BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tanggung jawab Sosial PerusahaanCorporate Social - PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN ASING SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris Pada Perusahaa

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tanggung jawab Sosial Perusahaan/Corporate Social

  Responsibility (CSR)

  a) Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

  Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social

  Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi

  untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan

  stakeholders , yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum.

  Menurut International Standar ISO 26000 CSR adalah tanggung jawab suatu organisasi sebagai dampak dari suatu keputusan dan kegiatan kemasyarakatan dan lingkungan, melalui perilaku transparan dan etis yang memberikan kontribusi untuk pembangunaan berkelanjutan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat memperhitungkan harapan para pemangku kepentingan; sesuai dengan hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional perilaku dan terintegrasi di seluruh organisasi dan dipraktekkan dalam suatu hubungan.

  Kesadaran tentang pentingnya CSR menjadi tren global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi kemanusiaan. Oleh karenanya saat ini banyak perusahaan melakukan aktivitas CSR dan mengungkapkannya di dalam laporan keuangan agar para pihak-pihak terkait dapat menilai sejauh mana perusahaan tersebut melakukan tanggung jawab lingkungan dan sosial. Semakin baik kinerja lingkungan dan sosial perusahaan semakin baik pula anggapan seorang konsumen dan masyarakat akan perusahaan tersebut. Hal ini akan menciptakan suatu keuntungan jangka panjang bagi perusahaan.

  Berkaitan dengan pelaksanaan CSR, perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Meskipun cenderung menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan kemampuan dan komitmen perusahaan dalam menjalankan CSR.

  Pengkategorian dapat memotivasi perusahaan dalam mengembangkan program CSR, dan dapat pula dijadikan cermin dan guideline untuk menentukan model CSR yang tepat (Suharto, 2007 dalam Rimba, 2010). Dengan menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan kategori perusahaan. Perusahaan ideal memiliki kategori reformis dan progresif. Tentu saja dalam kenyataannya, kategori ini bisa saja saling bertautan.

  1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR: a.

  Perusahaan Minimalis: Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk kategori ini.

  b.

  Perusahaan Ekonomis: Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi, namun anggaran CSR-nya rendah.

  Perusahaan yang termasuk kategori ini adalah perusahaan besar, namun tidak suka memberi.

  c.

  Perusahaan Humanis: Meskipun profit perusahaan rendah, proporsi anggaran CSRnya relatif tinggi. Perusahaan pada kategori ini disebut perusahaan dermawan atau baik hati.

  d.

  Perusahaan Reformis: Perusahaan ini memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi. Perusahaan seperti ini memandang CSR bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk lebih maju.

  2. Berdasarkan tujuan CSR: apakah untuk promosi atau pemberdayaan masyarakat: a.

  Perusahaan Pasif: Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan jelas, bukan untuk promosi, bukan pula untuk pemberdayaan, sekadar melakukan kegiatan karitatif.

  Perusahaan seperti ini melihat promosi dan CSR sebagai hal yang kurang bermanfaat bagi perusahaan.

  b.

  Perusahaan Impresif: CSR lebih diutamakan untuk promosi daripada untuk pemberdayaan. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan ”tebar pesona” dari pada ”tebar karya”.

  c.

  Perusahaan Agresif: CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan daripada promosi. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya nyata daripada tebar pesona.

  d.

  Perusahaan Progresif: Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan promosi dan sekaligus pemberdayaan. Promosi dan CSR dipandang sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu-sama lain bagi kemajuan perusahaan.

  Perinsip-prinsip dasar Corporate Social Responsibility (CSR) yang menjadi pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan menurut ISO 26000 dalam Agustina (2013) meliputi : 1.

  Kepatuhan terhadap hukum 2. Menghormati instrumen atau badan-badan internasional 3. Mengobati stakeholders dan kepentingannya 4. Akuntabilitas 5. Transparansi 6. Perilaku yang beretika

8. Menghormati dasar-dasar HAM

  Perusahaan selain menerapkan CSR juga perlu melakukan pengungkapan (disclosure) atau aktivitas CSR yang dilakukan kepada stakeholders. Penerapan CSR adalah suatu perbuatan perusahaan untuk menerapkan kegiatan CSR, sedangkan pengungkapan menurut Hermayanti (2009) merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan dan secara tekhnis merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam bentuk statement keuangan.

  b) Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

  Menurut Daniri dalam Agustina (2013) terdapat dua hal yang dapat mendorong perusahaan menerapkan CSR, yaitu bersifat dari luar perusahaan (external drivers) dan dari dalam perusahaan (internal drives). Termasuk kategori pendorong dari luar, misalnya adanya regulasi, hukum, dan diwajibkan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) telah memberlakukan audit proper (program penilaian peningkatan kinerja perusahaan). Pendorong dari dalam perusahaan terutama dari sumber dari perilaku manajemen dan pemilik perusahaan (stakeholders), termasuk tingkat kepedulian atau tanggung jawab perusahaan untuk membangun masyarakat sekitar (Community Development Responsibility).

  Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya terhadap tigal hal, yaitu profit, lingkungan, dan masyarakat. Dengan diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikan deviden bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan mengembangkan usaha dimasa depan, serta membayar pajak kepada pemerintah. Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut memberikan bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta lingkungan sekitar dalam jangka panjang.

  Kotler dkk (2005) menjelaskan bahwa terdapat banyak manfaat yang dapat diperoleh atas aktivitas CSR. Adapun manfaat dari CSR tersebut adalah sebagai berikut : 1.

  Meningkatkan penjualan dan market share.

  2. Memperkuatkan brand positioning.

  3. Meningkatkan citra perusahaan.

  4. Menurunkan biaya operasi.

  5. Meningkatkan daya tarik perusahaan dimata para investor dan analisis keuangan.

  Melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap memberikan keuntungan ekonomi bisnis kepada perusahaan yang bersangkutan. CSR tidaklah harus dipandang sebagai tuntunan represif dari masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha.

2.1.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

  Menurut Martin Freedman dalam Agustina (2013) ada tiga pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial, yaitu :

  1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit) Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dari operasi-operasi perusahaan. Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat suatu daftar aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki konsekuensi sosial, lalu auditor sosial akan mencoba mengestimasi dan mengukur dampak dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut.

  2. Laporan Sosial (Social Report) Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan sosial telah diajukan oleh para akademis dan praktisioner. Pendekatan-pendekatan yang dapat dipakai oleh perusahaan untuk melaporkan aktivitas- aktivitas pertanggungjawaban sosialnya ini dirangkum oleh Dilley dan Weygandt menjadi empat kelompok sebagai berikut (Henry dan Murtanto dalam Agustina, 2013):

  a.

   Inventory Approach

  Perusahaan mengkompilasikan dan mengungkapkan sebuah daftar yang komperhensif dari aktivitas-aktivitas sosial perusahaan. Daftar ini harus memuat semua aktivitas sosial perusahaan baik yang bersifat positif maupun negatif.

  b.

   Cost Approach

  Perusahaan membuat daftar aktivitas-aktivitas sosial perusahaan dan mengungkapkan jumlah pengeluaran pada masing-masing aktivitas tersebut.

  c.

   Program Management Approach

  Perusahaan tidak hanya mengungkapkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban sosial tetapi juga tujuan dari aktivitas tersebut serta hasil yang telah dicapai oleh perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan itu.

  d.

   Cost Benefit Approach

  Perusahaan mengungkapkan aktivitas yang memiliki dampak sosial serta biaya dan manfaat dari aktivitas tersebut. Kesulitan dalam penggunaan pendekatan ini adalah adanya kesulitan dalam mengukur biaya dan manfaat sosial yang diakibatkan oleh perusahaan terhadap masyarakat.

3. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan (Disclosure In Annual

  Report ) perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan sosial dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan interim, prospektus, pengumuman kepada bursa efek atau melalui media masa.

  Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut (Gray,dkk dalam Budi, 2011) menyebutkan ada tiga studi, yaitu :

  a.

   Decision Usefulness Studies

  Balkaoui (1989) dalam Budi (2011) mengemukakan bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas sosial akan mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Sebagian dari studi-studi yang dilakukan oleh para peneliti yang mengemukakan pendapat ini menemukan bukti bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan.

  Para analis, banker dan pihak lain yang dilibatkan dalam penelitian tersebut diminta untuk melakukan pemeringkatan terhadap informasi akuntansi. Informasi akuntansi tersebut tidak terbatas pada informasi akuntansi tradisional yang telah dinilai selama ini, tetapi juga informasi yang lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi. Mereka menempatkan informasi aktivitas sosial perusahaan pada posisi yang moderately

  b.

   Economic Theory Studies

  Studi ini menggunakan agency theory dimana menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Lazimnya, prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau tradisional users lain. Namun, pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen, manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik.

  c.

   Social and Political Theory Studies

  Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholders, teori legitimasi organisasi dan teori ekonomi politik. Teori

  stakeholders mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder.

