BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - BAB II MUZI ATIKA PBSI'14

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang membahas tentang kehidupan sosial masyarakat dalam karya

  sastra berupa cerpen pernah dilakukan oleh Siti Ma‟sumah mahasiswi program pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2003 dengan judul “Kajian Sosial Kumpulan Cerpen Kurma Terbitan Buku Kompas November 2002 dan Relevansinya sebagai Bahan Pengajaran Sastra di SMA”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Ma‟sumah diperoleh hasil berupa nilai-nilai sosial atau realitas sosial yang ada di dalam masyarakat berupa: 1) Kasih sayang pada sesama, 2) Rasa kemanusiaan, 3) Saling menghormati, 4) Suka memberi, 5) Kekeluargaan, 6) Silaturahmi, dan 7) Meminta maaf. Dari data-data tersebut sudah menggambarkan cerminan masyarakat Indonesia yang terjadi khususnya dalam cerpen yang diteliti tersebut. Dengan melihat hasil penelitian tersebut, peneliti merelevansikan kedalam bahan pembelajaran sastra di SMA. Mengingat akan banyak manfaat yang dapat diperoleh maka menurut peneliti cerpen yang sudah dipilih sesuai dengan pembelajaran yang harus diterapkan di dalam sekolah.

  Kemudian penelitian lain yang mengkaji tentang kehidupan sosial juga pernah dilakukan oleh Pujiati. Penelitian tersebut berjudul Nilai Sosial Novel Miskin Kok

  

Mau Sekolah...? Sekolah dari Hongkong...??? Karya Wiwid Prasetyo dan Saran

  Penerapannya sebagai Bahan Pengajaran Sastra di SMP. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis karena menganalisis dan mendeskripsikan data dalam bentuk kalimat. Sumber data dari penelitian ini adalah sebuah novel yang berjudul

  8

  

Miskin Kok Mau Sekolah...? Sekolah dari Hongkong...??? Karya Wiwid Prasetyo.

  Pada penelitian tersebut ditemukan nilai-nilai sosial yaitu: 1) Nilai material berupa sesuatu yang berguna bagi fiisk seseorang, 2) Nilai vital berupa sesuatu yang mendukung aktivitas seseorang, dan 3) Nilai kerohanian berupa sesuatu yang berguna bagi siswa atau psikis seseorang. Peneliti juga menerapkan pada pengajaran sastra di SMP, karena menurut peneliti novel tersebut dapat dijadikan pengetahuan bagi siswa untuk dapat mengetahui gambaran kehidupan terutama dalam novel yang sudah dipilih dan dikaji tersebut.

  Dalam penelitian yang membahas tentang permasalahan dalam kehidupan sosial pada umumnya antara peneliti dengan peneliti yang lain pasti memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan yang terjadi terletak pada kajian sosial yang digunakan dan perbedaan terletak pada landasan teori, data dan sumber data yang digunakan. Pada penelitian pertama data berupa kumpulan cerpen yang mengandung nilai-nilai sosial, sumber data berupa kumpulan cerpen Kurma terbitan buku Kompas november 2002. Pada peneliti kedua data berupa novel yang mengandung nilai-nilai sosial kehidupan, sumber data berupa novel Miskin Kok Mau Sekolah...? Sekolah dari

  

Hongkong karya Wiwid Prasetyo. Sedangkan pada peneliti selanjutnya data yang

  digunakan berupa kutipan yang mengandung potret kehidupan masyarakat desa dan kota, sumber data berupa kumpulan cerpen Setubuh Seribu Mawar karya Yanusa Nugroho.

B. Kehidupan Sosial Masyarakat Desa dan kota 1. Pengertian Masyarakat

  Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan tersebut, manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat ini dan terdapat masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat kemudian berkembang mengkuti perkembangan jaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yang terjadi secara globlal. Menurut Soelaeman, (2008:122), dalam bahasa Inggris masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berarti kawan.

  Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab, yaitu syrik artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk- bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.

  R. Linton (dalam Hartomo dkk, 2008:88-89), mengemukakan masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama.

  Mereka dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Kemudian menurut Nursid Sumaatmadja (dalam Warsito 2012:116), pengertian masyarakat sebagai pergaulan hidup meliputi komponen-komponen laki-laki, perempuan dan anak-anak. Mereka hidup dalam satu kawasan dan saling ketergantungan. Jalinan pergaulan ini dikembangkan atau berkembang karena adanya sifat-sifat yang sama dan berbeda diantara manusia- manusia yang menjadi komponennya.

  Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup dan saling berhubungan. Terdiri dari beraneka ragam

  

bentuk budaya yang dapat dilihat dari perbedaan suku bangsa, agama, ras, dan yang

lainnya . Kemudian membentuk kelompok yang lebih besar dan hidup teratur oleh adat

  di dalamnya, dimana sebagaian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat sangat identik dengan berbagai macam keadaan dan situasi yang berbeda-beda maka sering terjadi perbedaan pendapat dengan warga masyarakat lainnya. Hal ini yang akan menjadikan masyarakat tersebut mempunyai hubungan yang sangat penting dengan lingkungan sekitarnya.

  2. Ciri-Ciri Masyarakat

  Masyarakat awal mulanya terbentuk dari masyarakat kecil yang artinya sekumpulan orang. Misalnya sebuah keluarga yang dipimpin oleh kepala keluarga kemudian dari kelompok keluarga akan membentuk sebuah RT dan RW dan sebagainya. Masyarakat tidak akan pernah terbentuk tanpa adanya seorang pemimpin.

