasi terbaru lainnya seperti e-learning, e-research, e-commerce, blog dan
sebagainya.

7


2.2.2

Tujuan Perpustakaan Digital
Setiap organisasi memiliki tujuan agar organisasi tersebut berkembang dan

semakin maju. Demikian halnya dengan perpustakaan sebagai suatu instansi yang
memiliki tujuan-tujuan agar informasi yang telah dikumpulkan dan diolah dapat
dinikmati oleh pemustakanya. Adapun tujuan dari perpustakaan digital menurut
North American Digital Library (1995, 1) yakni:
1.

2.

3.
4.

5.

Untuk memperlancar pengembangan sistematis, mengumpulkan,
menyimpan, dan mengatur informasi serta ilmu pengetahuan dalam

bentuk digital.
Untuk meningkatkan secara ekonomis dan efisien pemesanan
informasi untuk seluruh masyarakat pemakai, mendorong usaha kerja
sama yang sangat mempengaruhi investasi sumber penelitian,
komputerisasi dan jaringan komunikasi.
Untuk memperkuat komunikasi dan kerja sama di antara peneliti,
pengusaha, pemerintah, masyarakat yang berpendidikan.
Untuk membawa peraturan kepemimpinan internasional dalam
pembangkitan dan penyebaran ilmu pengetahuan di dalam area yang
strategis.
Untuk memperbesar pembelajaran seumur hidup dari seluruh
masyarakat.

Sedangkan menurut Suprihadi (2005, 2), tujuan perpustakaan digital
adalah
Agar supaya koleksi perpustakaan tersebut cepat dan mudah di akses,
ringkas dalam penyimpanan serta mudah dalam pengadaan, sehingga isi
atau content sebuah digital library adalah sama dengan perpustakaan
konvensional. Hanya saja bentuk format penyimpanan yang berbeda,
dimana digital library menggunakan format penyimpanan yang berbeda,

dimana digital library menggunakan format elektronik.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka tujuan perpustakaan digital adalah
untuk memperlancar, mempengaruhi investasi, memperkuat komunikasi dan kerja
sama di antara peneliti, pemerintah dan masyarakat, mempermudah dan
memperingkas waktu penelusuran dan penyimpanan tanpa mengubah isi atau
content sehingga tetap sama dengan perpustakaan konvensional. Perbedaan
keduanya terdapat dalam format penyimpanan dimana perpustakaan digital
menggunakan format elektronik.

8

2.2.3

Keuntungan Perpustakaan Digital
Secara ekonomis perpustakaan digital lebih menguntungkan dibandingkan

perpustakaan konvensional karena perpustakaan digital menggunakan koleksi
digital untuk dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan pustaka dalam format
cetak. Koleksi digital lebih berjangka panjang sehingga mengurangi biaya
pemeliharaan bahan pustaka.

Menurut Indonesian Digital Library Networking (2005, 2) keuntungan dari
perpustakaan digital adalah:
1.

Sebagai sumber pengetahuan
Salah satu tujuan dari perpustakaan adalah memenuhi keperluan
informasi dan menyediakan bahan rujukan bagi pemustakanya. Untuk
mempermudah dan mempersingkat waktu dalam pencarian informasi
maka perpustakaan mengembangkan koleksinya menjadi digital.
Dengan demikian pemustaka lebih cepat mendapatkan informasi
sebagai sumber pengetahuannya.

2.

Media penyebaran pengetahuan
Informasi dan bahan rujukan yang dimiliki oleh perpustakaan harus
disebarluaskan. Jika seluruh informasi berbentuk tercetak maka akan
sulit informasi tersebar, oleh karenanya koleksi pada perpustakaan
konvensional harus dialihkan ke format digital. Dengan demikian
informasi dan pengetahuan akan menyebar dan berkembang lebih

cepat. Sehingga akan muncul ilmu-ilmu baru di lapisan masyarakat
yang akan membantu masyarakat dalam kegiatannya.

3.

Untuk penyimpanan
Penyimpanan koleksi digital pada perpustakaan digital sangat mudah
dan hemat biaya. Dalam menyimpan koleksi digital hanya dibutuhkan
media penyimpanan yang sangat kecil seperti flashdisk, CD-ROM dan
hard disk untuk menyimpan. Kesulitannya adalah diperlukan akses
listrik dan media komputer serta jaringan untuk dapat mengakses
kembali informasi tersebut.