  Pengungkapan kinerja sosial pada laporan tahunan perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela oleh perusahaan. Adapun alasan-alasan perusahaan untuk mengungkapkan kinerja sosial secara tidak sukarela (Henderson and Person, 1998 dalam Budi, 2011) antara lain : a.

   Internal decision making

  Manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektifitas dari informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Data harus tersedia agar biaya dari manfaatnya bagi perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasikan dan diukur, tetapi analisis secara sederhana lebih baik dari pada tidak sama sekali.

  b.

   Product differentration

  Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan biaya dan manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan yang tidak bertanggung jawab akan terlihat lebih sukses dibandingkan perusahaan yang bertanggung jawab. Hal ini mendorong perusahaan yang bertanggung jawab untuk mengungkapkan informasi tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari perusahaan lain.

  c.

   Enlightened self interest

  Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder yang terdiri dari stockholder, kreditur, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat karena mereka dapat mempengaruhi penjualan dan harga saham perusahaan.

2.1.3 Teori Stakeholders

  Pengenalan terhadap konsep lingkungan organisasi perusahaan yang berkembang sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem dalam manajemen terhadap organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu organisasi perusahaan dapat mencapai tujuannya secara efektif. Terjadinya pergeseran orientasi di dalam dinia bisnis dari shareholders kepada

  

stakeholders telah disebut sebagai penyebab munculnya isu tanggung jawab

  sosial perusahaan. Stakeholders merupakan orang atau kelompok orang yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan. Menurut jones dalam Agustina (2013) menjelaskan bahwa stakeholders dibagi dalam dua kategori, yaitu: a.

  Inside stakeholders, terdiri atas orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori

  Inside stakeholders adalah pemegang saham (stakeholders), manajer dan karyawan.

  b.

  Outside stakeholders, terdiri atas orang-orang maupun pihak-pihak yang bukan pemilik perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, dan bukan pula karyawan perusahaan, namun memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori

  outside stakeholders adalah pelanggan (custumers), pemasok (supplier), pemerintah, masyarakat lokal, dan masyarakat secara umum.

  Teori stakeholders memberikan suatu pandangan perusahaan sebagai suatu nexus of contract (kumpulan kontrak-kontrak) dengan memasukan

  

stakeholders ini dikemukakan oleh Cornell dan Shapiro (1987) yang

  melengkapi temuan dari Titman (1984) dalam Agustina (2013). Sedangkan menurut freeman et al. (2004) dalam Agustina (2013) dikemukakan bahwa teori stakeholders itu dimulai dengan asumsi nilai (value) secara ekplisit dan tidak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha.

  Pendekatan stakeholders, membuat organisasi memilih untuk menanggapi banyak tuntutan yang dibuat oleh para pihak yang berkepentingan (stakeholders), yaitu setiap kelompok dalam lingkungan luar organisasi yang terkena tindakan dan keputusan organisasi. Menurut pendekatan ini, suatu organisasi akan berusahan untuk memenuhi tuntutan lingkungan dari kelompok-kelompok seperti para karyawan, pemasok dan investor serta masyarakat (Robbin dan Coulter, 1999) dalam Agustina (2013).

  Menurut Heal dan Garret (2004) menunjukkan bahwa aktivitas CSR dapat menjadi elemen yang menguntungkan sebagai strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang perusahaan, sehingga berdasarkan stakeholders theory peneliti menduga bahwa terdapat pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2.1.4 Penilaian Kinerja

  Mulyadi (2001) kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil dari berbagai ukuran yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

  Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Lebih lanjut, menurut Mulyadi (2001) tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar menghasilkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Penilaian kinerja juga digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

  Penelitian ini menggunakan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas atau keuntungan perusahaan merupakan hasil dari kebijaksanaan dan keputusan yang dibuat oleh akan menunjukan seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan (Harianto dan Sudomo, 1998).

  Rasio profitabilitas dapat dibagi menjadi enam jenis, yaitu : 1.

  Gross Profit Margin (GPM)

  Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan

  dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).

  2. Net Profit Margin (NPM) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.

  Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

  3. Return on Asset (ROA)

  Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio

  profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.

  4. Return on Investment (ROI)

  Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).

  5. Earning Per Share (EPS)

  Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah

  rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). Oleh karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share. Earning per share adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.

  6. Return on Equity (ROE)

  Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah

  perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.

  Dalam penelitian ini peneliti memakai ROE sebagai salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan.