  Seorang pemimpin yang akan memimpin sebuah masyarakat biasanya bisa dipilih dengan berbagai cara yang nantinya akan bertanggung jawab dalam kehidupan lingkungannya. Dengan adanya seorang pemimpin kehidupan masyarakat akan lebih terarah dan teratur sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Dalam hal ini Warsito mengungkapkan (2012:122), di dalam suatu negara baik dalam kota maupun desa memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Interaksi antara warga, 2) Adanya norma, 3) Suatu kontinyuitas dalam waktu, dan 4) Identitas sosial. Adapun ulasannya adalah:

  1) Interaksi antara warga

  Adanya interaksi yang berlangsung antar warga dengan warga lainnya merupakan hal yang lumrah yang biasa terjadi di dalam masyarakat. Mereka sama- sama memiliki kepentingan bersama yang membuahkan hasil reka cipta masyarakat tersebut untuk menopang keberlangsungan dan mempertahankan hidup mereka masing-masing. Interaksi dalam hal ini bertujuan agar terlaksana segala aktivitas baik dalam maupun luar tempat tinggal mereka dan sangat mungkin akan terjadi beberapa konflik yang menjadikan warga saling bertukar fikiran satu sama lain. Adanya interaksi dalam suatu masyarakat menggambarkan bahwa mereka akan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan masing-masing. Kemudian dengan terjadinya inteaksi antara warga dengan kelompok warga lainnya akan menciptakan suasana kekeluargaan dan kehidupan sosial yang harmonis, (Warsito, 2012:122).

2) Adanya norma

  Dengan adanya norma-norma, adat-istiadat, hukum dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga tersebut, manusia akan mandapatkan jaminan perlindungan atas dirinya dan kepentingan dalam berhubungan dengan sesamanya di masyarakat. Dengan adanya jaminan perlindungan terhadap diri dan kepentingan dalam hidup masyarakat dapat terbentuk. Keserasian hubungan diantara warga masyarakat dapat menciptakan keamanan dan ketertiban. Kehidupan di dalam suatu masyarakat juga dapat terlihat jelas arah dan tujuannya. Setiap masyarakat akan sadar akan tingkah dan lakunya yang dilakukan di dalam kehidupan tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan norma adalah untuk menciptakan keamanan dan ketertiban dalam hidup masyarakat, (Warsito, 2012:122).

  3) Suatu kontinyuitas dalam waktu.

  Perkembangan dalam proses sosial berlangsung bertahap dan terus menerus dari si anak dalam kandungan hingga mencapai kematangan. Perkembangan tersebut terjadi dalam kurun waktu tertentu sehingga terjadi kesinambungan antar proses suatu warga dengan warga lainnya. Dalam hal ini, perkembangan yang terjadi merupakan proses kehidupan suatu masyarakat yang pada hakekatnya meningkatkan daya fikir yang lebih tinggi. Manusia akan memperoleh perubahan dari hasil perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu yang tidak menentu. Setiap manusia yang hidup pastinya memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan arah yang telah ditentukan, (Warsito, 2012:122).

  4) Identitas sosial

  Identitas adalah jati diri yang dimiliki seseorang yang ia peroleh sejak lahir hingga melalui proses interaksi yang dilakukannya setiap hari dalam kehidupannya.

  Dari interaksi tersebut kemudian membentuk suatu pola khusus yang mendefinisikan tentang orang tersebut. Identitas yang dimiliki seorang warga masyarakat menjadikan orang tersebut dapat dikenal dan diakui sebagai anggota dari kelompok masyarakat tersebut. Seseorang wajib memiliki identitas diri yang pada dasarnya memiliki tujuan agar ia lebih mudah berinteraksi dengan warga lainnya. Jika tiap warga tidak memiliki identitas diri maka tidak akan tercipta suatu proses sosial pada umumnya, kehidupan mereka akan penuh dengan sejumlah pertanyaan yang menjadikan kelompok warga menjadi tidak menentu tujuan hidupnya, (Warsito, 2012:122).

  Sejalan dengan ciri-ciri di atas Hartomo dkk (2008:90) mengungkapkan ciri- ciri yang terdapat di dalam masyarakat adalah: 1) Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia dan harus banyak jumlahnya, 2) Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah tertentu, 3) Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama untuk maju dan mencapai satu cita-cita yang sama. Kemudian menurut Horton dan Hunt (dalam Setiadi, dkk. 2006:82), ciri-ciri masyarakat yaitu: 1) Kelompok manusia, 2) Memiliki kebebasan yang bersifat kekal, 3) Menempati suatu kawasan, 4) Memiliki kebudayaan, 5) Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan. Adapun ulasannya sebagai berikut:

  3) Kelompok manusia

  Kelompok sosial terbentuk setelah diantara individu yang satu dan individu yang lain bertemu. Pertemuan antar individu yang menghasilkan kelompok sosial haruslah berupa proses interaksi, seperti adanya kontak, komunikasi, kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi untuk mencapai tujuan bersama bahkan mungkin mengadakan persaingan, pertikaian dan konflik. Interaksi inilah yang nantinya akan membentuk suatu kelompok yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam hal ini setiap warga masyarakat mempunyai karakter yang berbeda. Karakter tersebut yang menggambarkan bahwa suatu kehidupan yang terdiri dari beberapa masyarakat tidak akan mudah untuk dijalankan berdasarkan keinginan masing-masing orang, (Setiadi, dkk. 2006:82).

