BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hilda Desva Veriontika BAB II

  1. Definisi Kehamilan Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan perkembangan hasil konsespsi sampai aterm.

  (Manuaba,2010;h.75).

Kehamilan adalah hasil dari “kencan: sperma dan dalam prosesnya, perjalnan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul

  penuh perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya sedikit survive dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah yang sudah sedikit itu cuma 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur. (Siwi,2015;h.69).

  2. Penyebab terjadinya kehamilan Menurut Manuaba (2010;h.75-85) peristiwa terjadinya kehamilan diantaranya yaitu : a. Ovulasi

  Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal. Selama masa subur berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses

  12 pematangan dan terjadi ovulasi. Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de Graff yang menuju ke permukaan ovum disertai pembentukan cairan folikel. Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf, ovarium mengeluarkan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi gerak dari tuba yang makin tinggi, sehingga peristaltic tuba makin aktif, yang mengalir menuju uterus.

  Dengan pengeluaran LH yang semakin besar dan fluktusi yang mendadak, terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi.

  Ovum yang ditangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus dalam bentuk pematangan yang siap untuk dibuahi.

  b. Konsepsi Merupakan pertemuan antara inti ovum dengan inti spermatozoa yang nantinya akan membentuk zigot.

  c. Nidasi atau implantasi Setelah terbentuknya zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya serta berjalan terus menuju uterus, hasil pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan dalam ovum. Selama pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan dalam ovum. Selama pembelahan sel dibagi didalam, terjadi pembentukan sel dibagian luar morula yang kemungkinan berasal dari korona radita yang membentuk menjadi sel trofoblas dan sel ini mampu mengeluarkan hormone korionik gonadrotopin yang mempertahankan korpus luteum gravidum.

  Pembelahan berjalan terus di dalam morula yang membentuk ruangan mengandung cairan yang disebut blastula. Proses penanaman blastula yang dinamakan nidasi atau implantasi berlangsung pada hari ke 6 sampai 7 setelah konsepsi (Manuaba,2010;h.79).

  d. Pembentukan plasenta Terjadinya nidasi mendorong sel blastula mengadakan diferensisi, sel yang dekat dengan ruangan eksoselom membentuk kantong kuning telur sedangkan sel lain membentuk ruangan amnion, sedangkan plat embrio terbentuk diantara dua ruangan amnion dan kantong kuning telur tersebut. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat diantara embrio padat dan berkembang menjadi talipusat. Vili korealis menghancurkan desidua sampai pembuluh darah vena mulai pada hari ke 10 sampai 11 setelah konsepsi sedangkan menghancurkan pembuluh darah arteri pada hari ke 14 sampai 15.

  Bagian desidua yang tidak dihancurkan akan membentuk plasenta 15-20 kotiledon maternal, pada janin plasenta akan dibagi menjadi sekitar 200 kotiledon fetus dan setiap kotiledon fetus terus bercabang dan mengambang ditengah aliran darah yang nantinya berfungsi untuk memberikan nutrisi dan pertumbuhan (Manuaba,2010;h.82-85).

  3. Tanda dan gejala kehamilan

  a. Tanda presumptif Menurut Manuaba (2010;h.174-176)

  1) Amenora (terlambat datang bulan) 2) Mual muntah (nausea dan womiting)

  Pengaruh hormon esterogen dan progresteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan.

  3) Mengidam 4) Payudara membesar

  Pembesaran payudara disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. 5) Miksi

  Kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar kebagian depan menyebabkan sering miksi.

  6) Konstipasi atau obstipasi Hormon steroid menurunkan sistem kerja pada otot-otot usus peristaltik sehingga menyebabkan susah buang air besar.

  7) Pigmentasi kulit (cloasmagravidarum) Hormon kortikosteroid yang berlebihan sehingga menyebabkan pigmentasi kulit pada muka, payudara, leher, dinding perut.

  8) Sinkope atau Pingsan terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral). menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan.

  b. Tanda kemungkinan hamil Menurut Mochtar (2012;h.35-37) 1) Uterus membesar Terjadi perubahan bentuk, konsistensi, rahim.

  2) Tanda hegar Merupakan perubahan konsistensi pada serviks dan istmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu. 3) Tanda chadwick

  Perubahan warna pada porsio dan labio menjadi kebiruan disebabkan pelebaran vena diakibatkan kadar esterogen.

