Fenomena Hijab di Kalangan Wahdah Islamiyah Kota Makassar (Suatu Tinjauan Budaya Islam) - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

FENOMENA HIJAB DI KALANGAN WAHDAH ISLAMIYAH

KOTA MAKASSAR

(Suatu Tinjauan Budaya Islam)

  

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

  Pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar

  

Oleh:

KHADIJAH TAHIR

NIM.40200113029

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Khadijah Tahir NIM : 40200113029 Tempat/Tgl. Lahir : Sungguminasa, 17 Januari 1995 Jurusan : Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas : Adab dan Humaniora Alamat : Jl. Poros Malino km 26, Samaya Desa Romangloe Kec.

  Bontomarannu kab.Gowa Judul : Fenomena Hijab di Kalangan Wahdah Islamiyah Kota

  Makassar (Suatu Tinjauan Budaya Islam) Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat orang lain, sebagian atau seluruhnya maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum.

  Makassar, 11 Agustus 2017 M.

  18 Dzulhijja 1438 H. Penulis, KHADIJAH TAHIR

  NIM: 40200113029

  KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tahap akhir penelitian mandiri mahasiswa di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam dengan terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan dalam skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga saran, kritik, dan tanggapan positif dari berbagai pihak penulis harapkan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini.

  Ucapan terima kasih kepada ayahanda Tahir, S.Ag dan Ibunda Dra.Hamsina yang menjadi motivator pertama, Adik-adikku yang kucintai Hafsah Tahir dan Mujahidin Tahir telah memberi motivasi ataupun semangat hingga tahap akhir, baik berupa materi, tenaga, doa, dan dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada jurusan, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Semoga jasa-jasanya dapat di balas oleh Allah swt. Amin

  Tanpa di pungkiri, penulis sangat menyadari tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak penelitian ini tidak dapat terselesaikan sesuai dengan harapan penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait, terutama kepada:

  1. Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar: Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si dan para wakil rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora: Dr. H. Barsihannor, M.Ag, Dekan 1: Dr.

  Abdul Rahman R., M.Ag., Wakil Dekan II: Dr. Hj. Syamzan Syukur M.Ag., dan yang di berikan kepada kami dalam proses perkuliahan sampai penyelesaian studi dengan baik.

  3. Drs. Rahmat, M.Pd.I ketua jurusan dan Drs. Abu Haif, M.Hum sekertaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, yang telah membantu dan memotivasi dalam penyelesaian studi penulis pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar.

  4. Dr. H. M. Dahlan M. M.Ag selaku Pembimbing I, dan Dr. Andi Miswar, S.Ag.

  M.Ag pembimbing II yang banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan motivasi hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

  5. Para Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar, dengan segala jerih payah dan ketulusan, membimbing dan memandu perkuliahan sehingga memperluas wawasan keilmuan penulis.

  6. Para Staf Tata Usaha di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian administrasi selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

  7. Kepada seluruh pihak sumbangsih dari Lembaga Wahdah Islamiyah yang telah memberikan izin dan membantu penulis memberikan penelitiaan yang berlokasi di Daerah Makassar khususnya Muslimah Wahdah Islamiyah sekaligus sebagai informan dan narasumber.

  8. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan Hasrianti, Andi Haerani, Yulianti, St Hajar, Mutmainnah, Muhammad Ilham Irsyad yang telah memberikan motivasi dan semangat selama kuliah dan masukan-masukan serta nasihat-nasihatnya dalam penyelesaian skripsi ini terima kasih untuk semuanya

  9. Buat teman-teman seperjuangan Angkatan 2013 Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar yang sama-sama berjuang dibangku kuliah sampai lulus.

  10. Buat kakak Heriati, yang telah meluangkan waktunya membatu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini terima kasih.

  11. Teman-teman KKN Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, angkatan 55 posko 1 (VIP Posko) Dusun Baru Desa Bontomanurung Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros yang telah memberikan semangat, dalam proses penyelesaian skripsi.

  12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu sampai selesainya skripsi ini, Terima Kasih atas segalanya.

  Akhirnya, dengan lapang dada penulis mengharapkan masukan, saran, dan kritikan-kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kepada Allah Swt. jualah penulis panjatkan doa, semoga bantuan dan ketulusan yang telah diberikan senantiasa bernilai ibadah di sisi Allah Swt, dan mendapat pahala yang berlipat ganda, kesehatan, dan umur yang panjang Amin.

  Makassar, 3 Agustus 2017 10 Dzulhijjah 1438 H.

  Penulis Khadijah Tahir

  NIM: 40200113029

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. ............................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................ ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii KATA PENGANTAR............................................................................... iv DAFTAR ISI.............................................................................................. vii ABSTRAK.. ............................................................................................... ix

  BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1-8 A. Latar Belakang Masalah .................................................................

  1 B. Rumusan Masalah.. .........................................................................

  5 C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus.. ..........................................

  5 D. Tinjauan Pustaka.. ...........................................................................

  6 E. Tujuan dan Kegunaan.. ...................................................................

  7 BAB II TINJAUAN TEORETIS.. ........................................................... 8-30 A. Fenomena Hijab ..............................................................................