4.

Untuk perawatan/preservasi
Pada perpustakaan konvensional, perpustakaan memerlukan obat
pembasmi serangga pada buku dan biaya lainnya seperti sarana
penyimpanan yakni rak buku dan lainnya. Sedangkan pada
perpustakaan digital diperlukan peng-update-an anti virus untuk

menjaga agar koleksi digital tidak terkena virus.

9

2.2.4

5.

Media promosi/etalase hasil karya sivitas akademika
Selain menjadi media penyebaran pengetahuan, perpustkaan digital
juga dapat digunakan sebagai media promosi bagi hasil karya sivitas
akademika. Penelitian sivitas akademika sebelumnya dapat membantu
peneliti selanjutnya dalam meneruskan penelitian lanjutan berikutnya
atau sebagai acuan dalam mengerjakan penelitian baru.

6.

Mencegah duplikasi dan plagiat
Dalam mengubah bentuk tercetak ke dalam bentuk digital
perpustakaan digital harus melabel koleksi digital yang dimilikinya

dan mendaftarkannya secara hukum agar mendapat perlindungan
secara hukum untuk mencegah terjadinya duplikasi dan plagiarisme
informasi. Layaknya koleksi bahan digital, koleksi digital pun
memiliki perlindungan hukum yang mengatur dikarenakan informasi
dalam bentuk digital mudah di akses dan disebarluaskan ke semua
lapisan pemustaka.

Koleksi Perpustakaan Digital
Koleksi perpustakaan digital menurut Juansyah terdiri dari dokumen

digital atau dokumen elektronik. Dokumen elektronik mempunyai format
bermacam-macam antara lain format html atau hypertext mark up language,
Portable Document Format (PDF), Microsoft Word atau MS-Word, Microsoft
Excel terutama untuk dokumen teks. Sedangkan dokumen gambar (grafis)
terdapat dalam format JPEG, GIF, dan sebagainya.
Media dalam menyimpan koleksi digital atau elektronik bermacam-macam
anatara lain, dalam harddisk komputer (internal) yang tidak bebas dibawa
kemana-mana. Terdapat juga di dalam media yang bisa bebas dibawa seperti
harddisk eksternal, disket, CD atau CD-ROM maupun DVD, dan flash disk atau
dikenal juga dengan nama handy drive. Bahkan saat ini dokumen elektronik bisa

disimpan secara virtual di server internet. Jika membutuhkan dokumen tersebut
maka dapat diperoleh dengan cara koneksi ke internet.
2.3

Infrastruktur Perpustakaan Digital
Infrastruktur

adalah

prasarana

yang

menyediakan

cara

untuk

menyebarluaskan informasi. Menurut Siregar (1997, 2), “Infrastruktur mempunyai
peranan yang besar untuk memajukan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan

10

daya saing. Infrastruktur perpustakaan digital antara lain adalah jaringan Local
Area Network (LAN) dan Wide Area Network (WAN)”.
Perpustakaan digital tidak dapat diakses tanpa didukung sarana dan
prasana yang memadai. Oleh karenanya, perpustakaan digital haruslah
memikirkan infrastruktur yang baik agar informasi digital tersebut dapat diakses
dan disebarluaskan. Kendala terbesar dari perpustakaan digital adalah jaringan
yang baik untuk mengakses dan media lainnya untuk dapat melihat, memanggil
kembali (recall) dan menyimpan informasi digital tersebut seperti komputer PC
atau netbook.
Pemustaka pada umumnya mengharapkan informasi yang tepat dan cepat,
sehingga perpustakaan juga harus mempertimbangkan desain tampilan pada web
perpustakaan digitalnya dengan tampilan yang menarik sehingga pemustaka ingin
mengunjungi web perpustakaan digital tersebut, bentuk tulisan dan warna font
pada menu yang mudah dibaca dan sub-sub menu yang terintegrasi dengan baik
terhadap kebutuhan informasi yang diinginkan. Serta dibutuhkan kemudahan
dalam ketentuan/peraturan mengakses atau mengunduh koleksi digital.
2.4

