Pengembangaan Industri Kreatif Berbasis. pdf

1

Pengembangan Industri Kreatif Berbasis Tas dan Koper
dengan Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal
(Studi Kasus : Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo)
Desi Ariani
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: [email protected]

Abstrak

Memasuki era otonomi daerah muncul kebutuhan
Kecamatan
Tanggulangin,
Kabupaten akan instrumen dan metode dalam perencanaan
Sidoarjo merupakan kecamatan yang memiliki pembangunan yang lebih sesuai dengan kebutuhan
potensial dibidang industri tas dan koper. Namun pemerintah dan masyarakat di daerah. Hal ini
seiring dengan puncak kejayaannya, terdapat menyebabkan terjadi pegeseran dari pendekatan
beberapa permasalahan, sehingga pengrajin “membangun di daerah” menuju orientasi

banyak yang mengalami kerugian. Untuk itu “membangun
daerah”.
Dimana
proses
dibutuhkan pengembangan industri kreatif berbasis pembangunan ekonomi harus berasal dari inisiatif
tas dan koper dengan pendekatan ekonomi lokal. masyarakat di daerah tersebut, atau pembangunan
Penelitian
ini
ditujukan
untuk
arahan daerah didominasi oleh aspirasi daerah sendiri.
pengembangan industri kreatif berbasis tas dan Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu
koper dengan pendekatan pengembangan ekonomi proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat
lokal di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten dalam mengelola sumber daya yang ada dan
Sidoarjo. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan membentuk
suatu
pola
kemitraan
antara
cara mengetahui faktor pengembangan industri pemerintah daerah dengan sektor swasta sebagai

kreatif
dan
merumuskan
arahan
untuk upaya menciptakan lapangan kerja baru dan
pengembangan industri kreatif berbasis tas dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi
koper dengan pendekatan pengembangan ekonomi dalam wilayah tersebut (Mudrajat, 2004, h.120).
lokal di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten
Dalam pengembangan ekonomi wilayah,
Sidoarjo.
selama ini pendekatan yang diterapkan adalah
Analisa yang digunakan dalam penelitian ini melalui pendekatan perwilayahan dan penetapan
melalui 2 (dua) tahapan analisa, tahap pertama pusat-pusat pertumbuhan, sentra-sentra produksi,
menggunakan analisis delphi yang digunakan termasuk kawasan pengembangan ekonomi
untuk mengetahui faktor pengembangan industri terpadu, disusun dan ditetapkan dari Pusat. Salah
berbasis tas dan koper. Sedangkan tahap kedua satu tujuan pengembangan wilayah adalah
menggunakan analisis deskripif kualitatif yang pemerataan
kesejahteraan
antar
wilayah.

digunakan untuk merumuskan arahan untuk Kesejahteraan suatu wilayah dapat dilihat melalui
pengembangan industri kreatif berbasis tas dan tingkat
pertumbuhan
ekonomi
wilayahnya.
adalah
koper dengan pendekatan pengembangan ekonomi Pertumbuhan
ekonomi
wilayah
lokal di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten pertambahan pendapatan masyarakat secara
keseluruhan nilai tambah yang terjadi (Tarigan
Sidoarjo.
2005, dalam Andriansari, Ratih Putri, 2010).
Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu
Kata Kunci : industri kreatif berbasis tas dan koper,
kabupaten di Jawa Timur yang berada di antara
pengembangan ekonomi lokal
dua sungai besar pecahan Kali Brantas, yakni
Kali Mas dan Kali Porong, sehingga dikenal
I. PENDAHULUAN

dengan sebutan Kota Delta (Kemalekaw, 2013).
embangunan suatu wilayah sangat terkait Ekonomi menjadi salah satu sendi kehidupan
dengan pembangunan ekonomi daerah. yang tidak mungkin ditinggalkan di Kabupaten

P

Tahun 2014

2
Sidoarjo (Moch. Shofwan, Sri Murtini, 2012).
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sidoarjo Tahun 2009-2029 dijelaskan bahwa
kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
strategis di wilayah Kabupaten Sidoarjo, salah
satunya adalah kawasan industri kecil dan
menengah, dan kreatif yang berada di
Kecamatan Tanggulangin. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengembangan industri kreatif tas
dan koper untuk menunjang sebagai penetapan
kawasan strategis.

