BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - RATNA DWI BAB II

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai afiks sudah pernah dilakukan antara lain oleh Eva Susandra dan Santiatun. Kedua peneliti tersebut merupakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian tersebut ditinjau secara singkat sebagai berikut.

1. Kajian Bentuk dan Makna Verba Berprefiks Ber- dalam Cerpen Karya Siswa SMP Negeri 2 Purwokerto Tahun Pelajaran 2014-2015.

  Penelitian tersebut dilakukan oleh Eva Susandra, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2016. Hasil penelitiannya yaitu berupa verba berprefiks ber- terdiri dari bentuk ber-, be-, dan bel-. Makna verba berprefiks ber- yang ditemukan pada hasil analisis yaitu makna memiliki atau mempunyai seperti bentuk dasar, mempergunakan sesuatu seperti pada bentuk dasar, mengerjakan dan mengadakan sesuatu, memperoleh atau menghasilkan sesuatu, mengeluarkan sesuatu seperti yang disebut bentuk dasar, berada dalam keadaan yang terkait dengan bentuk dasar, menyatakan perbuatan mengenai diri sendiri (reflekstif) jika bentuk dasarnya berkategori nomina. Jika bentuk dasarnya berkategori bilangan (numeralia), maka prefiks ber- mengandung arti himpunan, jika bentuk dasarnya verba atau adjektiva, verba berprefiks ber- menyatakan perbuatan berbalas atau resiprok, atau melakukan seperti yang disebut pada bentuk dasar, menjadi yang tersebut pada bentuk dasar, dan memberikan sesuatu seperti pada bentuk dasar. Verba berprefiks ber- dapat melekat

  7 pada bentuk dasar yang berkategori verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), dan numeralia (kata bilangan). Penelitian Eva Susandra (2016) dalam tahap penyediaan data menggunakan metode simak, teknik sadap dan teknik catat. Kemudian dalam menganalisis data menggunakan metode agih dengan teknik dasar BUL (Bagi Unsur Langsung) yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan teknik ganti. Hasil analisis data disajikan secara formal dan informal. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti membahas mengenai bentuk, fungsi, dan makna afiks yang meliputi prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks pada judul berita surat kabar Radar

  

Banyumas edisi Februari 2017 dan implikasinya bagi pembelajaran bahasa Indonesia.

  Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu tahap penyediaan data digunakan metode simak dilanjutkan dengan teknik catat. Kemudian dalam menganalisis data menggunakan tiga teknik yaitu teknik ganti, teknik lesap, dan teknik perluas. Hasil analisis data disajikan dengan cara formal dan informal. Persamaan penelitian Eva Susandra dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu objek yang sama mengenai kajian kata berimbuhan.

2. Perbandingan Afiks Bahasa Indonesia dan Afiks Bahasa Jawa pada Rubrik

  Edutaiment dan Rubrik Mblaketaket dalam Surat Kabar Radar Banyumas Edisi Januari 2016

  Penelitian tersebut dilakukan oleh Santiatun, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2012. Hasil penelitiannya yaitu berupa perbandingan afiks bahasa Indonesia dan afiks bahasa Jawa pada rubrik Pendidikan dan rubrik Mblaketaket yang meliputi persamaan dan perbedaan bentuk afiks bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Penelitian Santiatun (2012) meliputi tiga tahap yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian data. Tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik dasar berupa teknik catat, tahap analisis data menggunakan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan teknik lanjutan adalah teknik ganti dan teknik ubah parafrasa. Hasil analisis data disajikan secara formal dan informal. Perbedaan penelitian Santiatun dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian Santiatun membandingkan afiks bahasa Indonesia dan afiks bahasa Jawa dalam rubrik Pendidikan dan rubrik

  

Mblaketaket dalam surat kabar Radar Banyumas edisi Januari 2016, sedangkan

  penelitian yang dilakukan oleh peneliti membahas mengenai bentuk, fungsi, dan makna afiks yang meliputi prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks bahasa Indonesia pada judul berita surat kabar Radar Banyumas edisi Februari 2017 dan implikasinya bagi pembelajaran bahasa Indonesia. Tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada tahap penyediaan data dengan metode simak dengan teknik catat. Kemudian dalam menganalisis data menggunakan tiga teknik yaitu teknik ganti, teknik lesap, dan teknik perluas. Hasil analisis data disajikan dengan cara formal dan informal. Persamaan penelitian Eva Susandara dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu objek yang sama mengenai kajian kata berimbuhan.

B. Bahasa

  Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2012: 32). Keraf (1982: 15) mendefinisikan bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah simbol atau lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipergunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi, bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

  C. Morfologi

  Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti „bentuk‟. Dan kata logi yang berarti „ilmu‟. Jadi morfologi memiliki arti „ilmu mengenai ben tuk‟. Dalam kajian linguistik, morfologi merupakan ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata (Chaer, 2008: 3). Ramlan (2012: 22-23) berpendapat bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang menyelidiki seluk-beluk bentuk kata dan arti yang timbul sebagai peristiwa gramatik atau biasa disebut arti gramatik. Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Keraf (1984: 51) berpendapat bahwa morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan bentuk kata. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa morfologi merupakan ilmu yang mengkaji mengenai seluk-beluk pembentukan kata.