Koleksi Digital

2.4.1

Pengertian Kolesi Digital
Menurut Zed (2004, 5), “Koleksi digital adalah rekaman video seperti

kaset dan video film, mikrofilm, mikrofis, dan bahan eletronik lainnya seperti
disket, pita magnetik, dan kelongsong elektronik (catridge) yang berhubungan
dengan teknologi komputer”. Koleksi digital berupa rekaman video berupa kaset
dan video kini digunakan oleh pemustaka sebagai media tempat penyimpanan
musik dan video klip. Mikrofilm dan mikrofis sebagai tempat penyimpanan
koleksi berseri, manfaatnya adalah untuk menghemat penempatan bahan pustaka.
Covi dan Kling mengetengahkan pandangan bahwa perpustakaan digital
merupakan rangkaian aktitifitas manusia yang melibatkan pengguna, penulis,
pustakawan dan penyelidik dengan informasi elektronik, sumber informasi,
perangkat computer dan faham-guna.

11

National Science Foundation mendaftar tiga (3) karakteristik utama
pustaka digital, yaitu:
a.

b.

c.

Pustaka digital adalah kumpulan sumber-sumber elektronik dan
asosiasi kemampuan teknikal untuk menciptakan, menelusuri/mencari,
dan menggunakan informasi. Dalam arti sebuah kehadiran dan
perbaikan peningkatan penyimpanan informasi dan system temukembali (retrieval) yang memanipulasi data digital dalam beberapa
media (teks, gambar, suara) dan hadir dalam jaringan yang
didistribusikan.
Isi/konten pustaka digital termasuk data, metadata yang
menggambarkan beragam aspek dari data, dan metadata yang terdiri
dari links atau hubungan erat metadata lainnya, apakah internal atau
eksternal pada pustaka digital.
Pustaka digital adalah konstruk-koleksi dan diorganisasi oleh (dan
atau) sebuah komunitas pengguna/pemakai dan kemampuan
fungsionalnya untuk mendukung kebutuhan informasi dan
menggunakan komunitasnya. Dalam arti mereka hadir dan adanya
perbaikan peningkatan dan integrasi variasi institusi informasi sebagai
tempat fisik dimana sumber diseleksi, dikoleksi, diorganisasi,
memelihara, dan akses dalam dukungan komunitas pengguna. Institusi
informasi termasuk, diantara yang lainnya, perpustakaan-pustaka,
museum, arsip, dan sekolah, tapi pustaka digital juga memberi dan
melayani latar komunitas lainnya, termasuk ruang-kelas, kantor,
laboratorium, rumah, dan lingkup publik.

Definisi dari pustaka digital yang mengacu pengertian yang telah dikutip
adalah integrasi dan keterkaitan antar berbagai jenis format data dalam jumlah
yang sangat besar, disimpan dan disebarkan melalui sebuah jaringan
telekomunikasi raksasa yang bersifat global, dan terjadinya resource sharing.

12

Gambar 1: Infrastruktur Pustaka Digital
(Sumber: Putu Laxman Pendit, dkk.: 2007)
2.4.2

Internet
Internet adalah suatu jaringan internasional dari jaringan-jaringan yang

menghubungkan jutaan komputer di seluruh penjuru dunia. Sebagai suatu
infrastruktur, jaringan ini memiliki peranan yang besar dalam penyebaran arus
informasi. Dengan kata lain, prasarana ini merupakan suatu jalan raya informasi
(information highway) yang digunakan untuk mengangkut berbagai muatan
informasi dan menghubungkan banyak manusia di bumi. Sebenarnya jaringan ini
adalah

jaringan

telekomunikasi

digital

biasa

yang

digunakan

untuk

menghubungkan berbagai computer, yang diatur suatu perangkat lunak protocol
komunikasi standar yang dikenal dengan nama Transfer Communication
Protocol/Internet Protocol (TCP/IP).
Untuk meningkatkan kemampuan internet, berbagai perangkat lunak telah
dikembangkan yang memungkinkan pembuatan, penyebaran, pengidentifikasian,
dan penggunaan sumber daya jaringan tersebut. Program-program tersebut
memungkinkan pengguna berkomunikasi secara elektronik, menerbitkan sumber

13

daya informasi sendiri, dan mengorganisasikan serta membentuk persepsi sendiri
tentang objek-objek informasi. Dalam proses komunikasi ilmiah, para peneliti
menggunakan internet untuk menjangkau audiens yang lebih luas, mengabaikan
para penerbit, editor dan pustakawan, dengan merancang model komunikasi
alternative.
Fungsi internet dalam pustaka digital dikelompokkan ke dalam tiga
tingkatan, yaitu:
a.