  8 B. Sekilas Tentang Wahdah Islamiyah.. ..............................................

  9 C. Sejarah Munculnya Hijab................................................................

  15 D. Hakikat Hijab.. ................................................................................

  22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.. ............................................. 31-39 A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan.. ......................................

  31 B. Waktu dan Tempat Penelitian.. .......................................................

  33 C. Sumber Data....................................................................................

  33

  D. Instrumen Penelitian........................................................................

  33 E. Metode Pengumpulan Data.. ...........................................................

  34 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.. ..........................................

  35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 36-53 A. Eksistensi Hijab Muslimah Wahdah Islamiyah.. ............................

  36 B. Motivasi Berhijab Muslimah Wahdah Islamiyah.. .........................

  45 C. Relevansi Hijab Terhadap Sikap Keberagaman di Kalangan Wahdah Islamiyah.. .......................................................................................

  49 BAB V PENUTUP..................................................................................... 54-55 A. Kesimpulan.. ...................................................................................

  54 B. Implikasi..........................................................................................

  55 DAFTAR PUSTAKA.. ..............................................................................

  56 DAFTAR INFORMAN.............................................................................

  58 LAMPIRAN-LAMPIRAN.. .....................................................................

  59 IDENTITAS PENULIS.. ..........................................................................

  61

  ABSTRAK Nama : Khadijah Tahir Nim : 40200113029 Judul Skripsi : Fenomena Hijab di Kalangan Wahdah Islamiyah Kota Makassar (Suatu Tinjauan Budaya Islam)

  Pokok masalah tentang bagaimana Fenomena Hijab di Kalangan Wahdah Islamiyah Kota Makassar (suatu tinajuan budaya Islam) ? Adapun sub masalah dalam pokok permasalahan tersebut adalah 1. Bagaimana Eksistensi hijab di kalangan Wahdah Islamiyah? 2. Bagaimana Motivasi berhijab di kalangan Wahdah Islamiyah?

  2. Bagaimana Pengaruh Hijab terhadap Sikap Keberagamaan di kalangan Wahdah Islamiyah?

  Dalam pembahasan skripsi ini, jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan Agama Pendekatan Kebudayaan, Pendekatan Historis, dan pendekatan Sosiologi, selanjutnya metode pengumpulan data dengan menggunakan Field

  

research , penulis berusaha untuk mengemukakan objek yang dibicarakan sesuai

kenyataan yang terjadi dimasyarakat.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksistensi hijab pada wahdah Islamiyah dilihat dari konsep hijab yang umumnya terkonsep pada dalil-dalil al- Quran, sunnah dan pendapat para ulama hanya saja berbeda dalam hal menafsirkan dalil-dalil hijab maka ditemui pemahaman jilbab, khimar dan cadar yang berbeda.

  Juga dilihat dari karakteristik hijab dan esensi budaya Islam pada hijab yang dikenakan Wahdah Islamiyah, maka tidak heran jika keberadaan mereka masih tetap ada. Motivasi berhijab terbentuk oleh karena dua faktor yakni faktor intern atau dorongan dari individu agar menjadi lebih baik yakni kesadaran akan perintah Allah Swt. dan faktor ekstern atau dorongan dari luar yang memotivasi untuk berhijab seperti dorongan keluarga, lembaga dan masyarakat. Kedua faktor ini sangat memiliki peran penting dalam memotivasi dalam mengenakan ataupun mempertahankan hijab. Serta relevansi hijab terhadap sikap keberagamaan wahdah Islamiyah tergantung pada masing-masing individu

  Implikasi dari penelitian menjelaskan pada pemahaman bahwa hijab bukan hanya sebagai tirai pemisah atau sekat penghalang tetapi lebih menekan pada sebuah benda penutup aurat seorang muslimah yang termasuk kedalamnya khimar, jilbab dan cadar. penutup aurat tidak hanya berdampak pada keshalehan pribadi tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dalam suatu masyarakat pastilah tidak dapat dipisahkan

  dengan yang namanya kebudayaan. Pola pikir, ucapan, maupun perbuatan, kerap sekali terpengaruh pandangan budaya yang beraneka ragam. Perbedaan dalam memecahkan masalah antar orang salah satunya disebabkan oleh beraneka ragam budaya di negeri ini. Kebudayaan sebagai sebuah nilai, aturan, hukum, pola pikir, dan sebagainya merupakan konsep yang dihasilkan melalui proses akumulasi, transformasi, dan proses dari berbagai nilai yang berproses menjadi satu dan

  1

  membentuk suatu kebudayaan. Kebudayaan yang demikian itu selanjutnya dapat digunakan untuk memahami agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikian sangat berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat maka dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut, seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama.

