PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS (11)

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Listrik dari Sampah Kota Menanggapi tulisan yang berjudul Energi masa lalu,
kini dan masa depan kita selaku kota yang baru berdiri harus bercermin kepada kota yang sudah menghadapi
masalah dan mampu menyelesaikannya, khususnya terhadap permasalahan ketersediaan energi yang sangat
pokok dan penting tetapi mampu memecahkan permasalahan lainnya.
Sampah telah menjadi masalah besar terutama di kota-kota besar di Indonesia. Hingga tahun 2020 mendatang,
volume sampah perkotaan di Indonesia diperkirakan akan meningkat lima kali lipat. Tahun 1995 saja, menurut
data yang dikeluarkan Asisten Deputi Urusan Limbah Domestik, Deputi V Menteri Lingkungan Hidup, Chaerudin
Hasyim, di Jakarta baru-baru ini, setiap penduduk Indonesia menghasilkan sampah rata-rata 0,8 kilogram per
kapita per hari, sedangkan pada tahun 2000 meningkat menjadi 1 kilogram per kapita per hari. Pada tahun 2020
mendatang diperkirakan mencapai 2,1 kilogram per kapita per hari. Meningkatnya sampah perkotaan telah
menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Bukan hanya pemandangan tak sedap atau bau busuk yang
ditimbulkannya tetapi juga ancaman terhadap kesehatan. Untuk memanfaatkan sampah perkotaan sebenarnya
telah sejak lama diupayakan para ahli.
Salah satunya adalah pemanfaatan untuk produksi listrik biogas dari sampah kota. Namun sejauh ini, rencana
tersebut baru sebatas wacana. Yang sudah beroperasi dan baru saja diresmikan adalah listrik dari sekam padi di
Desa Cipancuh, Kecamatan Haur Geulis Indramayu, memanfaatkan sekam padi yang selama ini terbuang.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sekam pertama di Indonesia itu berkapasitas 100 ribu watt. Setelah
sekam padi, angin segar dihembuskan PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten yang berniat memanfaatkan
sampah di TPA Leuwigajah Cimahi dan TPA Bantargebang Bekasi, untuk menghasilkan listrik, dengan
menggandeng investor swasta PT Navigat Organik Energy Indonesia. Saat ini, rencana pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTB) dari sampah kota itu memang masih dalam tahap MoU.
Selain mengatasi masalah sampah kota, diharapkan pemanfaatan sampah untuk listrik tersebut juga bisa
membantu PLN dalam mengatasi krisis enerji listrik. Paling tidak, listrik penduduk di seputar TPA tak akan seringsering byar pet. Bila PLTB di TPA Leuwigajah tersebut beroperasi, pada mulanya akan memberikan kontribusi
pasokan listrik sebesar 1 MW (mega watt) terhadap jaringan PLN di wilayah Distribusi Jawa Barat dan Banten,
dengan kapasitas maksimumnya 10 MW. Meski kontribusi listrik sebesar 1 MW tergolong relatif kecil, namun jika
disalurkan kepada pelanggan rumah tangga daya tersambung 450 atau 900 VA (volt ampere) dengan pemakaian
rata-rata misalnya 100 kwh (kilo watt hour) perbulan, diperkirakan dapat memasok kepada sekira 10 ribu
pelanggan.
Menurut Direktur Utama PT Navigat Organic Energy Indonesia, Sri Andini, selain ingin turut memberikan
kontribusi enerji listrik, pembangunan PLTB itu diharapkan pula mampu memberikan solusi terhadap
permasalahan sampah selama ini. Upaya tersebut sekaligus pula agar masyarakat terbebas dari hal-hal yang
membahayakan lingkungan, terutama akibat limbah sampah yang dapat mengeluarkan gas-gas beracun.
"Melalui pengelolaan energi biogas dari sampah ini, gas metan yang dihasilkan limbah sampah itu dapat diolah
menjadi energi listrik," jelasnya usai menandatangani MoU (nota kesepahaman) "Rencana Jual Beli Tenaga
Listrik Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dari Sampah TPA (tempat pembuangan akhir) Leuwigajah-Cimahi"
antara PT PLN (Persero) Distribusi Jabar-Banten dan PT Navigat Organic Energy Indonesia. Menurut Sri, saat
ini pembangkit listrik tenaga biogas di TPA Leuwigajah dan Bantar Gebang tersebut masih dalam perencanaan
dan akan segera dibangun.
Pembangunan diperkirakan memakan waktu sekira enam bulan, dengan kapasitas maksimum pembangkit
sebesar 10 MW (mega watt) dan mulai dapat beroperasi 9 bulan lagi. "Untuk tahap awal nanti, kapasitasnya baru

