BAB IV GELIAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA MOJOKERTO C. Pembangunan Desa Eks-Gelandangan - KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989 Repository - UNAIR REPOSITORY

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB IV GELIAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KOTA MOJOKERTO C. Pembangunan Desa Eks-Gelandangan Daerah atau kawasan yang menjadi tempat tinggal eks-gelandangan

  secara geografis berada di Kota Mojokerto bagian barat. Tempat tinggal eks- gelandangan terdiri dari dua lingkungan, yaitu Lingkungan Cakarayam Baru dan

  166

  Lingkungan Balongcangkring 2 . Kawasan yang menjadi tempat tinggal eks- gelandangan ini dikelola di bawah lembaga sosial yang bernama Yayasan Majapahit. Yayasan ini bekerja sama dengan Pemerintah Kota Mojokerto dalam membinan aneka tuna, seperti tuna wisma, gelandangan, pengemis dan tuna

  167 susila .

  Pendirian Yayasan Majapahit mulai dirintis oleh Lurah Mentikan yang bernama Suwono Blong pada tahun 1966. Pendiriannya diawali dengan keberadaan gelandangan di wilayah teritorial Desa Mentikan sebanyak tujuh kepala keluarga dengan jumlah 21 orang. Keberadaan gelandangan ini, kemudian oleh Lurah Mentikan yang saat itu dijabat oleh Suwono Blong memperbolehkan untuk tinggal di lembaga sosial desa berupa ruangan yang terdapat di Kantor 166

  Lingkungan Cakarayam baru secara administratif masuk dalam Kelurahan Mentikan, sedangkan Lingkungan Balongcangkring masuk dalam Kelurahan Pulorejo. Pemakaian istilah lingkungan sama dengan istilah dukuh yang secara administratif wilayahnya berada di bawah desa atau kelurahan. 167 Yayasan Majapahit merupakan sebuah yayasan sosial yang didirikan Oleh Bapak Suwono Blong yang merupakan Lurah Mentikan. Yayasan ini berdiri sejak tahun 1969 yang menaungi dan membina aneka tuna. Arsip Surat Notaris Soebono.

  78

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Kelurahan Mentikan. Pada tahun 1970an, jumlah gelandangan yang tinggal di Yayasan Majapahit semakin meningkat. Peningkatan itu disebabkan karena banyak gelandangan yang berasal dari daerah Kabupaten atau Kota Mojokerto, daerah Krian, dan Sidoarjo yang meminta kepada pengurus yayasan agar diperbolehkan tinggal di Yayasan Majapahit. Adanya jumlah yang semakin meningkat tersebut kemudian pada tahun 1971 dilakukan pemindahan ke lokasi

  168

  yang baru . Pemindahan Yayasan Majapahit ke lokasi atau lahan yang baru ini merupakan usaha dari Lurah Suwono Blong yang membeli lahan persawahan

  169 dengan dana pribadi .

  Pemindahan Yayasan Majaphit ke lahan yang baru ini kemudian di bagi menjadi dua lingkungan, yaitu Lingkungan Cakarayam Baru dan Lingkungan Balongcangkring. Di Lingkungan Cakarayam Baru digunakan untuk menampung aneka tuna seperti tuna wisma, gelandangan, dan pengemis. Kemudian di Lingkungan Balongcangkring digunakan sebagai tempat khusus lokalisasi tunasusila. Awalnya tuna susila ini beredar di dalam Kota Mojokerto yang tersebar di beberapa tempat. Pusat persebaran lokasi tuna susila pada tahun 1970- an berada di pasar burung yang berada di Sentanan, oleh masyarakat tempat ini dikenal dengan nama Gang Titi’an. Pada tahun 1972, tuna susila dipindahkan di Lingkungan Balongcangkring yang dibina oleh Lembaga Sosial Yayasan 168

  Wahyudi Sudomo, “Rehabilitasi Pondok Sosial Yayasan Majapahit di Mojokerto”, (Skripsi, tidak diterbitkan pada Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Kristen Petra, 1987), hlm. 13. 169

  Wawancara dengan Bapak Sentot (50 tahun) pada tanggal 14 Mei 2014 di Cakarayam Baru, RT: 3, RW: 3 Kelurahan Mentikan, Kota Mojokerto.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

170

  Majapahit . Sejak pemindahan tuna susila ke kawasan Balongcangkring yang dijadikan sebagai tempat lokalisasi mempunyai ijin yang resmi dari Pemerintah

  171 Kota Mojokerto .

  Pembangunan baik infrastuktur maupun suprastruktur di Yayasan Majapahit ini sangat lambat karena bantuan dari pemerintah sangat terbatas. Di dua daearah ini kemudian oleh pemerintah bekerja sama dengan pengurus yayasan mendirikan tempat tinggal berupa barak-barak berkotak-kotak yang dibangun dengan dana sumbangan pemerintah daerah dan dana yayasan. Dalam keberlangsungan selanjutnya, Lurah Suwono Blong menggagas untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi kalangan tuna wisma dengan mendirikan wadah arisan yang difungsikan untuk membangun rumah murah bagi para tuna. Arisan itu setiap harinya menyisihkan uang dari pendapatannya sejumlah Rp 100, dikalikan 10 hari dengan jumlah kepala keluarga yang saat itu mencapai 175 kepala keluarga. Sehingga setiap 10 hari sekali berhasil didirikan 1 rumah yang

  172

  kemudian terus bergilir . Rumah ini didirikan di atas tanah milik Yayasan Majapahit, sehingga masyarakat yang tinggal di yayasan ini hanya berhak

  170 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugiyanto (60 tahun) pada tanggal 1 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Kota Mojokerto. 171 Wawancara dengan Bapak Sentot (50 tahun) pada tanggal 14 Mei 2014 di

  Cakarayam Baru, RT: 3, RW: 3 Kelurahan Mentikan, Kota Mojokerto. 172 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11 Desember 2013 di Kantor Pemerintah Kota Mojokerto Bagian Pembangunan, Jalan Gajah Mada Nomor 145, Kota Mojokerto.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  menempati, merawat dan tidak berhak untuk menjual, sedangkan status tanah

  173 tetap menjadi hak milik yayasan .

