GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI BUATAN SENDIRI DI KELURAHAN SAMATA KABUPATEN GOWA TAHUN 2016
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI
BUATAN SENDIRI DI KELURAHAN SAMATA
KABUPATEN GOWA
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Ahli
Madya Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
OLEH :
ERNI
NIM : 70400113022
PRODI KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wabrahmatullahi wabarakatuh Dengan mengucapkan Alhamdulillah atas kehadirat Allah swt yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini , dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Makanan
Pendamping ASI Buatan Sendiri, di Kelurahan Samata, Gowa tahun 2016. Shalawat
serta salam tak lupa pula penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad saw.Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan, namun berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan.Pada kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua yang senantiasa memberingan dukungan dan mengiringi langkahku dengan doa dalam setiap shalatnya. Yang senantiasa memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
2. Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si selaku rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
3. Bapak Dr. dr. H Andi Armyn Nurdin, M. Sc. Selaku dekan fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN Alauddin Makassar.
4. Ibu Dr Hj. Sitti Saleha S.SiT, S.KM, M. kes selaku ketuan prodi kebidanan yang telah memberikan konstribusi yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu dr. Darmawansyih, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan konstribusi yang besar kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
6. Ibu dr. Syatirah, Sp.A, M.Kes selaku penguji satu karya tulis ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Bapak Dr. Wahyuddin M.Ag selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis. Terutama pengeahuan mengenai agama Islam sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Para dosen jurusan D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan pendidikan kepada penulis selama kuliah.
9. Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan sarana yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah yang telah memberikan izin
11. Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, atas bantuan dan izin yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Terima kasih kepada para sahabat dan teman-teman yang selalu member semangat dan selalu membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Demikianlah yang penulis bisa sampaikan, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Samata, 27 Oktober 2016 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............... ..................…………………………… i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KTI ………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN KTI …………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN KTI………………………………………. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………. v DAFTAR ISI ……………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xiiABSTRAK………………………………………………………………… xiii
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………. 1-7 A. Latar Belakang………..……………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah……………….,……………………………. 6 C. Tujuan Penelitian………………..…………………………….. 6 D. Manfaat Penelitian………..……………………………………. 7 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….. 8-42 A. Konsep Pengetahuan……...……………………………………. 8
C.
Tujuan Pemberian MP-ASI…………..………………………... 17 D.
Waktu Yang Tepat Pemberian MP-ASI……………………….. 19 E. Kelebihan MP-ASI Buatan sendiri..…………………………… 20 F. Kekurangan MP-ASI Buatan sendiri………..…………………. 25 G.
Cara membuat MP-ASI………..………………………………. 26 H. Masalah dalam pemberian MP-ASI………..………………….. 30
BAB III : METODE PENELITIAN …………………………………….. 43-48 A. Jenis dan Rancangan Penelitian………..……………………... 43 B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………..………………… 43 C. Populasi dan Sampel ……..………………………………….... 43 D. Tehnik Pengambilan Sampel………………….……….…...….. 45 E. Instrumen Penelitian………..………………………………….. 45 F. Pengumpulan Data…………..………………………………….. 46 G. Metode Pengolahan dan Analisis Data….……..………………. 46 H. Penyajian Data…….…………………………………………...... 47 I. Etika Penelitian………………………………………………....... 47 BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………... 49-64 A. Karakteristik Responden………………………..…………….. 49 B. Hasil Penelitian……………………………………..………..... 51 C. Pembahasan…………………………………………..……….. 55