Komunikasi dasar
Pada tingkat komunikasi dasar, electronic mail (e-mail) adalah jenis
yang paling popular dari aktifitas dalam internet. Jutaan pesan
dipertukarkan setiap hari diseluruh dunia melalui system e-mail
menggantikan fungsi pengiriman tradisional melalui pos. Fungsi
lainnya adalah forum dan obrolan online. Internet memungkinkan
ribuan forum masyarakat beroperasi layaknya papan pengumuman
elektronik, yang lebih dikenal dengan nama BBS (bulletin board
system). Disamping itu, percakapan interaktif juga dapat dilakukan
diantara sesama pengguna, seperti: Friendster, Facebook, Twitter, dan
keluaran TELKOM “My Pulau”.

14

Gambar 2: Surat elektronik (e-mail) provider Gmail
(Sumber: http://mail.google.com/mail/)
b.

Komunikasi interaktif
Pada tingkat komunikasi interaktif yang paling banyak dilakukan
adalah temu-balik informasi (retrieval information). Fungsi ini
layaknya penyediaan hubungan remote on log (telenetwork: jaringan
luas) interaktif ke sistem komputer lain seperti Dialogue Information
Services. Komunikasi interaktif saat ini berkembang dalam bentuk
Weblog,

dimana

penulis/pendesign

menerima

tanggapan

dari

pengunjung dan terjadi interaksi (bertukar informasi, tanggapan, dan
bahkan sanggahan).

15

Gambar 3: Weblog pribadi dari layanan situs resmi Wordpress
(Sumber: http://wordpress.com/)
c.

Sumber daya dan layanan informasi lanjutan
Pada tingkat ini, fungsi yang relevan adalah pengiriman berkas
elektronik yang disebut File Transfer Protocol (FTP), yang
mendefinisikan protocol untuk mentransfer berkas dari satu komputer
ke komputer lainnya. Sebagai tambahan, pada FTP, terdapat beberapa
program (tools) lainnya yang berfungsi untuk mengakses,
mengidentifikasi dan menemu-balikkan informasi yang telah
dikembangkan. Program-program jenis ini disebut RADAR (Resource
access, discovery, and retrieval), termasuk diantaranya Gopher,
World Wide Web (WWW), dan Archie. Gopher dan World Wide Web
memungkinkan pengguna mengakses dan menemu-balikkan berbagai
sumber daya yang tersedia, sedangkan Archie dapat mengidentifikasi
lokasi komputer yang memiliki berkas yang berisikan teks, citra,
perangkat lunak atau data yang tersedia bagi umum untuk di
download. Browser Netscape menyediakan berbagai informasi
tambahan (Plugins) yang menambah daya informasi yang kaya di
internet yang digunakan sebagai pustaka digital.

16

Dalam proses pemanfaatan internet dalam pustaka digital, suatu hal yang
tak terpisahkan adalah search engine. Sama seperti pusat informasi perpustakaan
yang membutuhkan alat pendukung untuk memudahkan mencari informasi buku
yang diinginkan, demikian pula di internet, untuk mempercepat dan memudahkan
untuk mencari informasi yang diinginkan, maka dibutuhkan suatu mesin pencari
informasi dalam berbagai jenis bentuk informasi (pdf, doc, ppt, jpeg, png, rtf,
wmx, wma, flv, gif, mkv dan lainnya).

Gambar 4: Search engine “GOOGLE” dari pengolah Mozilla Firefox.
(Sumber: http://www.google.co.id)
Melalui search engine tak jarang e-journal, e-magazine, e-books, dapat di
download secara gratis maupun memerlukan biaya. Para pengguna dapat
menggunakannya serta mengkoleksinya dalam digital library dari aplikasi atau
fasilitas yang ada dalam server e-mail. Sebagai contoh, Gmail (Google Mail)
memiliki fasilitas untuk menyimpan e-books, e-journal, video, suara (sound),
bahkan proyek kita sendiri dalam server e-mail.