  Gambar. 5. Rancagan Perumahan Tuna Wisma di Yayasan Majapahit Sumber: Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto

  Program yang digagas Suwono Blong ini kemudian dilanjutkan dalam meja kerja Pemerintah Kota Mojokerto. Pada masa pemerintahan Walikota Samioedin berhasil mendirikan sejumlah 9 rumah dibangun di Lingkungan Cakarayam Baru, kemudian program perumahan murah ini diperluas untuk tukang

  174

  becak di Kota Mojokerto . Keberhasilan pemeliharaan dan pendirian rumah murah untuk aneka tuna dan tukang becak di Kota Mojokerto ini kemudian mendapatkan penghargaan kalpataru. Pada tahun 1984 Kota Mojokerto menjadi pemenang I tingkat nasional dalam kategori peningkatan kualitas pemukiman dan 173

  Wawancara dengan Bapak Sentot (50 tahun) pada tanggal 14 Mei 2014 di Cakarayam Baru, RT: 3, RW: 3 Kelurahan Mentikan, Kota Mojokerto. 174 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11 Desember 2013 di Kantor Pemerintah Kota Mojokerto Bagian Pembangunan, Jalan Gajah Mada Nomor 145, Kota Mojokerto.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  martabat manusia. Monumen kalpataru ini kemudian di abadikan di depan Kantor

  175 Pemerintah Kota Mojokerto yang berada di Jalan Gajahmada .

  Pada tahun 1982, berbagai program pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga terus dilakukan pemerintah.

  Pembinaan yang dilakukan di yayasan ini antara lain program menjahit dengan upaya pemerintah memberikan bantuan berupa mesin jahit serta perlatannya kepada para pengangguran yang terdiri banyak anak putus sekolah, serta bantuan

  176

  peralatan dan pelatihan pembuatan krupuk . Untuk bantuan paket mesin jahit dan peralatan perbengkelan sepeda diberikan kepada para Karang Taruna Kelurahan Mentikan. Pemberian bantuan ini diserahkan oleh Sumantri yang saat itu menjabat sebagai Kepala Sub-bagian Direktorat Pemerintah di Balai Kelurahan Mentikan yang terletak di Jalan Brawijaya Kota Mojokerto. Bantuan yang diserahkan ini tidak menjadi hak milik pribadi, tetapi berstatus menjadi milik

  177 bersama dan berhak untuk memakai, serta tidak berhak untuk menjual .

  Pada tahun 1980an di Yayasan Majapahit ini dibangun satu unit gedung sekolah sebagai tempat belajar anak-anak yang tinggal di yayasan ini. Semula gedung sekolah ini berdinding bambu. Atas kebijakan Walikota Samioedin, gedung sekolah ini dibangun menjadi berdinding tembok. Gedung sekolah yang 175

  Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11 Desember 2013 di Kantor Pemerintah Kota Mojokerto Bagian Pembangunan, Jalan Gajah Mada Nomor 145, Kota Mojokerto. 176 Wawancara dengan Bapak Edi Meimunandar (54 tahun) pada tanggal 11 Desember 2013 di Kantor Pemerintah Kota Mojokerto Bagian Pembangunan, Jalan Gajah Mada Nomor 145, Kota Mojokerto. 177 “Karang Taruna Desa Mentikan Dibantu”, dalam Karya Darma, 3 April 1982.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  berukuran 10 m kali 6 m digunakan untuk menampung pendidikan anak-anak kompleks yang dinaungi oleh Yayasan Majapahit. Pemakainan gedung ini dilakukan secara bergantian. Tidak hanya itu, bantuan berupa alat alat tulis juga sering diterima murid-murid.

D. Renovasi Pasar

  Pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual atau lembaga niaga dengan pembeli atau konsumen, yang diusahakan secara berkelompok dan terbuka

  178

  untuk umum baik yang bersifat sementara atau permanen . Pasar memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup penduduk Kota Mojokerto, dimana proses distribusi merupakan proses yang sangat penting dalam menyalurkan barang produksi kepada masyarakat yang dilakukan melalui pasar.

  Dalam hubungannya dengan kekuasaan yang ditimbulkan oleh pelapisan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat, pasar dapat menjadi makna simbolis dari penguasa atau pemerintah. Dengan adanya pasar dapat dikatakan bahwa diwilayah tersebut keamanan terjamin untuk melakukan transaksi. Dengan demikian penguasa atau pemerintah dianggap berhasil memberikan perlindungan terhadap rakyatnya untuk melakukan kegiatan ekonomi secara damai, selain itu pasar juga digunakan sebagai mekanisme kontrol oleh pemerintah yang dapat

  179 mempengaruhi pemasukan pajak . 178 Rudi, P Lilananda, Transformasi Pasar Tradisional Perkotaan di Surabaya, (Surabaya: Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Kristen Petra, Pusat Studi Pemukiman dan Perencanaan, 1997), hlm. 6. 179 Titi Surti Nastiti, Pasar di Jawa: Masa Mataram Kuno Abad VII-XI Masehi, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2003), hlm. 53.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Pasar yang berada di Kota Mojokerto mempunyai letak yang strategis. Pasar Kliwon adalah salah satu pasar yang berada di pusat pertokoan Kota Mojokerto, serta berada pada pada jalur lalu lintas utama di tepi Jalan Majapahit.

  Kawasan ini merupakan kawasan pecinan yang sejak dulu menjadi pusat perdagangan yang paling ramai di Kota Mojokerto. Sejak awal didirikan, Pasar Kliwon merupakan pasar tradisional yang hanya memiliki beberapa toko dan

  180 hanya terdapat tiga los pasar .

  Pemerintah Kota Mojokerto memberikan perhatian khusus terhadap Pasar Kliwon. Terlebih dengan kondisi pasar yang tidak teratur telah membuat Pemerintah Kota Mojokerto merencanakan pembangunan di dalam pasar ini. Di Pasar Kliwon terdapat dua jenis pedagang, yang pertama adalah pedagang liar yang sebagian besar merupakan pedagang kecil dengan modal yang sangat terbatas. Keberadaan pedagang kecil ini sulit dihilangkan begitu saja, karena sektor yang tidak mampu menampung mereka. Pedagang jenis ini tidak memerlukan warung tetap atau toko tetapi hanya bermodalkan rombong atau keranjang sunggi. Jenis pedagang lainnya adalah pedagang tetap yang berada di dalam pasar. Pedagang jenis ini termasuk pedagang yang mengerti tentang peraturan pasar, organisasi pasar dan struktur pasar, serta mereka mau di organisir

  181

  secara baik di dalam pasar . Untuk mengatasi segala permasalahan pedagang terutama yang ditimbulkan oleh pedagang kecil tersebut Pemerintah Kota 180 181 “Pasar Kliwon dipugar dengan Rp. 55 Juta”, dalam Jawa Pos, 7 Mei 1979.