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 65-66 A. Kesimpulan …….……………………………………………... 65 B. Saran…………………….…………………………………….. 66 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 67
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ……………………… 52Tabel 4.2 karakteristik responden berdasarkan pendidikan………………… 52Tabel 4.3 karakteristik responden berdasarkan umur bayi ibu……………… 53Tabel 4.4 distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI Buatan sendiri di kelurahan Samata, KabupatenGowa tahun 2016…………………………………………………. 54
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian makanan pendamping ASI Buatan Sendiri di kelurahan Samata,Kabupaten Gowa tahun 2016……………..……………………… . 54
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu tentang kelebihan makanan pendamping ASI Buatan Sendiri di kelurahan Samata,Kabupaten Gowa tahun 2016……………...……………………… 55
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu tentang kekurangan makanan pendamping ASI Buatan Sendiri di kelurahan Samata,Kabupaten Gowa tahun 2016……………..………………………. 56
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian makanan pendamping ASI Buatan Sendiri di kelurahan Samata,Kabupaten Gowa tahun 2016…………………….……………….. 56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Permohonan Izin Pengambilan Data Lampiran 2 : Izin penelitian dari baligbanda ke bupati gowa
Lampiran 3 : Rekomendasi penelitian dari bupati gowa ke camat somba opu
Lampiran 4 : Rekomendasi pemelitian dari camat somba opu ke lurah samata
Lampiran 5 : Izin penelitian dari lurah samata Lampiran 6 : Kuesioner penelitian Lampiran 7 : Master tabel Lampiran 8 : Daftar riwayat hidup
ABSTRAK
Nama : Erni Nim : 70400113022 Judul : “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI Buatan Sendiri di Kelurahan Samata, Kabupaten Gowa tahun 2016”Makanan Pendamping ASI merupakan makanan atau minuman yang
mengandung gizi, diberikan pada bayi atau anak untuk mencukupi 100% kebutuhan
gizinya.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI buatan sendiri di
kelurahan Samata, Kabupaten Gowa tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Agustus 2016. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 77 responden yang
dipilih secara purposive sampling.Hasil penelitian yang diperoleh untuk variabel pengertian makanan pendamping
ASI berada dalam kategori pengetahuan baik 59.7%, cukup 28.6%, kurang 11.7%.
Hasil penelitian untuk variabel kelebihan makanan pendamping ASI buatan sendiri
kategori pengetahuan baik 38.9%, cukup 46.7%, kurang 14.3%. Hasil penelitian
untuk variabel kekurangan makanan pendamping ASI Buatan sendiri kategori baik
37.6%, cukup 42.8%, kurang 19.5%. Hasil penelitian untuk variabel cara membuat
makanan pendamping ASI buatan sendiri bearada pada kategori pengetahuan baik
yaitu 48.1%, cukup 42.8%, kurang 9.1%.Kata kunci: pengetahuan, makanan pendamping ASI buatan sendiri
ABSTRACT
Name : Erni Nim : 70400113022 Title : “The Knowledge of Mothers of at the Foods village Samata, Gowa district on Homemade Complementary Feeding, 2016 ”The c omplementary feeding are foods or drink that contain nutrients, given to infant or children to meet 100% nutritional needs.
This research was a descriptive study which aimed to determine the knowledge
about homemade complementary feeding mother at the village Samata, Somba Opu
district Gowa 2016. This study was conducted august 2016. the number of samples of
this study were 77 respondents which was selected by purposive sampling.The results obtained that the variable definition complementary feeding was
good knowledge 59.7%, just 28.6%, 11.7% less. The results obtained that the variable
excess homemade complementary feeding was good knowledge 38.9%, just 46.7%,
14.3% less . the results obtained that the variable deficiency homemade
complementary feeding was knowledge 37.6%, just 42.8%, 19.5% less. The results
obtained that the variable how to make homemade complementary feeding was good
knowledge 48.1%, just 42.8%, 9.1% less.Keywords: knowlegde, homemade complementary feeding