17

Gambar 5: E-mail library server pada Gmail
(Sumber: http://books.google.com/books/)

2.4.3

Jenis-Jenis Koleksi Digital
Menurut Zed (2004, 5) jenis koleksi digital adalah “Rekaman video,

seperti kaset dan video film, mikrofilm, mikrofis, dan bahan elektronik lainnya
seperti disket, pita magnetik dan kelongsong elektronik (catridge) yang
berhubungan dengan teknologi komputer”. Koleksi digital berupa rekaman video
berupa kaset dan video film adalah koleksi yang kini digunakan oleh pengguna
perpustakaan sebagai media tempat penyimpanan yang sangat relevan dengan
musik dan video klip. Mikrofilm dan mikrofis sebagai tempat penyimpanan
koleksi berseri, manfaatnya adalah untuk menghemat penempatan bahan pustaka.
Bahan elektronik seperti disket, pita magnetik dan selongsong elektronik
(catridge) digunakan sebagai media penyimpanan digital untuk bahan koleksi
yang telah lama atau dokumen penting.

18

Semakin berkembangnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
koleksi-koleksi digital pada perpustakaan tidak hanya sebatas pada rekaman
video, disket, pita magnetik
2.4.4

Format Koleksi Digital
Penyajian koleksi perpustakaan dalam bentuk digital dibedakan menjadi

dua bagian yakni koleksi tulis dan koleksi audio, video dan gambar. Maka
Nugroho membaginya sebagai berikut (2007, 11):
a.
b.

Koleksi tulis: PDF (Portable Document Format), HTML
Bentuk koleksi tulis lainya adalah doc, ppt, xls, srt
Koleksi audio,video dan gambar:
a. Video : MOV, MPG
Semakin majunya teknologi maka bermunculan jenis bentuk
koleksi audio lainnya. Contoh : flv, mkv, mp4, VOB, IFO, wmv,
vep.
b. Audio : MP3, Real, 3ga, amr
Berikut ini beberapa jenis format audio dan codec yang sering
digunakan menurut Wibowo dalam blognya:
1. WAV (WAVE-form), adalah singkatan dari waveform audio
format. Merupakan standar format berkas audio yang
dikembangkan oleh Microsoft dan IBM, format utama untuk
menyimpan data audio mentah pada Windows dan
menggunakan metode yang sama dengan AIFF Apple untuk
meyimpan data. Wav digunakan untuk menyimpan audio tak
termampatkan, file suara berkualitas CD yang berukuran besar
(sekitar 10 MB per menit). Ekstensi : .wav atau .ww
Kelebihan:
a. Wav menggunakan coding PCM (Pulse Code Modulation).
Dengan cara ini, detil tidak hilang ketika audio analog
digitalkan dan disimpan dan untuk mengedit audio highfidelity.
b. Software yang dapat menciptakan WAV dan Analog Sound
misalnya adalah Windows Sound Recorder.
c. WAV adalah data tidak terkompres sehingga seluruh sampel
audio disimpan semuanya di hard disk.
Kekurangan:
a. Maksimal ukuran file WAV adalah 2 GB.
b. WAV jarang sekali digunakan karena ukurannya relatif besar.

19

2.

AAC (Advanced Audio Coding), adalah file format audio yang
berbasis MPEG2 dan MPEG4. AAC bersifat lossy
compression (data hasil kompresi tidak bisa dikembalikan lagi
ke data semula, karena setelah di kompres terdapat data-data
yang hilang). File AAC dikembangkan oleh Motion Picture
Expert Group (Fraunhofer Institute, Dolby, Sony, Nokia dan
AT&T). file AAC dikompresi dengan carayang lebih efesien
pada kecepatan 128 kbps dengan suara stereo dibandingkan
versi yang lebih dulu muncul, yakni mp3. AAC merupakan
audio codec yang menyempurnakan MP3 dalam hal medium
dan high bit rates. Ekstensi : m4a, .m4b, .m4p, .m4v, .m4r,
.3gp, .mp4, .aac

Kelebihan:
a. Suara lebih bagus untuk kualitas bit yang rendah (dibawah 16
Hz).
b. Memiliki 48 channel.
c. Sample rate antara 8 Hz – 96 kHz
3.

MPEG Layer 3 (MP3), merupakan format kompresi audio
yang dikembangkan oleh Moving Picture Experts Group
(MPEG). Format file ini menggnakan layer 3 kompresi audio
yang secara umum digunakan untuk menyimpan file-file musik
dan audiobooks dalam hard drive. Format file mp3 mampu
memberikan kualitas suara yang mendekati kualitas CD stereo
dengan 16-bit. Ekstensi : .mp3

Kelebihan:
a. Mendekati kualitas CD stereo dengan 16-bit
Kekurangan:
a. Bit rate terbatas
b. Setelah terkompresi, kualitas file sudah berkurang
4.