  4) Memiliki kebebasan yang bersifat kekal Kebebasan merupakan tempat bergantungnya ketinggian harga diri manusia.

  Setiap kebebasan hakikatnya adalah aturan yang menjadi pilihan tiap orang. Kebebasan juga merupakan kehendak bebas manusia yang berarti kita dapat memutuskan suatu hal dari banyak pilihan-pilihan dan peristiwa yang terjadi dalam hidup. Setiap orang memiliki kehendak dan kebebasan dalam menentukan suatu pilihan sehingga terlihat bahwa tujuan setiap manusia memang sangat beragam. Kebebasan tersebut bukan berarti mereka semena-mena dalam melakukan sesuatu namun harus disesuaikan dengan aturan yang berlaku, (Setiadi, dkk. 2006:82).

  5) Menempati suatu kawasan

  Kawasan merupakan tempat yang mempunyai ciri serta mempunyai kekhususan untuk menampung kegiatan manusia berdasarkan kebutuhan yang dimilikinya. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan di dalam memilih sebuah tempat yang sesuai dengan keinginan dan kepantasannya untuk ditempati. Sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya yaitu tempat itu cukup nyaman dari segi lingkungannya, cukup mudah dalam pencapaiannya dan tempat itu tidak terlalu kotor apabila akan dijadikan tempat untuk tinggal. Suatu kawasan merupakan sandaran kehidupan seorang manusia dalam hidup, ketika mereka tidak memiliki kawasan yang dapat dijadikan suatu tempat tinggal akan menyusahkan mereka dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya, (Setiadi, dkk. 2006:82).

  6) Memiliki kebudayaan

  Suatu masyarakat merupakan himpunan dari individu yang membentuk suatu kelompok sosial budaya. Oleh karena itu kehidupan sosial budaya melekat dan berpengaruh serta menjadi pedoman bagi setiap perilaku individu. Dalam kehidupan, sosial budaya mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan ideologi yang mereka anut hal ini terjadi dikarenakan prinsip hidup mereka yang beragam. Kebudayaan dalam hal ini, sudah sangat melekat di dalam kehidupan masyarakat desa yang memiliki kewenangan di dalamya, (Setiadi, dkk.

  2006:82).

7) Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan

  Aspek individu, keluarga, masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan karena tidak akan pernah ada keluarga dan masyarakat apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat. Dimana hal tersebut merupakan media dimana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya serta menumbuhkembangkan perilakunya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku sosial suatu individu tersebut bergantung dari keluarga dan masyarakat disekitarnya. Dalam hal ini perilaku dari setiap warga menjadikan gambaran bagaimana mereka hidup dalam suatu kawasan yang di dalamnya terdapat adat dan kebudayaan yang mereka percayai, (Setiadi, dkk. 2006:82).

  Dari ketiga pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang terdapat di dalam masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Menempati suatu kawasan yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal, 2) Memiliki identitas diri sebagai alat dalam membentuk suatu pola interaksi sosial dengan warga masyarakat luas, 3) Adanya suatu interaksi antar warga dengan kelompok warga lainnya yang tujuannya agar lebih mudah dalam melakukan aktivitas baik dalam maupun luar rumah, 4) Terdapat aturan atau undang-undang yang bertujuan untuk mengatur segala perilaku yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat, dan 5) Memiliki kebudayaan yang di dalamnya terdapat kepercayaan antar warga masyarakat dan bertujuan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu.

3. Kehidupan Sosial Masyarakat

  Manusia adalah makhluk sosial. Ungkapan ini berarti manusia harus hidup berkelompok atau bermasyarakat. Mereka tidak dapat hidup dengan baik jika tidak berada dalam kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain untuk hidup secara memadai dia harus berhubungan dengan orang lain. Masing-masing manusia (orang) saling membutuhkan pertolongan sesamanya. Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain yang paling penting terjadi adalah suatu reaksi yang menyebabkan munculnya berbagai tindakan. Reaksi itu disebut dengan proses sosial. Proses sosial itu terjadi disebabkan dalam tiap-tiap diri manusia. Permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat dengan sendirinya lebih beragam sekaligus lebih kompleks.

  Menurut Faruk (2010:17), manusia sebagai makhluk hidup dibangun dan diproses oleh kekuatan-kekuatan dan mekanisme-mekanisme fisik kimiawi. Dalam hal ini bukan manusia sebagai individu yang sepenuhnya mandiri melainkan manusia sebagai individu yang terkait dengan individu lain. Manusia yang hidup dalam lingkungan berbeda diantara manusia-manusia yang lain memiliki tujuan dan keinginan yang sama yaitu mempertahankan diri dari segala sesuatu yang terjadi.

  Manusia sebagai kolektivitas, baik yang disebut dengan komunitas maupun sosietas tidak akan terpisah jauh melainkan akan saling bergantung satu sama lain. Dengan begitu kehidupan sosial akan berjalan dengan semestinya seperti yang diharapkan oleh masing-masing anggota kelompok masyarakat.