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan per umur (BB/U) atau underweight, tinggi badan per umur (TB/U) atau stunting, dan berat badan per tinggi badan (BB/TB) atau wasting . Underweight mengindikasikan masalah gizi secara umum karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan; stunting merupakan masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama dan mengindikasikan malnutrisi; dan wasting merupakan masalah gizi bersifat akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (wabah penyakit, kelaparan). prevalensi balita menurut status gizi stunting di 10 negara ASEAN dan 11 negara SEAR. Tiga angka prevalensi stunting tertinggi di ASEAN adalah Laos (48%), Kamboja (40%), dan Indonesia (36%). Sedangkan Brunei Darussalam tidak melaporkan data prevalensi menurut status gizi. Untuk kawasan SEAR prevalensi stunting terbanyak terdapat di Timor Leste (58), diikuti Laos dan India (masing-masing 48) serta Nepal (41). Stunting seringkali dikaitkan dengan masalah kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/makan yang memiliki hubungan erat dengan malnutrisi. Singapura dan Thailand merupakan negara dengan
prevalensi stunting terendah di ASEAN dan SEAR dan jika dikaitkan dengan Gross
National Income (GNI) per kapita, maka Singapura memiliki GNI tertinggi di
ASEAN dan Thailand memiliki GNI tertinggi di SEAR (Kemenkes RI, 2013).Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan nilai normatif AKABA,
yaitu sangat tinggi dengan nilai > 140 per 1.000 kelahiran hidup, tinggi dengan nilai
71-140 per 1.000 kelahiran hidup, sedang dengan nilai 20-70 per 1.000 kelahiran
hidup, dan rendah dengan nilai < 20 per 1.000 kelahiran hidup. SDKI tahun 2012
mengestimasikan nilai AKABA periode 5 tahun terakhir sebelum survei sebesar 40
per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kategori tersebut, maka secara nasional
Indonesia masuk dalam kategori AKABA sedang (kemenkes RI, 2013).Berdasarkan Riskesdes 2013, kecenderungan prevalensi status gizi anak balita
menurut ketiga indeks BB/U, TB/U dan BB/TB, terlihat prevalensi gizi buruk dan
gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013. Prevalensi sangat pendek turun
0,8% dari tahun 2007, tetapi prevalensi pendek naik 1,2% dari tahun 2007. Prevalensi
sangat kurus turun 0,9% tahun 2007. Prevalensi kurus turun 0.6% dari tahun 2007.
Prevalensi gemuk turun 2,1 dari tahun 2010 dan turun 0,3% tahun 2007 (infodatin-
anak-balita, 2013).Angka kematian bayi (AKB) periode 10 tahun sebelum survei. Angka
kematian bayi di Indonesia periode 5 tahun sebelum survei sebesar 32 per 1.000
kelahiran hidup. Di Sulawesi Selatan angka kematian bayi 25 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2012). Dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) Bidang
Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan salah satu sasaran pembangunan yang akan
dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 15%
dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32%. Untuk
mencapai sasaran RPJMN tersebut, dalam aksi pembinaan gizi masyarakat telah
ditetapkan 8 indikator kinerja, yaitu: (1). Bayi ditimbang berat badannya. (2). Balita
gizi buruk mendapat perawatan. (3). Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A.
(4). Bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI. (5). Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe.(6).
Rumah tangga mengonsumsi garam beryodium. (7). Kabupaten/kota melaksanakan
surveilans gizi. (8). Penyediaan stok cadangan Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI) untuk daerah bencana. Presentase anak dengan malnutrisi merupakan salah
satu indicator MDGs dalam mencapai target dalam goal pertama. Sedangkan
persentasi balita ditimbang merupakan indikator Renstra Kementrian Kesehatan
2010-2014 (Kemenkes RI 2013).Bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif mempunyai risiko lebih tinggi
mengalami gizi kurang daripada bayi yang mendapat ASI Eksklusif dan pemberian
ASI eksklusif merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi terjadinya gizi
kurang pada bayi usia 6 -12 bulan. Bayi yang mendapat MP-ASI terlalu dini dan
terlambat mempunyai risiko lebih tinggi mengalami gizi kurang daripada bayi yang
mendapat MP-ASI tepat waktu. Bayi dengan tingkat konsumsi energi dari MP-ASI
yang rendah akan mempunyai risiko lebih tinggi mengalami gizi kurang daripada
bayi dengan tingkat konsumsi energi baik. Bayi dengan tingkat konsumsi protein dari
MP-ASI yang rendah akan mempunyai risiko lebih tinggi mengalami gizi kurang
daripada bayi dengan tingkat konsumsi protein yang baik (Ratnanigsih, 2011).Terdapat hubungan yang bermakna antara usia pemberian MP-ASI dengan status
gizi (indeks BB/TB) anak usia 1-3 tahun di kota padang tahun 2012 (p=0,001).
Hubungan tersebut menunjukkan jika anak diberi MP-ASI sesuai jadwal akan
menghasilkan tumbuh kemang anak yang lebih baik daripada anak yang diberi MP-
ASI dini. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis MP-ASI dengan status
gizi (indeks BB/TB) anak usia 1-3 tahun di kota padang tahun 2012 (p=0,456).
Hubungan tersebut menunjukkan status gizi anak tidak hanya dipengaruhi dari jenis
MP-ASI, tetapi juga oleh frekuensi dan cara pemberian makanan yang baik (Lestari,
2012).Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar ibu yang memberikan
makanan pendamping ASI hasil olahan sendiri memiliki balita dengan status gizi baik
(83%) dan gizi kurang sebanyak 17%. Hasil perhitungan statistik juga diperoleh
bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis pemberian makanan pendamping
ASI yang diberikan dengan status gizi balita usia 12-24 bulan (Yulita, 2015).Oleh karena itu, seorang ibu juga perlu memiliki pengetahuan yang baik untuk kesehatan bayinya. Seperti dijelaskan dalam Q.S Al-Mujadilah/58: 11.
اوُتوُأ او ُزُشنٱ َف او ُزُشنٱ ...
َنيِذَلٱ َنيِذَلٱ َُللّٱ َو ۡمُكنِم اوُنَماَء َليِق اَذِإ َو ِعَف ۡرَي
١١
َُللّٱ ٞريِبَخ َنوُلَمۡعَت اَمِب َو ٖۚ ت ََٰجَرَد َمۡلِعۡلٱ Terjemahnya: … dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Departemen Agama RI, 2002).
Tafsir ayat di atas yaitu: Dan apabila dikatakan “berdirilah kamu ke tempat yang
lain, atau untuk diduduki tempatmu buat orang yang lebih wajar , atau bangkitlah
untuk melakukan sesuatu seperti untuk shalat dan berjihad, maka berdiri dan
bangkitlah, Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu ,
wahai yang memperkenankan tuntunan ini, dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat dan Allah terhadap
apa yang kamu kerjakan sekarang dan masa yang datang (Shihab, 2002).Berdasarkan data yang diperoleh, di Kabupaten Gowa terdapat angka kematian
bayi dan balita sebanyak 10 per 1000 kelahiran hidup, dan jumlah presentase balita
gizi buruk pada tahun 2014 sebanyak 13% (laporan kinerja pemkab Gowa, 2014).Dari informasi yang didapatkan peneliti dari beberapa ibu di Kelurahan Samata,
Gowa. Ada beberapa ibu yang lebih senang memberikan makanan pendamping ASI
instan atau pabrikan dengan alasan lebih praktis tapi ada juga beberapa ibu yang lebih
memilih membuat sendiri karena lebih mudah dijangkau dan harganya tidak terlalu
mahal.Karena makin banyaknya sekarang makanan pendamping ASI pabrikan
masyarakat kebanyakan lebih memilih untuk membeli dibandingkan membuat
sendiri. Berdasarkan data di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI Buatan Sendiri di Kelurahan Samata, Gowa tahun 2016”.
B.
Rumusan Masalah Dari uraian masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) buatan sendiri di Kelurahan Samata, Gowa?’
C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) buatan sendiri di Kelurahan Samata, Gowa.
2. Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian MP-ASI buatan sendiri di Kelurahan Samata, Gowa.
b.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang kelebihan MP-ASI buatan sendiri di Kelurahan Samata Gowa. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya MP-ASI, dan
waktu yang tepat untuk pemberian MP-ASI terutama MP-ASi buatan sendiri.
c.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang kekurangan MP-ASI buatan sendiri di Kelurahan Samata Gowa.
d.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang cara membuat MP-ASI buatan sendiri di Kelurahan Samata Gowa.
D.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi ibu
2. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi yang didapatkan di bangku kuliah serta dapat menerapkannya dalam masyarakat terutama ibu menyusui.
3. Bagi institusi Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan UIN Alauddin Makassar khususnya prodi kebidanan dan dapat dijadikan bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya.
4. Bagi tempat penelitian Sebagai bahan masukan terkait dalam meningkatkan penyuluhan terkait makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat pada bayi usia 6-24 bulan sehingga dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan Pengetahuan yang dicakup dalam domain kogniti menurut Notoadmodjo (2003) mempunyai 6 tingkat: a.
Tahu atau Know diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali atau Recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.
b.
Memahami atau Comprehension, diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas.
c.
Aplikasi atau Aplication, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. d.
Analisis atau Analysis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.
Sintesis atau Synthesis, menunjukka pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.
Evaluasi atau Evaluation, ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang a.
Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.
b.
Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak tidak langsung.
c.
Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pasa aspek fisik dan psikologis (mental).
d.
Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e.
Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. f.
Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan
dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
g.
Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
3. Kriteria pengetahuan Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi : Penilaian –penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Nursalam (2008), kriteria untuk menilai tingkatan pengetahuan menggunakan nilai : a.
Tingkat pengetahuan baik bila skor nilai 76-100% b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75% c. Tingkat pengetahuan yang kurang bila skor atau nilai ≤ 56%.
(Nursalam, 2008).
4. Cara memperoleh pengetahuan Dari berbagai macam cara yabg telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni : a.
Cara tradisional atau non-ilmiah b. Cara modern atau ilmiah. (Notoatmodjo, 2003)
Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan Cara kuno atau tradisonal ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan
secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini
antara lain meliputi : 1) Cara coba-salah (Trial and Error)Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia adalah dalam memperoleh pengetahuan adalah cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kenungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. 2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Cara pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penelaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah benar.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pertanyaan-pertanyaan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan umum ke khusus. (Notoatmodjo, 2003).
Cara modern memperoleh pengetahuan Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut ‘metode penelitian ilmiah’ atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan berpikir induktif.
B.
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi, diberikan pada bayi dan atau anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI ini diberikan bersamaan dengan ASI mulai usia 6 bulan hingga 24
diperkenalkan dengan makanan pendamping untuk memenuhi kebutuhan gizinya
(Riksani, 2012).
MP-ASI merupakan makanan untuk mencukupi 100% kebutuhan gizi bayi. MP-
ASI diberikan ketika bayi sudah menginjak usia 6 bulan dan hanya bersifat sebagai
pendamping, karena ASI lah yang jadi makanan utama.Setelah bayi berumur 6 bulan, kebutuhan akan zat gizi akan semakin bertambah.
ASI yang dihasilkan sang ibu kurang memenuhi kebutuhan gizi sang bayi. Dengan
begitu sang bayi membutuhkan makanan selain Air Susu Ibu. Makanan selain ASI itu
disebut Makanan Pendamping ASI atau sering kita singkat dengan MP-ASI
(Anggareni, 2011).Makanan pendamping ASI pertama kali yang diberikan bayi, biasanya dalam
bentuk bubur buah, tim saring, nasi tim dan lama-kelamaan berupa makanan keluarga
yang padat. Untuk itu maka Makanan Pendamping ASI ini harus mengandung gizi
yang seimbang agar bayi dapat memenuhi kebutuhan gizinya (Anggareni, 2011).
Pengenalan dan pemberian makanan Pendamping ASI harus dilakukan secara
bertahap dari cair, semi padat, dan makanan padat. Mengapa? Sebab harus
disesuaikan dengan kemampuan pencernaan bayi. Dengan pemberian Makanan
Pendamping ASI yang cukup maka pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan bayi dapat bertambah pesat (Anggareni, 2011).Biasanya Makanan Pendamping ASI diberikan mulai umur 6 bulan sampai 24
bulan. Mengapa Makanan Pendamping ASI baru diberikan diusia enam bulan?
bulan. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), ASI dinyatakan sudah cukup
sebagai makanan tunggal bagi pertumbuhan bayi yang normal sampai usia enam
bulan. Cara ini dapat melindungi bayi dari risiko terkena infeksi saluran pencernaan.
Setelah enam bulan pemberian ASI saja hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan
bayi. Pada usia ini bayi mulai membutuhkan makanan pendamping ASI (Anggareni,
2011).Menginjak usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan pada makanan yang dinamakan
makanan pendamping ASI atau disingkat MP-ASI . inilah makanan bayi kedua yang
menyertai pemberian ASI. Di sini akan dibahas mengenai cara pengenalan yang baik
pemberian makanan pendamping ASI kepada bayi, mengingat organ pencernaan
bayi yang belum sempurna seperti orang dewasa, sehingga jika salah memberikan
pengenalan makanan bayi ini dapat menimbulkan gangguan pencernaan pada bayi
seperti sterjadinya sembelit atau malah terjadinya perut kembung (Aurelia, 2012).Setelah berumur 6 bulan, makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai
diperkenalkan kepada bayi, namun pemberian ASI juga harus dilanjutkan setidaknya
sampai bayi berumur 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi perlu diperkenalkan dengan
makanan pendamping, yaitu makanan tambahan selain ASI untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi yang meningkat. Jenis makanan yang dikonsumsi bayi juga
mempengaruhi jumlah kebutuhan airnya. Umumnya kebutuhan cairan bayi pada usia
6-11 bulan dapat dipenuhi dari ASI saja. Cairan tambahan dapat diperoleh dari buah
atau jus buah, sayuran atau sedikit air matang setelah pemberian makan. Ibu harus
menghilangkan atau mengencerkan kandungan gizi dari makanan pendamping kaya
energi. Energi yang dihasilkan dari bubur, sop, kaldu dan makanan cair lain yang
diberikan pada bayi umumnya di bawah batas yang dianjurkan untuk makanan
pendamping (0,6 kkal/g). mengurangi jumlah air yang ditambahkan pada makanan
ini dapat meningkatkan kondisi gizi anak dalam kelompok usia ini.Rekomendasi tersebut menekankan bahwa secara sosial-budaya MP-ASI
hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah
setempat (indigenous food ). Melalui penerapan perilaku “keluarga sadar gizi”, ibu didorong untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6
bulan, serta memberikan MP-ASI ysng cukup dan bermutu kepada bayi, termasuk
anak usia 6-24 bulan. Seperti dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah/1: 198.َ َ َْاو ُرُكۡذٱ
ََفَ ٖتََٰف َرَعَ ۡنِّ مَمُت ۡضَف ََأَٓاَذِّإَفَ ۡۚۡمُكِّ بَّرَنِّ مَ الٗ ۡضَفَْاوُغَتۡبَتَنَأٌَحاَنُجَ ۡمُكۡيَلَع ََسۡيَل َ ۦَ َ َ َ ََنيِّ لٓاَّضلٱ َ َنِّمَل
ََدنِّع َُهوُرُكۡذٱ َََّللّٱ َ ِّماَرَحۡلٱ َِّرَعۡشَمۡلٱ َِّهِّلۡبَقَنِّ مَمُتنُكَنِّإ َوَ ۡمُكَٰىَدَهَاَمَك َََو
َ ١٩٨ Terjemahnya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Departemen Agama, 2002). Tafsir ayat di atas, Allah swt membolehkan (menghalalkan) seluruh manusia agar
memakan apa saja yang ada di muka bumi, yaitu makanan yang halal, baik dan
bermanfaat bagi dirinya sendiri yang tidak membahayakan bagi tubuh dan akal
pikirannya (Ibnu Katzir, 1427 H). makna (ً ل َلََح ) yaitu segala yang cara
memperolehnya dibenarkan oleh syariat dan juga wujud barangnya yang dibenarkan
oleh syariat. Makanan halal yang dimaksud Allah swt seperti tersebut di atas, bukan
sekedar halal dzatnya melainkan halal pula cara mengusahakan atau memperolehnya.
Makanan yang halal dzatnya tapi jika cara memperolehnya dengan cara yang haram,
misalnya mencuri atau menipu, maka nilai makanan itu menjadi haram sehingga
mask dalam kategori dilarang untuk memakannya. Gula, dari segi barang adalah
barang yang dihalalkan syariat namun bias jadi haram jika memperolehnya dengan
cara mencuri. Dan khamer (miras) adalahbarng yang sifatnya haram meski khamer itu
dibeli dengan uang yang halal maka khamer itu akan tetap haram (Ibnu Katsir, 2015).
Dan kemudian makna ( ا بِّ يَط) tayyiban adalah lawan dari khabitsan atau
jelek/menjijikkan, perkara yang baik adalah perkara yang secara akal dan fitrah
dianggap baik. Secara akal, (ilmu/pengetahuan) tembakau itu jelek oleh sebab
membahayakan kesehatan, maka ini bukanlah perkara yang bukan tayyib namun
jelek, dan juga kecoa secara fitrah adalah hewan menjijikkan meski ada sebagian
orang yang tidak jijik, maka kecoa ini adalah hewan yang jelek/khabits dan bukan
perkara tayyib. Maka dari itu mengkonsumsi kecoa dan tembakau berarti
mengkonsumsi barang yang jelek/khabits atau bukan yang tayyib sebagaimana Allah secara syar’i. Namun sebagai pengidap hipertensi daging yang halal itu tidak baik (thayyiban) baginya. Maka sudah semestinya penderita hipertensi tersebut menghindarkan diri mengkonsumsi daging kambing karena akan dapat menjadi sumber madharat bagi tubuhnya (Ibnu Katsir, 2015).
Oleh karena itu, seorang ibu harus memiliki pengetahuan yang baik tentang makanan yang dikonsumsi oleh bayinya. Seperti yang dijelaskan ayat di atas harus memperhatikan aspek halal.
C.
Tujuan Pemberian Makanan Pendamping ASI Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang.
1. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.
2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
3. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.
(Nugroho, 2014). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI : 1.
Makanan apapun yang diberikan kepada bayi mesti memenuhi standar kecukupan gizi.
2. Meskipun bayi makan lebih dari satu kal sehari sebagai komplemen terhadap ASI, namun karena kapasitas perutnya masih kecil, maka jumlah (porsi) makanan yang diberikan jangan terlalu besar.
3. Porsi makan seorang bayi berumur 1-3 tahun sekitar 200-300 ml makanan untuk sekali makan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan energy dan zat-zat gizi dalam konsentrasi tinggi, makanan tambahan bisa diberikan kepada bayi dengan porsi yang tepat.
4. Seorang bayi yang berumur lebih dari 6 bulan perlu diberi makan 4-6 kali sehari sebagai tambahan terhadap ASI. Secara bertahap, ukuran tersebut berkurang menjadi 3 kali makan sehari setelah anak berumur 2-3 tahun. Dalam hal ini, ibu harus tetap memperhatikan kandungan energy dan zat-zat gizi agar bayi senantiasa sehat.
5. Ibu memberikan makanan tambahan setelah bayi menyusu. Dengan demikian, bayi akan terus menyusu dengan kuat pada payudara, sehingga produksi ASI tidak akan berkurang.
6. Ibu memberikan makanan dasar, seperti multi mixed yang sarat gizi sebelum bayi berumur dua tahun. Makanan ini sangat diperlukan karena bayi belum bisa mengonsumsi semua makanan orang dewasa.