2.1.5 ROE Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan

  Return On Equity merupakan rasio antara laba bersih terhadap total

  equity . Return on Equity sering disebut juga rate of return on Net Worth

  yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri, sehingga ROE ini ada yang menyebut rentabilitas modal sendiri. Menurut Panggabean (2005) dalam Danu (2011) ROE merupakan rasio antara laba bersih dengan ekuitas pada saham biasa atau tingkat pengembalian investasi pemegang saham (

  rate of return on stockholder’s investment ).

  ROE dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas. Ada dua sisi dalam menggunakan ROE, pertama diasumsikan bahwa ROE yang akan datang merupakan perkiraan dari ROE yang lalu. Tetapi ROE yang tinggi pada masa lalu tidak menjamin ROE yang akan datang juga tinggi (Bodie dkk, 2002 dalam Danu, 2011). Maya (2008) menjelaskan bahwa ROE merupakan alat yang paling sering digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi. ROE dapat memberikan gambaran mengenai tiga hal pokok, yaitu:

  a. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitability)

  b. Efisiensi perusahaan dalam mengelola asset (assets management)

  c. Utang yang dipakai dalam melakukan usaha (financial leverage) Kedua, untuk mengetahui lebih mendalam tentang ROE, para analis menguraikan ROE menjadi beberapa perbandingan yang sering disebut Du

  ℎ

  ROE = Untuk melakukan analisis profitabilitas yang merupakan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan yang dijalankan perusahaan, dibutuhkan angka indikator. Analisis profitabilitas ini memberikan gambaran tentang efektif tidaknya suatu perusahaan. Profitabilitas dapat diukur melalui kemampuan perusahaan mempertahankan kebijakan deviden yang stabil sementara di saat yang sama dapat mempertahankan kenaikan kekayaan pemegang saham dalam perusahaan.

  2.1.6 Struktur Kepemilikan

  Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan jumlah saham yang dimiliki oleh ‘orang dalam’

  (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor. Atau dengan kata lain struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional, kepemilikan manajamen, dan kepemilikan asing dalam saham perusahaan. Dalam menjalankan kegiatannya, perusahaan diwakili oleh direksi (agents) yang ditunjuk oleh pemegang saham (principals).

  2.1.7 Struktur Kepemilikan Asing

  Kepemilikan asing dijelaskan dalam Undang-undang no. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6 kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman melihat keuntungan jangka panjang melalui legitimasi yang diperoleh dari para stakeholder yang didasarkan atas home market (pasar saham) tempat perusahaan itu beroperasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham asing pada perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia lebih mengutamakan pengungkapan CSR (Danu, 2011). Pengertian lainnya mengenai kepemilikan asing yaitu merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan multinasional.

  Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap

  concern terhadap pengungkapan CSR (Anggraini, 2011)

  Kepemilikan asing dapat menjadi salah satu pendukung mekanisme

  

corporate governance , karena perusahaan dengan kepemilikan asing akan

  meningkatkan persaingan pasar di Indonesia. Peningkatan persaingan ini memaksa perusahaan untuk selalu melakukan peningkatan teknologi dan perbaikan didalam corporate governance sehingga terdapat keselarasan antara kepentingan manajer, investor dan stakeholders lainnya.

  Kepemilikan saham asing sendiri merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia. (Rahmawati, 2016) Pengungkapan CSR merupakan salah satu media yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat disekitarnya.

  Dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign

  

stakeholders baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan lebih

  Struktur kepemilikan asing dapat diukur sesuai dengan proporsi saham biasa yang dimiliki oleh asing, dapat dirumuskan:

  ℎ ℎ ℎ ℎ

  Kepemilikan asing = 100%

  ℎ ℎ

  Total saham asing yang dimaksud adalah jumlah persentase saham yang dimiliki oleh pihak asing pada akhir tahun. Sedangkan total saham yang beredar dihitung dengan menjumlahkan seluruh saham yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut pada akhir tahun (Susanti, 2013 dalam rahmawati, 2016)

2.1.8 Corporate sosial responsibility (CSR) dan kinerja keuangan

  Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap masyarakat. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan bersama antara perusahaan, pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat. Kewajiban perusahaan atas CSR diatur undang- undang No, 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjadinya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Peraturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan penggabungan kualitas kehidupan dan lingkungannya.