1 MW. Selain di Leuwigajah, juga ada di Bantar Gebang Bekasi dengan kapasitas maksimum pembangkit
mencapai 35 MW. Sebelum membangun PLTB, sambung Sri, pihaknya akan mengupayakan dulu composing
pada TPA tersebut, kendati kegiatan ini dinilai tidak akan berkembang. Pasalnya, untuk melakukan itu harus

melalui banyak prosedur dan kemungkinan besar dapat mengganggu keberadaan pemulung. "PLTB sendiri tidak
akan mengganggu pemulung, sehingga mereka masih dapat mencari keuntungan dari sampah-sampah yang
ada," jelasnya.
Mengenai besarnya alokasi investasi yang dibutuhkan untuk membangun PLTB tersebut, Sri mengakui dananya
cukup besar. Meski begitu, ia belum dapat menyebutkan nominalnya, karena harus melakukan survei di
lapangan dan perhitungan berbagai biaya yang timbul. Begitu pula keuntungan ekonomis dari investasi bisnis
PLTB ini, yang tidak dapat langsung dirasakan perolehan laba terutama untuk jangka pendek, tapi akan mulai
dirasakan untuk jangka panjang. Selain membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membangun PLTB dari
sampah, yakni mulai dari pembangunan instalasi, pengeboran, maupun infrastruktur lainnya, juga akan
memakan waktu lama untuk mencapai keuntungan ekonomis. BEP (break event point atau titik impasnya saja
baru dapat tercapai selama 9 sampai 10 tahun mendatang. Sri mengakui, pembangkit listrik tenaga biogas
tersebut merupakan yang pertama di Indonesia. Kalau di negara-negara lain terutama di Eropa, termasuk di Asia
seperti Korea Selatan, Malaysia maupun Thailand sudah berjalan.
Di Inggris misalnya, pembangkit listrik tenaga biogas sampah sudah berjalan selama 15 tahun dengan kapasitas
mencapai 400 MW. "Pembangunan PLTB ini tidak hanya di TPA Leuwigajah dan Bantargebang saja, karena
sebelumnya kita juga telah melakukan kerjasama dengan PLN Sumatera Selatan. Bahkan di masa mendatang,

kita akan melakukannya di seluruh Indonesia," tambah Sri. Namun menurut catatan "PR" pemanfaatan sampah
untuk listrik sudah pernah dibuat di TPA Pasir Impun yang terletak di Desa Karang Pamulang, sekira 6 Km dari
arah timur Kota Bandung. Di TPA seluas 7 hektar itu, sekira 500-1.000 meter kubik sampah yang dibuang ke
sana dimanfaatkan untuk pembuatan listrik biogas. Pembuatan listrik biogas di sana menggunakan parit-parit
yang kemudian biogas hasil pembusukan sampah organik itu disalurkan dari parit ke pompa vortex. Vortex
kemudian mengalirkan gas metana yang mudah terbakar ini ke sebuah mesin diesel yang menghasilkan daya
listrik sebesar 40.000 watt. ** PLTB merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan,
terutama dalam menangani limbah sampah utamanya sampah organik. Sekaligus menjadi salah satu alternatif
memberikan pasokan energi listrik yang dinilai cukup terbatas selama ini.
Serta masih banyak menggantungkan pada pembangkit listrik seperti PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), dsb.
Mengenai besaran HPP (harga pokok produksi) yang akan ditetapkan perusahaan, Sri menjelaskan pihaknya
akan tetap mengikuti aturan dari pemerintah untuk menetapkan besarnya HPP. "Jadi, apa yang ditetapkan oleh
pemerintah akan kita ikuti. Harga listrik yang akan dijual, kita mengikuti harga PLN atau pemerintah," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Agus Pranoto. Pada prinsipnya HPP tersebut akan dibicarakan lagi lebih lanjut. Meski
demikian, secara umum sebenarnya telah ada kebijakan yang mengatur besarnya HPP, baik dari pemerintah
maupun PLN itu sendiri. Bagi PLN misalnya, HPP dapat mencapai tingkat keekonomisannya sekira 7 sen dolar
AS per kwh (kilo watt hours).
Melalui rencana pembangunan PLTB di TPA Leuwigajah dan Bantar Gebang Bekasi tersebut, Agus
mengharapkan pada akhir tahun 2003 ini PLTB tersebut dapat memberikan kontribusi sebesar 1 MW. "Meski
tidak signifikan, tapi itu dapat memberikan dukungan moral yang luar biasa untuk menghadapi krisis enerji. Jadi,