  D. Proses Morfologi 1. Pengertian Proses Morfologi

  Muslich (2009: 32) berpendapat bahwa proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem satu dengan morfem yang lain menjadi kata. Pendapat lain dikemukakan oleh Chaer (2008: 25), yakni proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).

  Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Ramlan (2012: 53) mengatakan bahwa proses morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya dapat berupa kata, seperti pada kata

  

menggergaji yang dibentuk dari kata gergaji. Kata berjalan-jalan, dibentuk dari kata

berjalan , kata terjatuh yang dibentuk dari kata jatuh. Dari pendapat yang telah

  dipaparkan oleh para ahli, peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai proses morfologis. Proses morfologis adalah proses perubahan bentuk dasar dalam rangka pembentukan kata yang baru.

2. Macam Proses Morfologi

  Kridalaksana (1992: 12) membagi proses morfologis menjadi lima, yaitu derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi (pemendekan), komposisi (perpaduan), dan derivasi terbalik. Selanjutnya pendapat lain dikemukakan oleh Chaer (2008: 27), yakni proses morfologis meliputi (a) afiksasi, (b) pengulangan, (c) proses komposisi, (d) pemendekan dalam proses akronimisasi, dan (e) pengubahan status dalam konversi.

  Menurut Ramlan (2012: 55), terdapat tiga proses morfologis, yaitu proses pembubuhan afiks, proses pengulangan, dan proses pemajemukan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, proses morfologis yang diteliti hanya berpusat pada afiksasi.

E. Kata dan Morfem 1. Kata a. Pengertian Kata

  Menurut Ramlan (2012: 34), kata adalah satuan bebas yang paling kecil, atau dengan kata lain, setiap satuan bebas merupakan kata. Kata terdiri dari dua macam satuan, yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik. Sebagai satuan fonologik kata terdiri dari satu atau beberapa suku, dan suku itu terdiri dari satu atau beberapa fonem.

  Misalnya, kata belajar terdiri dari tiga suku ialah be-, la-,-jar. Suku be terdiri dari fonem /b/ dan /ә/, suku la terdiri dari fonem /l/ dan /a/, dan suku jar terdiri dari fonem /j/, /a/, /r/. Jadi kata belajar terdiri dari tiga suku kata dan tujuh fonem /b, ә, l, a, j, a, r/. Sebagai satuan gramatik, kata terdiri dari satu atau beberapa morfem. Misalnya,

  

belajar terdiri dari dua morfem ber- + ajar = belajar. Blomfield dalam Tarigan (2009:

  7) mengartikan kata sebagai bentuk bebas yang paling kecil, yaitu kesatuan terkecil yang dapat diucapkan secara mandiri. Putrayasa (2008: 44), kata merupakan bentuk bebas terkecil yang mempunyai kesatuan fonologis dan kesatuan gramatis yang mengandung suatu pengertian. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan bebas terkecil yang mempunyai makna.

b. Jenis Kata 1) Kata Kerja

  Alwi, dkk dalam Putrayasa (2010: 71) menjelaskan bahwa kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan. Menurut Alwi, dkk (2010: 91), secara umum kata kerja dapat diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata lainnya karena ciri-ciri berikut ini:

  (1) Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun juga memiliki fungsi lain.

  (2) Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas.

  (3) Verba khusunya yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti paling. Verba seperti mati, tidak dapat diubah menjadi termati.

  (4) Verba tidak dapat bergabung dengan kata-kata yang menyatakan makna kesangatan. Tidak ada bentuk seperti *agak belajar, *sangat belajar, dan lain sebagainya.

  2) Kata Sifat

  Kata sifat adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat (Alwi, dkk, 2010: 177).

  Kridalaksana (1994: 59), kata sifat adalah kategori kata yang ditandai oleh kemungkinan sebagai berikut: (1) Bergabung dengan partikel tidak, lebih, sangat, agak, dan lain sebagainya. (2) Menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan tingkat ditegaskan dengan pemakaian kata seperti

  sangat dan agak disamping kata verba (Alwi, dkk, 2010: 177).

  3) Kata Benda

  Alwi, dkk (2010: 221) mengatakan bahwa kata benda dapat dilihat dari tiga segi yaitu segi semantis, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantis, kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep atau pengertian. Misalnya kucing, meja, dan kebangsaan. Dari segi sintaksis, kata benda memiliki ciri- ciri: (1) Dalam kalimat yang predikatnya kata kerja, kata benda menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.

  (2) Kata benda tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. (3) Kata benda umumnya dapat diikuti kata sifat, baik secara langsung maupun dengan diantarai oleh kata yang.

  4) Kata Bilangan

  Kridalaksana (1994: 79), kata bilangan memiliki ciri-ciri yaitu: (1) dapat mendampingi kata benda dalam konstruksi sintaksis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi kata benda lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat. Kata bilangan mewakili bilangan yang terdapat di luar bahasa.