Audio Interchange File Format (AIFF), merupakan format file
yang tidak dikompres, yang dikembangkan oleh Apple pada
Machintosh dan platform Unix. Sebuah variasi dari AIFF
adalah berkas AFC yang dapat memadatkan data berkas yang
dikandungnya. Berkas tersebut dimulai dengan header yang
menggambarkan format internal dari data audio yang
berbentuk sampling rate, jumlah saluran, identifikasi data dan
sebagainya. Ekstensi : .aiff, .aif, .aifc

5.

Audio CD, file dengan ekstensi .cda merupakan representasi
dari track CD-audio. File dengan format .cda dapat langsung
dijalankan melalui CD-ROM, sementara filenya sendiri tidak
mempunyai informasi kode modulasi apapun sehingga jika

20

dikopi ke dalam hard disk, file tersebut menjadi tidak dapat diplay. Ekstensi : .cda
Kelebihan:
a. Langsung dapat dibaca melalui CD-ROM

Kekurangan:
a. Format harus diubah agar dapat dijalankan atau dibaca di
komputer
6.

RealAudio, adalah codec audio yang dikembangkan oleh Real
Networks pada tahun 1995. Codec dikembangkan untuk
transmisi bandwith rendah, digunakan juga untuk streaming
informasi audio dan dapat berjalan saat file audio tersebut
masih di-download. RealAudio banyak digunakan oleh stasiun
radio untuk streaming program-program mereka via internet
secara real time. RealNetworks juga menyediakan player
software gratisan dan berbayar yang bernama RealPlayer,
namun untuk yang gratisan tidak dapat melakukan menyimpan
audio stream sebagai file.

7.

MIDI (Music Instrument Digital Interface), merupakan standar
perangkat keras dan perangkat lunak internasional untuk
bertukar data di antara perangkat musik elektronik dan
komputer dari merk yang berbeda.

8.

WMA (Window Media Audio), dikembangkan pertama kali
untuk tujuan menyaingi MP3 oleh Microsoft. Format ini di
rancang dengan kemampuan Digital Right Management
(DRM) untuk proteksi penyalinan, penggadaan dan membatasi
pemutaran pada PC atau peranti tertentu. WMA audio stream
hampir selalu dengan file ASF.

9.

OGG dan OGG Vorbis
Ogg adalah format multimedia gratisan yang di rancang untuk
streaming dan penyimpanan yang efisien. Format ini
dikembangkan oleh Xiph.org Foundation. Begitu pula Vorbis
yang merupakan codec audio gratisan. Vorbis biasanya
dipasang bersama Ogg, sehingga muncullah Ogg Vorbis.
Peluncuran format dan codec ini sebenarmya respon atas
rencana pemilik MP3 pada tahun 1998 yang hendak
mengenakan biaya lisensi untuk format MP3.

Kelebihan:
a. Mendukung berbagai macam codec

21

Kekurangan:
b. Kurang popular dibandingkan MP3
c.

Gambar

: JPG, PNG

Koleksi digital yang berisi teks dan image menggunakan format dokumen
PDF dengan program Adobe Acrobat

untuk interaktif e-book di internet.

Sedangkan HTML (Hyper Text Markup Language) adalah format file eletronik
untuk mempublikasikan teks atau gambar ke internet. Koleksi audio/video adalah
koleksi digital dengan masing-masing format untuk kemudahan pemanfaatan.
2.4.5

Sifat Koleksi Digital
Sifat koleksi digital menurut Perpustakaan Nasional RI (1999, 11-12)

adalah:
a.
b.
c.

Rekaman gambar, misalnya film, compact disc (CD), mikrofilm, dan
mikrofis.
Rekaman suara, misalnya piringan hitam, CD dan kaset.
Rekaman data magnetik/digital, misalnya dalam bentuk disket, CD
dan pangkalan data.