  Islam merupakan sebuah tatanan dalam kehidupan yang amat sempurna dan lengkap, dapat dikatakan karena didalamanya telah diatur berbagai macam aturan dan solusi-solusi terhadap permasalahan kehidupan. Berbagai macam permasalahan yang muncul mulai dari dunia politik, sosial, hingga budaya menjadi suatu yang penting dalam Islam. Seperti halnya sering dijumpai pada budaya berpakaian, bergaul, bermasyarakat, dan sebagainya. Dalam produk budaya tersebut, unsur agama ikut berintegrasi. Pakaian model hijab dapat dijumpai dari pengalaman agama. Maka lahirlah hijab sebagai produk budaya.

  Hijab bukanlah istilah baru dalam Islam, tapi juga bukan istilah kuno. Kata ini merupakan konsep kompleks yang secara bertahap mengembangkan sekumpulan makna-makna yang sangat luas. Sebagaimana yang disebutkan penafsir dan riset, redaksi hijab bermakna pakaian wanita, adalah sebuah terminologi yang kebanyakan dijumpai pada masa belakangan. Artinya bahwa hijab merupakan sebuah terminologi baru yang digunakan oleh orang-orang terdahulu khsusunya dikalangan fuqoha,

  2 adalah teminologi “satr” yang bermakna pakaian.

  Hijab berasal dari bahasa Arab (  ) berarti penutup atau penghalang.

  

Sedang secara istilah, hijab adalah sebagaimana dijelaskan Abu Baqa’Al -Hanafi

“setiap yang menutupi hal -hal yang dituntut untuk ditutupi atau menghalangi hal-hal

  3

yang terlarang untuk digapai maka itu adalah hijab”. Maka hijab muslimah bukan

  sebatas yang menutupi kepala, atau menutupi rambut, atau menutupi tubuh bagian atas saja. Namun hijab muslimah mencacup semua yang menutup aurat, lekuk tubuh dan perhiasan wanita dari ujung rambut sampai kaki. Adapun yang dimaksud hijab

  4 adalah yang terdiri dari pakaian rumah (al-tsaub), kerudung (khimar) dan jilbab .

  Tentang hijab Allah berfirman dalam QS Al-Ahzab/33:59

    

         

    

            ٥٩   Terjemahnya:

  Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya. ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha

  5 Pengampun lagi Maha Penyayang. (TQS. Al-Ahzab/33:59) .

  Ayat diatas tentang jilbab merupakan pakaian yang menjadi kewajiban se orang muslimah dalam melakukan segala aktifitas diluar rumah. Kata “hendaklah” berarti perintah bagi mereka (para wanita) mengulurkan ke seluruh tubuh mereka, baik jilbab dan kerudung karena sebagai bentuk tuntunan agama.

  Adapun perkembangan busana hijab di Indonesia telah mengalami pasang surut misalnya, tahun 80-an masih terbatas pada pelarangan mengenakannya, karena hijab dianggap kuno dan fanatik. Kemudian di tahun selanjutnya wanita berkerudung dan berbusana muslimah mendapat tempat di Indonesia. Pada tahun 2000-an barulah fenomena hijab semakin popular di Indonesia karena pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Budaya ikut-ikutan dan sekedar trend rupanya banyak memunculkan pakaian- pakaian yang dianggap syar’i,.

  Seiring berkembangnya zaman dan melirik pertumbuhan Ormas di Indonesia, sekarang ini banyak Ormas-ormas Islam yang berbeda dalam memahami makna hijab. Hasilnya dapat dilihat dari cara berpakaian yang beragam. Muslimah KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) identik dengan jilbab yang pemakaian kerudung sampai dada, Muslimah Muhammadiyah dengan jilbab sebagai kerudung yang menutupi kepala, dada dan punggung, lain halnya dengan Muslimah Wahdah Islamiyah (WI) yang identik dengan kerudung besarnya yang hampir menutup keseluruhan tubuh dan warna yang dipakai pada dasarnya berwarna gelap yang sangat khas dikalangan masyarakat. Namun ada juga kelompok yang tidak memiliki ciri khas dalam berhijab, sekedar menutup.

  Menarik peneliti adalah hijab pada muslimah Wahdah Islamiyah adalah model hijab yang besar dan memakai cadar, mereka memandang bahwa model seperti itulah yang benar. Adapun hijab atau jilbab dikenakan oleh wanita muslimah, haruslah memenuhi syarat-syarat yakni menutupi seluruh tubuh, longgar dan tidak sempit alias ketat, Kainnya tebal dan tidak tipis (tembus Pandang), tidak menyerupai pakaian khas

  6 watita kafir, tidak menyerupai pakaian syurah yaitu pakaian yang menarik perhatian .

  Wahdah Islamiyah adalah sebuah Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam yang mendasarkan pemahaman dan amaliyahnya pada Al-Quran dan As-Sunnah sesuai pemahaman Al-Salaf Ash-Shalih (Manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah). Organisasi ini

  

bergerak dibidang da’wah, pendidikan, sosial, kewanitaan, informasi, kesehatan dan

lingkungan hidup.