  “Pembentukan Bank Pasar: Untung dan Ruginya”, dalam Pewarta Surabaya,

11 Agustus 1952. mengutip Takun Musdha Wirhantoro, “Pasar Wonokromo 1950-

  1955”, (Skripsi, tidak diterbitkan pada Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, 2007), hlm. 34-35.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Mojokerto pada tahun 1978 mengambil kebijakan untuk mengatur kembali kondisi Pasar Kliwon agar teratur dan tertata dengan baik.

  Pada akhir tahun 1978, pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan pembaharuan (renovasi) terhadap pasar Kliwon yang dibangun dengan dana Inpres tahun 1977 dimana pembangunannya dimulai sejak tanggal 6 November 1978. Pemugaran Pasar Kliwon dilakukan oleh CV Sinar Mojokerto.

  Pada waktu pemugaran atau renovasi ini kemudian didirikan 6 los pasar berukuran 7 meter kali 21 meter dengan konstruksi besi dan beratap asbes

  182 bergelombang serta dilengkapi dengan kantor, kamar mandi dan WC .

  Gambar. 6. Renovasi Pasar Kliwon tahun 1979 Sumber: Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto

  Pasar Kliwon yang awalnya hanya mempunyai beberapa toko. Pasca renovasi memiliki 16 toko atau bedak yang masing-masing berukuran 3,5 kali 5 meter dan 2 toko atau bedak berukuran 3,5 kali 6 meter. Bangunan Pasar kliwon 182

   “Pasar Kliwon Untuk Menampung Golongan Ekonomi Lemah”, dalam Surabaya Post, 12 Maret 1981.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  setelah di renovasi juga dilengkapi dengan saluran got-got untuk pembuangan air,

  183 pemasangan instalasi listrik, serta pengaspalan jalan di sekeliling pasar .

  Jumlah pedagang yang dapat ditampung dalam Pasar Kliwon semakin banyak, yaitu sejumlah 115 orang dengan rincian untuk pedagang yang akan

  184 menempati los sebanyak 97 orang, untuk pedagang kios sebanyak 18 orang .

  Sedangkan yang dimanfaatkan untuk pedagang kaki lima yang berupa pedagang kain menempati bedak berukuran 3,5 meter kali 5 meter, dan ditambah 2 bedak berukuran 3,5 meter kali 6 meter. Pembagian tempat dan toko serta bedak diatur dengan rincian untuk palen, buku-buku dan buah-buahan sebanyak 23 orang yang

  185 semula menempati pinggir-pinggir pasar lama .

  Gambar. 7. Pasar Kliwon Setelah di Renovasi tahun 1979 183 Sumber: Jawa Pos, 7 Mei 1979 184 “Pasar Kliwon dipugar dengan Rp. 55 Juta, dalam Jawa Pos, 7 Mei 1979.

   “Pasar Kliwon Untuk Menampung Golongan Ekonomi Lemah”, dalam Surabaya Post, 12 Maret 1981. 185 Pasar Kliwon dipugar dengan Rp. 55 Juta, dalam Jawa Pos, 7 Mei 1979.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Pembangunan Pasar Kliwon menurut laporan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto menghabiskan dana sebesar Rp 55.000.000 termasuk biaya peluncuran. Pembangunan selesai pada tanggal 30 April 1979, kemudian pada hari Sabtu tanggal 21 Juli 1979 Pasar Kliwon diresmikan. Dalam peresmian itu dihadiri oleh Samioedin selaku Walikota Mojokerto, Pembantu Gubernur di Surabaya Susanto Hariasmono beserta istrinya, Bupati Fatchurrochman beserta istrinya. Para calon penghuni pasar juga hadir unruk menyaksikan acara peresmian Pasar Kliwon yang baru. Pemakaian Pasar Kliwon secara resmi ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita oleh Ibu Susanto. Setelah penandatangan prasasti kemudian panitia melepaskan balon

  186 untuk memeriahkan acara peresmian Pasar Kliwon yang baru .

  Selain kebijakan perbaikan Pasar Kliwon, pada masa pemerintahan Walikota Samioedin juga mengambil kebijakan untuk melakukan penataan di Pasar Tanjung Kota Mojokerto. Pasar Tanjung pada tahun 1960an pernah mengalami kebakaran. Renovasi pasca kebakaran di Pasar Tanjung telah dilakukan pada masa pemerintahan Walikota Chabib Sjarbini. Renovasi pasar dilakukan atas kesepakatan kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta.

  Pihak swasta berperan sebagai pemodal yang membiayai seluruh pembangunan, tetapi pedagang nantinya harus membayar sewa los dengan sistem mencicil

  187 selama tiga tahun . 186 “Pasar Kliwon Untuk Menampung Golongan Ekonomi Lemah”, dalam Surabaya Post, 12 Maret 1981. 187 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret

  2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Pada masa pemerintahan Walikota Samioedin tidak banyak mengambil kebijakan pembangunan terhadap Pasar Tanjung. Perbaikan terfokus pada pembentukan tim khusus pengaturan penempatan pedagang di Pasar Tanjung yang dibentuk pada tanggal 1 Maret 1982 berdasarkan Surat Keputusan Nomor

  188

  511.2/ 344/ 416.31/ 82 . Susunan keanggotaan tim khusus pengaturan penempatan pedagang Pasar Tanjung itu antara lain:

  Tabel. 9. Susunan Keanggotaan Tim Pengaturan Penempatan Pedagang Pasar Tanjung

Jabatan Nama Instansi

  Pelindung

  H. R. Moch. Samioedin B.A Walikota Mojokerto Badan Pertimbangan Kota

  Penasehat - Mojokerto

  Ketua Drs. Slamet Harijadi Sekretaris Kota Mojokerto Kepala Inspektorat Kota

  Wakil Ketua Drs. Masdra M. Jasin Mojokerto Kepala Dinas Pendapatan Daerah

  Sekretaris Drs. Achmad Salim Kota Mojokerto Kepala Dinas Pekerjaan Umum

  Anggota-anggota Sawardi Kota Mojokerto Kepala Bagian Pembangunan

  A. Syakir Mukti, S.H Kota Mojokerto

  Y. Danang Sumarto Kepala Sub. Bag Ketertiban Kota Mojokerto Kepala Unit Pasar Kota

  Soetrisno Mojokerto Kepala Masrkas wilayah

  Poernomo, S pertahanan Sipil Kota Mojokerto Kepala bagian perekonomian

  Sri Hadi Sedjati, B. A Kota Mojokerto Kepala Bagian Hukum dan M. I. Subono, B. A.

  Organisasi Kota Mojokerto.

  Sumber: Tabel diolah dari Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Mojokerto Nomor HK. 32 Tahun 1982. 188 Arisp Nomor HK. 32 Tahun 1982. Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Pembentukan tim khusus tersebut mempunyai tugas antara lain:

  1. Mengadakan pengaturan penempatan terhadap kios/ toko/ bedak dan los pasar tanjung di sebelah timur, barat dan selatan.

  2. Mengadakan rumusan sistim pembayaran sewa menyewa kios/ toko/ bedak/ dan los pasar tanjung di sebelah timur, barat dan selatan.

  3. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan mengenai hasil pelaksanaan tugas pengaturan tempat dan sistim pembayaran kepada

  189 Walikota Mojokerto .

  Atas kebijakan walikota dengan pembentukan tim khusus pengaturan penempatan pedagang di Pasar Tanjung di sebelah timur digunakan sebagai tempat atau kios buah-buahan, disebelah utara dekat dengan pintu masuk pasar ditempati sebagai kios pedagang pakaian dan sejenisnya, di bagian barat digunakan sebagai tempat kios pedagang palawija, sayur-sayuran, daging dan lain-lain, dibagian tengah digunakan sebagai tempat toko/kios grosir kebutuhan

  190 sehari-hari .

C. Perluasan Wilayah Kota

  Istilah perluasan dipakai untuk menggambarkan sebuah daerah yang mengalami pertambahan luas secara administratif. Dalam hal ini tidak dipakai istilah pemekaran karena dalam istilah “pemekaran daerah” lazim digunakan untuk menggambarkan fenomena pertambahan daerah otonom baru dimana dalam 189 190 Arsip Nomor HK. 32. Tahun 1982, Koleksi Badan Arsip Kota Mojokerto.

  Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  proses tersebut terjadi perpisahan atau perpecahan suatu wilayah untuk

  191 membentuk unit administrasi lokal baru .

  Wilayah Kota Mojokerto sejak ditetapkan menjadi daerah otonomi kota

  192

  kecil berdasarkan Undang Undang Nomor 17 Tahun 1950 merupakan sebuah kota terkecil di Jawa Timur. Luas wilayah Kota Mojokerto pada tahun 1950

  2

  adalah 7,25 km . Dari luas wilayah tersebut, Kota Mojokerto yang hanya terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Kota Mojokerto yang membawahi 12 kelurahan. Pada tahun 1974, berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 statusnya berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto. Selama beberapa kali mengalami perubahan status hingga tahun 1981, wilayah Kota Mojokerto tetap dan tidak mengalami perkembangan dalam arti perluasan

  193

  wilayah . Peta wilayah kota Mojokerto sebelum mengalami perluasan wilayah dapat dilihat pada gambar 8.

  191

  H. R. Makagansa, Tantangan Pemekaran Daerah, (Yogyakarta: FusPad, 2008), hlm. 17. 192 Arisp Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 tahun 1982 tentang perubahan batas wilayak Kotamadya Mojokerto. 193 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya, Karya Lima Tahun DPRD Kotamadya Dati II Mojokerto (Kurun Waktu Tahun 1977-1982) Sebagai Wakil Rakyat, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1982), hlm. 28.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Gambar. 8. Peta Kota Mojokerto Sebelum Perluasan Wilayah (1950-1981)

  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya, Karya Lima Tahun

  Sumber:

  DPRD Kotamadya Dati II Mojokerto (Kurun Waktu Tahun 1977-1982) Sebagai Wakil Rakyat, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1982), hlm.17.

  Wilayah Kota Mojokerto yang sempit dengan penduduk yang terus berkembang dengan pesat. Urbanisasi yang selalu menjadi problem kota yang disebabkan adanya keterpusatan kesempatan kerja di kota. Jumlah penduduk di Kota Mojokerto pada tahun 1971 sejumlah 57.295 jiwa, jumlah ini kemudian terus mengalami kenaikan. Pada tahun 1979 menjadi 66.289 jiwa, tahun 1980

  194

  sejumlah 68.507, kemudian pada tahun 1981 menjadi 68.642 jiwa . Mojokerto sendiri yang hanya terdiri satu kecamatan dengan luas wilayah hanya 7,25 km², 194

  Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 4. jika dikalkulasi kepadatan penduduk saat itu mencapai 9000 jiwa/ km

  2

  8. Jagalan 16,555 4.825 Jiwa

  195 “Mojokerto Kota terpadat penduduknya”, dalam Surabaya Post, 6 februari 1980. Kepadatan penduduk di Kota Mojokerto telah melebihi kepadatan penduduk Kota

  Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 2.