makin cepat makin bagus," ucap Agus. Diakui, sejauh ini tengah digalakkan pembangunsan pembangkit listrik
dengan tenaga terbarukan. Sejauh ini, PLN sangat mengharapkan adanya pembangunan pembangkit baru.
Pasalnya, kebutuhan enerji listrik dari tahun ke tahun terus berkembang. "Jadi, berapapun listrik yang dapat
disediakan PLTB, kita akan beli. Tentang harga, nanti akan kita bicarakan. Yang pasti PLN ataupun pemerintah
sudah memiliki patokan yang jelas," tegasnya. Selain dengan PLN Distribusi Jabar dan Banten, PT Navigat
Organic Energy Indonesia telah melakukan kerjasama dengan PT PLN Distribusi Jawa Timur di bidang jual beli
energi listrik berbahan baku sampah bertegangan 20 kV dan frekuensi 50 hertz, baru-baru ini.
Menurut Manajer Humas PT PLN Distribusi Jatim, Bambang Harmanto, kerjasama tersebut merupakan bagian
dari rangkaian negosiasi dengan sejumlah perusahaan swasta yang memiliki pembangkit dan kelebihan daya,
untuk memenuhi tingginya permintaan energi listrik dari industri. Selain PT Navigat, sebuah perusahaan swasta

lain yakni PT Ginaris Mukti Adiluhung (GMA) telah menawarkan pula teknologi mengubah sampah menjadi
energi listrik (waste to energy) ke Pemprov DKI, baru-baru ini. GMA menawarkan Pemprov DKI agar membayar
Rp 30 ribu untuk setiap ton sampah yang mereka ubah menjadi listrik. Meski demikian Eddy Mardanus dari GMA
mengakui, biaya yang harus dikeluarkan untuk mengubah sampah menjadi energi listrik memerlukan biaya tiga
kali lipat dibandingkan biaya pembangkit biasa. Dengan begitu, dana yang dibayar Rp 30 ribu tersebut tergolong
cukup wajar, apalagi Pemprov DKI selama ini mengeluarkan biaya untuk tiap ton sampah.
Bedanya, biaya yang dikeluarkan kini tergolong lebih rendah. Investor lain yang sudah menandatangani nota
kesepahaman adalah pembangkit listrik dari sampah yang berkapasitas 1.000 ton sampah perhari di atas lahan
seluas enam hektare di Marunda. Produksi sampah di Jakarta tiap hari sekitar 5.000 ton dan jika tiga tempat

pengolahan sampah sudah berfungsi penuh, sampah yang diserap adalah 3.500 ton sampah setiap hari.
Sedangkan 1.500 ton lainnya diatasi oleh TPA dan "incenerator" milik Pemprov DKI. Memilah sampah Upaya
pengelolaan limbah sampah ini dapat berjalan optimal, bila pemda maupun masyarakat itu sendiri memiliki
kesadaran pula akan pentingnya kebersihan dan kelestarian lingkungan. Di Batam misalnya, pemda setempat
terus berupaya mengajarkan masyarakatnya untuk memilah sampah menurut jenis dan sifatnya, yakni dengan
menyebarkan sebanyak 100 tong sampah untuk kebutuhan tersebut di sejumlah tempat-tempat umum di Batam.
Menurut Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pemusnahan Sampah, Air Limbah dan Tinja di Batam, pihaknya sangat
mengharapkan masyarakat Batam terbiasa untuk memilah sampah menurut jenis dan sifatnya. Apakah sampah
basah, kertas dan plastik. Untuk mendukung hal itu, sebanyak 100 tong sampah yang masing-masing terdiri dari
tiga tong yaitu untuk sampah basah, sampah kertas dan sampah plastik disebarkan di sejumlah tempat-tempat
umum yang sering dilalui masyarakat. Langkah ini tiada lain untuk membelajarkan masyarakat Batam agar
menjadi masyarakat yang pintar dalam hal kebersihan.