  Peranan wahdah Islamiyah persoalan kewanitaan terlihat dari banyaknya mahalli-mahalli yang ada. Dengan membentuk tarbiyah-tarbiayah dikalangan muslimah dan keharusan setiap anggota diwajibkan atasnya memakai hijab. Hal inilah yang dianggap penting diteliti sebagai bentuk fenomena. Berdasarkan hal itulah penulis tertarik untuk mengetahui fenomena hijab di kalangan Wahdah Islamiyah dengan mengangkat judul Fenomena Hijab Di kalangan Wahdah Islamiyah (Suatu Tinjauan Budaya Islam).

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, adapun pokok masalah dalam pembahasan

yaitu “Bagaimana Fenomena Hijab di Kalangan Wahdah Islamiyah Kota Makassar?”.

Pokok masalah tesebut dijbarkan menjadi beberapa rumusan masalah :

  1. Bagaimana Eksistensi hijab di kalangan Wahdah Islamiyah? 2.

  Bagaimana Motivasi berhijab di kalangan Wahdah Islamiyah? 3. Bagaimana Relevansi Hijab terhadap Sikap Keberagamaan di kalangan Wahdah Islamiyah?

  C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  Fokus pada penelitian ini adalah fenomena hijab pada muslimah Wahdah Islamiyah Kota Makassar yang meliputi eksistensi hijab, motivasi berhijab dan pengaruh hijab terhadap sikap keberagaman dikalangan Wahdah Islamiyah.

  Adapun deskripsi fokus peneliti adalah, eksistensi hijab muslimah Wahdah Islamiyah kota Makassar suatu hal yang unik dikalangan masyarakat umum, khas dan mampu dikenali dengan mudah, keberadaan mereka dipengaruhi oleh perkembangan Ormas Wahdah Islamiyah yang begitu pesat. Motivasi berhijab muslimah Wahdah Islamiyah yaitu alasan yang menjadi dasar tetap istiqomah dalam memakai hijab. relevansi hijab terhadap sikap keberangaman dikalangan muslimah Wahdah Islamiyah adalah relevansi sikap yang ditampakkan ketika mengenakan hijab, mampuka membawa pengaruh atau hanya sekedar hiasan semata.

  D. Tinjauan Pustaka

  Tinjauan pustaka merupakan usaha untuk menemukan tulisan yang berkaitan dengan judul skripsi ini, dan merupakan tahap pengumpulan data yang bertujuan untuk meninjau beberapa hasil penelitian tentang masalah yang dipilih serta untuk membantu penulisan dalam menemukan data sebagai bahan perbandingan agar data yang dikaji lebih jelas.

  Dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa literatus sebagai bahan acuan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. adapun buku atau karya

  Skripsi Siti Ghoniyatus Salamah tahun 2015 mahasiswi jurusan sejarah dan kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya judul “Perkembangan Hijab Pada Masa Pra Islam, Islam Sampai

  

Modern” dalam skripsi ini membahas tentang hijab masa pra Islam dan masa Islam

  dari masa-kemasa modelnya hampir sama yakni menutup seluruh anggota tubuh, namun berbeda dengan hijab zaman modern yang telah mengalami pergeseran makna, dari hijab fungsinya menutup seluruh tubuh berubah menjadi hijab yang hanya dipakai sebagai pelengkap aksesoris dan terkesan dibuat rumit jauh dari syariat yang dianjurkan.

  Skripsi Aryani Nurofifah tahun 2013. Mahasiswi jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan

  

Kalijaga Yogyakarta judul “ Jilbab sebagai Fenomena agama dan budaya

(intrepretasi terhadap alasan mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya

Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga Yogyakarta dalam memilih model jilbab).

  Dalam skripsi menggambarkan alasan-alasan mahasiswi mengenakan model-model jilbab.

  Tesis M.Nasir tahun 2014. Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri

  

Alauddin Makassar judul “ Fiqih Aurat Wanita (Studi Kritis Nalar Fikih Feminis

Muslim tentang Hijab”. dalam tesis ini menjelaskan perbedaan pendapat para ulama

  fikih dan cendikiawan kontemporer dalam memahami makna hijab, yang pada akhirnya jatuh pada makna bahwa hijab adalah penutup.

  Buku karya Fedwa El Guindi berjudul “ Jilbab Antara Keshalehan,

kesopanan, dan Perlawan”. Jakart Pusat: Serambi Ilmu Semesta, 2003. Dalam buku

  ini membahas potret jilbab secara lengkap lewat kajian multidisiplin: kawasan, yang mengejutkan, jilbab bukan pakaian perempuan belaka dan sama sekali bukan berasal dari Arab.

  Buku karya Murthada Muthahari berjudul ” Hijab – Citra Wanita Terhormat” Bandung: Zahra 2003. Dalam buku ini menjelaskan kewajiban mengenakan hijab bagi wanita yang telah balig hingga tua. Seorang wanita muslimah dengan hijabnya, sebenarnya merupakan manusia yang paling bebas dalam masyarakat, dengan begitu wanita muslimah akan semakin terhormat dan meninggikan martabat kemanusiaannya.