Masing-masing dari sifat tersebut sesuai dengan karakter jenis koleksi
digital. Setiap jenis dari koleksi digital dipergunakan oleh perpustakaan untuk
mempermudah pengguna dalam pencarian informasi. Biasanya koleksi digital
tidak dipinjamkan, hanya dapat dipergunakan di perpustakaan.
2.5
2.5.1

Evaluasi Koleksi
Pengertian Evaluasi Koleksi
Untuk memastikan bahwa pelaksanaan suatu program atau proyek

mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi
dalam rangka peningkatan kinerja program tersebut. Menurut Arikunto (2000, 1)
menyatakan bahwa “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selajutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan”.
Sedangkan menurut Ajick (2009, 2) “Evaluasi adalah penggunaan teknik
penelitian untuk mengukur kebutuhan pemakai serta tujuan-tujuan yang dapat

22

mencapai suatu program dalam proses, mengoleksi,

menganalisis dan

mengartikan informasi atau sebagai bentuk instruksi”.
Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994, 49) menjelaskan
evaluasi koleksi adalah :
Upaya menilai daya guna dan hasil guna koleksi dalam memenuhi
kebutuhan sivitas akademika serta program perguruan tinggi. Evaluasi
koleksi harus dilakukan secara teratur agar sesuai dengan perubahan dan
perkembangan program perguruan tinggi.
Menurut Hardi (2005, 4) evaluasi koleksi adalah :
Proses efektivitas dalam memenuhi kebutuhan informasi sivitas
akademika. Evaluasi merupakan aktivitas yang berkesinambungan yang
merefleksikan perubahan dalam proses belajar mengajar dan kebutuhan
pemakai. Dengan melakukan evaluasi koleksi, pustakawan bisa
mengetahui seberapa baik atau seberapa buruk bahan literatur yang
tersedia dalam memenuhi komunitas perguruan tinggi.
Dari uaraian di atas dapat disimpulkan evaluasi koleksi digital adalah
kegiatan atau aktivitas mengumpulkan informasi yang dilakukan secara
berkesinambungan dan teratur untuk menilai koleksi dan bahan literatur lainnya
agar dapat memenuhi kebutuhan sivitas akademik.
2.5.2

Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Setiap kegiatan yang dirancang memiliki tujuan dan fungsi, demikian

halnya dengan evaluasi. Adapun tujuan dan fungsi dari mengevaluasi menurut
Crawford (2000, 30) adalah :
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai dalam kegiatan
Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil
Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan
Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan

23

Sedangkan tujuan dari evaluasi koleksi pada perpustakaan perguruan
tinggi menurut Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2005) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengetahui mutu, lingkup dan kedalaman koleksi
Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi
Mengikuti perubahan, perkembangan sosial budaya, ilmu dan
teknologi
Meningkatkan nilai informasi
Mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi
Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari evaluasi
adalah untuk mengetahui mutu, kedalaman koleksi, perubahan, kekuatan dan
kelemahan koleksi, meningkatkan nilai informasi dan memberikan umpan balik
bagi kegiatan yang dilakukan agar sesuai dengan tujuan dan kebijakan program
perguruan tinggi.
2.5.3

Standar Evaluasi
Umar (2002, 40) mengatakan standar yang dipakai untuk mengevaluasi

suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu :
a.

b.

c.

2.6

Utility (manfaat)
Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk
pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan
Accuracy (akurat)
Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan
tinggi
Feasibility (layak)
Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara
layak

Pemanfaatan Koleksi
Pemanfaatan koleksi merupakan kegiatan atau aktivitas pengguna

menggunakan koleksi perpustakaan untuk mencari yang dibutuhkan bersifat
ilmiah. Uraian tersebut merupakan pengembangan dari pengertian pemanfaatan
menurut Kamus Besar Indonesia Kontemporer (2002, 928) yang menyebutkan
bahwa pemanfaatan mengandung arti proses, cara, perbuatan pemanfaatan.