  Perusahaan akan mengungkapkan informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang bagus akan direspon dari periode ke periode atau peningkatan laba, dan sebaiknya jika perusahaan memiliki kinerja keuangan yang buruk maka akan muncul keraguan dari para investor terhadap perusahaan tersebut, dan direspon negatif dengan penurunan laba ataupun fluktuasi harga saham yang semakin turun (Amalia dan Wijayanto, 2007). Dalam menjalankan kegiatan operasinya, perusahaan berhadapan dengan banyak stakeholder seperti karyawan, pemasok, investor, pemerintah, konsumen, serta masyarakat. Untuk mempertahankan eksistensinya perusahaan memerlukan dukungan stakeholders sehingga aktivitas perusahaan harus mempertimbangkan persetujuan dari stakeholder. Semakin kuat stakeholders, maka perusahaan harus semakin beradaptasi dengan stakeholders. Berdasarkan teori stakeholders, perusahaan memilih untuk menanggapi banyak tuntutan yang dibuat oleh para pihak yang berkepentingan (stakeholders), yaitu setiap kelompok dalam lingkungan luar organisasi yang terkena tindakan dan keputusan organisasi. Diharapkan dengan memenuhi tuntutan para stakeholders dapat meningkatkan penghasilan perusahaan. Penelitian yang mendukung adanya hubungan antara CSR dengan Kinerja perusahaan adalah penelitian (Dahlia dan Siregar, 2008)

2.1.9 Kepemilikan Asing Berpengaruh terhadap Pengungkapan Informasi Sosial dan Kinerja Perusahaan

  Perusahaan multinasional atau dengan kepemilikan asing utamanya melihat keuntungan yang akan didapat berasal dari para stakeholder-nya, secara tipikal berdasarkan atas home market (pasar tempat beroperasi) yang dapat memberikan eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang (Suchman, 1995 dalam Budi, 2011). Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan multinasional haruslah menjalin hubungan baik dengan para stakeholders.

  Perusahaan multinasional yang dimiliki oleh pengusaha Eropa dan United State diyakini dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan para

  stakeholder yang ada. Hal ini disebabkan pengusaha yang berasal dari benua

  paling maju ini mengenal betul cara menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan.

  Untuk menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan, perusahaan multinasional mengungkapkan tanggung jawab sosial sebagai kepedulian mereka terhadap para stakeholder yang ada. Pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan multinasional terutama perusahaan Eropa dan United State sangat mengedepankan isu-isu sosial; seperti hak asasi manusia , pendidikan, tenaga kerja dan isu lingkungan (Machmud dan Djakman, 2008). Tanimoto dan Suzuki (2005) meneliti mengenai luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan publik yang dimiliki oleh pihak asing di Jepang. Hasilnya kepemilikan asing di perusahaan publik di jawab sosial sesuai dengan GRI. Dengan demikian perusahaan multinasional dalam mengungkapan informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan lebih baik dibanding perusahaan nasional. Dengan pengungkapan informasi mengenai tanggung jawab sosial yang baik akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan nantinya akan meningkat apabila perusahaan dapat mengungkapkan tanggung jawab sosial mereka dengan baik. Pengungkapan CSR dapat menjadi elemen yang menguntungkan sebagai strategi perusahaan, memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan (Budi, 2011). Jadi kepemilikan asing memiliki peran dalam hubungan antara pengungkapan tanggung jawab sosial dengan kinerja perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1. Penelitian terdahulu

  Peneliti Judul Hasil Penelitian Lely Dahlia dan Silvia Pengaruh Corporate Social Corporate social responsibility Veronica Siregar Responsibility Terhadap Kinerja berpengaruh terhadap kinerja (2008) Perusahaan (Studi Empiris Pada (ROE dan CAR).

  Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2005 dan 2006) Pengaruh Kepemilikan Manajemen, 1.

  Variabel kepemilikan Wien Ika Permanasari

  Kepemilikan Institusional, Dan manajemen tidak (2010)

  Corporate Social Responsibility memiliki berpengaruh

  Terhadap Nilai Perusahaan terhadap nilai

  2. Variabel kepemilikan institusional tidak memiliki berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 3. corporate

  Variabel social responsibility memiliki pengaruh positif dan siginfikan terhadap nilai perusahaan

  Pengaruh Corporate Social Budi Cahyono (2011)

  1) Variabel pengungkapan CSR

  Responsibility Terhadap Kinerja

  tidak berpengaruh signifikan Perusahaan Dengan Kepemilikan terhadap kinerja keuangan Asing Sebagai Variabel Moderating perusahaan.