Sektor industri yang berkembang cukup
baik, salah satunya adalah sentra industri tas
dan
koper
di
Kecamatan
Tanggulangin
Tanggulangin (Kemalekaw, 2013). Kawasan
INTAKO, merupakan sentra industri kerajinan
kulit yang memproduksi tas, koper, sepatu,
dompet, dan lain sebagainya yang berlokasi di
Kecamatan Tanggulangin 6 km kearah selatan
Kota Sidoarjo. Tempat wisata belanja dan pusat
kerajinan tersebut sudah terkenal dan bertaraf
internasional (Kemalekaw, 2013). Namun,
seiring dengan puncak kejayaannya, banyak
permasalahan yang terjadi seperti akibat pasar
bebas, sehingga banyak produk china yang
masuk di kawasan industri tas dan koper.
Selain itu disebabkan adanya bencana lumpur

lapindo, sehingga menghambat aksesibilitas
menuju kawasan industri dan berdampak pada
perekonomian
Kabupaten
Sidoarjo
turut
menurun. Akibat bencana tersebut, sekitar 70%
pengrajin tas dan koper mengalami kerugian
dan banyak yang gulung tikar. Penutupan
usaha kerajinan tas dan koper mengakibatkan
pengangguran meningkat dan kemiskinan
bertambah (Moch. Shofwan, Sri Murtini, 2012).
Dengan adanya permasalahan diatas,
maka diperlukan pengembangan industri kreatif
berbasis tas dan koper dengan pendekatan
pengembangan ekonomi lokal.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Wilayah
Pengembangan

wilayah
merupakan
proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial
dan pengaturan ruang untuk kegiatankegiatan
pembangunan
dalam
rangka
mencapai tujuan tersebut (Friedman, 1979).
Definisi lain dari pengembangan wilayah
adalah rangkaian upayan untuk mewujudkan
keterpaduan dalam penggunaan berbagai
sumberdaya,
merekatkan
dan

menyeimbangkan
pembangunan
nasional,
meningkatkan keserasian antar kawasan,
keterpaduan

antar
sektor
pembangunan
melalui proses penataan ruang dalam rangka
pencapaian
tujuan
pembangunan
yang
berkelanjutan dalam wadah NKRI (Direktur
Jenderal
Penataan
Ruang
Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah). Dalam
pengembangan wilayah senantiasa disertai
dengan perubahan struktural (Parr, 1999).
Proses dalam pengembangan wilayah terjadi
sangat kompleks, yakni melibakan aspek
ekonomi, aspek sosial, serta aspek lingkungan
dan pemerintah.

Friedman mengemukakan bahwa suatu
wilayah dikatakan mengalami pengembangan,
jika terdapat kegiatan-kegiatan untuk tujuan
pengembangan wilayah tersebut. Dan untuk
mewujudkan
kegiatan-kegiatan
untuk
pengembangan wilayah dibutuhkan suatu
kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya.
Namun, pemanfaatan sumberdaya tersebut
tidak akan mengembangkan suatu wilayah,
jika tidak dikembangkan melalui aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan.

B. Industri Kreatif
Industri
Kreatif
merupakan
sektor
industrial yang berasal dari pemanfaatan

kreatifitas, ketrampilan, dan bakat individu
untuk
menciptakan
kesejahteraan
dan
lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan
pemanfaatan
daya
kreatifitas
individu,
ketrampilan, dan bakat yang mempunyai
potensi kekayaan, serta penciptaan peluang
pekerjaan (Santoso, Agnessia Puteri , 2014).
Berbeda dengan karakteristik industri pada
umumnya, Industri Kreatif merupakan kelompok
industri yang terdiri dari berbagai jenis industri
yang masing-masing memiliki keterkaitan dalam
proses pengeksploitasian ide atau kekayaan
intelektual (intellectual property) menjadi nilai
ekonomi

tinggi
yang
dapat
menciptakan
kesejahteraan dan lapangan pekerjaan.
Dalam industri kreatif, kreatifitas memegang
peranan sentral sebagai sumber daya utama.
Industri kreatif lebih banyak membutuhkan sumber
daya ktearif yang berasal dari kreatifitas manusia
daripada sumber daya fisik. Namun demikian,
sumber daya fisik tetap diperlukan terutama dalam
peranannya sebagai media kreatif.