24

Menurut Handoko dalam Handayani (2007, 28), bahwa dari segi pengguna
pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal.
Faktor internal meliputi:
1. Kebutuhan
Dimaksud dengan kebutuhan disini adalah kebutuhan akan informasi
2. Motif
Motif merupakan sesuatu yang melingkupi semua penggerak, alasan
atau dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu
3. Minat
Minat adalah kecendurungan hati yang tinggi terhadap sesuatu
Faktor eksternal meliputi:
1. Kelengkapan koleksi
Banyaknya koleksi referensi yang dapat dimanfaatkan informasinya
oleh mahasiswa
2. Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna
Keterampilan pustakawan dalam melayani mahasiswa dapat dilihat
melalui kecepatan dan ketepatan mereka memberi layanan
3. Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali
Dari Penyataan diatas dapat diartikan bahwa pemanfaatan bahan pustaka
di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dimana faktor
internal yang meliputi kebutuhan, motif dan minat dan faktor eksternal yang
meliputi kelengkapan koleksi, keterampilan pustakawan dalam melayani
pengguna dan keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali.
2.6.1

Tujuan Pemanfaatan Koleksi
Sebagai pusat informasi, perpustakaan dituntut untuk selalu memberikan

pelayanan kepada pengguna. Untuk itu perpustakaan terus berusaha untuk
menyediakan berbagai sumber informasi bahan-bahan yang relevan bagi
penggunanya sehingga pengguna lebih efektif dalam pemanfaatan koleksi.

25

Sebagai pusat pemanfaatan informasi perpustakaan harus mampu
menyebarluaskan informasi kepada pengguna sehingga tujuan pemanfaatan
koleksi perpustakaan dapat tercapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005, 1216), ”Tujuan bermakna arahan, haluan (jurusan), yang dituju, maksud,
tuntutan (yang dituntut)”. Sedangkan menurut Salim (2002, 928) pengertian
pemanfaatan sebagai proses, cara atau perbuatan memanfaatkan.
Dari kedua pendapat tersebut diartikan bahwa tujuan pemanfaatan adalah
sebagai proses, cara dan perbuatan pengguna dalam kegiatan pemanfaatan koleksi
perpustakaan.
2.6.2

Frekuensi Pemanfaatan Koleksi
Tingkat kunjungan pengguna ke sebuah perpustakaan tergantung

bagaimana perpustakaan mampu memberikan informasi yang relevan kepada
penguna. Semakin baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya
maka semakin sering pengguna tersebut datang ke perpustakaan karena mereka
merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakan tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 322), “Arti frekuensi pengguna
adalah kekerapan”. Sedangkan menurut Salim (2002, 425), dijelaskan bahwa
”Frekuensi adalah sejumlah pengulangan kejadian tertentu yang teratur”.
Dari definisi di atas diketahui bahwa frekuensi pemanfaatan adalah
kekerapan atau keseringan pengguna. Dalam hal ini frekuensi pemanfaatan yaitu
keseringan pengguna dalam memanfaatkan koleksi buku.
2.6.3

Metode Pemanfaatan Koleksi
Pemanfaatan koleksi berarti melakukan kegiatan di perpustakaan dengan

menggunakan koleksi yang disediakan oleh perpustakaan misalnya membaca di
tempat, mencatat isi dari koleksi, memfotocopy serta memijam koleksi
perpustakaan. Menurut Zulkarnaen (1997, 45), cara memanfaatkan koleksi buku
pada perpustakaan secara umum dikategorikan sebagai berikut :

26

a.

b.

c.

d.

Meminjam
Biasanya pengguna melakukan peminjaman melalui meja sirkulasi
perpustakaan setelah mendapatkan buku yang diinginkan. Dengan
melakukan pemimjaman, pengguna memiliki waktu lebih banyak
untuk membaca buku yang ia pinjam. Buku tersebut dapat
diperpanjang masa peminjamannya dan kemudian dikembalikan lagi
ke meja sirkulasi.
Membaca di tempat
Bagi pengguna yang memiliki waktu luang dapat membaca di ruang
baca yang disediakan perpustakaan. Pengguna dapat memilih
beberapa buku untuk dibaca dan menghabiskan waktunya pada
perpustakaan.
Mencatat informasi dari buku
Ada kalanya pengguna hanya melakukan pencatatan informasi yang ia
dapat dari koleksi. Dengan cara seperti ini, pengguna mendapatkan
informasi ringkas tentang berbagai masalah dari berbagai buku yang
berbeda.
Memperbanyak (menggunakan jasa foto copy)
Dengan memanfaatkan fasilitas mesin foto copy, pengguna dapat
memiliki sendiri informasi-informasi yang ia inginkan. Cara seperti
ini biasanya dilakukan oleh pengguna yang memiliki waktu terbatas
untuk ke perpustkaan atau pengguna yang bukan berasal dari
universitas tersebut.

27