  :

  Sumber

  12. Kedundung 228,575 5.543 Jiwa Jumlah 725,417 68.507 Jiwa

  11. Wates 132,095 3.840 Jiwa

  10. Kranggan 113,307 9.576 Jiwa

  9. Miji 39,600 8.327 Jiwa

  7. Balongsari 82,660 8.015 Jiwa

  , dengan keadaan penduduk yang hampir 80% berada di wilayah kota

  6. Sentanan 13,850 4.031 Jiwa

  5. Mentikan 18,900 7.628 Jiwa

  4. Kauman 18,635 4.390 Jiwa

  3. Purwotengah 13,469 3.031 Jiwa

  2. Gedongan 14,679 3.180 Jiwa

  1. Magersari 32,892 6. 121 Jiwa

  Data Penduduk Wilayah Kota Mojokerto Tahun 1980 No Kelurahan Luas (Ha) Jumlah Penduduk

  . Adanya perkembangan penduduk yang terus mengalami kenaikan tersebut pasti akan mempengaruhi perkembangan kota. Kepadatan penduduk ini juga telah menjadi menghambat pembangunan yang terbentur masalah tersedianya tanah. Kepadatan penduduk Kota Mojokerto sebelum perluasan wilayah tersaji dalam tabel berikut: Tabel. 10.

  195

  Surabaya yang saat itu sekitar 7000 jiwa/km 2 dan Kota jakarta yang mencapai sekitar 6000 jiwa/km“.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Usaha perluasan wilayah Kota Mojokerto sudah muncul sejak masa pemerintahan Walikota Chabib Sjarbini dan pada masa pemerintahan Walikota

  196

  Soehartono . Gagasan Walikota Chabib Sjarbini untuk terlaksananya pembangunan kota diperlukan perluasan wilayah kota untuk dua kecamatan lagi.

  Untuk menunjang gagasannya tersebut, Walikota Chabib Sjarbini mendatangkan tim riset dan perencanaan dari ITB yang bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bina Marga dan Instansi lintas sektor setempat. Tim riset dan perencanaan Kota Mojokerto ini menghasilkan sebuah masterpalan dan menyimpulkan bahwa Kota Mojokerto akan diperluas dengan dua kecamatan lagi. Secara alami perluasan itu bergerak ke arah timur atau selatan. Wacana perluasan wilayah kota tersebut semakin kuat dengan dibentuknya BAPEDA melalui Surat Keputusan Nomor 28/11/1969 tertanggal 24 Februari 1969. Namun rencana ini gagal karena terdapat beberapa proses dan prosedur yang harus ditaati dengan mengacu pada Instruksi

  197 Gubernur .

  Menurut Gubernur Jawa Timur perluasan fisik wilayah administrasi Kota Mojokerto dan kota lainnya harus berjalan melalui proses konstitusi, dimana pelaksanaannya mengacu pada Instruksi Gubernur Nomor PM.012.4/142/1978 tanggal 19 Oktober 1978, upaya perluasan wilayah Kota Mojokerto kembali dilakukan masa pemerintahan Walikota Soehartono. Meskipun instruksi dan 196

  Chatib Sarbini merupakan Walikota Mojokerto periode tahun 1968-1974, dan Soehartono merupakan walikota Mojokerto periode tahun 1974-1979, kemudian walikota setelahnya adalah Samioedin tahun 1979-1989. Wahyudi, Seraut Wajah Kota Mojokerto dalam Sorotan Pers, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1982), hlm. 261. 197 Abdullah Masrur, Birokrat Tanpa Keberanian Tanpa Hati Nurani, (Bogor: Swawedar 69, 2001), hlm. 86.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  wacana perluasan sudah matang dilakukan, namun kesepakatan antara bupati dan walikota juga gagal dilakukan.

  Pada tahun 1978, berdasarkan Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor: PM. 012.4/1421/1978 tanggal 19 Oktober 1978 tentang usaha dan upaya pemekaran wilayah daerah, atas instruksi gubernur ini kemudian Kepala Dearah Tingkat II Kabupaten dan Kota Mojokerto mengadakan tukar pendapat tentang persiapan-persiapan pemekaran kota, baik sebagai pihak yang akan menyerahkan atau menerima. Dalam pertemuan ini kedua-duanya telah sepakat untuk menyerahkan 6 desa, meskipun kesepakatan antara dua belah pihak telah dicapai namun masalah pemekaran kota belum ada keputusan yang konkrit

  198

  dari pemerintah pusat . Sampai pada masa pemerintahan Walikota Soehartono berakhir, rencana perluasan wilayah Kota Mojokerto belum dilakukan, kemudian dilanjutkan pada masa pemerintahan Walikota Samioedin.

  Usaha perluasan Wilayah yang dilakukan pada masa pemerintahan Walikota Samioedin dilakukan dengan menugaskan Masdra M. Jasin untuk menemui pemerintah pusat dan tim ahli di Jakarta. Hasil yang diperoleh dalam pertemuan itu adalah perluasan wilayah akan dilakukan ke arah selatan meliputi Desa Sooko, Japan, Jampirogo, kemudian ke arah barat ke Desa Surodinawan,

  199

  Prajurit Kulon, ke arah timur ke Desa Meri . Ketika Masdra M. Jasin kembali ke Mojokerto, Walikota Samioedin pada tanggal 5 Maret 1979 di depan muspida Kota dan Kabupaten Mojokerto memaparkan hasil dari wacana pemerintah pusat 198 199 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya Mojokerto, log. cit.

  Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  yang mengarahkan agar perluasan wilayah dilakukan ke daerah Kecamatan Sooko dan Puri. Perluasan ini belum mendapat persetujuan dari Bupati Mojokerto, karena beberapa aset kabupaten banyak terdapat di daerah Kecamatan Sooko. Kondisi ini menimbulkan sedikit konflik, terlebih lagi banyak media yang mengekspose. Kondisi ini membuat Bupati Fatchurrohman tersinggung dan

  200 terkesan memperlambat proses perluasan wilayah Kota Mojokerto .

  Usaha perluasan wilayah kembali di bahas dalam sidang paripurna DPRD Kabupaten dan Kota Mojokerto ke 35. Dalam sidang tersebut Bupati Mojokerto memutuskan bahwa berdasarkan pertimbangan tentang batas wilayah, perluasan dilakukan ke arah barat dan timur. Perluasan tidak mungkin dilakukan ke utara sungai brantas, karena dapat mengganggu kelangsungan perbatasan tersebut. Juga tidak dilakukan ke arah timur karena akan terbentur pada desa-desa yang merupakan daerah industri penting yang telah di rencanakan Pemerintah

  201

  Kabupaten Mojokerto . Hasil kesepakatan perluasan wilayah ini tidak sesuai dengan wacana pemerintah pusat, karena perluasan wilayah tidak mungkin dilakukan ke wilayah Kecamatan Sooko bagian selatan yang banyak terdapat aset milik Kabupaten Mojokerto.