Tahun 2014

3
C. Pengembangan Ekonomi Lokal
Pembangunan ekonomi lokal merupakan
upaya pemberdayaan masyarakat ekonomi dalam
suatu wilayah dengan bertumpukan kepada
kekuatan lokal, baik itu kekuatan nilai lokasi,
sumber daya alam, sumber daya manusia,
teknologi, kemampuan manajemen kelembagaan
maupun aset pengalaman (Haeruman, 2001).
Sedangkan Blakely dan Bradshaw (1994),
menjelaskan bahwa Pengembangan Ekonomi Lokal
merupakan proses dimana pemerintah lokal dan
organsisasi masyarakat terlibat untuk mendorong,
merangsang, memelihara aktivitas usaha untuk
menciptakan lapangan pekerjaan.
Blakely (2002) menjelaskan bahwa
komponen-komponen yang harus ada dalam
pengembangan
ekonomi
lokal,
meliputi
material,
sumberdaya
Manusia,
pasar,
manajemen, modal. Dengan demikian, dapat
dirumuskan
bahwa
komponen-komponen
tersebut dapat dijadikan sebagai faktor dalam
pengembangan industri kreatif berbasis tas
dan koper dengan pendekatan ekonomi lokal.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis
data, yaitu data primer dan data sekunder. Metode
pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
berdasarkan pengamatan atau observasi yaitu
cara mengumpulkan data berlandaskan pada
pengamatan langsung terhadap gejala fisik objek
penelitian. Dengan metode observasi, informasi
dapat dikumpulkan dari pengamatan fisik dan
mekanis terhadap hal yang dijadikan obyek
penelitian (M. Hum, Drs. Wardiyanta, 2006 : 32).
Selain itu, pengumpulan data juga dapat
dilakukan
berdasarkan
wawancara
yaitu
metode pengumpulan data dengan cara bertanya
langsung dengan responden. Dalam berwawancara
terdapat proses interaksi antara pewawancara
dengan responden (M.Ec, Dr, Soeratno, dan M.Sc,
Dr. Lincolin Arsyad, 1988 : 86).
Teknik wawancara dapat dibagi menjadi
wawancara
secara
terstruktur
melalui
kuesioner
maupun
tidak
terstruktur.
Sedangkan pengumpulan data sekunder dapat
dilakukan dengan cara survei instansional dan
kajian literatur yang berkaitan dengan
penelitian. Kajian literatur dapat diperoleh
melalui
media
internet,
jurnal,
buku,
penelitian, dan lain sebagainya.

Metode analisis yang digunakan untuk
mengola data dan melakukan analisis terhadap
saaran untuk mencapai tujuan antara lain :
1. Analisis Delphi
Analisis
dilakukan
melalui
wawancara
terhadap responden yang telah dipilih
stakeholders. Wawancara
dalam
analisis
pada analisis delphi ini terkait faktor
pengembangan industri berbasis tas dan
koper.
Adapun langkah-langkah metode delphi dpat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Tabulasi Data: Dalam tahap ini peneliti akan
mencari seluruh data yang terkait dengan
permasalahan
yang
diangkat
dalam
penelitian secara umum.
2. Reduksi data: Pada tahap ini peniliti
mereduksi kembali data yang telah diperoleh
dimana data yang sudah diperoleh akan
dikoreksi kembali untuk mengurangi data
yang kurang penting yang telah di dapat
dalam penelitian ini
3. Pengelompokan Data: Data yang telah di
reduksi akan dikatagorikan kembali sesuai
dengan permasalahan yang di jabarkan.
4. Penyajian data: Setelah diklasifikasi data
tersebut akan di deskripsikan serta dikaji
secara deskriptif kualitatif.
5. Penarikan Simpulan:Dalam tahap ini, peneliti
selalu melakukan uji kebenaran setiap
makna yang muncul dari data.
Selanjutnya, dilakukan analisis deksriptif kualitatif
yang digunakan untuk merumuskan arahan
pengembangan industri kreatif berbasis industri
tas dan koper dengan pendekatan ekonomi
lokal di Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten
Sidoarjo. Pada tahap nalisis ini, analisis yang
digunakan adalah analisis dekskriptif kualitatif,
yaitu mendeskripsikan hasil dari analisis-analisis
sasaran sebelumnya.
IV. GAMBARAN UMUM
Wilayah penelitian terletak di Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Kecamatan
Tanggulangin Sidoarjo memiliki luas lahan sebesar
3.229 Ha dengan ketinggian 4 meter. Kecamatam
Tanggulangin terdiri dari 19 desa/kelurahan.
Kecamatan Tanggulangin berada dibagian tengah
selatan dengan batas-batas :
Utara
: Kecamatan Candi
Timur
: Selat Madura
Selatan : Kecamatan Porong
Tahun 2014