E. Tujuan Dan Kegunaan

a. Tujuan

  Adapun tujuan penulisan skripsi :

  a. Mengetahui Eksistensi Hijab di kalangan Wahdah Islamiyah

  b. Mengetahui Motivasi Berhijab di kalangan Wahdah Islamiyah

  c. Mengetahui Pengaruh Hijab terhadap sikap keberagaman di kalangan Wahdah Islamiyah

b. Kegunaan

  a) Kegunaan teoritis: kegunaan skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa/I sejarah dan kebudayaan islam khususnya yang berkonsentresi pada budaya islam, dapat dijadikan bahan acuan dalam penelitian yang lebih lanjut.

  b) Kegunaan Praktis: kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang realitas muslimah Wahdah Islamiyah, guna memperoleh hasil penelitian yang dapat mendorong pelaksanaan penelitiaan yang lebih lanjut bagi mereka yang berminat pada disiplin ilmu-ilmu yang sama.

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Fenomena Hijab Fenomena berasal dari bahasa Yunani phainomenon "apa yang terlihat",

  fenomena juga bisa berarti: suatu gejala, fakta, kenyataan, kejadian dan hal-hal yang dapat dirasakan dengan panca indra bahkan hal-hal yang mistik atau klenik. Kata turunan adjektif, fenomenal, berarti: "sesuatu yang luar biasa". Fenomena terjadi di semua tempat yang bisa diamati oleh manusia. Suatu kejadian adalah suatu fenomena. Suatu benda merupakan suatu fenomena, karena merupakan sesuatu yang dapat dilihat. Adanya suatu benda juga menciptakan keadaan ataupun perasaan, yang tercipta karena keberadaannya.

  Hijab merupakan kewajiban bagi semua wanita muslim untuk memakainya, meski memang masih banyak sekali yang belum menggunakannya dengan maksud dan alasan yang berbeda-beda. Hijab adalah sebuah busana yang biasa dikenakan di kepala, sebagai penutup, pelindung dan menjaga aurat seorang wanita muslim. Salah satu wujud penghormatan itu adalah perintah mengenakan hijab guna menjaga keindahan dan kehormatan wanita, khususnya untuk menjaga kaum wanita dari pandangan laki-laki yang bukan muhrim.

  Hijab, sebuah fenomena yang belum lama heboh di kalangan para pengguna hijab. Fenomena hijab ini telah lama hadir namun baru popular kurang lebih empat tahun belakangan ini. Tren hijab ini tidak hanya hadir di kalangan para remaja tetapi juga di kalangan kelompok-kelompok ormas Islam. Dahulu perempuan yang mengenkan hijab hanya menghiasi jilbabnya jika ingin ke sebuah acara. Namun sekarang para wanita berjilbab bebas menghiasi kerudungnya saat ia pergi kemanapun, tak heran bila saat ini banyak ditemui komunitas hijabers (sebuatn untuk pengguna hijab).

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan Graham Nichols Dixon menunjukkan bahwa identitas tidak hanya sekedar proses atau bagian dari atribut seseorang, tetapi secara dramatis kontruksi identitas itu tidak berada pada identitas itu secara simultan

  1

  terus-menerus dikontruksikan. Menurut teori ini, hijab adalah sebuah tren memakai jilbab yang secara tidak langsung menjadi identitas seseorang. Berbagai macam alasan yang menjadikan hijab sebagai ini dentitas, entah sebagai lambang yang menunjukkkan karakter seorang muslimah atau bahkan hanya sekedar mengikuti tren masa kini.

  Konteks hijab masa kini atau fenomena-fenomena yang nampak bahwa berhijab

hanya mengikuti gaya hidup semata, kemudian memodifikasi jilbab yang digunakan

sehingga lekukan tubuh masih kelihatan dengan jelas, padahal ditegaskan dalam perintah

Islam bahwa kain yang digunakan untuk menutup tubuh atau aurat wanita tidak boleh

ketat, tipis dan tidak transparan. Apabila fenomena di atas dibiarkan di tengah kehidupan

masyarakat tanpa batas dan tanpa kendali, niscaya yang terjadi adalah cacat moral dan

merusak hubungan antar manusia. Wanita yang berafiliasi dalam organisasi keislaman

akan memilah fenomena yang dialami selama proses menjadi melalui situasi-situasi

komunikasi tertentu, sehingga pandangan objektif menciptakan kesan dan makna selama

proses transformasi.

B. Sekilas Tentang Wahdah Islamiyah

  Awal dekade 1980-an, publik Indonesia diramaikan wacana pemerintah Pancasila sebagai asas tunggal. Organisasi dan partai politik pun mau tidak mau harus menerima UU Nomor 3/1985. Atau bubar. artinya Negara semakin akomodatif terhadap umat Islam (hubungan antara umat Islam dan Negara amat tegang. Banyak kelompok Islam terpojokkan saat itu, menolak asas tunggal dicap sebagai anti- pancasila).