  4) Tanda piskacek Terjadi pembesaran dan perlunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterina. Biasanya akan muncul pada usia kehamilan 7 sampai 8 minggu. 5) Teraba ballotement Adanya masa pada rahim (Mochtar,2012;h.35-37).

  c. Tanda pasti kehamilan Menurut Manuaba (2010;h.193) 1) Inspeksi : Gerakan janin yang dapat di rasakan 2) Palpasi : Teraba janin 3) Auskultasi : Denyut jantung janin yang dapat di dengar dengan doppler 4) Ultrasonografi : jantung janin, kerangka janin, gestation sac, fetal phase.

  4. Perubahan fisiologis pada kehamilan

  a. Uterus Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai plasenta. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta dan cairan amniotomi rata-rata 110 g (Sarwono,2010;h.175).

  b. Ovarium Dengan terjadinya kehamilan, indung telur mengandung korpus luteum gravidarum dan meneruskan fungsinya sampai terbentuk plasenta yag sempurna pada usia kehamilan 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat terlepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormone korionik gonadrotopin yang mirip dengan hormone leteutopik hipofisis anterior (Manuaba,2010;h.92).

  c. Vagina dan perineum Selama kehamilan mengalami peningkatan vaskularisasi dan iperemia terlihat jelas pada otot-otot diperineum dan vulva, sehingga pada vagina terlihat warna keunguan yang disebut dengan tanda chandwick. Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatkan ketebalan mukosa mengendorkan jaringan ikat, hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjang dinding vagina. Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi akan berwarna keputihan, menebal dan PH antara 3,5

  • –6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel
vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidophilus (Sarwono,2010;h.179).

  d. Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna merah, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai pada daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan (linea nigra). Sedangkan pada wajah dan leher akan muncul yang disebut cloasma gravidarum (Sarwono,2010;h.179).

  e. Payudara Pada awal kehamilan payudara akan terasa lebih lunak.

  Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena- vena di bawah kulit akan terlihat. Puting payudara akan lebih besar, menghitam, dan tegak (Sarwono,2010;h.179).

  f. Perubahan metabolik Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya osmolaritas dari 10 mOsm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya ambang rasa haus dan sekresi vasopresin. Fenomena ini mulai terjadi pada awal kehamilan. Pada saat aterm kurang lebih 3,5

  Liter cairan berasal dari janin, plasenta dan cairan amniotomi, sedangkan 3 liter lainnya berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus dan payudara sehingga minimal tambahan cairan selama hamil adalah 6,5 L (Sarwono,2010;h.181).

  g. Sistem kardiovaskular Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibat, terjadinya penuruna preload dan cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan pada aorta juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi terlentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi miring (Sarwono,2010;h.183).

  h. Sistem endoktrin Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar kurang lebih 135%. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm (Sarwono,2010;h.186). i. Sistem muskuloskeletal Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan, akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka, coccygis dan pubis akan meningkat morbilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Morbilitas tersebut dapat mengkibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan (Sarwono,2010;h.186).

  5. Ketidak nyamanan dalam perubahan selama kehamilan (Menurut Kuswanti,2014;h.128-133).

  a. Pada trimester 1 1) Sering buang air kecil 2) Kelelahan atau fatique 3) Keputihan 4) Mengidam atau pica 5) Berdebar-debar atau palpitasi jatung 6) Mual dan muntah

  b. Pada trimester II (Menurut Stoppard,2009;h.214-223)

  1) Sembelit Hormon progesteron menyebabkan otot-otot menjadi lemas dan mengering sehingga sisa

  • –sisa makanan menjadi sulit dan sakit dikeluarkan.

  2) Hemoroid Semua hal yang meningkatkan tekanan di dalam perut, seperti sembelit, batu kronis dan mengangkat benda berat menyebabkan penggelembungan pembuluh darah disekitar dubur. 3) Pigmentasi

  Peningkatan produksi hormon melanosit (melanocyte stimulating hormone) yang diperburuk akibat terekspos oleh cahaya matahari secara langsung. 4) Keringat yang berlebihan

  Peningkatan asupan darah menyebabkan pembuluh darah di bawah kulit membesar.

  5) Varises Penekanan kepala bayi pada pembuluh darah panggul sehingga menyebabkan mengumpulnya di dalam pembuluh darah kaki, berdiri terlalu lama juga menyebabkan pembengkakan pembuluh darah, duduk dengan kaki bersila dapat menghentikan aliran darah. 6) Kembung

  Di masa kehamilan usus menjadi lebih melempem dan angin bisa lebih susah untuk dikeluarkan. c. Trimester III (Menurut Ina kuswanti 2014 h. 128-133).

  1) Sesak nafas Tekanan pada digframa membuat sesak nafas, saat berbaring juga dapat menekan rahim dan bayi menuju diafragma.

  2) Nyeri pada ligamentum rotundum Tekanan pada kehamilan di trimester akhir menyebabkan nyeri pada ligamentum rotundum.

  3) Pengeluaran pada vagina Peningkatan asupan darah dan pelonggaran dan penebalan selaput mukosa mengakibatkan peningkatan normal dari pelepasan mucoid. 4) Sering buang air kecil (miksi)

  Hal ini terjadi karena uterus membesar dan menekan kandung kemih.

  5) Insomia atau sulit tidur Peningkatan secara umum pada metabolisme antara metabolisme ibu dan bayi.

  6. Asuhan kehamilan Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan sangat penting bagi seorang wanita untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga profesional sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat dapat tepantau dengan baik. kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi seorang perempuan sehingga sebagai tenaga kesehatan diharuskan dapat mempertahankan kesehatan ibu maupun janin serta mencegah komplikasi pada saat kehamilan, bersalin, nifas. Dengan adanya pelayanan kesehatan pula dapat mendeteksi dini adanya komplikasi lebih dini (Ina kuswanti,2014;h.2-4).

  Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstertri untuk optimalisasi iuran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan rutin selama kehamilan (Sarwono,2009). setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang dapat mengancam jiwanya.oleh karena itu setiap wanita hamil.

  7. Kebijakan program kunjungan antenatal

  Tabel 2. 1 Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan (kuswanti, 2014 h.19) Kunjungan Waktu Informasi penting

Trimester Sebelum minggu ke- 1.) Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum

Pertama

  14 membahayaka jiwa 2.) Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia dan kebiasaan tradisional yang berbahaya 3.) Membangun hubungan saling percaya 4.) Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi 5.) Mendorong perilaku sehat(nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat, seks dll) Trimester Kedua

  Antara Minggu ke 14- Sama seperti diatas, ditambah dengan Kewaspadaan khusus 28 terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala pre-eklamsi, pantauan tekanan darah, evaluasi edema, proteinuria Trimester ketiga

  Minggu ke 36 dan Sama seperti diatas, ditambah Palpasi abdominal untuk lebih dari 36 minggu mengetahui apakah ada kehamilan ganda, sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

  a. Menurut kusmiyati (2009;h.4) dimana dalam setiap pertemuan harus memberikan asuhan standar minimal yang sering disebut dengan 7T yaitu :

  1) Timbang berat badan 2) Ukur tekanan darah 3) Ukur tinggi fundus uteri 4) Pemberian imunisasi TT lengkap 5) Pemberian tablet besi 90 tablet selama hamil 6) Tes PMS 7) Temu wicara Tabel 2.2 jadwal pemberian TT (kusmiyati,2009;h.169).

  A-ntigen Interval Lama % perlindungan perlindungan

  • TT1 Pada kunjungan antenatal pertama pada saat capeng TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80% TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95% TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99% TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ seumur 99% hidup

  8. Kegawat daruratan dan komplikasi dalam kehamilan (Menurut Sarwono,2010;h.460).

  a. Abortus Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Manuaba,2010 h.287).

  1) Jenis- jenis abortus

  a) Abortus imminens

  Ditegakkan dengan adanya keterlambatan datang bulan, perdarahan disertai perut sakit (mules). Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan usia kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.

  b) Abortus insipiens Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran (tidak dapat dipertahankan) (Sarwono,2010;h.459).

  c) Abortus inkompletus Abortus ini sebagian hasil konsepsi telah keluar sebagian dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagai jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikal masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. (Sarwono,2010;h.469).

  d) Abotus komplit Abortus yang terjadi dengan seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.semua hasil konsepsi telah keluar osteum telah menutup uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.

  e) Abortus mola Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan (Mocthar,2012;h.36).

  b. Kehamilan ektopik kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri (rahim) biasanya terjadi di tuba falopi, ovarium rongga peritoneum dan serviks (buku saku pelayanan kesehatan,2013;h.94).

  c. Emesis gravidarum Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ditimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, hormon progesteron dan di keluarkannya human chorionic gonadothropine (HCG). Gejala yang ditimbulkan yaitu:mual, kepala pusing, terutama pada pagi hari sampai umur kehamilan 4 bulan atau 16 minggu (Manuaba,2010;h.227).

  d. Hiperemesis gravidarum Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang berlebihan yang dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk keperluan energi. Mual muntah yang dikeluarkan sebagai cairan lambung serta elektrolit natrium. Kalium dan kalsium.

  Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah (Manuaba,2010;h.228).

  e. Plasenta Previa Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.

  f. Solusio Plasenta Solusio plasenta merupakan keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.

  Biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu (Mochtar,2012;h.194).

  B. Tinjauan teori persalinan

  1. Definisi persalinan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke jalan lahir (Asuhan kebidanan pada ibu bersalin,2009;h.1).

  Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir (pervagina) atau dengan jalan lain (perabdomen) (Mochtar,2012;h.69).

  Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,2010;h.164).

  Berdasarkan hasil dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, plasenta dan ketuban) dari dalam rahim ibu yang dapat hidup ke dunia luar.

  Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan di akhiri dengan melahirkan plasenta. Penyebab persalinan spontan tidak diketahui walaupun sejumlah teori telah dikembangkan.

  2. Penyebab mulainya persalinan yaitu:

  a. Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu : 1) Estrogen

  Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.

  2) Progesteron Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

  Selama kehamilan hormon tersebut akan seimbang sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Pada saat akan melahirkan akan ada perubahan hormon yaitu hormon oksitosis dan hormon prostaglandin yang meningkat dengan mulai usia kehamilan 15 minggu sampai dengan aterm.

  b. Teori yang memungkinkan terjadi proses persalinan yaitu : 1) Teori keregangan

  Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi

  uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.

  2) Teori penurunan progesteron Proses penuaan plasenta terjadi mulai usia kehamilan mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksiosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penuruanan progesteron tertentu. 3) Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior

  Perubahan keseimbangan hormon esterogen dan progesteron dapat megubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.

  4) Teori prostaglandin Kontraksi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontrasksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat memicu terjadinya persalinan.

  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan a. Power.

  b. Passager (panggul).

  c. Passage (janin).

  4. Tanda persalinan

  a. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

  b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah).

  c. Dapat disertai ketuban pecah.

  d. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan serviks), pendataran serviks, terjadi pembukaan seviks (Manuaba,2010;h.169).

  5. Mekanisme persalinan normal

  a. Engagement Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat persalinan dimulai kepala mulai masuk PAP, umumnya dengan presentasi bipariental (Hidayat,2010;h.23).

  b. Desent Penurunan kepala janin, ke dalam rongga panggul, akibat dari his didaerah fundus kearah bokong. Tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan) dan badan janin terjadi ektensi dan menegang.

  c. Fleksi Pada umumnya terjadi fleksi sempurna sehingga sumbu panjang kepala sejajar sumbu panggul. Fleksi adalah kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito- bregmatikus (belakang kepala) (Hidayat,2010;h.24).

  d. Rotasi internal Putaran paksi dalam selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil kearah depan (bawah simfisi pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter biparietalis (Hidayat,2010;h.26).

  e. Ekstensi f. Rotasi eksternal Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala keposisi pada saat engagement. (Hidayat, 2010 h. 27).

  g. Eskpulsi Setelah putaran paksi luar, bahu depan dibawah simpisis menjadi hipoklomion kelahiran bahu belakang, bahu depan dan diikuti oleh seluruh badan (Hidayat,2010;h.31).

  6. Tahapan persalinan : a. Kala I.

  Menurut Moctar (2012;h.71) persalinan ditandai dengan keluarnya lendir bercampur dengan darah (bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Menurut JNPK

  • –KR (2008;h.39) kala 1 persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensinya dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap.

  Kala satu persalinan terdiri dari dua fase yaitu : 1) Fase laten

  a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara lengkap.

  b) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.

  c) Pada umumnya berlangsung antara 6 hingga 8 jam. 2) Fase aktif

  Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm. Akan terjadi dengan kecepatan rata- rata 1 cm perjam pada nulipara atau primigravida dan lebih dari 1 cm hingga 2 cm perjam pada multipara.

  Menurut Mochtar (2012;h.71) fase aktif dibagi menjadi 3 yaitu : a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.

  b) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat sehingga menjadi 9 cm.

  c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

  b. Kala II Kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap serviks

  (10cm) dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi (JNPK-KR,h.79). Menurut Widyastuti dkk, (2009;h.6) kala II adalah dimulai dari pembukaan lengkap 10 cm sampai bayi baru lahir.

  1) Tanda-kala II adalah

  a) Ibu merasakan ingi meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya c) Perineum menonjol

  d) Vulva-vagina dan stingter ani membuka

  e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah f) Pembukaan serviks telah lengkap

  g) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina c. Kala III (pelepasan uri).

  Kala III adalah dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya (Widyastuti dkk,2009;h.7).

  Kala III yaitu dimulai setelah bayi baru lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (JNPK-KR,2008;h.99).

  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala III adalah dimulai dari setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta dan selaput ketuban dan berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

  1) Tanda-tanda lepasnya plasenta menurut JNPK-KR (2008;h.100) yaitu :

  a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

  b) Tali pusat memanjang

  c) Semburan darah mendadak dan singkat d. Kala IV (observasi).

  Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan plasenta untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum (Mochtar,2012;h.73).

  7. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal (Prawirohardjo,2010;h.341) 1. Melihat tanda dan gejala kala dua.

  1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. 2) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum atau vaginanya.

  3) Perineum menonjol. 4) Vulva vagina membuka.

  2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 IU dan menempatkan tabung kecil steril sekali pakai didalam partus set.

  3. Mengenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih.

  4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

  5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6. Menghisap oksitosin 10 IU kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakan kembali dipartus set.

  7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkanya dengan seksama, dengan cara menyeka dari depan ke belakang.membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar dalam larutan klorin).

  8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

  9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih kotor kedalam larutan klori 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

  10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa denyut jantung janin itu normal. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal, mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

  11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya. 1) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.

  2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

  12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu dalam meneran. (Pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

  13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran: 1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  2) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

  3) Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya.

  4) Menganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi. 5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  6) Menganjurkan asupan per oral. 7) Menilai DJJ setiap 5 menit 8) Jika bayi belum lahir dalam waktu 120 menit meneran untuk ibu primipara dan 60 menit untuk ibu multipara, merujuk segera jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran. 9) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.

  10) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belumakan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

  14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

  15. Meletakan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.

  16. Membuka partus set.

  17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

  18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar berlahan-lahan. Menganjurkan ibu meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

  19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.

  20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

  a.) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b.) Jika tali pusat melilit janin dengan erat, mengeklem di dua tempat dan memotongnya.

  21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut menariknya kearah bawah dan arah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.

  23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

  24. Setelah tubuh dan lengan lahir menelusurkan tangan yang ada diatas dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati- hati membantu kelahiran kaki.

  25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari posisi tubuh ibunya.

  26. Segera membungkus kepala dan badan bayi menggunakan handuk dan biarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin secara IM.

  27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem yang pertama.

  28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara klem tersebut.

  29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

  30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

  31. Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk memastikan adanya bayi yang ke dua.

  32. Memberitahu ibu bahwa dia akan disuntik.

  33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 IU secara IM di sepertiga paha atas sebelah kanan ibu dibagian luar, sebelumnya diaspirasi terlebih dahulu.

  34. Memindahkan klem pada tali pusat.

  35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan kiri untuk palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem menggunakan tangan yang lain.

  36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan peregangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang

  (dorso kranial)

  dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk merangsang puting susu.

  37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan pada arah uterus. Jika talipusat bertambah panjang pindahkan klem berjarak 5-10cm didepan vulva. Jika plasenta tidak lahir setelah dilakukan peregangan tali pusat selama 15 menit: a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 IU secara IM.

  b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung .kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

  c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

  d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

  e) Merujuk ibu jika plasentatidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

  38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan kedua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput ketuban yang tertinggal.

  39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus, meletakan telapak tangan difundus dan melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.

  40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

  41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  42. Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik.

  43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

  44. Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikat tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1cm dari pusat.

  45. Mengikat satu lagi simpul mati bagian pusat yang berseragaman dengan simpul mati yang pertama.

  46. Melepaskan klem bedah dan meletakannya dalam larutan klorin 0,5%.

  47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi pada bagian kepalanya.

  Memastikan handuk atau kain yang kering.

  48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

  49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam.

  a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.

  b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

  c) Setiap 20-30 menit pada 2 jam pascapersalinan.

  d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

  e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

  50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana cara melakukan massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

  51. Mengevaluasi kehilangan darah.

  52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascaresalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2 pascapersalinan. Memeriksa temperature tubuh ibu setiap jam selama 2 jam pertama pascapersalinan.

  53. Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Dan membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

  54. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Dan memastikan ibu nyaman.

  55. Mendokumentasikan daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

  56. Mecelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan merendamnya selama 10 menit.

  57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

  58. Melengkapi partograf.

  8. Asuhan sayang ibu pada kala I menurut JNPK-KR tahun (2008;h.54) a. Memberikan dukungan emosional.

  b. Membantu pengaturan posisi ibu.

  c. Memberikan cairan dan nutrisi.

  d. Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi.

  e. Pencegahan infeksi.

  9. Asuhan kebidanan pada kala III menurut JNPK-KR tahun (2008;h.101)

  a. Pemberian suntikan oksitosin 10 unit secara IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar.

  b. Penegangan tali pusat terkendali.

  1) Berdiri disamping ibu. 2) Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva. 3) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu tepat diatas simfisis pubis. Gunakan tangan kiri untuk meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat melakukan penegangan tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu. Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.

  4) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali. 5) Setelah plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai. 6) Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah penampung.

  7) Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.

  10. Pemantauan keadaan umum ibu menurut JNPK-KR (2008;h.116) selama dua jam pertama pasca persalinan : Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam dan setiap

  30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.

  a. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.

  b. Pantau temperature tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan.

  c. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.

  d. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek.

  C. Tinjauan teori Bayi baru lahir

  1. Definisi bayi baru lahir

  Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.(Sarwono,2010)

  Bayi baru lahir normal adalah bayi yang cukup bulan, 37-42 minggu dengan berat badan sekitar 2500-4000 gram dan panjang sekitar 50-55 cm(Sondakh,2013;h.150)

  2. Kriteria bayi baru lahir dikatakan normal sebagai berikut :

  a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram

  b. Panjang badan bayi 48-50 cm

  c. Lingkar dada bayi 32-34 cm

  d. Lingkar kepala 33-35 cm

  e. Bunyi jantung dalam menit pertama 180 x/menit kemudian normal turun menjadi 120-140 x/menit pada saat bayi berumur 30 menit f. Pernafasan cepat pada menit menit pertama kira-kira 80 x/menit di sertai dengan pernafasan cuping hidung, retraksi surasternal dan interkostal serta merintih hanya berlangsung10-15 menit

  g. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh bik i. Kuku telah agak panjang dan lemas j. Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora menutupi labia minora (pada bayi perempuan) k. Refleks isap, menelan dan moro terbentuk l. Eliminasi,urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama (Sondakh,2013;h.150)

  3. Asuhan bayi baru lahir (Menurut, JNPK

  • –KR,2008;h.123)

  a. Pencegahan infeksi BBL sangat rentan terkena infeksi mikroorganisme, yang terpapar atau terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung mamp beberapa saat setelah lahir. untuk tidak menambah resiko infeksi maka sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan dan pemberi asuhan BBL telah melakukan upaya pencegahan infeksi.

  1) Penilaian segera setelah lahir Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab pertanyaan 4 pertanyaan: a) apakah bayinya menangis ?

  b) Apakah air ketuban jernih, atau bercampur mekonium ?

  c.) Apakah bayi cukp bulan ?

  d.) Apakah tonus otot bayi baru lahir baik atau tidak ?