Pusat Teknologi AZTI-Tecnalia yang berspesialisasi pada riset makanan telah membuka sebuah pabrik biogas
yang mengambil bahan baku dari subproduk industri makanan. Pabrik tersebut menggunakan senyawa-senyawa
organik di dalam limbah makanan agrikultur untuk menghasilkan energi alternatif. Hal ini turut menjadi solusi bagi
AZTI-Tecnalia untuk mengurangi kadar polusi yang disebabkan limbah organik.
Pabrik biogas tersebut terletak di kompleks AZTI-Tecnalia, Derio, dan konsep produksinya adalah menghasilkan
biogas kaya metana dari metabolisme anaerob materi organik di dalam subproduk makanan. Metabolisme
anaerob adalah proses biologis yang menguraikan materi organik sehingga dihasilkan biogas, serta lumpur halus

yang dapat digunakan sebagai suplemen bagi pertanian. Kompenen utama penyusun biogas antara

lain karbon dioksida dan metana bernilai kalori tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik
atau termal (panas), serta sebagai bahan bakar kendaraan.
Dengan teknik yang serupa, pada tahun 2010, perusahaan tersebut berencana untuk menghasilkan sumber
energi yang mulai naik daun belakangan ini, yaitu hidrogen. Mereka berharap kelak metana dan hidrogen dapat
diperoleh dari kombinasi proses fermentasi yang sama.
Para pakar di AZTI-Tecnalia terus meneliti kemungkinan untuk menghasilkan berbagai manfaat lain dari
subproduk makanan agrikultur, dalam bentuk aslinya maupun dalam bentuk kombinasi dengan campuran dari
sumber lain, seperti lumpur dari pabrik pemurnian atau limbah makanan rumah tangga. Campuran lainnya bisa
bersumber dari makanan hewan ternak (purin), bersama dengan sisa buah-buahan dan sayur-sayuran dari
pasar atau supermarket, susu, air dadih, sisa potongan-potongan ikan, limbah akuakultur, dan lain-lain.
Manfaat yang diperoleh dari pabrik biogas ini sangat besar bagi AZTI-Tecnalia. Mereka mampu mengurangi
tingkat polusi yang disebabkan limbah organik. Kini, limbah yang mereka buang ke lingkungan jauh lebih aman,
baik dari segi komposisi maupun bau sehingga emisi gas rumah kaca dapat dikurangi. Seiring dengan hal
tersebut, perusahaan ini juga dapat mengurangi ketergantungan mereka akan sumber energi komersil, dan mulai
menggunakan energi yang berhasil mereka produksi dari bahan-bahan yang telah ada.
Saat ini, pabrik biogas mereka telah menjadi pelengkap bagi pabrik utama perusahaan yang memproduksi
makanan agrikultur tersebut. Percobaan dan evaluasi subproduk lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan
baku energi dan produk makanan alternatif terus dilaksanakan. Seiring dengan hal ini, juga dilakukan analisis

mengenai biaya dan dampak lingkungan, sekaligus mencari solusi bagi terbentuknya proses yang lebih
berkualitas dan optimal.
PEMANFAATAN BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan
permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber
cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan
kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain
itu, peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang
serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia.
Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa
Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang
nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut
data ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus
dikonsumsi tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan
habis dalam dua dekade mendatang.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan
Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional
untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan
tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti
bahan bakar minyak

Salah satu sumber energi alternatif adalah biogas. Gas ini berasal dari berbagai macam limbah
organik seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi
energi melalui proses anaerobik digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk
menghasilkan energi alternatif sehingga akanmengurangi dampak penggunaan bahan bakar fosil
2. ANAEROBIK DIGESTION
Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri.
Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion Gas

yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. material organik yang terkumpul
pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri.
Tahap pertama material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan
bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan
asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti
lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu
pembentukan asam dari senyawa sederhana.
Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua dari proses anaerobik
digestion adalah pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti
methanococus, methanosarcina, methano bacterium.
Perkembangan proses Anaerobik digestion telah berhasil pada banyak aplikasi. Proses ini memiliki
kemampuan untuk mengolah sampah / limbah yang keberadaanya melimpah dan tidak