  Kaum muda Islam Makassar melakukan serangkaian usaha-usaha kolektif agar dapat berpartisipasi dalam mendorong perubahan yang mendasar di tubuh umat Islam. Di berbagai tempat, masjid, dan kalangan kecil bergerak secara sendiri-sendiri dalam merespon kebijakan politik rezim yang menerapkan pancasila sebagi satu-

  2

  satunya sumber identitas. Sementara para aktivis masjid yang menjadi cikal bakal berdirinya Wahdah juga bergolak mengenai isu pancasila sebagai dasar asas tunggal.

  Penolakan sebagian jama’ah masjid Ta’mirul Masjid, di mana kaum muda

  yang menjadi cikal bakal berdirinya Wahdah banyak beraktivitas merupakan bagian integral dari banyak penolakan regional masyarakat Makassar asas tunggal. Mereka kala itu masih memperoleh pencerahan dari ulama kharismatik, yaitu KH. Fathul

  

Mu’in, mantan ketua Pimpinan Muhamma diyah Ujung Pandang dan merupakan

  3 ulama tawaduk dan istiqamah dalam menjalankan perintah agama.

  Pertemuan, dialog, dan diskusi di lakukan. Mulanya bertemu dan berkumpul

  

dengan nama “Fitiyatu Ta’mirul Masjid” (Pemuda Remaja Masjid Ta’mirul Masjid),

  dengan ketuanya Ustadz Anshar Amiruddin, wakil Ustadz Muhammad Zaitun 2 3 Syarifuddin Jurdi, Sejarah Wahdah Islamiyah (Jakarta:Kreasi Wacana, 2007), h. 57.

  Syarifuddin Jurdi, Islam dan Politik Lokal, (Yogyakarta:Pustaka Cendekia Press,2006) h. 24 Rasmin, dan sekretaris Ustadz Muhammad Qasim Saguni serta pengurus lainnya adalah Ustadz Haris Abdurrahman.

  Kepengurusan ini sekalipun atas restu dan legitimasi dari pengurus, imam, dan mayori tas jama’ah masjid Ta’mirul Masjid, namun kepengurusan ini tidak memperoleh semacam restu dari pengurus Muhammadiyah cabang Makassar. Karena kesadaran sendiri, para pengurus lembaga baru ini membekukan lembaga tersebut sebagai penghormatan terhadap pengurus Muhammadiyah agar menghindari tuduhan

  

4

membuat rumah di dalam rumah orang lain .

  a. Pembentukan Yayasan Fathul Mu’in Menurut Muhammad Qasim Saguni, untuk merealisasikan ide tersebut, maka di lakukanlah pertemuan-pertemuan berkala. Hingga dalam pertemuan itu nantinya akan melahirkan keputusan bahwa peserta rapat menyetujui di bentuknya sebuah yayasan yang akan menjadi wadah pelaksanaan kegiatan dakwah, kegiatan sosial,

  5 dan kegiatan-kegiatan pengkaderan lainnya.

  Setelah para penggagasnya menyepakati untuk membentuk sebuah yayasan, maka yayasan itu harus di beri nama yang mudah di kenali pihak lain. Muhammad Qasim Saguni menceritakan bahwa penentuan nama yayasan tidak berlangsung alot

  

karena “roh” dihadiri oleh sejumlah orang yang kini menjadi pengurus pusat Wah dah,

  yakni Ustadz Muhammad Zaitun Rasmin , Ustadz Muhammad Qasim Saguni, dan Ustadz Hidayat Hafidt, muncul nama yayasan yang akan di bentuk tersebut, yaitu

  

yayasan Fathul Mu’in Dg magading. Nama tersebut di ambil dari nama sang guru

  4 5 Syarifuddin Jurdi, Sejarah Wahdah Islamiyah h. 59 Wahdah Islamiyah “sejarah-berdiri-mahaj”, Situs Resmi WIM . http://wahdahmakassar.org/ sejarah-berdiri-mahaj 1 ( 11 Juli 2017)

  

kyai Fathul Mu’in semen tara Dg Magading di hilangkan dan berdiri pada tanggal 18

juni 1988 dengan Akta Notaris no. 20.

  b. Perubahan Yayasan Fathul Muin menjadi Wahdah Islamiyah

  Keberadaannya Yayasan Fathul Mu’in selalu di kaitkan dengan KH. Fathul

Mu’in Dg Magading. Perubahan nama juga itu di dorong oleh semangat dan cita-cita

gerakan dakwah Yayasan Fathul Mu’in yang begitu besar dan universal. Adanya

  nama ini di rasa perlu untuk dapat menampung semangat dan cita-cita tersebut untuk menegakkan Islam di muka bumi dan mempersatukan kaum muslimin dalam kebenaran. Dalam musyawarah terpadu yang di adakan di Malino, disepakati untuk

  

mengganti nama Yayasan Fathul Mu’in menjadi Yayasan Wahdah Islamiyah. Nama

  Yayasan Wahdah Islamiyah menurut Qasim Saguni merupakan sebuah nama yang memiliki m akna “Persatuan Islam”. Jadi dapat di simpulkan bahwa Yayasan Wahdah

  