  2. Morfem a. Pengertian Morfem

  Menurut Muslich (2009: 3), morfem adalah bentuk-bentuk berulang yang paling kecil beserta artinya. Hokcet dalam Tarigan (2009: 6) menjelaskan bahwa morfem adalah unsur yang terkecil yang secara individual mengandung pengertian dalam ujaran suatu bahasa. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan terkecil dalam ujaran suatu bahasa.

b. Jenis Morfem

  Chaer (2012: 151), dalam bahasa Indonesia morfem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, rumah, makan, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Muslich (2009: 17), morfem bebas adalah morfem-morfem yang dipakai secara tersendiri dalam kalimat atau tuturan biasa. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa suatu tuturan.

  Menurut Muslich (2009: 17), morfem terikat adalah mofem yang tidak dapat berdiri sendiri, baik dalam kedudukannya sebagai kalimat maupun sebagai kata yang menjadi unsur pembentuk kalimat. Chaer (2012: 151), berpendapat bahwa morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam sebuah tuturan.

  Semua afiks dalam bahasa Indonesia termasuk dalam morfem terikat. Contohnya terdapat pada kata berambut. Kata rambut merupakan morfem bebas karena rambut dapat berdiri sendiri, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti prefiks ber- disebut dengan morfem terikat.

F. Afiksasi

  Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata yang kompleks (kata berimbuhan). Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori tertentu, sehingga berstatus kata (atau bila telah berstatus kata berganti kategori), (3) sedikit banyak berubah maknanya (Kridalaksana, 1992: 28). Ramlan (2012: 56) mengatakan bahwa afiksasi (proses pembubuhan afiks) adalah pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik satuan itu berupa satuan tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Misalnya pembubuhan afiks ber- pada kata

  

jalan menjadi berjalan, pada kata gerilya menjadi bergerilya, dan pada kata sepeda

  menjadi bersepeda. Ada juga afiks yang tidak membentuk kata, melainkan membentuk pokok kata, ialah afiks per-, -kan , dan -i. Pendapat lain dikemukakan Chaer (2008: 27), yakni afiksasi adalah proses penambahan afiks pada bentuk dasar sehingga hasilnya menjadi sebuah kata.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa afiksasi adalah proses morfologis mengenai pembentukan kata dengan menambahkan afiks pada bentuk dasar baik tunggal maupun kompleks yang hasilnya menjadi kata yang lebih kompleks (kata berimbuhan). Dengan demikian, kata kompleks (kata berimbuhan) disebut dengan kata berafiks. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan afiks yang produktif.

G. Afiks 1. Pengertian Afiks

  Menurut Muslich (2009: 41), afiks adalah bentuk kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan unsur langsung suatu kata tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang memiliki kesanggupan untuk membentuk kata- kata baru. Pendapat lain dikemukakan oleh Ramlan (2012: 57), yakni afiks adalah satuan gramatik terikat yang di dalam satu kata merupakan unsur yang bukan kata dan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Pendapat tersebut diperkuat oleh Chaer (2012: 177), yaitu afiks merupakan sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Putrayasa (2010: 5), mengatakan bahwa afiks adalah bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa afiks adalah satuan gramatik terikat dalam satu kata merupakan unsur bukan kata dan pokok kata yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata-kata baru.

2. Jenis Afiks

  Menurut Kridalaksana (1992: 28), dalam bahasa Indonesia jenis-jenis afiks diklasifikasikan atas prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, dan kombinasi afiks. Prefiks yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contoh: me-, di-,

  

ber-, ke-, ter-, pe-, per-, dan se-. Infiks yaitu afiks yang diletakkan di tengah bentuk

  dasar. Contoh: -el-, -er-, -em-, dan

  • –in-. Sufiks yaitu afiks yang diletakkan di belakang

  bentuk dasar. Contoh: -an, -kan, dan

  • –i. Simulfiks yaitu afiks yang dileburkan pada

  bentuk dasar. Contoh: kopi – ngopi, soto – nyoto, sate - nyate, dan kebut – ngebut. Konfiks yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar. Contoh dalam bahasa Indonesia yaitu ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an. Superfiks atau superafiks yaitu afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Afiks ini tidak ada dalam bahasa Indonesia. Kombinasi afiks yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan bentuk dasar. Contoh: me- kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, ter-kan, per-kan, pe-an, dan se-nya.

  Menurut Chaer (2008: 27) berkenaan dengan jenis afiks, proses afiksasi dibedakan atas prefiksasi yaitu proses pembubuhan prefiks yang dilakukan oleh prefiks ber-, me-, di-, ter-, ke-, dan se-. Infiksasi yaitu proses pembubuhan infiks pada bentuk dasar. Infiks tersebut, yaitu -el-, -em-, dan

  • –er-. Sufiksasi yaitu proses

  pembubuhan sufiks, dilakukan oleh sufiks

  • –an, -kan, dan –i. Konfiksasi yaitu proses

  pembubuhan konfiks pada bentuk dasar. Konfiks tersebut, yakni pe-an, per-an, ke-an, se-nya, dan ber-an.

  Ramlan (2012: 60) membagi jenis afiks menjadi empat yaitu prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Prefiks merupakan afiks yang melekat di depan bentuk dasar.

  Contoh: meN- {mem-, men-, meng-, meny-, menge-, dan me-}, ber- {ber-, be-, dan bel-

  

} , di-, ter-, peN-, se-, per-, dan ke-. Namun dalam prefiks terdapat afiks yang berasal

  dari bahasa asing yaitu maha-, para-, pra-, dan a-. Infiks merupakan afiks yang melekat di tengah bentuk dasar. Contoh:

  • –el-, –er-, -em- dan –in-. Sufiks merupakan

  afiks yang melekat di belakang bentuk dasar. Contoh: -kan, -an, -i, dan

  • –nya. Selain

  contoh tersebut, terdapat sufiks yang berasal dari bahasa asing yaitu

  • –is, -wati, -wan, - is, -man, -wi, -al, -or, -ik, -at, -in, dan
  • –im. Afiks terakhir yaitu konfiks, misalnya pada

    ke-an, ber-an, peN-an, per-an, dan se-nya. Ramlan (2012: 62-64) membagi afiks

  berdasarkan bahasa sumber dan berdasarkan keproduktifan. Berdasarkan bahasa sumber terdapat afiks yang berasal dari bahasa asing dan bahasa Indonesia. Afiks yang berasal dari bahasa Indonesia meliputi meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe-, se-, -el-, -

  

er-, -em-, -kan, -an, -i, dan -nya. Afiks yang berasal dari bahasa asing meliputi pra-, a-

,-wan, -wati, -is, -man, dan

  • –wi

  Satuan -in seperti pada kata muslimin dan

  • –at seperti pada kata muslimat,

  merupakan afiks dalam bahasa aslinya ialah bahasa Arab, tidak atau belum digolongkan afiks dalam bahasa Indonesia, meskipun dari kata muslimin dan muslimat terdapat muslim, oleh karena afiks-afiks asing tersebut belum dapat keluar dari lingkungannya yang berasal dari bahasa aslinya, yaitu bahasa Arab. Selanjutnya, berdasarkan keproduktifan terbagi menjadi afiks produktif dan afiks improduktif. Menurut Ramlan, afiks produktif adalah afiks yang hidup, memiliki kesanggupan untuk melekat pada kata-kata, dapat didistribusikan dan membentuk kata-kata baru.

  Misalnya, afiks yang berasal dari bahasa asing -wan pada kata bangsawan, jutawan,

  

sukarelawan, dan bahasawan. Kemudian afiks improduktif adalah afiks yang sudah

  usang, distribusinya terbatas pada beberapa kata, yang tidak lagi membentuk kata-kata baru. Misalnya, afiks -man yang hanya terdapat pada kata budiman dan seniman, afiks

  • el-, -em-, dan -er- yang hanya terdapat pada kata gemetar, geletar, gerigi, gerenyut,

  

temali, dan seruling. Afiks -da yang hanya terdapat pada kata yang menyatakan

hubungan kekeluargaan misalnya adinda, ayahanda, dan ibunda.

  Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa jenis afiks terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks, dan kombinasi afiks. Prefiks (awalan) yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar. Infiks (sisipan) yaitu afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar. Sufiks (akhiran) yaitu afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar. Konfiks yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar. Simulfiks yaitu afiks yang dileburkan pada bentuk dasar, dan kombinasi afiks yaitu kombinasi dari dua afiks atau yang bergabung dengan bentuk dasar. Berdasarkan pembagian afiks, dalam penelitian ini peneliti berpusat pada prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.

a. Prefiks

  Prefiks (awalan) yaitu afiks yang diletakkan di depan bentuk dasar. Prefiks dalam bahasa Indonesia meliputi meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe-, se-, per-, dan ke- (Ramlan, 2012: 60).

1) Prefiks meN-

a) Bentuk Prefiks meN-

  Menurut Ramlan (2012: 33) bentuk prefiks meN- terdiri dari alomorf mem-, men-, meng-, meny-, menge-, dan me-.

  (1) Bentuk mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /b/, /p/, /f/ dan /v/. Fonem /b/, /f/, dan /v/ tetap berwujud, sedangkan fonem /p/ mengalami peluluhan (Putrayasa, 2010: 10).

   Contoh: meN - + bantu membantu

  

  meN- + pukul memukul meN- + fitnah memfitnah  meN- + veto  memveto

  (2) Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami peluluhan.

  Contoh : meN- + dengar  mendengar

  meN- + tendang  menendang

  (3) Bentuk meng- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/, /z/, /a/, /i/ /u/, /e/, dan /o/. Fonem /k/ mengalami peluluhan.

  Contoh: meN- + kunyah  mengunyah  mengharap

  meN- + harap meN- + khususkan  mengkhususkan

   mengambil

  meN- + ambil meN- + usap  mengusap meN- + ikat  mengikat

   mengejek

  meN- + ejek

   mengolah

  meN- + olah

  (4) Bentuk meny- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /c/, /j/, /s/, dan /sy/. Dalam bahasa tulis bunyi /ny/ pada prefiks diganti atau dituliskan dengan huruf /n/ pada dasar dengan fonem /c/ dan /j/. Sedangkan fonem /s/ mengalami peluluhan.

  Contoh: meN- + curi  mencuri (lafalnya: menycuri)  menjual (lafalnya: menyjual)

  meN- + jual

   menyikat

  meN- + sikat

  (5) Bentuk menge- digunakan apabila bentuk dasarnya terdiri dari sebuah suku kata.

  Contoh: meN- + bom  mengebom

  meN- + tik  mengetik

  (6) Bentuk me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem /r/, /I/, /m/, /n/, /ny/, /n/, /y/, dan /w/.

  Contoh: meN- + lebar  melebar  memakan

  meN- + makan

   menasihati

  meN- + nasihat meN- + yakinkan  meyakinkan meN- + warnai  mewarna

  b) Fungsi Prefiks meN-

  Fungsi prefiks meN- yaitu untuk membentuk kata kerja, baik kata kerja transitif maupun kata kerja intransitif. Kata kerja transitif yaitu kata kerja yang diikuti kata atau kata-kata sebagai objeknya. Kata kerja intransitif yaitu kata kerja yang tidak dapat diikuti kata atau kata-kata sebagai objeknya (Ramlan, 2012: 106).

  Contoh: Kata Kerja Transitif Kata Kerja Intransitif memegang melebar menanam meluas menggali menepi membaca menyempit menyusun membesar

  c) Makna Prefiks meN-

  Makna prefiks meN- dapat ditinjau dari dua segi, yaitu sebagai unsur pembentuk kata kerja transitif dan intransitif (Putrayasa, 2010: 13). Sebagai unsur pembentuk kata kerja intransitif, prefiks meN- memiliki arti sebagai berikut: (1) Melakukan suatu perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar.

  Contoh: 1. Ibu menyanyi keroncong dengan merdu.

  2. Penari latar di acara tadi malam menari dengan lihainya. (2) Menghasilkan atau membuat suatu hal Contoh: 3. Bu Darso sangat mahir menggulai kambing.

  4. Timah akan melebur jika dipanaskan pada suhu tertentu. (3) Jika kata dasarnya menyatakan tempat, prefiks meN- mengandung makna menuju ke arah.

  Contoh: 5. Setelah menabrak seorang polisi wanita, pengendara tersebut diminta menepi oleh warga.

  6. Meskipun hujan lebat, nelayan tetap melaut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. (4) Berbuat seperti, berlaku seperti, atau menjadi seperti. Contoh: 7. Polisi yang sedang bertugas ditembak dengan membabibuta oleh orang bertopeng.

  8. Pak Rusdi membatu setelah melihat rumahnya hangus terbakar. (5) Jika kata dasarnya adalah kata sifat atau kata bilangan, kata yang mengandung prefiks meN- memiliki arti menjadi.

  Contoh: 9. Perutnya mulai mengecil setelah ia rutin berolahraga.

  10. Wajahnya menghitam setelah seharian berjemur di pantai. Sebagai unsur pembentuk kata kerja transitif, prefiks meN- mengandung makna sebagai berikut: (1) Melakukan suatu perbuatan. Contoh: 11. Kakak mengaduk sayur agar matang merata.

  12. Koki itu memasak ikan dengan lihainya. (2) Mempergunakan atau bekerja dengan apa yang terkandung dalam kata dasar. Contoh: 13. Ibu menyapu halaman rumah yang sangat kotor.

  14. Adik menggunting kertas untuk dijadikan kerajinan tangan. (3) Membuat atau menghasilkan apa yang disebut dalam kata dasar. Contoh 15: Ibu sedang menggulai daging kambing.

  16. Bibi sangat pandai menyambal terasi.

2) Prefiks ber-

  a) Bentuk Prefiks ber-

  Menurut Ramlan (2012: 33) bentuk prefiks ber- terdiri dari tiga alomorf yaitu ber-, be-, dan bel-.

  (1) Prefiks ber- berubah menjadi ber- (tidak mengalami perubahan) jika ditempatkan pada bentuk dasar yang suku pertamanya tidak bermula dengan fonem /r/ atau suku pertamanya tidak mengandung /er/ Putrayasa (2010: 17). Contoh: ber- + main  bermain

  ber- + dasi  berdasi ber- + kerudung  berkerudung

  (2) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditempatkan pada bentuk dasar yang bermula pada fonem /r/ atau bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/.

  Contoh: ber- + kerja  bekerja 

  ber- + rantai berantai

  

  ber- + serta beserta (3) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jka diletakkan pada bentuk dasar ajar.

   Contoh: ber- + ajar belajar

  b) Fungsi Prefiks ber-

  Prefiks ber- memiliki fungsi yaitu membentuk kata-kata yang termasuk kedalam golongan kata kerja (Putrayasa, 2010: 18). Misalnya: berlayar dengan cepat: bergerak dengan layar.

  c) Makna Prefiks ber-

  Makna prefiks ber- antara lain menyatakan: (1) Arti mempunyai atau memiliki.

  Contoh: 17. Laki-laki itu beristri dua.

  18. Wanita cantik itu bernama Siti.

  (2) Mempergunakan atau mengenakan sesuatu yang disebut dalam kata dasar. Contoh: 19. Ayah sedang bersepeda di taman kota.

  20. Wanita berhijab itu sangat cantik (3) Mengerjakan sesuatu atau mengadakan sesuatu.

  Contoh: 21. Petani itu bersawah setiap pagi.

  22. Perayaan malam tahun baru dirayakan dengan berpesta kembang api. (4) Memperoleh atau menghasilkan. Contoh: 23. Ayamnya bertelur delapan.

  24. Kambingnya beranak kembar. (5) Berada dalam keadaan sebagai yang disebut dalam kata dasar. Contoh: 25. Warga desa beramai-ramai memburu pencuri motor.

  26. Para pedagang itu bergegas-gegas mengemasi barang dagangan karena ada satpol PP. (6) Bila kata dasarnya adalah kata bilangan atau kata benda yang menyatakan ukuran, maka ber- mengandung arti himpunan.

  Contoh: 27. Pemuda dan pemudi Indonesia harus bersatu.

  28. Ayah sudah bertahun-tahun menjadi seorang relawan. (7) Menyatakan perbuatan mengenai diri sendiri. Contoh: 29. Sony bercukur karena rambutnya sudah panjang.

  30. Terpaksa saya harus berlindung di gedung kosong karena hujan lebat. (8) Menyatakan perbuatan berbalas atau timbal balik. Contoh: 31. Siswa SMA Kasih berkelahi lagi meskipun sudah dilerai oleh polisi.

  32. Bertinju merupakan salah satu olahraga yang sedang digemari oleh banyak kalangan.

3) Prefiks di-

a) Bentuk Prefiks di-

  Menurut Ramlan (2012: 112), bentuk dasar kata berprefiks di- sebagian besar berupa pokok kata.

  Contoh: dikata disayang dicintai

  b) Fungsi Prefiks di-

  Fungsi di- adalah membentuk kata kerja pasif. Kata kerja pasif adalah kata kerja yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil (Kridalaksana, 1994: 53).

  Contoh: dipukul dibangun

  c) Makna Prefiks di-

  Makna prefiks di- ialah menyatakan makna suatu perbuatan yang pasif. (Putrayasa, 2010: 20).

  Contoh: 33. Perampok rumah mewah itu sudah ditangkap polisi.

  34. Pelajar yang terlibat tawuran dipanggil oleh kepala sekolah.

4) Prefiks ter-

  a) Bentuk Prefiks ter-

  Menurut Putrayasa (2010: 19), prefiks ter- mengalami perubahan morfofonemik menjadi alomorf ter- dan tel-.

  b) Fungsi Prefiks ter-

  Fungsi prefiks ter- yaitu untuk membentuk kata sifat dan kata kerja pasif (Ramlan, 2012: 113). Kata kerja pasif adalah kata kerja yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil (Kridalaksana, 1994: 53).

  c) Makna Prefiks ter-

  Keraf (1984: 106) makna prefiks ter-, ada beberapa makna yaitu sebagai berikut: (1) Menyatakan aspek perspektif yaitu suatu perbuatan telah selesai dikerjakan.

  Contoh: 35. Buku, sepatu, dan tas adalah peralatan sekolah yang terjual habis ketika kenaikan kelas.

  36. Kerajaan Mataram yang sudah susut itu, kini terbagi menjadi empat buah kerajaan. (2) Menyatakan aspek kontinuatif yaitu suatu perbuatan tengah atau terus berlangsung.

  Contoh: 37. Lampu itu terpasang sampai pagi.

  38. Perahu itu terapung sepanjang malam. (3) Menyatakan aspek spontanitas, yaitu suatu perbuatan terjadi dengan tiba-tiba atau tidak sengaja.

  Contoh: 39. Ibu tertusuk jarum ketika menjahit baju.

  40. Rumah disamping pabrikpun ikut terbakar. (4) Menyatakan kesanggupan, dan dalam hal ini dapat diartikan dengan dapat di-. Contoh: 41. Peti itu tidak terangkat oleh kami.

  42. Terkait olehku buah mangga itu. (5) Bila kata dasarnya mengalami reduplikasi maka ter- mengandung arti intensitas (kesangatan) atau perulangan suatu peristiwa (aspek repetitif).

  Contoh: 43. Anak itu tertawa terbahak-bahak.

  44. Ia berjalan tergesa-gesa. (6) Prefiks ter- menyatakan makna paling. Makna tersebut memiliki bentuk dasar berupa kata sifat.

  Contoh: 45. Toni adalah murid terpandai di kelas.

  46. Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia.

5) Prefiks peN-

a) Bentuk Prefiks peN-

  Menurut Putrayasa (2010: 14), bentuk prefiks peN- mengalami perubahan sesuai dengan kondisi bentuk dasar yang mengikutinya. Prefiks peN- dapat berubah menjadi

  

pem-, pen-, peng-, dan peny-. Keempat bentuk tersebut merupakan alomorf dari

prefiks peN-.

  (1) Prefiks peN berubah menjadi pem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b/, /f/, dan /p/. Fonem /p/ mengalami peluluhan.

  Contoh: peN- + bantu  pembantu

  peN- + fitnah  pemfitnah peN- + pukul  pemukul

  (2) Prefiks peN- berubah menjadi pen- jika diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami peluluhan.

  

  Contoh: peN- + datang pendatang 

  peN- + tanam penanam

  (3) Prefiks peN- berubah menjadi peng- jika diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k/, /g/, /h/ , /kh/, dan vokal (a, i, u, e, o).

   Contoh: peN- + halus penghalus

  peN- + kuat  penguat peN- + ambil  pengambil

  (4) Prefiks peN- berubah menjadi peny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c/, /j/, dan /s/. Fonem /s/ mengalami peluluhan.

   Contoh: peN- + sayang penyayang

  

  peN- + curi penycuri (ditulis pencuri)

  

  peN- + jual penyjual (ditulis penjual)

  b) Fungsi Prefiks peN-

  Fungsi prefiks peN- adalah membentuk kata benda, tetapi terdapat prefiks peN- yang membentuk kata sifat.

  Contoh: Kata Benda: Ia seorang pemalu Kata Sifat: Ia sangat pemalu Ia seorang peramah Ia sangat peramah

  peN-

  c) Makna Prefiks

  Makna prefiks peN- dapat digolongkan sebagai berikut:

  (1) Menyatakan orang yang biasa melakukan tindakan. Contoh: 47. Pencukur di salon itu adalah pamanku.

  48. Pengarang novel itu konsisten dalam menggunakan tema disetiap hasil karyanya. (2) Menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan tindakan. Contoh: 49. Kayu itu digunakan sebagai pemukul korban.

  50. Truk itu seharusnya digunakan sebagai pengangkut barang, bukan manusia. (3) Menyatakan yang menyebabkan adanya sifat. Contoh: 51. Citra pendingin sudah melekat pada diri Tini.

  52. Semangat dari kedua orangtualah yang dijadikan sebagai penguat hidupnya. (4) Chaer (2008: 150) menambahkan dua makna prefiks peN- yaitu menyatakan makna yang me- (dasar) dan yang me-kan (dasar).

  Contoh: 53. Penulis novel itu bernama Asma Nadia.

  54. Salah satu pekerjaan densus 88 adalah penjinak bom.

6) Prefiks pe-

  pe-

  a) Bentuk Prefiks Bentuk prefiks pe- tidak mengalami perubahan morfofonemik (Keraf, 1984: 99).

  b) Fungsi Prefiks pe- Fungsi dari prefiks pe- adalah membentuk kata benda (Ramlan, 2012: 126).

  c) Makna Prefiks pe-

  Makna yang didukung oleh prefiks pe- adalah sebagai berikut: (1) Menyatakan orang yang mengerjakan sesuatu.

  Contoh: 55. Pelempar bom di minimarket sudah diamankan oleh pihak berwajib.

  56. Pedagang makanan tradisional kini sudah jarang ditemui. (2) Menyatakan alat. Contoh 57. Lidah merupakan indra perasa.

  58. Lem kayu itu digunakan sebagai perekat. (3) Menyatakan sesuatu yang di-. Contoh 59. Buku itu merupakan petunjuk.

  60. Pak Aman sudah menjadi pesuruh di sekolah selama lima tahun. (4) Menyatakan orang yang biasa bekerja disuatu tempat. Contoh 61. Ayahnya bekerja sebagai seorang pelaut.

  62. Setiap harinya pak Toni menjadi peladang gandum. (5) Menyatakan sesuatu atau seseorang yang mempunyai sifat itu. Contoh 63. Ia terkenal sebagai seorang pemarah.

  64. Dari kelima saudaranya, Soni sangat pemalas.

7) Prefiks se-

  a) Bentuk Prefiks se-

  Menurut (Putrayasa, 2010: 23), prefiks se- berasal dari morfem sa yang berarti satu, tetapi karena pengaruh tekanan struktur kata, vokal /a/ dilemahkan menjadi /e/.

  Bentuk awalan se- tidak mengalami perubahan.

  b) Fungsi Prefiks se-

  Fungsi prefiks se- yaitu membentuk kata benda dan kata sifat. Membentuk kata benda pada umumnya melekat pada bentuk dasar yang berupa kata benda misalnya serumah,

  

sedunia, seminggu dan sehari, sedangkan fungsi membentuk kata sifat melekat pada

  bentuk dasar berupa kata sifat misalnya setinggi, seluas, sebaik, seindah dan secerdas (Putrayasa, 2010: 23).

  c) Makna Prefiks se-

  Putrayasa (2010: 23), makna prefis se- yaitu sebagai berikut: (1) Menyatakan makna seluruh.

  Contoh: 65. Pamanku sekampung dengan pencuri motor itu.

  66. Ia selalu merepotkan orang serumah . (2) Menyatakan makna sama. Contoh: 67. Ombak itu setinggi gunung.

  68. Anak itu sepandai abangnya (3) Menyatakan makna setelah.

  Contoh: 69. Sesampainya di rumah, Ayah memberikan cenderamata.

  70. Ibu menangis setibamu di bandara Keraf (1984: 107), menambahkan makna prefiks se- yaitu menyatakan satu.

  Pengertian satu dipakai sebagai penanda bilangan pertama lipatan puluhan, ratusan dan sebagainya, serta sebagai penanda di depan kata-kata bantu bilangan.

  Contoh: 71. Ibu membeli beras sepuluh kilogram.

  72. Ayah memiliki sebuah novel baru.

8) Prefiks per-

  a) Bentuk Prefiks per-

  Menurut Keraf (1984: 101), bentuk prefiks per- mengalami perubahan menjadi pe-, terutama pada kata-kata yang mulai dengan fonem /r/.

  

  Contoh: per- + rebut perebut

  b) Fungsi Prefiks per- Fungsi prefiks per- yaitu untuk membentuk kata kerja.

  c) Makna Prefiks per-

  Makna yang didukung prefiks per- dalam pembentukan kata kerja pada umumnya mengandung arti kausatif, yaitu menyebabkan terjadinya atau adanya sesuatu. Arti kausatif dapat diperinci lagi dengan: (1) Menjadikan, membuat sesuatu jadi.

  Contoh: 73. Pamannya perbudak seorang wanita tua.

  74. Laki-laki itu ingin sebagai pertuan semua orang. (2) Memanggil atau menganggap sebagai. Contoh: 75. Sinta sudah seperti peradik dalam keluarga.

  76. Orang itu sudah dijadikan perengku adat. (3) Bila kata dasarnya kata bilangan maka artinya adalah membagi dan membuat jadi.

  Contoh: 77. Perempat bagian hartanya disumbangkan ke panti asuhan.

  78. Tanah itu dibagi perlima sesuai dengan jumlah anaknya. (4) Bila kata dasarnya keadaan maka berarti membuat lebih. Contoh: 79. Kemacetan yang terjadi setiap harinya semakin perbesar tingkat polusi udara.

  80. Rambut lurusmu akan percantik wajahmu.

9) Prefiks ke-

  a) Bentuk Prefiks ke-

  Menurut Putrayasa (2010: 22), prefiks ke- tidak mengalami perubahan bentuk pada saat digabungkan dengan bentuk dasar. Perbedaan antara ke- sebagai prefiks dan ke- sebagai kata depan, ke- sebagai kata depan penulisannya dipisahkan. Ke- sebagai awalan (prefiks) penulisannya disambung.

  b) Fungsi Prefiks ke-

  Fungsi prefiks ke- yaitu membentuk kata benda dan kata bilangan. Sebagai pembentuk kata benda, penggunaan prefiks ke- menjadi tidak produktif, misalnya pada kata-kata ketua, kehendak, dan kekasih. Sedangkan sebagai pembentuk kata bilangan, penggunaan prefiks ke- masih produktif. Misalnya keempat, kelima, keenam, ketujuh (Putrayasa, 2010: 22).

  c) Makna Prefiks ke-

  Menurut (Putrayasa, 2010: 22), makna prefiks ke- yaitu sebagai berikut: (1) Menyatakan kata bilangan kumpulan, yakni menyatakan himpunan yang terdiri atas jumlah yang tersebut pada bentuk dasar.

  Contoh: 81. Ketujuh pemuda itu merupakan anak pak Salim.

  82. Kedua anaknya telah wisuda dengan predikat cumlaude. (2) Menyatakan urutan. Contoh: 83. Dia adalah pelanggan ketiga hari ini.

  84. Rumah pak sony kedua dari sini.

  b. Infiks

  Infiks yaitu afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar. Infiksasi dalam bahasa Indonesia sudah tidak produktif lagi. Artinya, yaitu tidak digunakan untuk membentuk kata-kata baru (Chaer, 2008: 165). Infiks dalam bahasa Indonesia meliputi

  • –el-, -er-, dan -em- ( Ramlan, 2012: 60).

1) Bentuk Infiks

  Bentuk infiks menurut Putrayasa (2010: 26) yaitu terdiri dari –el-, -er-, dan –em-.

  a) Infiks

  • –el-

  Contoh: tunjuk + -el-  telunjuk patuk + -el-  pelatuk gigi + -el-  geligi

   geletar getar + -el- b) Infiks

  • –er-

   gerigi Contoh: gigi + -er- gendang + -er-  genderang suling + -er-  seruling

  c) Infiks

  • –em-

  Contoh: getar + -em-  gemetar  gemeretak gertak + -em- guruh + -em-  gemuruh

2) Fungsi Infiks Fungsi infiks yaitu untuk membentuk kata benda. 3) Makna Infiks

  Makna infiks terbagi menjadi 3 yaitu: (1) Menyatakan banyak dan bermacam-macam Contoh: 85. Semua anggota pramuka harus menguasai temali.

  86. Indonesia memiliki gemunung yang sangat indah. (2) Menyatakan intensitas atau frekuensi Contoh: 87. Suara gemuruh tadi malam sangat kencang.

  88. Badan Ayah gemetar karena kehujanan. (3) Mempunyai sifat atau memiliki hal yang disebut dalam kata dasar dan dapat berarti melakukan suatu perbuatan.

  Contoh: 89. Resep membuat makanan tradisional itu sudah temurun dari nenek moyang.

  90. Yani sedang bermain gelembung sabun.

c. Sufiks

  Sufiks merupakan afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar. Jumlah sufiks dalam bahasa Indonesia terbatas yaitu hanya pada