  Kemudian menurut Turner (2012:xxvi), kehidupan sosial merupakan segala upaya untuk memahami watak dan sifat masyarakat dan bagaimana masyarakat itu bekerja. Di dalam teori sosial memiliki arti yaitu usaha untuk mencoba menjelaskan fakta-fakta dunia fisik dengan menggunakan hukum-hukum ilmu alam yang terus berkembang dan mencakup dari upaya yang dilakukan oleh ilmu-ilmu sosial. Jadi, di dalam suatu kehidupan sosial tidak jauh dari segala konflik yang terjadi ditengah- tengah warga masyarakat. Hal ini dikarenkan adanya perbedaan watak dan perilaku yang dilakukan oleh warga tersebut. Dengan adanya perbedaan tesebut di dalam kehidupan sosial terdapat undang-undang yang mengatur segala perilaku manusia dan dapat dijadikan sebagai pedoman agar tidak terjadi perpecahan di dalam kehidupan sosial tersebut.

  Menurut Soekanto (2001:66) proses atau kehidupan sosial adalah cara-cara berhubungan orang perorang dan kelompok-kelompok sosial yang bertemu dan menuntaskan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut. Kemudian apa saja yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial juga sebagai pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan misalnya pengaruh mempengaruhi antar sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum dan seterusnya. Setiap masyarakat tentunya akan saling roses ini juga menentukan seberapa dekat tingkat kekeluargaan dan kedekatan antara seseorang dengan anggota masyarakat lainnya. Kedekatan ini yang menjadikan setiap warga masyarakat memiliki kewenangan dalam mencapai tujuan masing-masing.

  Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan kehidupan sosial adalah proses dimana seseorang berhubungan dengan orang lain untuk mengetahui watak dan sifat serta kebiasaan yang dilakukan masing-masing orang. Antara kelompok orang dengan kelompok lain mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling bergantung satu sama lain. Hubungan tersebut menggambarkan bahwa setiap manusia tidak akan terlepas dari bantuan orang lain. Kehidupan sosial juga dapat dikatakan proses dimana suatu kebersamaan terjalin menjadi satu yang di dalamnya memiliki tujuan masing-masing untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

  Proses tersebut terjadi dikarenakan adanya suatu tindakan yang dilakukan dengan berbagai cara dalam mewujudkannya.

4. Kehidupan Sosial Masyarakat Desa

  Kehidupan sosial masyarakat desa tidak akan terlepas dari pola hidup tradisional baik dari segi interaksi sosial maupun dari segi cara pengembangan taraf perekonomian. Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama dan kebudayaan yang tidak mengalami perubahan mendasar. Kehidupan masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, berhubungan erat dan sifat-sifat yang hampir seragam.

  Selain itu, kehidupan masyarakat pedesaan sering dinilai sebagai kehidupan yang tenteram, damai, selaras. Jauh dari perubahan yang dapat menimbulkan konflik dan mudah untuk beradaptasi dalam melaksanakan penyesuaian dalam kehidupan sosial . mereka

a. Pengertian Masyarakat Desa

  Menurut Egon E. Bergel (dalam Raharjo, 2004: 29), desa bisa dikatakan sebagai “setiap pemukiman para petani (peasants)”. Faktor pertanian bukanlah ciri yang selalu harus terletak pada setiap desa. Ciri utama yang terletak pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal (menetap) dari suatu kelompok masyarakat yang relatif kecil atau dengan perkataan lain suatu desa ditandai oleh keterikatan warganya terhadap kehidupan mereka. Keterikatan terhadap wilayah ini disamping terutama untuk tempat tinggal juga untuk menyangga kehidupan mereka. Kemudian menurut Soekanto (2002:153), masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan masyarakat desa biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng, tukang bata, tukang membuat gula dan bahkan tukang catut.

  Dalam hal ini, Hartomo (2008:239) juga mengungkapkan bahwa desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya.

  Hasil dari perpaduan itu adalah suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan juga dalam hubunganya dengan daerah lain. Kemudian menurut Setiadi, dkk(2006:87), sebuah desa seringkali ditandai dengan kehidupan yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk keramaian, penduduknya ramah-tamah, saling mengenal satu sama lain, mata pencaharian penduduknya kebanyakan sebagai petani atau nelayan. Orang desa mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam antar sesama warganya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan. Hal ini dapat di jelaskan dalam Undang-undang tentang desa No 6 pasal 1 ayat 9 Tahun 2014 yang berbunyi: Kawasan pedesaaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

  Dari beberapa pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa masyarakat desa merupakan suatu kumpulan orang yang saling berinteraksi antar sesama warganya.

  Mereka hidup di lingkungan yang khas dan alami yang memiliki kewenangan dalam meskipun tidak semua kebutuhan ekonomi mereka dapatkan dari bertani atau berkebun. Di dalam suatu masyarakat desa, rasa kekeluargaan sangat mereka utamakan sehingga di dalam masyarakat desa sering mengadakan perkumpulan antar warga masyarakat sekitar. Perkumpulan tersebut bertujuan agar ikatan yang terjalin di dalam suatu hubungan antar sesama warga masyarakat dapat mereka pertahankan.

b. Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Desa

  Masyarakat pedesaan biasanya ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga anggota masyarakat yang sangat kuat hakekatnya. Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Adat dan kebudayaan yang sangat melekat dalam hidup mereka menjadi cermin bahwa anggota masyarakat masih mempercayai kebiasaan nenek moyang meeka. Secara umum sistem kekerabatan dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting antar warganya. Berikut ini penjelasan secara rinci mengenai ciri-ciri kehidupan masyarakat desa dari berbagai pendapat yaitu sebagai berikut: Menurut Setiadi, dkk (2006:80) masyarakat pedesaan mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu: 1) Kumpulan orang, 2) Sudah terbentuk dengan lama, 3) Sudah memiliki system social atau struktur sosial tersendiri, 4) Memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama. Sajogyo, dkk (2002:24-32), ciri-ciri kehidupan masyarakat pedesaan ialah: 1) Konflik dan persaingan, 2) Kegiatan bekerja, 3) Sistem tolong menolong, 4) Gotong royong, 6) Jiwa gotong royong, 7) Musyawarah, dan 8) Jiwa musyawarah. Kemudian menurut Hartomo (2008:246-248) ciri-ciri yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat desa atau pedesaan yaitu: 1) Homogenitas sosial, 2) Hubungan primer, 3) Kontrol sosial kuat, 4) Gotong-royong, 5) Ikatan sosial, 6) Magis religius, 7) Mata pencaharian di bidang agraris. Adapun ulasannya sebagai berikut:

2) Homogenitas Sosial

  Masyarakat desa pada umumnya terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja sehingga pola tingkah laku maupun kebudayaan sama/homogen. Oleh karena itu hidup di desa biasanya terasa tentram aman dan tenang. Hal ini disebabkan oleh pola pikir, pola penyikap dan pola pandangan yang sama dari setiap warganya dalam menghadapi masalah. Tentunya dengan adanya persamaan tersebut memudahkan warga dalam menghadapi suatu permasalahan. Dalam kehidupan masyarakat desa semua kegiatan bisa dilakukan secara bersama-sama dengan harapan agar dapat menghasilkan hasil yang lebih baik. (Hartomo, 2008:246).

  Sementara itu menurut Soelaeman (2008:134), Homogenitas atau persamaan dalam ciri-ciri sosial dan psikologi, bahasa, kepercayaan, adat isiadat dan perilaku sering nampak pada masyarakat pedesaan bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Dalam hal ini seluruh kampung-kampung atau bagian dari suatu masyarakat desa mengenai minat dan pekerjaannya hampir sama sehingga kontak tatap muka lebih sering. Dengan adanya hal tersebut memudahkan setiap warga masyarakat dalam berinteraksi dengan orang lain. Interaksi tersebut yang menjadikan adanya suatu perasaan bahwa setiap warga pastinya saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan yang terlihat lebih dekat ini menjadikan salah alat dalam mempererat rasa kekeluargaan satu sama lain.

  3) Hubungan Primer

  Masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara akrab, semua kegiatan dilakukan secara musyawarah, mulai dari masalah-masalah umum atau masalah bersama sampai masalah pribadi. Dalam kehidupan masyarakat desa, mereka sangat mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi. Hal ini dikarenakan rasa solidaritas mereka yang sangat tinggi sehingga membuat ikatan sosial mereka sangat dekat. Hubungan yang begitu dekat ini salah satu cara yang dapat mengeratkan persaudaraan diantara mereka sehingga kehidupan terasa lebih nyaman dan tentram. Mereka tidak pilah-pilih dalam pergaulan atau memandang latar belakang dari kehidupan antar warga masyarakat lainnya, (Hartomo, 2008:247).

  4) Kontrol Sosial Kuat

  Masyarakat pedesaan sangat intim dan diutamakan sehingga setiap anggota masyarakatnya saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota yang lain. Ketika terdapat salah satu warganya yang kesusahan, warga lainnya akan senantiasa membantu dengan sepenuh hati tanpa mengharapkan imbalan apapun. Kepedulian yang dimiliki oleh warga desa ini mencerminkan bahwa diantara mereka memiliki ikatan persaudaraan yang sangat tinggi. Saling tolong menolong merupakan kewajiban yang harus mereka tanam secara mendalam sehingga bisa dilihat di dalam kehidupan masyarakat desa sangat jarang terjadi konflik. Berdasarkan hal tersebut dapat dicerminkan bahwa kontrol sosial yang dimiliki oleh warga desa sangat tinggi, (Hartomo, 2008:247).

5) Gotong-Royong

  Nilai-nilai gotong-royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya. Semua masalah kehidupan dilaksanakan secara gotong-royong, baik dalam arti gotong-royong murni maupun gotong-royong timbal balik. Gotong royong biasanya dilakukan atas dasar keinginan dari masing-masing warga masyarakat.

  Setiap warga masyarakat akan membantu suatu pekerjaan tersebut dengan sukarela dan tanpa mengharapkan imbalan apapun. Pekerjaaan tersebut dilakukan secara bersama-sama dalam memperoleh tujuan yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh tiap-tiap masyarakat. Dalam hal ini gotong royong juga dapat dikatakan sebagai alat persatuan yang dapat mempererat antara warga dengan kelompok warga masyarakat lainnya , (Hartomo, 2008:247).

  Sementara itu menurut Sajogyo (2007:28), disamping adat istiadat, tolong menolong antara warga desa dalam berbagai macam lapangan aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun hubungan kekerabatan ata lain-lain. Hubungan yang berdasarkan efisiensi dan sifat praktis ada pula aktivitas- aktivitas beekerjasama yang lain yang secara populer biasanya juga diebut gotong royong. Hal itu adalah aktivitas bekerjasama antara sejumlah besar warga desa untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu yang dianggap berguna bagi kepentingan umum.

  6) Ikatan Sosial

  Setiap anggota masyarakat desa diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara ketat. Oleh karena itu setiap anggota harus patuh dan taat melaksanakan aturan yang ditentukan. Lebih-lebih bagi anggota yang baru datang, ia akan diakui menjadi anggota masyarakat tersebut atau ikatan sosial tersebut. Kebudayaan yang sudah turun temurun tersebut merupakan kepercayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Dalam hal ini, menjadikan pola pikir masyarakat menjadi irasional dan berbeda. Mereka akan melakukan segala macam cara untuk mengabdikan dirinya pada kepercayaan tersebut, (Hartomo, 2008:247).