  Kesepakatan yang diperoleh antara Bupati dan Walikota Mojokerto dengan memasukkan 6 desa. Enam desa tersebut terdiri dari 2 desa yang berasal dari Kecamatan Puri yaitu Desa Gunung Gedangan dan Desa Meri. kemudian 4 200

  Wawancara dengan Bapak Abdullah Masrur (62 tahun) pada tanggal 11 desember 2013 di Jalan Sawunggaling Nomor 14 Kota Mojokerto. 201 “Pemekaran Wilayah Kotamadya Mojokerto dibahas DPRD”, dalam Surabaya Post, tanggal 7 Maret 1979,

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  desa berasal dari Kecamatan Sooko diantaranya adalah Desa Surodinawan, Desa

  202 Blooto, Desa Pulorejo, dan Desa Prajurit Kulon .

  Pada tahun 1982, kesepakatan akhir antara Walikota Mojokerto dan Bupati Mojokerto tercapai dengan kesepakatan bahwa Kota Mojokerto terdiri dari dua kecamatan yang dibagi menjadi Kecamatan Mojokerto Barat yang berkedudukan di Prajurit Kulon, dan Kecamatan Mojokerto Timur yang berkedudukan di Kecamatan Magersari. Kecamatan Prajurit kulon terdiri dari Kelurahan Kauman, Mentikan, Miji, Kranggan, Pulorejo, Prajurit Kulon, Blooto dan Surodinawan. Sedangkan Kecamatan Magersari terdiri dari Kelurahan Magersari, Gedongan, Purwotengah, Sentanan, Balongsari, Jagalan, Wates,

  203 Kedundung, Gunung gedangan, dan Meri. .

  Perluasan wilayah Kota Mojokerto ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1982 tentang perubahan wilayah

  204

  dan batas Kota Mojokerto yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto . Peta wilayah dan batas Kota Mojokerto pasca peruasan wilayah dapat dilihat pada gambar 9. Berdasarkan peraturan tersebut wilayah Kota Mojokerto terbagi menjadi 2 kecamatan, 18 kelurahan dan 65 lingkungan. Daftar nama seluruh kelurahan dan lingkungan di Kota Mojokerto dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 202

  “Enam Desa Baru Untuk Kodya Mojokerto”, dalam Karya Darma, 17 Maret 1979 203 “Kodya Mojokerto Akan Menjadi Dua Kecamatan”, dalam Surabaya Post, 13 maret 1979. 204 Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto : Pemerintah Kota Mojokerto, 1989), hlm. 3-4.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Tabel. 11. Daftar Wilayah Kelurahan dan Lingkungan Kota Mojokerto Pasca Perluasan Tahun 1982

  

Kecamatan Kelurahan Lingkungan

  1. Magersari 1. Meri Meri, Kuwung, dan Trosobo.

  2. Gunung Gedangan, Gununganyar, Gedangan Kedungturi, Kuti, dan Keboan.

  3. Kedundung Balongrawe, Sekarputih, Randegan, dan Kedundung.

  4. Balongsari Sumolepen, Balongcok, Gembongsari dan Mangunsari.

  5. Jagalan Jagalan dan Kalimati.

  6. Sentanan Sentanan Kidul dan Sentanan Lor.

  7. Purwotengah Galuhan, Pangeranan, Purwosari.

  8. Gedongan Gedongan Timur dan Gedongan Barat.

  9. Magersari Magersari, Suronatan, Margosari, dan Mulyosari.

  10. Wates Wates, Karanglo, Banjaranyar, Bancang, Perumnas Wates Timur, Perumnas Wates tengah, dan Perumnas Wates Barat.

  2. Prajurit Kulon 1. Surodinawan Surodinawan, Pekuncen, Murukan dan Kedungmalang.

  2. Kranggan Kranggan, Suratan, Pekayon dan Penarip.

  3. Miji Miji, Miji Baru, Sinoman, Kedungkwali.

  4. Prajurit Kulon Prajurit Kulon.

  5. Blooto Blooto, Kemasan, Trenggilis.

  6. Mentikan Mentikan, Sidomulyo, Cakarayam, dan Cakarayam Baru.

  7. Kauman Kauman, Sidogede, dan Keradenan

  8. Pulorejo Balongkrai, Balongcangkring I, Balongcangkring 2, Pulowetan dan Pulokulon.

  Sumber : BPS dan Bapeda Kotamadya Mojokerto, Kotamadya Mojokerto Dalam Angka 1991,(Mojokerto: Badan Pusat Statistik Kotamadya Mojokerto, 1991), hlm. 3-4.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Gambar. 9. Peta Kota Mojokerto Pasca Perlusan Wilayah (1982)

  Sumber: diedit dari Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 2.

  Keterangan gambar 10: Kecamatan Prajurit Kulon terdiri dari: 1 : Kelurahan Pulorejo 5 : Kelurahan Miji

  2 : Kelurahan Blooto 6 : Kelurahan Kranggan 3 : Kelurahan Prajurit Kulon 7 : Kelurahan Mentikan 4 : Kelurahan Surodinawan 8 : Kelurahan Kauman

  Kecamatan Magersari terdiri dari: 9 : Kelurahan Sentanan 15 : Kelurahan Wates 10 : Kelurahan Jagalan 16 : Kelurahan Kedundung 11 : Kelurahan Purwotengah 17 : Kelurahan Gunung- 12 : Kelurahan Gedongan Gedangan 13 : Kelurahan Magersari 18 : Kelurahan Mentikan 14 : Kelurahan Balongsari

  Mengacu pada gambar 9, dapat dilihat wilayah Kota Mojokerto sebelum mengalami perluasan wilayah, batas wilayahnya di tunjukkan dengan garis berwarna coklat. Batas wilayah Kota Mojokerto pasca perluasan wilayah ditunjukkan dengan garis titik-titik paling luar. Batas wilayah yang berubah adalah batas sebelah selatan, barat dan timur. Perubahan batas wilayah Kota Mojokerto sebelum dan pasca perluasan dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel. 12. Batas-Batas Wilayah Kota Mojokerto Sebelum dan Sesudah Perluasan Wilayah Batas-Batas Sebelum perluasan Sesudah perluasan

  Utara Sungai Brantas, daerah Kecamatan Gedeg dan daerah Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto.