Islamiyah menggantikan nama Yayasan Fathul Mu’in dengan beberapa

  pertimbangan kemudian yayasan Wahdah Islamiyah didirikan menjadi suatu yayasan

  6 baru pada tanggal 19 Februari 1998 dengan Akta Notaris no. 059.

  c. Wahdah Islamiyah Menjadi Ormas Pada tahun 2002, melalui Muktamar Wahdah, status Yayasan Pesantren

  Wahdah Islamiyah segera diganti menjadi ormas Islam. Dalam musyawarah besar ke-2 tanggal 1 Safar 1423 H./ 14 April 2002, para elite Wahdah dari berbagai cabang dan daerah yang berkumpul di Makassar telah menyepakati untuk mengubah istilah

  

yayasan menjadi ormas. Dengan pertimbangan dasar yang menjadi acuan, “Lembaga

  Wahdah Islamiyah adalah organisasi dakwah dan kader diharapkan dapat meluas dan berkembang tidak hanya di Sulawesi Selatan (Makassar) saja, namun juga di seluruh propinsi di Indonesia. Dan dengan wadah yayasan, hal itu sulit diwujudkan karena

  7 yayasan tidak diperkenankan memiliki cabang” Ormas Wahdah Islamiyah didirikan di Makassar pada tanggal 14 April 2002.

  Keberadaan Wahdah Islamiyah diketahui dan didukung penuh oleh pemerintah pusat hingga daerah yang di tandai dengan keluarnya surat keterangan terdaftar pada Kantor Kesatuan Bangsa Kota Makassar No. 220/3709-1/KKB/2002 tanggal 26 Agustus 2002, surat keterangan terdaftar pada Badan Kesatuan Bangsa Propinsi Sulawesi Selatan No. 220/3709-1/BKS-SS, dan surat tanda terima keberadaan.

  d. Visi misi wahdah Islamiyah

  VISI “ Wahdah islamiyah sebagai ormas islam yang eksis di sulawesi dan

  seluruh ibukota propinsi di indonesia pada tahun 1436/2015 “ Eksis bermakna bahwa pada setiap kabupaten, Wahdah islamiyah memiliki :

  • Lembaga Pesantren minimal sampai tingkat ‘Aliyah dan Tadribud Du’at.
  • Memiliki kader sebanyak 10% dari populasi Muslim.
  • Tersedianya 8 orang alumni STIBA dan sejenisnya, 8 orang alumni

  Tadribuddu’at dan 10 orang alumni PTN atau PTS, serta 1 orang Tahfidzul Qur’an yang terlibat secara aktif dalam program Wahdah Islamiyah sesuai

  dengan bidangnya masing-masing.

  • Keberadaan lembaga Wahdah Islamiyah dikenal dan diakui oleh masyarakat dan pemerintah setempat.
  • Tersedianya sarana-sarana operasional dan sarana-sarana penunjang yang memadai. Setidak- tidaknya berupa kantor, masjid, dan madrasah ‘aliyah.
  • Mampu membiayai dana-dana rutin kecuali daerah minus dan cabang yang usianya di bawah lima tahun.

  MISI

  • Menegakkan syiar Islam dan menyebarkan pemahaman Islam yang benar.
  • Membangun persatuan umat dan ukhuwah Islamiyah yang dilandasi semangat ta’awun (kerjasama) dan tanashuh (saling menasehati).
  • Mewujudkan institusi/lembaga pendidikan dan ekonomi yang Islami dan berkualitas.
  • Membentuk generasi Islam yang Rabbani dan menjadi pelopor dalam berbagai bidang kehidupan.

  Wahdah Islamiyah berpusat di Kota Makassar Jl. Antang Raya No. 48. Memiliki Binaan yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Terkhusus di wilayah Makassar terdapat Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Makassar yang memiliki 11 wilayah binaan atau Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di tiap kecamatan yaitu :

  • DPC WI Tamalate
  • DPC WI Bontoala
  • DPC WI Mamajang
  • DPC WI Manggala
  • DPC WI Biringkanaya
  • DPC WI Makassar
  • DPC WI Panakkukang
  • DPC WI Tamalanrea
  • DPC WI Rappocini
  • DPC WI Mariso
  • DPC WI Tallo Terkhusus di Kecamatan Tamalate terdapat Dewan Pimpinan Cabang (DPC)

  Wahdah Islamiyah Tamalate yang menjadi bagian ormas Wahdah Islamiyah dalam meyebarkan Dakwah Salafus Shaleh

C. Sejarah Munculnya Hijab

  Pemaknaan hijab di dalam Lisan Al- ‘Arab Ibnu Manzhur mengatakan al-hijab (sekat/ penghalang) berarti as-satr (sekat pembatas). Sebuah benda betul-betul menjadi sekat dan penghalang benda yang lain. Jadi, sebuah benda dikatakan tetutup atau terhalang pandangannya bila benda tersebut berada di balik benda yang lain. Dan arti kalimat Imra’ah mahjubah adalah wanita yang telah terhalangi oleh “suatu

  

8

penghalang” wanita yang telah terhalangi .