  7) Magis Religius

  Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam. Bahkan setiap kehidupan sehari-hari dijiwai bahkan diarahkan kepadanya.

  Kepercayaan tersebut menjadikan warga masyarakat selalu melakukan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan. Dengan menjauhi larangannya merupakan salah satu usaha dalam menghindari hal-hal yang membuahkan dosa. Setiap warga masyarakat desa tentunya mempunyai agama dan kepercayaan masing-masing sehingga dalam hidupnya terdapat aturan sebagai alat untuk menentukan jalan hidupnya, (Hartomo, 2008:248).

8) Mata Pencaharian di Bidang Agraris

  Pada suatu masyarakat desa, kegiatan dilakukan dengan cara mengolah sumber daya alam terlebih dahulu sehingga menghasilkan barang baru.

  Misalnya mengolah tanah pertanian, membuat perkebunan kelapa sawit, dan pemeliharaan ikan bandeng. Masyarakat desa, pada umumnya memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dengan memanfaatkan hasil pertanian atau alam yang tumbuh di daerah mereka. Mereka berusaha menjaga dan merawat tumbuhan atau tanaman yang tumbuh disekitar tempat tinggal mereka dengan harapan hasilnya dapat dimanfaatkan di kehidupan yang akan datang. Kebutuhan yang setiap hari-harinya selalu bertambah menjadikan setiap masyarakat harus mempunyai strategi dalam menjaga lahan yang mereka miliki tersebut, (Hartomo, 2008:248).

  Sementara itu Soelaeman (2008:133) mengungkapkan pada umumnya kebanyakan mata pencaharian daerah pedesaann adalah bertani. Tetapi mata pencaharian berdagang (bidang ekonomi) merupakan pekerjaan sekunder dari pekerjaan nonpertanian. Sebab beberapa daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha (busines) atau industri, demikian pula kegiatan mata pencaharian untuk tujuan hidupnya lebih luas lagi. Pertanian merupakan salah satu usaha masyarakat desa yang dapat menghasilkan suatu kebutuhan ekonomi. Bagi mereka hasil dari pertanian adalah modal untuk pemenuhan kehidupan, dimana mereka akan sennatiasa menjaga segala sesuatu yang berhubungan dengan hasil pertaniannya. Dengan adanya berbagai macam ciri-ciri yang nampak dalam kehidupan masyarakat desa. Hal tersebut mencerminkan bahwa masyarakat yang tinggal di dalam kawasandesa tentunya memiliki beragam ciri-ciri atau kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di dalam kehidupan mereka. Ciri-ciri tersebut merupakan kekhasan mereka dalam kehidupan di lingkungan masing-masing. Kemudian dalam hal ini, Sugihen (1997:73), mengungkapka bahwa ciri-ciri kehidupan yang terdapat di dalam masyarakat desa adalah : 1) Terdiri dari kelompok rumah, 2) Terdapat lahan pertanian, 3) Lahan usaha tani terpisah dari pemukiman warga, 4) Terdapat padang penggembalaan. Adapun ulsannya sebagai berikut:

1) Terdiri dari kelompok rumah

  Rumah merupakan suatu tempat yang dijadikan sebagai tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas atau hal-hal lain. Tempat yang tentram, damai, dan menyenangkan bagi penghuni yang menempati kawasan tersebut. Setiap masyarakat biasanya mengutamakan situasi dan suasana dari pada kondisi dan keadaan fisik rumah itu sendiri. Hal ini dilakukan agar mereka lebih mudah dan nyaman dalam berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Selain itu juga untuk mencari kenyamanan tersendiri agar tercipta rumah yang sehat dan alami, (Sugihen, 1997:73).

  Sementara itu menurut Koestoer (1997:11), karakteristik kawasan pemukiman penduduk pedesaan ditandai terutama oleh ketidakaturan bentuk fisik rumah. Pola pemukimannya cenderung berkelompok membentuk perkampungan yang letaknya tidak jauh dari sumber air. Pola pemukiman pedesaan yang masih sangat tradisional banyak mengikuti pola bentuk sungai karena saat itu sungai disamping sebagai sumber kehidupan sehari-hari juga berfungsi sebagai jalur transportasi antar wilayah.

  2) Terdapat lahan pertanian

  Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijaLahan pertanian merupakan salah sautama pada usaha pertanian. Masyarakat akan senantiasa melakukan berbagai cara agar lahan tersebut dapat berguna dan bermanfaat. Salah satu manfaatnya yaitu dengan menanam berbagai macam tumbuhan pangan atau obat-obatan yang nantinya hasil dari tumbuhan tersebut dapat dinikmati.

  Hasil yang memuaskan juga tidak lain dari usaha masyarakat desa dalam memperkaya tumbuhan tersebut dengan menjaga dan melestarikannya, (Sugihen, 1997:73).

  3) Lahan usaha tani terpisah dari pemukiman warga

  Lahan usaha tani adalah kegiatan pemanfaatan atau sumbe Kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai tanaman atau bercocok tanam. Biasanya lahan yang diusahakan sebagai penghasil pertanian berada di tempat yang jauh dari pedesaan. Lahan tersebut digunakan sebagai tempat yang dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan ekonominya. Hal ini disebabkan agar dalam proses kegiatannya tidak mengganggu warga masyarakat lain dan dapat menghasilkan hasil pertanian yang maksimal, (Sugihen, 1997:73).