  Sungai Brantas, daerah Kecamatan Gedeg dan daerah Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto.

  Timur Daerah Kecamatan Mojoanyar meliputi Desa Lengkong, Desa Kepuhanyar, dan Desa Gebang Malang, Kabupaten Mojokerto.

  Daerah Kecamatan Mojoanyar yang meliputi Desa Lengkong, Desa Kepuhanyar, Desa Jabon dan Desa Gebang Malang, Kabupaten Mojokerto. Selatan Daerah Kecamatan Puri meliputi Desa Meri dan

  Desa Gunung Gedangan. Daerah Kecamatan Sooko yang meliputi Desa Sooko

  Daerah Kecamatan Puri meliputi Desa Jabon, Desa Kenanten, Desa Banjaragung. Daerah Kecamatan Sooko meliputi Desa Sooko, Desa Wringinrejo dan Desa Sambiroto, Kabupaten Mojokerto. Barat Sungai Brangkal dan daerah Kecamatan Sooko meliputi Desa Prajurit Kulon, Desa Surodinawan dan Desa Pulorejo, Kabupaten Mojokerto.

  Daerah Kecamatan Sooko meliputi Desa Ngingas Rembyong dan Desa Mojoranu, Kabupaten Mojokerto.

  Sumber : diolah dari Wawancara dengan Bapak Irfan Sugiyanto (60 tahun) pada

  tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Pasca perluasan wilayah Kota Mojokerto pada tahun 1982, luas Kota

  2

  2 Mojokerto juga mengalami perubahan dari 7,25 km menjadi 16,48 km . Luas

  2 Kota Mojokerto itu terdiri dari: tanah sawah seluas 9,02 km , tanah tegalan seluas

  2 2 2205 0,64 km , tanah pekarangan seluas 6,08 km , tanah lainnya seluas 0,72 km .

  Selain luas wilayah Kota Mojokerto berubah, jumlah penduduk juga mengalami perubahan. Jumlah penduduk Kota Mojokerto wilayah Kecamatan Prajurit Kulon dan Kecamatan Magersari dapat dilihat dapa tabel di bawah ini.

  Tabel. 13. Daftar Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan/ Desa dalam wilayah Kecamatan Prajurit Kulon Pada Tahun 1982 : Jumlah No Kelurahan / Desa Luas (Ha) Penduduk

  1. Desa Pulorejo 142,335 3.842 Jiwa

  2. Desa Prajuritkulon 119,530 3.225 Jiwa

  3. Desa Surodinawan 145,875 2.091 Jiwa

  4. Kelurahan Mentikan 18,900 7.625 Jiwa

  5. Kelurahan Kauman 18,635 4.390 Jiwa

  6. Desa Blooto 170,065 2.181 Jiwa

  7. Kelurahan Miji 39,600 8.327 Jiwa

  8. Kelurahan Kranggan 113,307 9.576 Jiwa Jumlah 776,267 41.576 Jiwa

  Sumber : Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto:

  Sumber: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 3.

  205 Harijadi, op.cit., hlm. 3.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Tabel. 14. Daftar Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelurahan/ Desa Dalam Wilayah Kecamatan Magersari Tahun 1982 : Jumlah No Kelurahan / Desa Luas (Ha) Penduduk

  1. Desa Gunung Gedangan 170,455 2.964 Jiwa

  2. Desa Meri 164,841 2.881 Jiwa

  3. Kelurahan Kedundung 228,575 5.543 Jiwa

  4. Kelurahan Wates 132,095 3.840 Jiwa

  5. Kelurahan Magersari 32,892 6.121 Jiwa

  6. Kelurahan Balongsari 82,860 8.015 Jiwa

  7. Kelurahan Jagalan 16,555 4.825 Jiwa

  8. Kelurahan Sentanan 13,469 4.031 Jiwa

  9. Kelurahan Purwotengah 13,469 3.031 Jiwa

  10. Kelurahan Gedongan 14,679 3.180 Jiwa Jumlah 870,271 44.431 Jiwa

  Sumber: Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 4.

D. Realisasi Kota Mojokerto Sebagai Kota Budiparindra

  Pembangunan Kota Mojokerto menjadi Kota Budiparindra pada masa pemerintahan Walikota Samioedin tidak dapat berjalan lancar karena terdapat beberapa aspek yang tidak terpenuhi. Dalam bidang pendidikan dari tingkat taman kanank-kanak hingga perguruan tinggi Kota Mojokerto masih tergolong kota yang masih dalam tahap perkembangan. Jumlah gedung sekolah mengalami pertambahan jumlah, namun pertambahan tersebut tidak terlalu besar. Adapun pertumbuhan jumlah sekolah yang terdapat di Kota Mojokerto sejak tahun 1979 hingga 1989 adalah sebagai berikut:

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Tabel. 15. Jumlah Lembaga Pendidikan di Kota Mojokerto Tahun 1979-1989 No. Tingkatan 1979/1980 1983/1984 1988/1989

1. Taman kanak-kanak

  22

  31

  36

  2. Sekolah dasar negeri dan swasta

  44

  60

  64

  3. Sekolah menegah pertama

  16

  20

  22

  4. Sekolah menegah atas

  10

  22

  26 Sumber : Slamet Harijadi, Satu Dasawarsa Pengabdianku, (Mojokerto: Pemerintah Kotamadya Mojokerto, 1989), hlm. 39.

  Kemajuan dalam bidang pendidikan di Kota Mojokerto pada masa pemerintahan Walikota Samioedin juga ditunjukkan dengan adanya Universitas Unsuri atau Sunan Giri Surabaya yang membuka cabang di Mojokerto. Pembukaan Universitas Sunan giri cabang Mojokerto ini dilakukan di Gedung Nasional Majapahit oleh wakil rektor I yaitu Mardjiin Syam. Peresmian ini

  206 dilakukan dengan melantik mahasiswa baru tahun akademik 1979-1980 .