bermanfaat menjadi produk yang lebih bernilai. Aplikasi anaerobik digestion telah berhasil pada
pengolahan limbah industri, limbah pertanian limbah peternakan dan municipal solid waste (MSW).
3. SEJARAH BIOGAS
Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar di benua Eropa.
Penemuan ilmuwan Volta terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa terjadi pada tahun 1770,
beberapa dekade kemudian, Avogadro mengidentifikasikan tentang gas metana. Setelah tahun
1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Tahun 1884
Pasteour melakukan penelitian tentang biogas menggunakan kotoran hewan. Era penelitian
Pasteour menjadi landasan untuk penelitian biogas hingga saat ini.
4. KOMPOSISI BIOGAS
Biogas sebagian besar mengandung gs metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa
kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta
hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi
kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan
sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat
ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur,
kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang
menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang
berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen

sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa baru bersama-sama oksigen,
yaitu sulphur dioksida /sulphur trioksida (SO2 / SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang
sama akan membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif. Parameter yang
kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan
air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbukan korosif
5. REAKTOR BIOGAS
Ada beberapa jenis reactor biogas yang dikembangkan diantaranya adalah reactor jenis kubah
tetap (Fixed-dome), reactor terapung (Floating drum), raktor jenis balon, jenis horizontal, jenis
lubang tanah, jenis ferrocement. Dari keenam jenis digester biogas yang sering digunakan adalah
jenis kubah tetap (Fixed-dome) dan jenis Drum mengambang (Floating drum). Beberapa tahun
terakhi ini dikembangkan jenis reactor balon yang banyak digunakan sebagai reactor sedehana
dalam skala kecil.

1. Reaktor kubah tetap (Fixed-dome)
Gambar 1. Jenis digester kubah tetap (fixed-dome)
Reaktor ini disebut juga reaktor china. Dinamakan demikian karena reaktor ini dibuat pertama kali
di chini sekitar tahun 1930 an, kemudian sejak saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai
model. Pada reaktor ini memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material
biogas dan sebagai rumah bagi bakteri,baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentu

gas metana. bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata
atau beton. Strukturnya harus kuat karna menahan gas aga tidak terjadi kebocoran. Bagian yang
kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap karena bentunknya menyerupai
kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan
dari material organik pada digester akan mengalir dan disimpan di bagian kubah.
Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada menggunaka reaktor
terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak menggunakan besi yang tentunya harganya
relatif lebih mahal dan perawatannya lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah
seringnya terjadi kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi tetapnya.
2. Reaktor floating drum
Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india pada tahun 1937 sehingga dinamakan
dengan reaktor India. Memiliki bagian digester yang sama dengan reaktor kubah, perbedaannya
terletak pada bagian penampung gas menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum.
Drum ini dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil fermentasi dalam
digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah gas yang
dihasilkan.
Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara langsung volume gas yang tersimpan
pada drum karena pergerakannya. Karena tempat penyimpanan yang terapung sehingga tekanan
gas konstan. Sedangkan kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal.
faktor korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada reaktor ini
memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe kubah tetap.
3. Reaktor balon
Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala rumah tangga yang
menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam penanganan dan perubahan tempat
biogas. reaktor ini terdiri dari satu bagian yang berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas
masing masing bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian
bawah karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga
atas.
6. KONSERVASI ENERGI
Konversi limbah melalui proses anaerobik digestion dengan menghasilkan biogas memiliki
beberapa keuntungan, yaitu :
- biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki manfaat termasuk
biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh
penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah.
- Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil sehingga akan
menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
- Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya duatmosfer akan

meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan
mengurangi gas metana di udara.
- Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material yang tidak
bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat berbahaya. Aplikasi anaerobik
digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah.
- Selain keuntungan energy yang didapat dari proses anaerobik digestion dengan menghasilkan
gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini diperoleh dari sisa proses anaerobik digestion
yang berupa padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan
pupuk padat.
7. KESIMPULAN
Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang makin menipis serta
permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat global.
Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui
merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut. Untuk itu indonesia yang memiliki potensi
luas wilayah yang begitu besar, diharapkan untuk segera mengaplikasi bahan bakar nabati. Biogas
merupakan gas yang dihasilkan dari proses anaerobik digestion dan memiliki prosepek sebagai
energi pengganti bahan bakar.