  4) Terdapat padang penggembalaan

  Suatu pedesaan biasanya terdapat lahan yang ditumbuhi tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat memungutnya. Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput unggul dan jenis rumput yang digunakan untuk menggembalakan ternak. Adanya lahan yang dapat digunakan untuk penggembalaan ternak merupakan salah satu upaya demi mensejahterakan kehidupan ekonomi masyarakat. Mereka akan bekerja keras dan berusaha memanfaatkan lahan tersebut agar dapat berguna untuk kehidupannya. Hewan ternak yang mereka miliki akan lebih mudah dalam mencari makananya, sehingga setiap masyarakat tidak perlu susah payah untuk mencari jenis makanan yang dapat di makan oleh hewan ternak tersebut, (Sugihen, 1997:73).

  Berdasarkan beberapa pendapat tentang ciri-ciri kehidupan masyarakat yang ada di dalam masyarakat desa diatas. Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri yang ada di dalam masyarakat desa menjadi tujuh jenis. Ketujuh ciri- ciri tersebut merupakan ciri-ciri yang telah ditemukan dalam cerpen yang akan di bahas dan dianalisis. Hasil dari analisis tersebut akan disesuaikan dengan kutipan- kutipan yang telah ditemukan dalam cerpen-cerpen yang akan dipakai. Berikut ini adalah ciri-ciri masyarakat desa yang telah ditemukan yaitu: 1) Hubungan primer, 2) Kontrol sosial kuat, 3) Gotong royong, 4) Mata pencaharian di bidang agraris, 5) Musyawarah 6) Terdapat lahan pertanian, dan 7) Magis religius.

  5. Kehidupan Sosial Masyarakat Kota

  Kehidupan sosial masyarakat kota merupakan suatu kehidupan yang warganya bertempat tinggal di wilayah metropolitan atau ibu kota yang menjadi pusat perekonomian dan segala macam hal yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan. Kepadatan penduduk pada masyarakat kota pada umumnya dapat dikatakan cukup tinggi sehingga perbedaan status sosial ekonomi maupun kultural dapat menimbulkan sifat individualisme. Masyarakat perkotaan secara sosial kehidupannya cendrung heterogen, individual dan karena persaingan yang tinggi, seringkali menimbulkan pertentangan atau konflik. Sifat kegotong royongan yang murni juga sudah sangat jarang dijumpai di dalam kota, hal ini dikarenakan kehidupan sosial warga masyarakat kota tidak membutuhkan orang lain dalam hidupnya.

a. Pengertian Masyarakat Kota

  Menurut Hartomo (2008:228-229), kota merupakan pusat pendomisian yang bertingkat-tingkat sesuai dengan sistem administrasi negara yang bersangkutan. Kota juga merupakan pusat dari kegiatan-kegiatan kebudayaan, sosial, ekonomi, dan komunikasi. Dengan adanya sistem komunikasi dan transportasi yang baik tidaklah aneh jika kota tersebut merupakan jaringan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota itu sendiri bahkan negara pada umumnya. Maka dari itu kota letaknya strategis baik dari lalu lintas darat, laut, maupun udara dan akan berkembang dengan pesat. Dengan adanya hal tersebut banyak masyarakat yang mengatakan bahwa kota merupakan tempat yang memiliki banyak keunikan dan harapan.

  Menurut Ahmadi (1991:228), masyarakat kota sering disebut urban comunity. Masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Perhatian khusus masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian, makanan dan perumahan tetapi mempuyai perhatian lebih luas lagi. Orang-orang kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup artinya tidak hanya sekedar atau apa adanya. Kemudian Soekanto (2002:155) juga berpendapat bahwa masyarakat perkotaan atau urban comunity adalah masyarakat kota yang tidak tertentu jumlah penduduknya. Mayarakat yang saling membutuhkan pertolongan satu sama lain karena mereka adalah makhluk sosial yang memiliki banyak tujuan yang berbeda- beda.

  Dari beberapa pengertian masyarakat kota diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat kota adalah suatu kehidupan masyarakat yang wilayahnya lebih luas dari kehidupan masyarakat di desa. Jumlah penduduknya tidak terbatas karena terdiri dari berbagai macam-macam suku dan berkumpul menjadi satu. Dengan begitu hasil mata pencaharian yang dimiliki penduduk kota juga bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Keragaman dari berbagai masyarakat inilah yang menjadikan kota sangat terlihat sebagai tempat yang menguntungkan untuk sebagian orang. Maka dari itu kota menjadi kepercayaan masyarakat untuk bisa menjadikan kebutuhan ekonomi mereka terjamin dan terpenuhi.

b. Ciri-Ciri Masyarakat Kota

  Masyarakat kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen- komponen yang membentuk struktur kota tersebut. Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut. Masyarakat pada umumnya memiliki peraturan yang membawa dan membantu seseorang dalam proses kehidupan sehari-harinya. Maka dari itu, setiap warganya memiliki ciri khas yang berbeda-beda dalam hal ini yang menjadikan mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Berikut ini terdapat beberapa ciri-ciri yang menonjol pada masyarakat kota menurut beberapa pendapat sebagai berikut.