4
Barat
: Kecamatan Tulangan
Berikut dapat dilihat batas-batas administrasi
wilayah penelitian :

Gambar 1.1

Peta Batas Administrasi Wilayah Penelitian
Sumber : Penelusuran Google, 2014

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Menentukan Faktor Pengembangan Industri
berbasis Tas dan Koper di Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.
Untuk mendapatkan faktor pengembangan
industri di wilayah penelitian digunakan analisis
delphi, dimana responden yang digunakan dalam
wawancara adalah responden yang telah dipilih
melalui analisis stakeholders. Pada tahap awal
analisis delphi adalah eksplorasi. Eksplorasi
dilakukan mengenai faktor pengembangan yang
telah didapat pada sintesa tinjaun pustaka. Pada
tahap awal ini ditemukan faktor baru yang berasal
dari responden. Pada tahapawal ini tidak semua
responden sepakat dengan faktor yang didapakan
pada sintesa tinjauan pustaka.
Oleh karena itu, dibutuhkan analisis delphi
tahap 2 (iterasi I). Para responden diberi kuesioner
yang berisi faktor yang belum menemukan
kesepakatan dan faktor baru yang didapatkan
pada analisis delphi I. Pada tahap II ini, faktor
yang belum disepakati dan faktor baru telah
mendapatkan kesepakatan.
Dari tahap-ahap analisis delphi diatas, maka
dapat diperoleh faktor pengembangan industri
berbasis
tas
dan
koper
di
Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, yaitu :
a. Material
b. Sumberdaya Manusia
c. Pasar
d. Manajemen
e. Modal

2. Merumuskan Arahan Pengembangan Industri
Berbasis Tas dan Koper di Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.
Arahan pengembangan dirumuskan dengan
menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Arahan
pengembangan
diutamakan
untuk
faktor
pengembangan industri kreatif berbasis tas dan
koper. Arahan dalam pengembangan industri
kreatif berbasis tas dan koper di Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, antara lain :
 Promosi,
membuat
target
strategi
promosi berbasis pada identifikasi pasar
potensial.
 Inovasi, meningkatkan pertumbuhan
desain produk industri kreatif berbasis
tas dan koper yang lebih inovatif dan
sukses secara bisnis.
 Persaingan, mengidentifikasi potensi
market.
 Pengembangan, yakni mengembangkan
jaringan yang lebih baik antara lembaga
dan industri.
VI. KESIMPULAN
1. Faktor pengembangan industri
kreatif
berbasis tas dan koper dengan pendekatan
pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo meliputi
Material, Sumberdaya Manusia, Pasar,
Manajemen, dan Modal.
2. Arahan pengembangan industri kreatif
berbasis tas dan koper dengan pendekatan
pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, antara
lain :
 Promosi, membuat target strategi
promosi berbasis pada identifikasi pasar
potensial.
 Inovasi, meningkatkan pertumbuhan
desain produk industri kreatif berbasis
tas dan koper yang lebih inovatif dan
sukses secara bisnis.
 Persaingan, mengidentifikasi potensi
market.
 Pengembangan, yakni mengembangkan
jaringan yang lebih baik antara lembaga
dan industri
Ucapan Terima Kasih
Penulis Desi Ariani mengucapkan terima
kasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah
“Pengembangan Ekonomi Lokal yang telah
Tahun 2014

5
memberikan
materi-materi
dalam
menyelesaikan penelitian ini. Serta selaku
asisten dosen yang telah memberikan materimateri dalam menyelesaikan penelitian ini.

Halaman Internet
Kemalekaw.2013. Diakses 26 Des 2014).
http://kemalekaw.wordpress.com/2013/07/18/tent
ang-sidoarjo/

DAFTAR PUSTAKA
Ratih
Putri.
2010.
Arahan
Pengembangan Agroindustri Berbasis
Potensi Sumber Daya Lokal di
Kabupaten Trenggalek. PWK, FTSP,

Andriansari,

ITS.
Blakely, Edward J. (1994) Planning Local Economic
Development (Theory and Practice).
California. Sage Publications, Inc.
Blakely and Bradshaw. 2002. Planning Local
Economic Development: Theory
and Practice, 3rd Ed. SAGE Publication. CaliforniaUSAFriedmann, J. and M. Douglass
.1976.
Agropolitan
Development:
Towards a New Strategy for Regional
Planning in Asia.
Haeruman. 2001. Kemitraan dalam Pengembangan
Ekonomi Lokal. Jakarta : Yayasan Mitra
Pembangunan Desa-Kota. Kabupaten
Trenggalek Dalam Angka, 2009.
M.Ec, Dr, Soeratno, dan M.Sc, Dr. Lincolin Arsyad.
1988. Metodologi Penelitian : Untuk
Ekonomi dan Bisnis. Penerbit : Sekolah
Tinggi
Ilmu
Manajemen,
YPKN.
Yogyakarta.
Mudrajad Kuncoro. 2004. Metode Kuantitatif :

Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sidoarjo
Tahun 2009-2029
Sofwan, M., Murtini, S., 2012. Faktor-Faktor Yang
Menyebabkan Eksistensi Industri Tas
Dan Koper di
Desa Kedensari
Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten
Sidoarjo. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Geografi-FIS-Unesa. Surabaya.
M. Hum, Drs. Wardiyanta, 2006. Metode Penelitian
Pariwisata. Penerbit : CV.Andi
OFFSET.Yogyakarta.
Santoso, Agnessia Puteri. 2014. Perkembangan Industri
Kreatif di Indonesia.

Tahun 2014