  Dalam bidang pariwisata belum dapat diwujudkan di Kota Mojokerto pada masa pemerintahan Walikota Samioedin. Pada tahun 1980an Kota Mojokerto tercatat hanya mempunyai satu tempat yang bisa dijadikan masyarakat sebagai tempat rekreasi yakni Kolam Pemandian Sekarsari. Kolam pemandian ini merupakan kolam pemandian yang secara langsung dikelola oleh Pemerintah Kota Mojokerto. Dalam perkembangannya kemudian pengunjung di Kolam Renang Sekarsari belum ramai dikunjungi oleh masyarakat karena minimnya 206

  “Mojokerto Kini Mempunyai Perguruan Tinggi”, dalam Surabaya Post, 29 September 1979. Pembukaan Universitas ini menurut Ansor Cholil dikarenakan di Kota Mojokerto telah berdiri sejumlah kurang lebih 25 SMA baik negeri maupun swasta, namun belum memiliki perguruan tinggi satupun.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  fasilitas yang terdapat di pemandian ini. Kondisi pengunjung yang kurang memenuhi target ini mempengaruhi pendapatan yang masih rendah. Untuk intensifikasi fasilitas agar pendapatan meningkat kemudian pengelolaan pemandian ini sejak tanggal 1 April 1980 dipindahkan kepada Kepala Markas

  207

  Wilayah Pertahanan Sipil yang saat itu di jabat oleh Poernomo . Pemindahan ini dilakukan agar pengunjung semakin banyak dan pendapatan meningkat.

  Upaya perwujudan Kota Mojokerto sebagai Kota Pariwisata yang dilakukan Walikota Samioedin adalah meremajakan taman yang terdapat di alun- alun Kota Mojokerto. Alun-Alun Kota Mojokerto awalnya hanya terdapat tugu peringatan kemerdekaan atau Proklamasi ini dibuat pada tahun 1949 menjelang penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia (RIS) pada tahun 1949. Kemudian pada perkembangan selanjutnya monumen tersebut dihancurkan dan diganti dengan tugu baru. Pada masa pemerintahan Walikota Samioedin, renovasi alun-alun dilakukan hanya sebatas pada perbaikan taman untuk menarik banyak pengunjung dan menjadi salah satu alternatif wisata murah bagi masyarakat Kota

  208

  Mojokerto . Perwujudan Kota Mojokerto sebagai kota pariwisata juga dapat dilihat melalui tempat-tempat publik yang terdapat di Kota Mojokerto salah satunya adalah Hotel Slamet dan Pusat Perbelanjaan Kranggan yang dikenal

  209 masyarakat sebagai kawasan Shopping Center Kranggan . 207 Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaa Kota Mojokerto Nomor HK. 44 tahun 1980. 208 Wawancara dengan Bapak Yazid Qohar (64 tahun) pada tanggal 9 Maret 2014 di Miji Gang 3, Kota Mojokerto. 209 Harijadi, op. cit., hlm. 31.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

  Dalam bidang industri, Kota Mojokerto tidak memiliki banyak perusahaan, hanya terdapat beberapa perusahaan yang secara geografis berada di dalam Kota Mojokerto, diantaranya yaitu PT Bokormas, PT Dragon, PT Barsindo, serta home industri yang tersebar di beberapa daerah di Kota Mojokerto. Pada tahun 1980an terdapat beberapa daerah yang memiliki home industri, diantaranya industri sepatu yang bayak berdiri di Kedungkwali dan Penarip, industri dandang

  210

  yang berada di Desa Suratan . Untuk menunjang home industri yang berada di Desa Wates dan Kedundung, pemerintah memperluas jaringan listrik untuk menunjang pendapatan home industri. Untuk Desa Kedundung dengan daya

  211 76.650 VA sedangkan untuk Desa Wates dengan daya 16.550 VA .

  Konsep yang terakhir adalah konsep Kota Mojokerto sebagai kota perdagangan. Dalam bidang perdagangan Kota Mojokerto tidak mempunyai komoditi andalam yang dapat dikirim ke daerah lain. Aktivitas perdagangan di Kota Mojokerto terjadi di dibeberapa pasar tradisinal, diantaranya Pasar Tanjung Anyar, Pasar Kliwon, Pasar Pon, Pasar Kranggan, serta di beberapa jalan yang menjadi pusat pertokoan seperti Jalan Majapahit. Aktivitas perdagangan yang terjadi di pasar tradisional ini masih didominasi oleh pedagang-pedagang kecil yang sering kali menimbulkan masalah. Sedangkan aktivitas perdagangan yang menempati ruko-ruko sepanjang jalan hampir 70% didominasi oleh etnis China.

  210 Wawancara dengan Bapak Irfan Sugijanto (60 tahun) pada tanggal 2 Maret 2014 di Jalan Argopuro 1 Nomor 11 Wates, Kota Mojokerto. 211 “Industri Kecil Gunakan Tenaga Listrik”, dalam Radar Kota, 8 April 1980.

  

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Dokumen yang terkait

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN OPERASIOANAL STUDI KASUS PADA UMKM MARCELLO DI KOTA MOJOKERTO - Perbanas Institutional Repository

0 1 26

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN OPERASIOANAL STUDI KASUS PADA UMKM MARCELLO DI KOTA MOJOKERTO - Perbanas Institutional Repository

0 6 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN OPERASIOANAL STUDI KASUS PADA UMKM MARCELLO DI KOTA MOJOKERTO - Perbanas Institutional Repository

0 1 47

ANALISIS FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR ORGANISASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA ORGANISASI PROFESI PPNI KOTA MOJOKERTO Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 178

PENGARUH PENGOLAHAN DAN PENDISTRIBUSIAN TERHADAP KUALITAS AIR PELANGGAN PDAM MOJOKERTO Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA PERAWAT RUMAH SAKIT Dr. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 124

UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TB PARU OLEH MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 182

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 20

BAB II KOTA MOJOKERTO TAHUN 1950 - 1989 A. Letak Geografis Kota Mojokerto - KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 23

BAB III SAMIOEDIN DAN PEMBANGUNAN BIDANG SOSIAL EKONOMI KOTA MOJOKERTO D. Mojokerto di Awal Pemerintahan Samioedin 1. Biografi Singkat Samioedin - KOTA MOJOKERTO PADA MASA PEMERINTAHAN WALIKOTA SAMIOEDIN 1979-1989 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 34