  Menurut Soekanto (2002:156-157) ciri-ciri yang terdapat didalam masyarakat kota yaitu: 1) Kehidupan keagamaan berkurang, 2) Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri, 3) Pembagian kerja cepat, 4) Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak, 5) Jalan pikiran rasional, 6) Jalan kehidupan yang cepat, 7) Perubahan sosial tampak dengan nyata. Kemudian menurut Hartomo (2001:233-235), ciri-ciri masyarakat perkotaan yaitu: 1) Heterogenitas sosial, 2) Hubungan sekunder, 3) Toleransi sosial, 4) Kontrol sekunder, 5) Mobilitas sosial tinggi, 6) Individual, 7) Ikatan sukarela, 8) Segregasi keruangan. Adapun ulasannya sebagai berikut:

1) Heterogenitas Sosial

  Kota merupakan melting pot bagi aneka suku maupun ras sehingga masing- masing kelompok berusaha menjadi seseorang yang lebih baik diatas kelompok yang lain. Misalnya, mengumpulkan dan mengorganisir anggota kelompoknya secara rapi, memelihara jumlah anak yang banyak bagi kelompok minoritas dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan agar tingkat perkembangan kehidupan masyarakatnya lebih terjamin. Kehidupan pada masyarakat kota pada dasarnya memiliki mata pencaharian yang bermacam-macam sehingga orang-orang banyak memilih kota sebagai tempat yang tepat untuk melangsungkan kehidupannya. Selain itu mereka juga akan berusaha dalam mensejahterakan hidupnya dalam melakukan berbagai macam hal yang nantinya bermanfaat bagi kehidupannya, (Hartomo, 2001:233).

  Sementara itu menurut Waluya (2007:13), penduduk indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa,ras, agama dan budaya merupakan masyarakat heterogen atau disebut juga masyarakt majemuk. Jika diantara mereka ada yang merasa lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Hal ini mudah memicu konflik yang dapat mengakibatkan munculnya masalah sosial atau kegoncangan masyarakat. Keadaan yang demikian berakibat terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat terutam dalam rangka mencapai suatu integrasi yang dapat diterima oleh berbagai pihak.

  2) Hubungan Sekunder

  Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota (orang lain) terbatas pada bidang tertentu. Pergaulan tersebut misalnya pada teman kerja, teman seagama, atau seorganisasi yang lain. Hal ini terjadi karena faktor kesibukan masing-masing orang menjadikan hubungan mereka kurang dekat dan terlihat jauh. Disamping itu, kehidupan masyarakat kota pada umumnya hanya mementingkan kepentingan diri sendiri dan sangat individual. Hal tersebut menjadikan interaksi sosial jarang sekali terlihat sehingga mereka membatasi pergaulan dengan anggota kelompok masyarakat tertentu, (Hartomo, 2001:233).

  3) Toleransi Sosial

  Pada masyarakat kota orang tidak memperdulikan tingkah laku sesamanya secara mendasar dan pribadi, sebab masing-masing anggota mempunyai kesibukan sendiri sehingga kontrol sosial pada masyarakat kota dapat dikatakan lemah sekali. Kesibukan masing-masing warga kota dalam tempo yang cukup tinggi dapat mengurangi perhatiannya kepada sesama. Toleransi merupakan suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusia adalah makhluk sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup. Dengan adanya sikap tersebut diharapkan tidak akan terjadi perpecahan antara kehidupan seseorang dengan orang lain, karena antara mereka sama-sama mengetahui apa yang akan dilakukan, (Hartomo, 2001:233).

  Sementara itu menurut Waluya (2007:13), pada umumnya masyarakat tidak kaku dalam menghadapi norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri terutama norma yang tidak tertulis. Apabila terjadi suatu perilaku yang berbeda dalam suatu masyarakat namun tidak keluar dari persoalan yang dapat mengarah pada aspek-aspek negatif seperti konflik sosial. sikap tidak mempersoalkan perilaku tersebu merupakan bagian dari sikap toleransi terhadap orang lain.

  Contohnya di perkotaan secara umum dihuni oleh warga yang sangat heterogen. salah satu heterogenitasnya dalam bahasa. Terkadang bahasa yang digunakan antara masyarakt memiliki nilai yang berbeda. satu piha menilai bahasanya sebagai halus dan sopan. namun pihak lain menilai sebaliknya. Disinilah sangat dibutuhkan sikap toleransi.

4) Kontrol Sekunder

  Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan tetapi secara pribadi atau sosial berjauhan. Dimana bila ada anggota masyarakat yang susah, senang, jahat dan lain-lain anggota masyarakat yang lain tidak mau mengerti. Kurangnya kontrol sosial yang terdapat di dalam kehidupan masyarakat kota sering menghadirkan beberapa konflik yang tidak mudah terpecahkan. Pada umumnya anggota masyarakat kota hanya mementingkan kepentingan diri sendiri dibandingkan kepentingan umum.

  Maka dari itu, hidup di kota harus siap menanggung resiko sendiri tanpa bergantung pada orang lain, (Hartomo, 2001:234).

5) Mobilitas Sosial Tinggi

  Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal. Terjadinya mobilitas sosial berkaitan dengan hal-hal yang dianggap berharga dalam masyarakat. Oleh karena itu, kepemilikan atas hal-hal tersebut akan menjadikan seseorang menempati posisi atau kedudukan yang lebih tinggi. Perpindahan status atau tempat tinggal biasanya dilakukan seseorang untuk mencapai apa yang diinginkan serta meningkatkan daya kinerja yang lebih baik.