  Keharusan dan kewajiban menutup aurat bagi kaum perempuan di hadapan kaum pria asing (non-mahram) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Dalam al-Quran disebutkan bahwa hijab dimaksudkan untuk kesempurnaan kemajuan perempuan dan juga untuk menciptakan suasana yang sehat dalam lingkungan keluarga masyarakat karena itu hijab wajib bagi kaum perempuan.

  Menurut catatan sejarah, hijab yang bermakna pakaian wanita merupakan bentuk peradaban yang sudah dikenal beratus-ratus tahun sebelum datangnya Islam. Ia memiliki bentuk yang sangat beragam. Hijab bagi masyarakat Yunani memiliki ciri khas yang berbeda dengan masyarakat Romawi. Rabbi Rachel, salah satu rabbi yang sangat dihormati oleh umat Yahudi, selalu menggunakan penutup kepala dan

8 Abdur-Rasul Abdul Hassan Al-Ghaffar “Wanita Islam dan Gaya Hidup Modern” (Pustaka

  9 longdress dalam kesehariannya, terutama pada saat memimpin prosesi keagamaan .

  Semetara itu dalam masyarakat Romawi, seperti diungkapkan Farid Wajdi, kaum wanita sangat memperhatikan hijab mereka dan tidak keluar rumah kecuali dengan wajah tertutup. Bahkan mereka masih berselendang panjang yang menjulur menutupi

  10 kepala sampai ujung kaki .

  Dalam masyarakat Arab Pra-Islam, hijab bukanlah hal baru bagi mereka. Biasanya anak wanita yang sudah mulai menginjak dewasa mengenakan hijab

  11

  sebagai tanda bahwa mereka ingin untuk segera dinikahkan . Imam az-Zarkasyi

  

memberikan komentar mengenai pakaian perempuan pada masa jahiliah, “Mereka

  mengenakan pakaian yang membuka leher bagian dadanya sehingga tampak jelas seluruh leher dan urat-uratnya serta anggota sekitarnya. Mereka juga menjulurkan

  12 kerudung mereka kearah belakang sehingga bagian muka tetap terbuka .

  Karena itu, menurut catatan sejarah pakaian wanita pada masa Nabi Saw adalah pakaian yang umum dikenakan dan digunakan pada masa tersebut, artinya kaum perempuan menutupi badan mereka dan membungkus kepalanya dengan kerudung. Akan tetapi sebagian telinga, leher dan bagian dadanya kelihatan dengan kata lain hijab masa Nabi Saw bentuknya belum sempurna.

  Imam Shadiq As berkata: “suatu hari yang terik di Madinah, seorang wanita

  cantik melintas. Ia mengenakan kerudung untuk menutupi bagian belakangnya, (namun) lingkaran leher dan kedua telinganya kelihatan. Salah seorang sahabat perpapasan dengannya. Pemandangan indah yang hadir di hadapannya ini sangat 9 Arief B. Iskandar, Jilbab Syar’I Meluruskan Beberapa Kesalahan Berbusana Muslimah”,

  h.24 10 11 Wadji, Dairat , “AL-Ma’arif Al-Qarn Al- Isyin , Jilid III, h. 335 Abdul Hassan Al-Ghaffar “Wanita Islam dan Gaya Hidup Modern” (Bogor: Pustaka Hidayah: h.38 menarik perhatian. Sedemikian ia terpesona menatap wanita cantik tersebut sehingga ia lalai dengan kondisi disekelilingnya dan tidak memperhatikan jalan di hadapannya. Wanita cantik tersebut masuk sebuah lorong dan pemuda itu menguntitnya dengan pandangannya. Tiba-tiba ada tulang atau kaca mengenai dan melukai wajahnya. Tatkala ia sadar, darah telah meleleh dari wajah dan kepalanya. Dengan kondisi

  13

  seperti itu, ia menghadap kepada Rasulullah dan menceritakan kejadian ini. Lalu Nabi mengatakan kepadanya:

  

<< >>

ﻚﺒﻧ ذ ﺔﺑﻮﻘﻋ ٥ ﺬﻫ

  Inilah balasan dari dosamu

  Dan kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam QS.An-Nur/24:31

                          

                                     

  



                       

   

  Terjemahnya:

  Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah

  mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman 14 supaya kamu beruntung. (QS.An-Nur ayat [24]; 31)

  Disebutkan tatkala ayat ini turun para wanita mengumpulkan selendang dan kerudungnya kemudian menjulurkannya pada bagian belakang dan dada-dada mereka yang terbuka. Inilah yang dimaksudkan dengan istilah khimar (kerudung) sebagai bentuk penutup kepala, Ibnu abbas dalam tafsirnya terhadap ayat ini berkata: Artinya

  15 bahwa wanita harus menutup rambut, dada, lingkaran leher dan dagunya.

  Diriwayatkan dari Aisyah: Tatkala ayat ini turun “Aku tidak melihat wanita yang

  16 lebih baik dari pada kaum wanita Anshar tatkala ayat ini diturunkan.

  Juga dalam QS. Al-Ahsab/33:59 firman Allah :

            

               ٥٩    

  Terjemahnya: