BAB 1 PENDAHULUAN - ANIS PERMATA DEWI BAB I

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari bahasa sebab

  bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi mereka. Dengan bahasa, manusia saling menyapa dengan sesama serta mengungkapkan atau menerima gagasan perasaan masing-masing. Dalam pengembangan ilmupun, manusia tidak lepas dari bahasa. Melalui bahasa setiap orang dapat mengungkapkan perkembangan pengetahuan. Dengan bahasa pula setiap orang dapat mengetahui perkembangan tersebut. Saat manusia menggunakan bahasa, tentu saja ia akan berharap bahwa apa yang disampaikannya akan bisa dimengerti oleh lawan bicaranya, baik itu perorangan, maupun kelompok. Dengan adanya pemahaman timbal balik antara penutur dan lawan bicaranya ini, maka akan tercipta komunikasi antara keduanya.

  Upaya pengungkapan berbagai maksud dan tujuan penggunaan bahasa ini, memang tidak bisa lepas dari pemahaman tentang adanya” fungsi komunikatif” bahasa. Pada fungsi komunikatif tersebut terdapat sejumlah tindak tutur antara lain: mengajukan pertanyaan, menawarkan / usulan, menolak ajakan dan menyatakan perasaan senang. Jadi tugas lawan bicara adalah memahami tindak tutur apa yang disampaikan oleh penutur tersebut sehingga ia akan mampu mengerti makna tuturan yang disampaikan itu.

  Realitas nyata dari penggunaan bahasa dalam upaya untuk menjalin sebuah komunikasi antara penutur dan lawan tutur ada dalam sebuah media massa. Baik itu media massa elektronik seperti radio dan televisi, maupun media

  1 cetak seperti majalah dan surat kabar. Penggunaan bahasa sebagai upaya menjalin sebuah komunikasi, akan kita dapati di sana. Akan tetapi bentuk bahasa yang digunakan pada kedua media massa tersebut pasti berbeda. Pada media elektronik pasti menggunakan bahasa lisan, sedangkan pada media massa cetak digunakan bahasa tulis.

  Bahasa yang digunakan dalam media cetak, dalam hal ini surat kabar memiliki ciri tersendiri. Anwar ( 1984: 1) menyatakan, bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers memiliki sifat-sifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Badudu, (1985: 138) menambahkan, sifat padat dan singkat berkaitan dengan sifat ekonomis yang sangat dibutuhkan oleh surat kabar. Bahasa yang rumit dan sulit akan mempersulit pemahaman isi tulisan. Oleh karena itu, bahasa pers juga harus lancar supaya lebih menarik.

  Salah satu penggunaan bahasa pers yang menarik yaitu pada surat kabar. Berawal dari kebiasaan peneliti membaca surat kabar Suara Merdeka. Peneliti merasa tertarik adanya rubrik kolom pojok “Semarangan”. Dari ketertarikan itu peneliti mencoba memahami dan mengamati isi kolom Pojok

  “Semarangan”. Peneliti menemukan sebuah permasalahan yang mana maksud komentar dari redaksi yang mengandung makna tersirat. Apabila pembaca membaca rubrik kolom P ojok “Semarangan”, tidak semua orang memahami maksud yang tersirat di dalamnya. Setelah peneliti memahami dan mengamati ternyata kolom pojok “Semarangan” mengandung implikatur. Implikatur adalah ujaran atau pernyataan yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Disamping itu peneliti menemukan bentuk implikatur konvensional dan implikatur percakapan sesuai dengan teori yang peneliti baca dalam sebuah buku yang berjudul “ Kajian Wacana Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana” karya Mulyana.

  Pada tanggal 6 Januari 2012 peneliti membaca kolom pojok “ Semarangan”. Peneliti menemukan implikatur konvensional. Dalam data tersebut orang sudah mengetahui pengertian secara umum masalah yang terkait dari isi kolom pokok “ Semarangan”. Kemudian pada tanggal 10 Januari 2012 peneliti juga menemukan implikatur percakapan. Karena dalam data kolom pojok “Semarangan” tersebut memiliki makna atau pengertian yang bervariasi yang mana pemahaman terhadap hal “ yang dimaksudkan” sangat tergantung pada konteks terjadinya percakapan. Selanjutnya pada kolom pojok “Semarangan” tidak hanya dalam bentuk implikaturnya saja, peneliti juga menemukan berbagai maksud implikatur yang tersirat pada tuturannya antara lain bermaksud menyindir, mengkritik, menyarankan, mendukung dan mengejek yang tidak diutarakan langsung kepada orang yang bersangkutan.

  Berdasarkan fenomena di atas, peneliti berasumsi untuk di jadikan objek penelitian dalam skripsi. Sebagaimana penggunaan bahasa pada umumnya bahasa dalam surat kabar Suara Merdeka dapat dikaji dari berbagai aspek. Aspek kajian dalam penelitian ini adalah implikatur, yaitu implikatur dalam kolom pojok “Semarangan”. Adanya implikatur yang terdapat dalam wacana kolom Pojok “Semarangan” pada media dapat menjadi sarana untuk membangkitkan ketertarikan pembaca dalam memahami dan mengetahui implikatur dari suatu wacana.

  Sasaran penelitian tentang implikatur ini adalah kolom pojok “Semarangan” pada Harian Suara Merdeka edisi Januari- Februari 2012 karena wacana yang terbit pada Januari - Februari memuat berita terbaru sebagai bahan penelitian. Serta pemilihan sasaran tersebut berdasarkan pertimbangan- pertimbangan berikut.

  Surat kabar berbahasa Indonesia pada umumnya memiliki kolom pojok. Kolom pojok merupakan salah satu jenis tulisan dalam sebuah surat kabar yang dibuat oleh redaksi surat kabar tersebut. Penempatan kolom pojok pada surat kabar bervariasi. Ada yang di pojok kanan bawah, ada pula yang di kiri bawah. Selain penempatannya bervariasi, kolom pojok tersebut memiliki identitas yang berbeda-beda.

  Kolom pojok pada surat kabar umumnya terdiri tiga bagian. Ketiga bagian itu adalah nama kolom pojok, inti berita dan komentar serta nama penjaganya.

  Inti berita merupakan pokok berita yang sedang dibicarakan. Sedangkan komentar berisi kritikan atau sanggahan dari redaksi berkaitan dengan inti berita. Tuturan dalam kolom pojok berisi kedua bagian tersebut. Tuturan yang ditulis dalam wacana pojok berisi opini dari redaksi mengenai hal-hal penting yang diberitakan.

  Karena adanya keunikan yang ada dalam kolom pojok surat kabar itulah, peneliti merasa tertarik untuk berupaya mengungkapkan berbagai hal yang disampaikan redaksi dalam menyikapi realita di sekelilingnya.

  Tuturan yang berisi inti berita dan komentar saling berkaitan, namun ada maksud-maksud tertentu dalam komentar yang tidak berkaitan langsung dengan inti berita, seperti cemooh, sindiran, dan sebagainya. Maksud-maksud tersebut dapat ditafsirkan melalui implikatur tuturan.

  Dalam ilmu bahasa dikenal adanya cabang ilmu yang mengkaji makna tuturan, yang dikenal sebagai kajian pragmatik bahasa. Kajian pragmatik ini mengungkapkan berbagai makna tuturan sesuai dengan konteks, termasuk tuturan yang mengandung implikatur, sehingga pembaca mengetahui makna yang implisit dari tuturan tersebut.

  Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung diketahui Suara Merdeka sebagai harian umum daerah Jawa Tengah dan sekitarnya terbit setiap hari (kecuali hari besar) dan telah memiliki komunitas pembaca tersendiri. Dalam surat kabar ini, pojok dihadirkan di halaman 7 dengan dua topik aktual yang diangkat pada setiap terbitan dan diberi nama “ Semarangan”. Penulis / pengasuh Pojok “Semarangan” menyebutkan dirinya Sirpong. Dua topik aktual diambil dari wacana berita yang utuh dan lengkap. Inti beritanya kemudian dijadikan bahan Pojok “Semarangan”.

  Pemahaman terhadap implikatur akan lebih mudah jika penulis atau penutur dan pembaca atau lawan tutur telah berbagi pengalaman. Pengalaman dan pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan dan pengalaman tentang berbagai konteks tuturan yang melingkupi kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh penulis. Pembaca tidak akan memahami dan menangkap maksud penulis yang terimplikasi atau tersirat dari tuturan penulis jika tidak memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannnya tentang dunia di sekitarnya. Selain itu, pembaca dapat mengungkapkan implikatur berdasarkan konteks tuturan, tindak tutur, dan skemata (pengetahuan). Hal itu akan sangat membantu pembaca dalam memahami maksud penulis yang tersirat.

  Berdasarkan pernyataan di atas kita ketahui betapa pentingnya konteks itu untuk menentukan makna suatu ujaran. Dan bila konteks berubah pulalah makna itu. Berikut contoh wacana kolom Pojok

  “Semarangan” yang dimuat Senin kliwon, 2 Januari 2012. Dengan contoh tersebut penulis mengungkapkan maksud implikatur berdasarkan tuturannya dengan menghubungkan melalui skemata, konteks, dan prinsip-prinsip percakapan antara lain prinsip kesopanan dan prinsip kerjasama.

  SEMARANGAN Ditahanan, Nunun akrab dengan Melinda Dee.

  Liburan alternatif ala sosialita...

  MU dikalahkan Blackburn tepat pada ultah ke-70 Alex Ferguson.

  Unhappy birthday to you, Sir...

  

Sirpong

  (Takut ultah karena tahu usia bertambah) Untuk memperjelas maksud implikatur tuturan wacana kolom Pojok

  “Semarangan” di atas, penulis menganalisis maksud komentar yang ditafsirkan dengan konteks tuturannya terlebih dahulu. Penulis memperlakukan datanya sebagai teks yang berada dalam satu konteks. Pada tuturan (1) a. Ditahanan Nunun akrab dengan Melinda Dee

  b. Liburan alternalitf ala sosialita Tuturan tersebut diutarakan berdasarkan fakta yang ada, yaitu masalah akrabnya Nunun dan Melinda Dee. Nunun ditetapkan sebagai tersangka pemberi suap kepada anggota komisi, sedangkan Melinda Dee juga tersangka kasus wisma altlet. Keduanya dipertemukan di sebuah tahanan, sehingga akhirnya menjadi akrab. Dalam teks kedua, banyak yang tidak kita pahami jika tidak ada teks pertama. Kata “ liburan alternatif “ pada teks itu tidak jelas. Begitu pula kata

  „ala‟, sosialita. Makna dan apa yang terjadi referensi dari kata-kata itu kita

  ketahui apabila kita baca teks pertama. Liburan alternatif yang dimaksud adalah di tahanan, ala adalah seperti, dan sosialita adalah suatu acara dibintangi oleh kalangan wanita kelas atas yang bersosial tinggi seperti Melinda dan Nunun.

  Tuturan kalimat (1b) di atas bukan sekedar menginformasikan kepada pembaca bahwa ada liburan alternatif yang cocok untuk orang terpandang.

  Tuturan itu mengandung maksud penulis yang terimplikasi dalam tuturan (1b). Implikasi yang terkandung dari kalimat (1b) adalah menyindir bahwa di tahanan bagaikan liburan alternatif untuk para wanita kelas atas. Penulis mengatakan maksudnya dengan tuturan “ Liburan alternatif ala sosialita”. Pada tuturan tersebut kata “ liburan” berarti „masa libur‟, kata “alternatif” artiya pilihan dari beberapa kemungkinan, kata” ala” artinya seperti dan “ sosialita” berarti wanita yang bersosial tinggi.

  Dalam hal ini penulis telah melanggar maksim kualitas, yaitu menyampaikan maksud yang tidak sesuai dengan kata-kata yang diucapkan.

  Penyimpangan maksim kualitas ini memang sengaja oleh penulis untuk memperhalus sindiran. Untuk itu, penulis menggunakan maksim kesopanan agar pembaca ( dalam hal ini Nunun dan Melinda Dee) tidak merasa tersinggung. Jika penulis tidak menggunakan maksim kesopanan, maksud penulis bisa diungkapkan dengan kalimat “Nunun dan Melinda Dee ditahanan”, ibarat hidup enak, tidak seperti ditahanan untuk orang tidak kaya. Akan tetapi, hal itu tidak dilakukan karena penulis memahami benar prinsip sopan-santun.

  Kesimpulannya, berdasarkan konteks tuturan, wacana di atas mengandung maksud implikatur tuturan berupa sindiran terhadap Nunun dan Melinda Dee yang berada ditahanan. Tuturan (2)

  a. MU dikalahkan Blackburn tepat pada ultah ke-70 Alex Ferguson b. Unhappy brithday to you, Sir.. Tuturan penulis dalam wacana (2) menyatakan fakta tentang permasalahan terkait kekalahan MU atas Blackburn tepat pada ultah ke-70 Alex Ferguson.

  Dapat dilihat dari kalimat ( 2a)“ MU dikalahkan Blackburn tepat pada ultah ke-70 Alex Fe rguson”. Penulis meminta kepada pembaca, untuk memberikan solusi dalam mengatasi permasalahan ini agar pertandingan yang akan datang bisa menang. Perlu diperhatikan latar belakang sosial yang menjadi permasalahan bagi sebuah tim disebabkan karena Alex Ferguson, yang menerima kado pahit setelah timnya dipermalukan oleh Blackburn Rovers 2-3 ketika merayakan ulang tahun ke-70.

  Dalam teks kedua, banyak yang tidak kita pahami jika tidak ada teks pertama. Kata “ Unhappy ” pada teks itu tidak jelas. Begitu pula kata “ brithday”,

  Sir. Makna dan apa yang terjadi referensi dari kata-kata itu, kita ketahui apabila

  kita baca teks pertama. Unhappy yang dimaksudkan tidak senang karena dikalahkan Blackburn, brithday adalah ulang tahun dan Sir sebagai pengganti Alex Ferguson. Pernyataan tersebut dinyatakan dengan penanda lingual kalimat ( 2b) “ Unhappy brithday to you, Sir...”.

  Tuturan kalimat (2b) di atas tidak sekedar menginformasikan kepada pembaca bahwa MU dikalahkan Blacburn pada saat ulang tahun pelatihnya, juga mengandung maksud penulis yaitu ekspresi mengejek tim MU karena kalah dalam pertandingan sepak bola. Penulis mengatakan maksudnya dengan tuturan “Unhappy brithday to you, Sir...”. Dalam hal ini penulis melanggar maksim kualitas dalam tuturan terakhir karena penulis tidak menjelaskan maksudnya secara detail, sehingga pembaca tidak mengetahui secara pasti maksud dari tuturan tersebut.

  Meskipun melanggar maksim kualitas, dalam wacana (2) penulis justru melaksanakan maksim kemurahan. Maksim kemurahan mewajibkan peserta percakapan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Hal itu terlihat pada kalimat “

  Unhappy brithday to you Sir,,,”. Tujuan penulis mengucapkan tuturan (2b) adalah

  untuk menghormati Alex Ferguson agar tidak tersinggung dengan sikap antipatinya terhadap kekalahan MU dalam pertandingan sepak bola tersebut.

  Peneliti juga menafsirkan maksud implikatur di atas berdasarkan skemata, yaitu pengetahuan tentang kata “Unhappy” dengan mengetahui maksud tuturan “Unhappy brithday to you Sir..”, yang berarti “ Alex Ferguson merasa tidak bahagia pada ultahnya yang ke-70

  ”. Kata itu sebenarnya tidak cocok digunakan untuk mengucapkan selamat ulang tahun, tetapi digunakan sehingga maksud implikatur tuturan yang muncul dalam wacana di atas adalah mengejek Alex Ferguson karena dikalahkan oleh Blackburn. Dari analisis di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa teks-teks pendamping teks yang dianalisis kita namakan konteks. Teks pertama tentu tidak mempunyai konteks karena seperti kita katakan, konteks itu adalah teks sebelumnya. Seperti pada teks-teks itu, kata-kata diterangkan oleh konteksnya, maka interpretasi terhadap sebuah tuturan di dalam sebuah teks diterangkan oleh tuturan sebelumnya. Contoh wacana kolom pojok “ Semarangan” tanggal 2

  Januari 2012 terdiri dari dua ujaran yang saling berkaitan. Ujaran pertama adalah intisari dari berita di harian Suara Merdeka yang menjadi acuan, sedangkan ujaran kedua merupakan komentar ataupun sentilan. Ujaran atau tuturan pertama cenderung lugas, jelas, dan sederhana. Sehingga mudah ditangkap dan dicerna oleh siapa saja yang membaca Harian Suara Merdeka. Hal yang menjadi masalah adalah mengungkapkan tuturan yang berupa komentar sentilan pada tuturan kedua.

  Dalam skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan pragmatik untuk mengkaji implikatur pada komentar dalam wacana kolom Pojok “Semarangan”.

  Dalam menyampaikan maksud atau makna biasanya si penutur mengungkapkan melalui bentuk tindak tutur. Oleh karena itu pendekatan pragmatik sangat cocok dipakai dalam penelitian ini. Semua pertimbangan di atas akhirnya menjadi dasar bagi penulis untuk memilih judul penelitian

  “Implikatur dalam Wacana Kolom Pojok “Semarangan” pada Surat Kabar Suara Merdeka” .

  B . Pembatasan Masalah

  Penelitian ini akan membahas implikatur dalam kolom pojok “Semarangan” dalam Harian Suara Merdeka yang titik fokusnya pada bentuk implikatur dan maksud implikatur tuturan yang terkandung di balik komentar kolom Pojok “Semarangan” Harian Suara Merdeka.

C. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah untuk memusatkan penelitian ini agar dapat lebih terarah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah bentuk implikatur yang terdapat dalam kolom Pojok “Semarangan” Harian Suara Merdeka?

  2. Bagaimana maksud implikatur yang terkandung di balik komentar dalam kolom Pojok “Semarangan” Harian Suara Merdeka dilihat berdasarkan skemata, konteks tuturan, atau prinsip percakapan? D.

  Tujuan Penelitian

  Menurut Hadi ( 1983: 25) penentuan tujuan penelitian secara singkat dan jelas akan membantu peneliti untuk menyaring data apa saja yang diperlukan, yaitu yang relevan dengan persoalan. Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk implikatur tuturan yang terdapat dalam kolom Pojok “Semarangan” Harian Suara Merdeka.

  2. Untuk mendeskripsikan penafsiran terhadap maksud implikatur yang terkandung di balik komentar kolom Pojok “Semarangan” Harian Suara

  

Merdeka berdasarkan skemata, konteks tuturan, prinsip kerjasama dan prinsip

kesopanan.

E. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

  1. Manfaat Teoritis

  a. Menambah wawasan tentang pengkajian bahasa, dalam hal ini dari sisi pragmatis. Penelitian ini cenderung dikaji dengan pragmatik karena kolom pojok “Semarangan” struktur bahasanya secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi.

  b. Menambah pengertian implikatur dalam menganalisis wacana kolom pojok “Semarangan”. Karena dalam penelitian ini harus mengetahui maksud yang tersirat pada kolom pojok “ Semarangan”. Sehingga pembaca memahami teori tentang implikatur.

  2. Manfaat Praktis

  a. Memberikan informasi tentang bentuk implikatur dalam wacana pojok. Karena penelitian ini banyak ditemukan bentuk implikatur pada kolom pojok “Semarangan”.

  b. Memberi informasi tentang maksud implikatur tuturan di balik komentar kolom pojok berdasarkan skemata, konteks tuturan dan prinsip percakapan. Karena dalam penelitian ini juga ditemukan maksud implikatur dalam komentar redaksi, dengan mudah menyampaikan maksud dan sentilannya tanpa harus terikat dengan kaidah-kaidah kebakuan bahasa. Sehingga pembaca mengetahui maksud implikatur berupa kritikan, saran, sindiran, keluahan dan penegasan.

  c. Memberikan pengetahuan kepada pembaca untuk dapat memahami maksud dibalik komentar kolom pojok “ Semarangan”. Penelitian ini memberikan manfaat kepada pembaca mengetahui maksud yang disampaikan redaksi berupa kritik namun kesannya tidak kaku sehingga pihak yang dikritikpun, tidak merasa tersinggung dan tidak marah.