  2) Variabel pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel abnormal return (sebagai proksi untuk kinerja pasar perusahaan), 3) Variabel kepemilikan asing sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR dan kinerja perusahaan. Pengaruh

  Corporate Social

  Rimba Kusumadilaga

  1.Variabel CSR berpengaruh

  Responsibility Terhadap Nilai

  (2010) signifikan terhadap nilai

  Perusahaan Dengan Profitabilitas perusahaan. Sebagai Variabel Moderating

  2.Variabel profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan CSR dan nilai perusahaan.

  Pengaruh Kinerja Keuangan 1.

  Kinerja keuangan tidak Sri Rahayu (2010)

  Terhadap Nilai Perusahaan Dengan berpengaruh signifikan Pengungkapan Corporate Social terhadap nilai

  Responsibility Dan Good Corporate perusahaan Governance Sebagai Variabel

  2. Variabel CSR bukan Pemoderasi merupakan variabel keuangan dengan nilai perusahaan.

  3. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap hubungan kinerja perusahaan dengan kepemilikan asing.

  2.3 Kerangka penelitian

Variabel Moderating

(H2+)

  Kepemilikan Asing

  (H3+) Variabel Independen Variabel Dependen Corporate Social

  Kinerja Perusahaan

  Responsibility

  (ROE)

  (H1+)

  2.4 Pengembangan Hipotesis Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan.

  Peningkatan nilai perusahaan dapat dilakukan dengan meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan sendiri dapat dilihat dari beberapa aspek salah satunya adalah tingkat profitabilitas sebagai ukuran kinerja keuangan suatu perusahaan. Seiring dengan banyaknya pemalsuan laporan keuangan membuat profitabilitas tidak menjadi informasi tunggal dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Saat ini para investor mulai melirik perusahaan-perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosial serta

  Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan erat dengan profitabilitas perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada perusahaan-perusahaan yang menjalankan dan mengungkapkan aktivitas CSR. Perusahaan- perusahaan yang dapat menjalankan dan mengungkapkan aktivitas CSR dengan baik dapat meningkatkan reputasi serta dapat mengurangi biaya atas kemungkinan tuntutan atau protes yang akan terjadi, sehingga profitabilitas perusahaan dapat meningkat. Nurlela dan Islahuddin (2008) dalam Rimba (2011) menyatakan bahwa dengan adanya praktik CSR yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan baik oleh investor. Berdasarkan uraian diatas hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan Sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang menjual saham kepada investor asing, dan menjadi PMA (Perusahaan Milik Asing). Hal tersebut mengasumsikan pandangan positif bahwa penjualan tersebut dapat meningkatkan kinerja sekaligus dapat menciptakan kompetisi yang lebih sehat di Indonesia. Perusahaan multinasional atau dengan kepemilikan asing utamanya melihat keuntungan yang akan didapat berasal dari stakeholder-nya, secara tipikal berdasarkan atas home market (pasar tempat beroperasi) yang dapat memberikan eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang (Suchman, dalam

  Barkemeyer, 2007). Berdasarkan uraian diatas hiptesis dapat dirumuskan sebagai berikut : H2: Kepemilikan asing berpengaruh terhadap kinerja perusahaan Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu media yang dipilih perusahaan untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan multinasional terutama perusahaan Eropa dan

  

United State sangat mengedepankan isu-isu sosial; seperti hak asasi

  manusia, pendidikan, tenaga kerja dan isu lingkungan (Machmud dan Djakman, 2008).

  Tanimoto dan Suzuki (2005) meneliti mengenai luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan publik yang dimiliki oleh pihak asing di Jepang. Hasilnya kepemilikan asing di perusahaan publik di Jepang menjadi pendorong perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial sesuai dengan GRI. Dengan demikian perusahaan multinasional dalam mengungkapan informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan lebih baik dibanding perusahaan nasional. Dengan pengungkapan informasi mengenai tanggung jawab sosial yang baik akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan nantinya akan meningkat apabila perusahaan dapat mengungkapkan tanggung jawab sosial mereka dengan baik. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai

  H3: Kepemilikan asing memoderasi hubungan antara CSR dengan kinerja perusahaan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 9 55

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA FINANSIAL PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DISCLOSURE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 7 56

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGANPROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGANPROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL MODERATING - Perbanas Institutional Repository

0 0 23

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL MODERATING - Perbanas Institutional Repository

0 2 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL MODERATING - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING - Perbanas Institut

0 0 24

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS SEBAGAI VARIABEL MODERATING - Perbanas Institutional Repository

0 0 37